Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Trauma merupakan keadaan yang disebabka oleh luka atau cedera
yang bersifat holistic dan dapat menyebabkan hilngnyaproduktifitas
seserang. Trauma merupakan penyebab uama kematian pada kelompok
usia muda dan pproduktif di seluruh dunia. Seharusnya angka kematian ini
dapat di turunkan melalui upaya dan pencegahan yang optimal yang
diberikan sedini mungkin pada koebannya.

Menurut World Healthy Organization trauma merupakan masalah


kesehatan yang semakin signifikan di seluruh dunia. Setiap hari 16.000
oranng meniinggal karena luka-luka, dan banyak juga dari mereka yang
memiliki cacat permanen. Terhitung kasuus trauma merupakan 16% dari
beban penyakit dunia. Sekitar 90% dari total ttersebut kasus ini paling
banyak terdapat di Negara-negara yang berppenghasilan rendah dan
menenggah.

Berdasarkan klasifikasinya, trauma dapat menyerupau cipitis,


trauma thoraks, trauma abdomen, trauma pelvis, trauma tulang belakang
dan trauma musculoskeletal. Dan kasus trauma abdomen mencapai
peringkat ketiga penyebab kematian yang diakibatkan oleh trauma.
Kematian akibat trauma abdomennn seharusnya dapat di cegah namun
kejadian ini sering terlewatkan oleh karena adanya intoksikasi maupun
sering di dahukui kasus trauma capitis.

Trauma abdomen terbagi atas dua, yaitu: Trauma tembus (tajam)


dan trauma tumpul. Pada traumat embus (tajam) sering disebabkan oleh
luka tusukan atau luka tembakan peluru dan organ yang paling sering
mengalami kerusaka adalah hatidan usus halus . Pada trauma tumul

1
biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendraan bermotor, terjatuh dan
kekerasan , dan organ yang paling sering terkena adalah hati dan lien.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abigail Ann pada


tahun 2011-2014 di RSU Haji Adam Malik, didapati hasil pppenelitian
menu njukan usia yang paling banyak menggalami tauma abdoen adalah
pada kelompok usia 12-25 tahun sebanyak 22 orang (41,5%)dan serimg
dijumpai pada laki-laki dengan total 38 orang (71,7%). Penyebab trauma
yang paling banyak adalah trauma tumpulyaiu sebanyak 50 orang (94,3%)
dan organ yyang terjadinya trauma adalah lambung sebanyak 25 orang
(28,3%).

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas terdapat rumusan masalamah diatas:
1. Bagaiman asuahan keperawatan trauma abdomen?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui devinis trauma abdomen?
2. Untuk mengetahui etiologi truma abdomen?
3. Untuk mengetahui patofisiologi trauma abdomen?
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik trauma abdomen?
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan trauma abdomen?
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang trauma abdomen?
7. Untuk mengetahui Komplikasi trauma abdomen
1.4 MANFAAT PENULISA
1. Bagi mahasiswa keperawatan
Dapat membantu mahasiswa dalam melakukan asuahan keperawatan.
Sehingga mahasiswa atau mengerti tentang rencana keperawatan pada
pasien dengan osteoporosis dan Artritis
2. Bagi klien dan keluarga
Manfaat bagi keluarga dan pasien yaitu pasien dan keluarga dapat
mengetahui gambaran umum tentang trauma abdomen beserta

2
perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan
yang tepat dalam keluarganya.
3. Bagi petugas kesehatan
Manfaat praktis bagi petugas kesehatan yaitu agar petugas kehantan
tersebut dapat mengaplikasikan tentang trauma abdomen.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. KONSEP MEDIS


1. DEVINISI
Trauma adalah cedera fisik dan psikis atau kekerasan yang
mengakibatkan cedera. Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan
pada organ abdomen yang dapat menyebapkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelaianan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ. Trauma pada abdomen dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:(sjamsuhidyat 2010)
a. Trauma penetrasi
1) Luka tembak
2) Luka tusuk
b. Trauma non-penetrasi
1) Kompresi
2) Hancurkan akibat kecelakan
3) Sabuk pengaman
4) Cedera akselerasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari:
a. Kontusio; kontisio di dinding abdomen disebapkan trauma nonpenetrasi.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan
lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor
b. Laserasi; jiak terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus
rongga abdomen harus di eksplorasi atau terjadi karena treauma
penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut sjamsuhidayat (2010) terdiri
dari:
a. Perforasi organ visireal intraperitoneum

4
Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya cedera
pada dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli
bedah.
c. Cederab thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diagfragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.
2. ETIOLOGI
Menurut Carpenito, (2012) penyebab trauma abdomen antara lain :
a. Penyebap trauma penetrasi
1) Luka akibat terkena tembakan
2) Luka akibat tikaman benda tajam
3) Luka akibat tusukan
b. Penyebap trauma non-penetrasi
1) Terkena kompresi atau ntekana dari luar tubuh
2) Hancur (tertabrak mobil)
3) Terjebit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
4) Cidera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga
3. PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2015) trauma pada dinding abdomen terdiri
dari:
a. Kontusio dinding abdomen
Disebapkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak
terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksismosis atau
penimbunana darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat
menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus dieksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ

5
abdomen yang dapat menyebapkan perubahann fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan
faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Carpenito, (2012)
terdiri dari:
a. Pervorasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya cedera
pada dinding abdomen.
b. Luka tusuk (Trauma penetras) pada abdomen
Luka tususk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik
ahli bedah
c. Cedera thoraks abdomen
d. Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dsan hati harus dieksplorasi.
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Carpenito, (2012) Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan
manifestasi kilinis meliputi: nyeri tekanan diatas daera abdomen, distensi
abdomen, demam, anoreexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu
tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya
terdapat adanya:
a. Jejas atau ruktur dibagian dalam abdomen
b. Terjadi pendarahan intra abdomen
c. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga
sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan
peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam(menela)
d. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma.
e. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen

6
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
a. Terdapat luka robekan pada abdomen
b. Abdominal paracentesis menetukan adanya pendarahan dalam rongga
peritonium, merupakan indikasi untuk laparatomi
c. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari nlambung pada
trauma abdomen
d. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
e. Pemberian antibiotik IV pada penderit trauma tembus atau pada trauma
tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
f. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat
yang meragukan kkestabilan sirkulasi atau ada tanda-nda perlukaan
abdomen lainnya memerlukan pembedahan
g. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung.
Gumpalan kassa dapat menghentikan pendarahan yang berasal dari
daerah tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber
perdarahan itu sendiri
h. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan
mengisolasikan bagian usus yang terforasi tadi dengan mengklem segera
mugkin setelah perdarahan teratasi.
i. Luka tusuk sampai menembus abdomen
j. Penanganan yangf kurang tepat biasanya membanyak
perdarahan/memperparah keadaan
k. Biasany organ terkena penetrasi bisa keluar dari dalam abdomen.
5. PENATALAKSANAAN
Menurut Sjamsuhidayat,(2010) penatalaksanaan adalah :
a. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritoneum, merupakan indikasi untuk laparotomy
b. Pemasanggan NGT memeriksa ccairan yang keluar dari lambung pada
trauma abdomen
c. Pemberian antibiotic mencegah infeksi

7
d. Pemberian antibiotika IV ppada pendria trauma tembus atau pada
trauma tumpul bila adda persangkaan perlukaan intestinal .
e. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat
yang meragukan kestabilan sirkulasi atau tanda-tanda perlukaan
abdomen lainnya memerlukan pembedahan
f. Prioritas utama adalah menghentikan pendarahan yang berlangsung.
Gumpalan kassa daapat menghentikan pendarahan yang beerasal dari
derah tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber
pendarahan itu sendiri
g. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dijegah dengan
mengisolasikan bagian usus yang terperporasi tadi dengan mengklem
segera mungkin setelah pendarahan teratasi.
6. PEMRIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif Huda Amin & Kusuma Hardhi.(2015) pemeriksaan yang
dilakukan pada pasien dengan trauma abdomen adalah :
a. Pemriksaan rontgen
Pemeriksaan rontgen sertivikal lateral, toraks anteroposterior (AP), dan
pelvis.
b. Diagnostik peritoneol lavage (DPL)
Diagnostik peritoneal lavage merupakan tes cepat dan akurat yang
digunakan untuk mengidentifikasi cedera intra abdomen setelah trauma
tumpul pada pasien hipotensi atau tidak responsif tanpa indikasi yang
jelas untuk eksplorasi abdomen.
Perubahyan sensorium – cedera kepala, intoksikasi alkohol,
Trauma merupakan keadaan yang disebabka oleh luka atau cedera yang
bersifat holistic dan dapat menyebabkan hilngnyaproduktifitas seserang.
Trauma merupakan penyebab uama kematian pada kelompok usia muda
dan pproduktif di seluruh dunia. Seharusnya angka kematian ini dapat di
turunkan melalui upaya dan pencegahan yang optimal yang diberikan
sedini mungkin pada koebannya.

8
Menurut World Healthy Organization trauma merupakan masalah
kesehatan yang semakin signifikan di seluruh dunia. Setiap hari 16.000
oranng meniinggal karena luka-luka, dan banyak juga dari mereka yang
memiliki cacat permanen. Terhitung kasuus trauma merupakan 16% dari
beban penyakit dunia. Sekitar 90% dari total ttersebut kasus ini paling
banyak terdapat di Negara-negara yang berppenghasilan rendah dan
menenggah.
Berdasarkan klasifikasinya, trauma dapat menyerupau cipitis,
trauma thoraks, trauma abdomen, trauma pelvis, trauma tulang belakang
dan trauma musculoskeletal. Dan kasus trauma abdomen mencapai
peringkat ketiga penyebab kematian yang diakibatkan oleh trauma.
Kematian akibat trauma abdomennn seharusnya dapat di cegah namun
kejadian ini sering terlewatkan oleh karena adanya intoksikasi maupun
sering di dahukui kasus trauma capitis.
Trauma abdomen terbagi atas dua, yaitu: Trauma tembus (tajam)
dan trauma tumpul. Pada traumat embus (tajam) sering disebabkan oleh
luka tusukan atau luka tembakan peluru dan organ yang paling sering
mengalami kerusaka adalah hatidan usus halus . Pada trauma tumul
biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendraan bermotor, terjatuh dan
kekerasan , dan organ yang paling sering terkena adalah hati dan lien.
1) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abigail Ann pada tahun
2011-2014 di RSU Haji Adam Malik, didapati hasil pppenelitian
menu njukan usia yang paling banyak menggalami tauma abdoen
adalah pada kelompok usia 12-25 tahun sebanyak 22 orang
(41,5%)dan serimg dijumpai pada laki-laki dengan total 38 orang
(71,7%). Penyebab trauma yang paling banyak adalah trauma
tumpulyaiu sebanyak 50 orang (94,3%) dan organ yyang terjadinya
trauma adalah lambung sebanyak 25 orang (28,3%).penggunaan obat
terlarang
2) Perubahan perasaan – cedera jaringan saraf tulang belakang

9
3) Cedara pada struktur berdekatan –tulang iga bawah, panggul, tulang
belakang dari pinggang bawah(lumbar spine)
4) Pemeriksaan fisik yang meragukan
5) Antisipasi kehilangan kontak panjang dengan pasien
c. Ultrasound diagnosa(USG)
USG digunakan untuk evaluasi pasien dengan trauma tumpul abdomen.
Tujuan evaluasi USG untuk mencari cairan intraperitoneal bebas.
d. Computad tomography abdomen (CT Scan abdomen)
CT adalah metode yang paling sering digunakan mengevaluasi pasien
dengan trauma abdomen tumpul yang stabil.
7. KOMPLIKASI
Menurut Carpenito, (2012) komplikasi yang disebapkan karena adanya
trauma pada abdomen adalah dalam waktu segera dapat terjadi syok
hemoragik dan cidera, pada fase lanjut dapat teradi infeksi, thrombosis vena,
emboli pulmonar, stress tetapi karena keterbatasan sarana dan prasarana
pasien lalu dirujuk ke RSDM dengan suspect perdarahan intraabdomen.
a. Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus, jatung,
asma dan alergi.
b. Riwayat penyakit keluarga
Didalam keluarga tidak ada riwayat hipertensi, diabetes melitus, atau
penyakit manular dan berbahaya lainnya.
2.2. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
1) Jalan nafas bersih terdapat penumpukan secret
2) Terdengar adanya tidaknya bunyi nafas (ronchi, wheziing)
3) Lidah tidak jatu kebelakang
b. Breathing
1) Peningkatan frekuensi pernafasan(N: 16-12x/menit)
2) Menggunakan otot-otot pernafasan (abdomen, thoraks)

10
3) Irama nafas (teratur, dangkal, dalam)
4) Distress pernapasan (pernapasan euping hidung, takipneu, retraksi)
5) Suara nafas (nesiikuler, bronhial, bronkovesikuler)
6) Terapi oksigen: nafas canul, NRM (non rebreathing mak),
RM(rebreathing mask), inshalasi nebulizer
7) SpO2: 95%
c. Circulation
1) Nadi karotis dan nadi perifer teraba(kuat, lambat)
2) Penurunan curah jantung (gelisa, letargi, takikardia)
3) Capillary refill kembali dalam 3 detik
4) Akral (dingin, hangat)
5) Tidak sianosis
6) Kesadaran somnolen
7) Tanda-tanda vital: td(tekanan darah) :110/70-120/80mmHg N(nadi):
60/100x/menit RR(respiratory rate) :16-22x/menit S (suhu): 36,5-
37,5 derajat c
d. Disability
1) Kesadaran compos mentis dengan GCS=E4, V5, M6=15
e. Exposure
1) Integritas kulit baik
2) Ada/tidak luka bekas post operasi laparatomi
3) Capillay refill kembali dalam 3ddetik

11
2. PENYIMPANGAN KDM

Jatuh, Pukulan Benda Tekanan benda


Tumpul, Kompresi tajam:pisau, peluru,
ledakan

Gaya, predisisposisi
trauma elastisitas dan
viskositas

Ketahanan jaringan tidak


mampu mengkompensasi

Trauma abdomen

Nyeri tekan, Trauma tajam Trauma tumpul


spontan lepas
Kompresi
NYERI AKUT Kerusakan Pendarahan masif
organ abdomen
jaringan kulit
perdarahan
Luka terbuka Perdarahan
intra abdomen
Kehilangan cairan
Peningkatan resiko fisiologis tubuh
invasi bakteri patogeu Peningktan
TIA
RESIKO
RESIKO INFEKSI
SYOK Distensi
abdomen

Mual/muntah

DEFISIT NUTRISI

12
3. DIAGNOSA
a. Nyeri akut
b. Risiko infeksi
c. Risiko syok
d. Defisit nutrisi

4. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri akut Luaran Utama : tingkat Intervensi Utama :
nyeri Manajemen Nyeri
Luaran Tambahan : a. Observasi
a. Fungsi 1. Identifikasi lokasi, karateristik,
gastrointestinal durasi, frekuensi, kualitas,
b. Control nyeri intensitas nyeri
c. Molbilitas fisik 2. Identifikasi skala nyeri
d. Penyembuhan luka 3. Identifikasi respon nyeri non
e. Perfusi miokard verbal
f. Perfudi perifer 4. Identifikasi factor yang
g. Pola tidur memperbera dan memperingan
h. Status kenyamanan nyeri
i. Tingkat cedera 5. Identifikasi pengetahuan dan
Ekstpektasi : menurun keyakinan tentang nyeri
Kriteria Hasil : 6. Identifikasi pengaruh budaya
a. Keluhan nyeri (5) terhadap respon nyeri
b. Meringis (5) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
c. Sikap protektif (5) kualitas hidup
d. Gelisah (5) 8. Monitor kebersihan terapi
e. Menarik diri (5) komplementer yang sudah
f. Berfokus pada diri diberikan
sendiri (5) 9. Monitor efek samping peggunaan

13
g. Diaforeis (5) analgetik
h. Perasaan depresi b. Terapeutik
(tertekan) (5) 1. Berikan teknik nonfarmakologi
i. Perasaan takut untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
mengalami cedera TENS, hypnosis, akupresur, terapi
berulang (5) music, biofeedback, terapi pijat,
j. Anoreksia (5) aromatherapy, teknik imajinasi
k. Peroneum terasa terbimbing , kompres
tertekan (5) hangat/dingin, terapi bermain)
l. Uterus teraba 2. Control lingkungan yang
membulat (5) memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
m. Ketegangan otot (5) ruangan, pencahayaan, kebisingan)
n. Pupil dilatasi (5) 3. Fasilitas istirahat dan tidur
o. Muntah (5) 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
p. Mual (5) nyeri dalam pemilihan strategi
dalam meredakan nyeri
c. Edukasi
1. jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. jelaskan strategi meredakan nyeri
3. anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
4. anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. ajarkan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Risiko infeksi Setelah dilakukan Intervensi utama
intervensi keperawatan Manajemen imunitas/vaksinasi

14
selama 1x24 jam maka Observasi
Tingkat infeksi 1. Identifikasi riwyat kesehatan dan
menurun dengan riwayat alergi
Kriteria hasil : 2. Identifikasi kontraindikasi
a. Demam (5) pemberian imunisasi (mis. Rekasi
b. Kemerahan (5) anafilaksis terhadap vaksin
c. Nyeri (5) sebelumnya dan sakit parah
d. Bengkak (5) dengan tanpa dengan
e. Fesikel (5) 3. Identifikasi status imunisasi setiap
f. Caran berbau busuk kunjungan kepeayanan kesehatan
(5) Terapeutik
g. Sputum berwarnaa 1. Berikan suntikan suntikan pada
hijau (5) bayi di bagian paha anterolateral
h. Drainase purulent (5) 2. Dokumnetasikan informasi
i. Piuna (5) vaksinasi (mis.nama produsen,
j. Periode malaise (5) tanggal kadaluwarsa)
k. Periode mengigil (5) 3. Jadwalkan imunisasi pada interval
Latergi (5) waktu yang tepat
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat , reaksi
yang terjadi, jadwal, efek samping
2. Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah (mis.
Hepatitis B, BCG, ifterik, tetanus,
pertussis, H influenza, folio,
campak, measles, rubella)
3. Informasikan imunisasi yang
melindungi terhadap penyakit
namun aat ii tidak diwajibkan
emerintah (mis. Influenza dan
pneumokokus)

15
4. Informasikan vaksinasi untuk
kejadian kasus (mis. Rabies dan
tetanus)
5. Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi
kembali
Pencegahan infeksi
Observasi
1. Monitor tanda dan gejalan infeksi
local dan sistemik
Terapeutik
1. Batasi pengunjung
2. Berikan perawaatn kulit pada area
edema
3. Cuci tangan sebelum dan sedudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan tehnik aseptic pada
pasien beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara cuci tangan dengan
benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara meeriksa kondisi
luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

16
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi
jika perlu
3 Risiko syok Sstelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan 1. Monitor status kardiopulmonal
selama 1x24 jam tingkat (frekuensi dan kekuatan nadi,
syok menurun dengan frekuensi nafas, TD, MAP)
kriteria hasil: 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri
a. Kekuatan nadi nadi,AGD)
meningkat 3. Monitor status cairan (masukan dan
b. Tingkat kesadaran haluaran, tugor kulit, CRT)
meningkat 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon
c. Pucat menurun pupil
d. Akral dingin menurun 5. Periksa riwayat alergi
e. Tekanan diastol Terapeukti:
membaik 1. Berikan oksigen untuk
f. Takanan nadi mempertahankan saturasi >94%
membaik 2. Persiapkan intubasi fentilasi mekanis,
g. Frekuensi nadi jika perlu
membaik 3. Pasang jalur IV, jika perlu
h. Frekuensi nadi 4. Pasang kateter urine untuk menilai
membaik produksi urine, jika perlu
5. Lakukan skin texs untuk mencegah
reaksi alergi
Edukasi:
1. Jelaskan penyebap/ faktor resiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
3. Anjurkan melapor jika menemuka/
tanda dan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral

17
5. Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi transpusi darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian antinflamasi,
jika perlu
4 Defisit nutrisi Luaran Utama : status Intervensi Utama :
nutrisi Manajemen Nutrisi
Luaran Tambahan : a. Observasi
a. Berat badan 1. Identifikasi status nutrisi
b. Eliminsai fekal 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
c. Fungsi makanan
gastrointestinal 3. Identifikasi makanan yang disukai
d. Nafsu makan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
e. Perilaku jenis nutrient
meningkatkan berat 5. Identifikasi perlunya penggunaaan
badan selang nasogastric
f. Status menelan 6. Monitor asupan makanan
g. Tingkat depresi 7. Monitor berab badan
h. Tingkat nyeri 8. Monitor hasil pemeriksaan
Ekspektasi : membaik laboratorium
Kriteria Hasil : b. Terapeutik
a. Berat badan (5) 1. Lakukan oral hygiene sebelum
b. Indeks masa tubuh (5) makan, jika perlu
c. Frekuensi makanan 2. Fasilitasi menentukan pdoman
(5) diet(mis. Piramida makanan)
d. Nafsu makan (5) 3. Sajikan makanan secara menarik
e. Bising usus (5) dan suhu yang sesuai
f. Tebal lipatan kulit 4. Berikan makanan tinggi serat untuk
trisep (5) mencegah konstipasi
g. Membrane mukosa 5. Berikan makanan tinggi kalori dan

18
(5) tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
7. Hentikan pemberian makanan
makanan melalui selang nasogatrik
jika asupan oral dapat ditoleransi
c. Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang di programkan
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan(mis.pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
2. Kolaborasi dengn ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

19
BAB III
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen
yang dapat menyebapkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelaianan imonologi dan gangguan faal berbagai organ
penyebab trauma abdomen antara lain Penyebap trauma penetrasi dan
Penyebap trauma non-penetrasi, trauma abdomen ini bisa menimbulkan
manifestasi kilinis meliputi: nyeri tekanan diatas daera abdomen, distensi
abdomen, demam, anoreexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu
tubuh, nyeri spontan.penatalaksanaannya adalah Abdominal paracentesis
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum, merupakan indikasi
untuk laparotomy, Pemasanggan NGT memeriksa ccairan yang keluar dari
lambung pada trauma abdomen dan Pemberian antibiotic mencegah infeksi.
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan trauma abdomen adalah
Pemriksaan rontgen dan Diagnostik peritoneol lavage (DPL), komplikasi yang
disebapkan karena adanya trauma pada abdomen adalah dalam waktu segera
dapat terjadi syok hemoragik dan cidera, pada fase lanjut dapat teradi infeksi,
thrombosis vena, emboli pulmonar

3.2.SARAN
1. Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan terurama pada trauma abdomen untuk pencapaian
kualitas keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan
selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, perawatan tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan karena bagaimanapun teratumnya pengobatan tanpa perawatan
yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh
sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai
manfaat serta pentingnya kesehatan.

20
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan trauma
abdomen.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidayat,2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. Egc.


Brunner & Suddarth (2015) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Vol 2. Edisi
8. Egc :Jakarta
Carpenito, (2012) Buku Saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Klinis, Edisi 6. Jakarta: Egc
Nurarif Huda Amin & Kusuma Hardhi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC.Yogyakarta : Mediaction
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Dianostik. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI)
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2016.Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI)
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2016.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI)
Mustawan, Zulaik. (2009). Hubungan Penggunaan Mekanisme Koping Dengan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur Di Unit Orthopedi
Rsu Islam Kustati Surakarta. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Indah J. Umboh (2016) Hubungan Penatalaksanaan Operatif Trauma Abdomen
Dan Kejadian Laparotomi Negatif Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, Hlm. S52-S57
Elvira Bernadetta Ginting (2017) Gambaran Trauma Abdomen Yang Dirawat
Inap Di RSUD Dr .Pirngadi Medan Vol. 10, No. 1

22

Anda mungkin juga menyukai