Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Pada saat ini penggunaan kemajuan teknologi informasi yang diintegrasikan


dengan proses pekerjaan di suatu organisasi sudah menjadi kebutuhan yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan dari organisasi tersebut untuk
meningkatkan kemampuannya dalam menganalisis masalah-masalah yang dihadapinya
serta dalam pengambilan keputusan. Ketersediaan data dan informasi yang lengkap, benar
dan tepat sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup suatu organisasi.
Business Intelligence (BI) merupakan salah satu bentuk implementasi yang
mampu menjawab kebutuhan di atas. BI telah banyak digunakan oleh
organisasi- organisasi dalam mengelola data dan informasi sampai dengan dukungan
pengambilan keputusan. Secara ringkas, BI dapat diartikan sebagai pengetahuan yang
didapatkan dari hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan (usaha) suatu
organisasi. BI biasanya dikaitkan dengan upaya untuk memaksimalkan kinerja
suatu organisasi. Business Intelligence System merupakan istilah yang umumnya
digunakan untuk jenis aplikasi ataupun teknologi yang digunakan untuk membantu
kegiatan BI, seperti mengumpulkan data, menyediakan akses, serta menganalisa data
dan informasi mengenai kinerja perusahaan.

Salah satu perusahaan yang membutuhkan Business Intelligent ialah perusahaan


transportasi khususya pada pelayanan jasa armada taksi dikarenakan persaingan yang ketat
antar perusahaan terlebih pada saat ini membutuhkan cara untuk meningkatkan competitive
advantage nya. Perusahaan taksi yang paling bersaing saat ini ialah Putra Group dengan
Blue Bird Group. Jika dilihat dari market share bisnis jasa pelayanan taksi di Indonesia ini,
maka yang masih menjadi top leader nya ialah Blue Bird Group, dan challenger nya ialah
Putra Group, dan follower nya ialah Express Taksi. Putra Group sebagai salah satu

1
perusahaan taksi yang cukup besar di Indonesia. Dengan motto”Aman dan Terpercaya”,
sebelumnya beroperasi dengan nama Taksi CITRA yang mulai beroperasi sejak 1995
menggunakan jenis kendaraan Sedan Proton Saga 1300cc. Hingga tahun 1997 Jumlah
kendaraan mencapai 1000 unit. Karena pergantian pemegang saham dan pertimbangan
pasar, Taksi CITRA kemudian berubah nama menjadi Taksi PUTRA pada awal tahun
2001. Sampai dengan saat ini armada kendaraan yang dimiliki Perusahaan Taksi Putra
Group lebih dari 2.500 kendaraan. Sejak awal pendirian konsep pengoperasian taksi
menggunakan system owner operator yaitu sistem pengelolaan yang memberikan
kesempatan kepada pengemudi untuk memiliki kendaraan taksinya dalam kurun waktu
tertentu melalui mekanisme setoran harian. Dengan demikian pola hubungan antara
perusahaan dan pengemudi merupakan pola kemitraan yang diatur dalam tata tertib
pengoperasian taksi. Pilihan atas sistem pengelolaan ini dilandasi semangat berbagi dengan
memberi kesempatan kepada pengemudi untuk turut dalam proses peningkatan
kesejahteraan, karena sistem ini dapat menjamin peningkatan kesejahteraan pengemudi
setelah masa cicilan selesai.Dengan sistem owner operator, motivasi kerja dan rasa
memiliki pengemudi atas armada taksinya akan tinggi, sehingga para pelanggan akan
senantiasa memperoleh pelayanan terbaik.

Dengan Business Intelligent akan dapat membantu Putra Group mendapatkan


pengetahuan yang jelas mengenai BI pesaing juga mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja organisasi sehingga dapat membantu organisasi dalam
pengambilan keputusan serta sekaligus meningkatkan keunggulannya (competitive
advantage). Business Intelligent juga dapat membantu suatu organisasi dalam
menganalisis perubahan tren yang terjadi sehingga akan membantu organisasi
menentukan strategi yang diperlukan dalam mengantisipasi perubahan tren tersebut. Upaya
memaksimalkan kinerja organisasi merupakan hal yang prioritas saat ini. Organisasi
yang secara jelas mampu mengidentifikasikan, menjelaskan, dan
mengimplementasikan strateginya akan mampu berkembang dan berkompetisi lebih baik.
Untuk mencapai kinerja yang maksimal, organisasi tersebut harus mampu melakukan :
o Komunikasi yang jelas mengenai strategi dan tujuan organisasi
o Meningkatkan budaya akuntabilitas

2
o Menyediakan dan meningkatkan akses data dan informasi sesuai dengan kebutuhan
o Meningkatkan partisipasi sebanyak-banyaknya pihak yang terkait

BI dapat dimanfaatkan suatu organisasi dalam mencapai hal-hal di atas.


Bahkan
BI dapat dijadikan dasar dalam melakukan pengawasan karena BI juga dapat
memberikan :

Informasi dini (alert) jika terjadi penyimpangan antara kinerja dengan tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya
o Menyediakan laporan ter-otomasi (automated-feedback)
o Memonitor secara real-time Key Performance Index (KPI)

1.2 Identifikasi Masalah

Upaya implementasi BI memerlukan investasi sumber daya organisasi yang relatif


cukup besar, baik itu berupa dana, waktu, maupun sumber daya manusia. Di sisi
lain, menurut beberapa hasil studi dan riset, pembangunan BI juga memiliki risiko yang
cukup besar untuk mengalami kegagalan (tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi).
Risiko ini akan terjadi jika pembangunan BI tersebut tidak direncanakan secara cermat.

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana
faktor-faktor yang menjadi penentu suksesnya implementasi Business Intelligent di
suatu organisasi bisnis pesaing PUTRA GROUP, yaitu BLUE BIRD GROUP sebagai
leader di bisnis transportasi khususnya armada taksi agar dapat memberikan suatu
rekomendasi untuk perusahaan PUTRA GROUP agar mampu meningkatkan competitive
advantage perusahaan?

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Business Intelligent

Business Intelligence (BI) merupakan sistem dan aplikasi yang berfungsi


untuk mengubah data-data dalam suatu perusahaan atau organisasi (data operasional,
data transaksional, atau data lainnya) ke dalam bentuk pengetahuan. Aplikasi ini
melakukan analisis data-data di masa lampau, menganalisisnya dan kemudian
menggunakan pengetahuan tersebut untuk mendukung keputusan dan perencanaan
organisasi.
Definisi BI lainnya adalah yang sebagaimana diungkapkan oleh DJ Powers :
"Business Intelligence menjelaskan tentang suatu konsep dan metode bagiamana
untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan bisnis berdasarkan sistem yang
berbasiskan data. BI seringkali dipersamakan sebagaimana briefing books, report and
query tools, dan sistem informasi eksekutif. BI merupakan sistem
pendukung
pengambilan keputusan yang berbasiskan data-data"

2.2. Manfaat Business Intelligence Bagi Perusahaan

Beberapa manfaat yang bisa didapatkan bila suatu perusahaan


mengimplementasikan BI adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan nilai data dan informasi organisasi


Melalui pembangunan BI, maka seluruh data dan informasi dapat diintegrasikan
sedemikian rupa sehingga menghasilkan dasar pengambilan keputusan yang lengkap.
Informasi-informasi yang dulunya tidak dicakupkan sebagai salah satu
faktor pengambilan keputusan (terisolasi) dapat dengan mudah dilakukan 'connect

4
and combine' dengan menggunakan BI. Data dan informasi yang dihasilkan pun juga
menjadi lebih mudah diakses dan lebih mudah untuk dimengerti (friendly-users infos).

b. Memudahkan pemantauan kinerja perusahaan


Dalam mengukur kinerja suatu organisasi seringkali dipergunakan ukuran yang
disebut Key Performance Indicator (KPI). KPI tidak melulu diukur dengan satuan uang,
namun dapat juga berdasarkan kecepatan pelaksanaan suatu layanan. BI dapat
dengan mudah menunjukkan capaian KPI suatu organisasi dengan mudah, cepat dan
tepat. Dengan demikian akan memudahkan pihak-pihak yang terlibat dalam
pengambilan keputusan untuk menentukan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan.

c. Meningkatkan nilai investasi TI yang sudah ada


BI tidak perlu/harus mengubah atau menggantikan sistem informasi yang
sudah digunakan sebelumnya. Sebaliknya, BI hanya menambahkan layanan pada sistem-
sistem tersebut sehingga data dan informasi yang sudah ada dapat menghasilkan informasi
yang komprehensif dan memiliki kegunaan yang lebih baik.

d. Menciptakan karyawan yang memiliki akses informasi yang baik (well-


informed
workers)
Dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari, seluruh level dari suatu organisasi
(mulai dari pegawai/bawahan sampai dengan pimpinan) selalu berkaitan dan/atau
akses data dan informasi. BI mempermudah seluruh level pegawai dalam mengakses data
dan informasi yang diperlukan sehingga membantu membuat suatu keputusan. Jika
kondisi seperti ini tercapai, maka misi dan strategi organisasi yang sudah ditetapkan dapat
dengan lebih mudah terlaksana serta terpantau tingkat pencapaiannya.

e. Meningkatkan efisiensi biaya


BI dapat meningkatkan efisiensi karena mempermudah seseorang
dalam melakukan pekerjaan : hemat waktu dan mudah pemanfaatannya. Waktu
yang dibutuhkan untuk mencari data dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan

5
menjadi semakin singkat dan cara untuk mendapatkannya pun tidak memerlukan
pengetahuan (training) yang rumit. Dengan demikian training-training yang bisanya sering
dilakukan dengan biaya yang cukup besar, dapat dihemat sedimikian rupa.

2.3 Pendekatan Implementasi Business Intelligence

Dalam membangun dan mengimplementasikan BI di suatu organisasi, terdapat 3


(tiga) pendekatan yang bisa digunakan . Masing-masing dari pendekatan tersebut
memiliki kelebihan dan kelemahan, dimana pilihan dari strategi tersebut berdasarkan
kondisi dan kebutuhan organisasi yang akan membangun BI.
Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :

A. Top-down Approach
Pendekatan top-down sangat tepat bagi suatu organisasi yang akan membangun
BI dimana pada waktu yang bersamaan organisasi tersebut juga sedang melakukan
perubahan proses kerja (bussiness process re-engineering) secara menyeluruh di
seluruh aspek organisasi. Pada pendekatan ini, kerangka data warehouse secara
menyeluruh (enterprise data warehouse) harus disusun terlebih, baru kemudian
diikuti oleh data warehouse departemental (data mart).
Kelebihan dari pendekatan ini adalah :
 Pembangunan BI langsung mencakup data seluruh organisasi
 Kerangka BI akan lebih terstruktur, bukan gabungan dari berbagai data mart (data
parsial)
 Penyimpanan data menjadi terpusat
 Kontrol informasi dapat dilakukan secara tersentralisasi
Adapun kelemahan pendekatan ini yang harus diantisiapasi adalah :
 Waktu implementasi lebih lama
 Risiko kegagalan relatif tinggi karena kerumitannya
 Membutuhkan biaya yang relatif besar.

6
B. Bottom-up Approach
Kebalikan dengan pendekatan sebelumnya, dalam pendekatan bottom-up BI yang
akan disusun justru dari tingkat departemental (departemental data warehouse) baru
kemudian diintegrasikan menjadi data warehouse organisasi secara keseluruhan.
Pendekatan ini sangat tepat bagi kebutuhan suatu organisasi yang memprioritaskan
pembangunan BI di suatu departemen terlebih dahulu. Kemudian setelah sukses di
departemen tersebut akan dilanjtukan ke departemen lainnya.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah :
 Implementasi lebih mudah untuk dikelola dan lebih cepat memperlihatkan hasil
 Risiko kegagalan relatif lebih kecil
 Bersifat incremental, dimana data mart yang penting dapat dijadwalkan lebih
awal
 Memungkinkan anggota tim proyek untuk belajar dengan baik
Adapun kelemahan pendekatan ini yang harus diantisiapasi adalah :
 Tiap data mart merupakan departmental-view
 Memungkinkan terjadinya duplikasi data di setiap data mart di masing-masing
departemen
 Data tidak konsisten dan data sulit direkonsiliasi
 Terdapat banyak interface yang sulit dikelola

C. Practical Approach

Pendekatan ini mengkombinasikan ke-dua pendekatan sebelumnya untuk mendapatkan


kelebihannya. Dalam pendekatan ini, pengembangan BI di suatu organisasi akan
dimulai dengan perencanaan dan pendefinisian arsitektur kebutuhan data warehouse
organisasi secara keseluruhan (standardisasi). Baru kemudian akan dilakukan
serangkaian pembuatan BI pada tiap departemen yang membutuhkan.
Dalam pengimpelentasian Business Intelligence, ada tiga komponen yang harus
diperhatikan supaya system tersebut bisa berjalan dengan baik dan sukses. Tiga komponen
tersebut adalah:

7
1. Bisnis proses
2. Teknologi Informasi
3. People

2.6. Faktor-faktor yang Mengakibatkan Kegagalan Implementasi Business

Intelligence
beberapa faktor yang harus dihindari agar implementasi BI di suatu organisasi
berjalan sukses. Hal ini sangat penting diperhatikan karena upaya
implementasi BI biasanya akan membutuhkan sumber daya (dana, waktu, tenaga)
yang relatif cukup besar. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Perencanaan yang kurang matang


Implementasi BI tidak mungkin berhasil tanpa perencanaan yang matang. Kondisi
tersebut antara lain ditunjukkan dengan adanya rendahnya konsistensi dukungan
pimpinan terhadap proyek BI itu sendiri dan rendahnya tingkat kerjasama antar-
bagian di organisasi dalam upaya mewujudkan BI. Selain hal di atas, kurang jelasnya
kebutuhan informasi yang ingin didapatkan dari pengembangan BI juga berpotensi
menurunkan tingkat keberhasilan. Sebelum dilaksanakan perusahaan yang bersangkutan
harus mampu mendefinisikan informasi apa saja yang dibutuhkan, data-data apa saja
yang perlu dianalisis, dan dimana sajakah data-data tersebut dikelola. Kemudian,
siapa sajakah yang terkait dengan kebutuhan analisis tersebut dan bagaimana
bentuk informasi yang diharapkan. Kesemuanya harus jelas terlebih dahulu sebelum
dimulainya pengembangan BI.

b. Kualitas data yang tidak/kurang baik


BI tidak akan dapat digunakan dengan baik jika data yang akan dianalisis merupakan
data yang tidak/kurang baik kualitasnya. Data yang tidak/kurang baik akan
menghasilkan informasi yang kurang baik dalam pengambilan keputusan (garbage in =
garbage out concept)

8
c. Kurangnya mengantisipasi terhadap perubahan di organisasi
Sistem BI beserta implementasinya seringkali mengalami perubahan kebutuhan
dan organisasi patut mengantisipasi hal tersebut. Perubahan yang terjadi di organisasi pun
juga membutuhkan antisipasi pada sistem BI yang dipakai. Untuk itu organisasi harus
memperhitungkan sumber daya yang dibutuhkan.

d. Pengadaan sistem BI yang one-stop shoping


Sampai dengan saat ini, belum ada sistem BI yang siap pakai (fit) untuk semua jenis
organisasi yang membutuhkannya. Untuk itu pengadaan BI di suatu organisasi
memerlukan suatu proses penyempurnaan yang berkelanjutan dan bukan hanya
sekadar pembelian sistem yang sekali beli dapat digunakan seterusnya tanpa
penyempurnaan. Kebutuhan infrasruktur seperti server dan jaringan juga harus
diakomodasikan karena akan terus berkembang menyesuaikan banyaknya data yang
akan disimpan.

e. Pengembangan BI hanya mengandalkan tenaga outsourcing


Faktor paling krusial pada pengembangan BI di suatu organisasi adalah kejelasan
bagaimana proses kerja organisasi yang bersangkutan dan dimana data-data dan
informasi organisasi disimpan atau dikelola. Selain itu pemahaman yang jelas tentang
tujuan dan strategi organisasi, sejarah perkembangannya, serta profil pemakainya juga
menjadi informasi yang penting. Pihak outsourcing (vendor) BI tidak mungkin
mengetahui informasi yang lengkap dan detail mengenai hal-hal tersebut dengan
sendirinya tanpa bantuan dari pegawai organisasi yang bersangkutan. Pihak
outsourcing BI hanya bertindak sebagai tenaga yang membantu membuat sistem, tapi
bentuk sistem dan kebutuhan apa saja yang diperlukan hanya organisasilah yang
mengetahui dengan baik.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PROFIL TAKSI PUTRA GROUP

Taksi PUTRA dengan motto”Aman dan Terpercaya”, sebelumnya beroperasi


dengan nama Taksi CITRA yang mulai beroperasi sejak 1995 menggunakan jenis
kendaraan Sedan Proton Saga 1300cc. Hingga tahun 1997 Jumlah kendaraan mencapai
1000 unit. Karena pergantian pemegang saham dan pertimbangan pasar, Taksi CITRA
kemudian berubah nama menjadi Taksi PUTRA pada awal tahun 2001. Sampai dengan saat
ini armada kendaraan yang dimiliki Perusahaan Taksi Putra Group lebih dari 2.500
kendaraan.

Sejak awal pendirian konsep pengoperasian taksi menggunakan system owner


operator yaitu sistem pengelolaan yang memberikan kesempatan kepada pengemudi untuk
memiliki kendaraan taksinya dalam kurun waktu tertentu melalui mekanisme setoran
harian. Dengan demikian pola hubungan antara perusahaan dan pengemudi merupakan pola
kemitraan yang diatur dalam tata tertib pengoperasian taksi. Pilihan atas sistem pengelolaan
ini dilandasi semangat berbagi dengan memberi kesempatan kepada pengemudi untuk turut
dalam proses peningkatan kesejahteraan, karena sistem ini dapat menjamin peningkatan
kesejahteraan pengemudi setelah masa cicilan selesai.Dengan sistem owner operator,
motivasi kerja dan rasa memiliki pengemudi atas armada taksinya akan tinggi, sehingga
para pelanggan akan senantiasa memperoleh pelayanan terbaik. Taksi PUTRA siap
melayani pelanggan kota Jakarta dan sekitarnya dengan pengemudi berpengalaman untuk
menjamin keamanan dan kenyamanan pelanggan. Saat ini, armada Taksi PUTRA
menggunakan kendaraan Hyundai Exel I 1500cc, Hyundai Exel II 1500cc , Proton Wira
1500cc dan Proton Waja 1600cc. Memiliki warnabody Blue Langkawi dengan mahkota
atau taxi-sign khas berwarna kuning cerah. Selain itu, interior Taksi PUTRA selalu terjamin
kebersihan dan kesejukannya. Pengemudi Taksi PUTRA merupakan pengemudi
berpengalaman, karena syarat menjadi pengemudi Taksi PUTRA memiliki pengalaman

10
sebagai pengemudi taksi minimal 2 tahun yang dimaksudkan untuk menjamin keamanan
dan kenyamanan dalam perjalanan dan pengetahuan pengemudi tentang alamat tujuan
pelanggan. Untuk menjaga kualitas layanan Taksi PUTRA maka sistem rekrutmen
pengemudi adalah hal yang menjadi perhatian utama, selain seleksi kesehatan fisik, psiko-
test, pengetahuan tentang jalan juga tentang latar belakang pengemudi.

Taksi PUTRA yang mulai beroperasi di Jakarta dan sekitarnya awal Februari 2001,
juga membangun sistem database berisi informasi detail tentang pengemudi, keluarga dan
kerabatnya. Sistem ini bertujuan untuk menjamin bahwa seluruh data dan informasi
mengenai pengemudi Taksi PUTRA dimiliki oleh perusahaan untuk menjamin keamanan
dan kenyamanan pelanggan. Operasi Taksi PUTRA Jakarta adalah kota Jakarta dan
sekitarnya yaitu : ke Timur sampai dengan Cikarang Kabupaten Bekasi, Selatan arah ke
Puncak sampai dengan Taman Safari Cisarua Kabupaten Bogor, Arah Sukabumi sampai
dengan Cigombong Kabupaten Bogor,arah ke Barat sampai dengan Balaraja Kabupaten
Tangerang.Sejak awal tahun 2005, warga Makassar, Sulawesi Selatan, telah dapat
menikmati layanan Taksi PUTRA Makassar. Keberadaan Taksi PUTRA di Makassar selain
dimaksudkan untuk melayani masyarakat pengguna jasa taksi, juga memperluas
kesempatan bagi pengemudi untuk ikut serta dalam pengelolaan taksi sistem
owner operator, karena Taksi PUTRA Makassar adalah bagian tak terpisahkan dari Taksi
PUTRA Group. Dengan wilayah operasi kota Makassar, Kabupaten Maros, Gowa dan
Takalar , taksi PUTRA Makassar yang menggunakan sedan KIA Rio SF 1.400cc dan
Proton Waja 1600cc berwarna hitam, dengan mahkota atau taxi-sign yang juga berwarna
hitam dan logo “PU” dalam tulisan Lontar seperti halnya logo Taksi PUTRA Jakarta dan
Makassar, dipastikan dapat memberikan pelayanan terbaik, cepat dan terpercaya Taksi
Putra Bandung mulai melayani masyarakat Kota Bandung dan sekitarnya awal Februari
tahun 2008, kehadiran Taksi Putra di Bandung selain untuk melayani masyarakat pengguna
jasa taksi, juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada pengemudi untuk ikut
serta dalam pengelolaan taksi sistem Owner Operator seperti halnya di Jakarta dan di
Makassar.

11
3.2 Profil Blue Bird Group

Blue Bird Group sebagai pesaing Putra Group Taksi sebagai market leader dalam
bisnis transportasi, Blue Bird sudah menjadi brand yang kuat dan dikenal luas oleh
masyarakat. Diawali dengan armada 25 taksi pada tahun 1972, kini setelah lebih dari 30
tahun mendalami bisnis jasa transportasi, Blue Bird telah berkembang pesat dengan sekitar
12000 armada-nya yang tersebar di seluruh penjuru Jakarta. Sebuah prestasi luar biasa
untuk sebuah usaha jasa transportasi dengan jumlah armada yang sangat banyak.

Kesuksesan yang diraih oleh Blue Bird ini tak lepas dari upaya blue bird dalam
memanfaatkan teknologi. Berawal sekitar tahun 1972, Blue Bird yang
mengimplementasikan pertama kali di Indonesia sistem komunikasi radio serta penggunaan
argometer yang ketat untuk armada-armadanya. Jejak langkah Blue Bird ini diikuti pula
oleh perusahaan taksi lainnya yang beroperasi di Indonesia. Sekitar beberapa tahun
terakhir ini Blue Bird sudah menggunakan teknologi GPS (Global Positioning System).
Selain digunakan untuk melacak posisi armada-armadanya, GPS ini juga digunakan sarana
berkomunikasi antara armada taksi dengan Call Center. Berbeda dengan teknologi
komunikasi radio yang terbatas pada komunikasi suara yang sudah umum digunakan oleh
operator-operator taksi, teknologi GPS ini mempermudah operator dalam menentukan
posisi konsumen dan armada mana yang dapat menjangkaunya, sehingga pelayanan bisa
dilakukan lebih cepat dan mengurangi antrean pemesanan. Keunggulan lainnya, konsumen
tidak perlu mendengarkan suara dari radio komunikasi ketika ada pemesanan yang masuk
ke pengemudi taksi. Perkembangan Blue Bird tidak cukup hanya di kota Jakarta dan
sekitarnya saja, melainkan di kota-kota besar lain di Indonesia. Di Bali, sejak tahun 1989
Blue Bird Group telah menempatkan armada Golden Bird-nya, yang diikuti dengan armada
taksi regular Bali Taksi pada tahun 1994. Kemudian berturut-turut pada tahun 1996 dan
1997, taksi regular memasuki Lombok dengan nama Lombok Taksi dan kota Surabaya
dengan nama Surabaya taksi. Sekitar bulan November 2005, Blue Bird mulai menjamah
kota Bandung dengan 75 armada taksi regulernya. Meskipun dengan jumlah armada yang
masih sedikit, Bandung Taksi ini mendapatkan pertentangan yang cukup keras dari
operator-operator taksi lainnya di Bandung. Harus diakui jika reputasi dan brand

12
image yang telah diposisikan oleh Blue Bird Group, cukup menjadi ancaman terhadap
operator taksi lainnya.

Blue Bird pada saat ini meningkatkan diversifikasi produknya ke jasa angkutan
non-penumpang Blue Bird dengan menyediakan jasa Truk Container, yaitu Iron Bird dan
Angkutan Kontenindo Antarmoda. Di luar usaha transportasi primer, Blue Bird juga telah
mendirikan Holiday Resort Lombok, dan perusahaan manufacture otomotif seperti Everlite,
Restu Ibu, Ziegler Indonesia, serta usaha service lain seperti Jasa Alam, Gas Biru, dan Ritra
Konnas Freight Centre.

3.3 Penerapan Business Intelligent Pada Blue Bird Group

Perusahaan transportasi blue bird berhasil mengimplemantasikan solusi Business


Intelligent (BI), yakni SAP NetWeaver Business Intelligent (SAP NetWeaver BI). Ini
merupakan suatu solusi yang mengolah data mentah menjadi informasi pendukung
pengambilan keputusan perusahaan dan proses bisnis sehingga mampu memberikan
gambaran lengkap dari bisnis untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda dari para
pengguna, professional TI dan manajemen senior. Solusi ini disediakan melalui teknologi
portal enterprise dan menyediakan kepada para penggunanya suatu infrastruktur andal,
peralatan yang komprehensif, kemampuan untuk melakukan perencanaan dan simulasi,
serta fungsionalitas data-warehousing. Aplikasi business intelligence diperlukan perusahaan
untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis dan menyediakan akses ke data guna
membantu penggunanya mengambil keputusan bisnis secara akurat.

SAP (System Application and Product) adalah software ERP (Enterprise Resources
Planning),yaitu merupakan tools IT dan manajemen dalam membantu pencanaan dan
kebijakan perusahaan didalam mengambil keputusan, serta merupakan software yang
diimplementasikan untuk mendukung organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional
secara lebih efisien dan efektif. SAP terdiri dari serangkaian modul aplikasi yang mampu
mendukung semua transaksi perusahaan. Semua modul dalam aplikasi SAP dapat
diintegrasikan secara terpadu antara satu dengan lainnya serta memungkinkan ketersediaan
data yang akurat dan aktual. ERP merupakan suatu perangkat lunak yang didesain untuk

13
memadukan proses bisnis yang ada, pengunaan database perusahaan untuk menghasilkan
informasi yang valid. ERP dan Business Intelligence mempunyai keterkaitan, ERP
merupakan sistem yang menintegrasikan seluruh sistem yang ada dalam suatu perusahaan
untuk mendapatkan informasi yang benar dan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Proses implementasi Business Intelligent di Blue Bird Group dapat berjalan dengan
baik karena garis besar cakupan proyek dan indicator kinerja kunci perusahaan sangat
jelas. Di samping itu, proses implementasi secara hirarki dan dengan dukungan tenaga-
tenaga konsultan yang professional dan berkualitas juga menjadi faktor penting dalam
keberhasilan proses implementasi. Konsultan yang andal memahami bahwa pendekatan
dari bottom up untuk mengimplementasikan business intelligent akan membutuhkan waktu
yang panjang. Sedangkan metode top down merupakan metode yang tepat untuk
mengimplementasikan Business Intelligent.

Blue Bird Group mengimplementasikan SAP Netweaver BI untuk modul-modul


Financial Accounting (FI), Controlling (CO), CO Profitability Analysis (CO PA) Plant
Maintenance (PM), dan modul yang dirancang khusus yang dinamakan “Taximeter System”
dari legacy VB sistem perusahaan. Proses implementasi dilakukan oleh Hermis consulting.
Pada fase pertama, SAP NetWeaver BI “GO Live”. Mengingat pertumbuhan bisnis
kian kompleks, Blue Bird Group mengimplementasikan SAP Business Suite, yang
membantu perusahaan mengonsolidasikan operasional yang terdiri dari 28 cabang
perusahaan, lebih dari 70 pool. Setelah itu, Blue Bird Group membutuhkan suatu sistem
yang mampu mengelola laporan-laporan yang dihasilkan SAP Business Suite guna menjadi
informasi akurat yang dapat diakses secara cepat dan tepat untuk proses pembuatan
keputusan.

Blue Bird selanjutnya menginstall SAP NetWeaver BI sebagai suatu solusi yang
membantu perusahaan untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari sistem SAP-nya.
Melalui implementasi solusi tersebut, lanjut Noni, pihaknya berkeinginan memiliki suatu
solusi BI yang memberikan fungsionalitas menyeluruh dan terbaik, serta di saat yang
bersamaan juga menyediakan fitur-fitur bagi kebutuhan spesifik industri. Disamping itu,
solusi harus mampu mengintegrasikan data dari berbagai perusahaan dan
mentransformasikan ke dalam bentuk yang dapat dipraktekan, informasi bisnis yang tepat

14
waktu untuk mendorong proses pembuatan keputusan, serta menghasilkan tindakan-
tindakan yang strategis dan bisnis yang solid.

2. Blue Bird Berhasil Implementasikan Solusi MySAP Bunisess Suite

Kelompok usaha Blue Bird hari ini mengumumkan rampungnya


pengimplementasian solusi peranti lunak SAP dalam sistem Teknologi Informasi mereka.
Sebagai perusahaan transportasi yang armadanya mencapai lebih dari 15.000 kendaraan,
Blue Bird memerlukan solusi TI yang handal untuk memantau banyak hal dalam
operasionalnya sehari-harinya, Order pelanggan, kendaraan yang beroperasi dan yang
dalam perawatan, sampai konsumsi bahan bakar, perlu terdata dengan baik. Dengan tujuan
integrasi dan akurasi data, solusi MySAP Business Suite dimanfaatkan Blue Bird untuk
menangani semua itu.

MySAP Business Suite merupakan solusi peranti lunak dengan fungsi luas.
Dengannya, Blue Bird dapat memonitor banyak informasi penting secara mudah dan tepat
waktu. Data tersebut akan tersedia sesuai dengan informasi yang diperlukan oleh jajaran
management untuk membuat keputusan secara cepat. Ini tentu meningkatkan efisiensi
perusahaan. Implementasi mySAP Business Suite tersebut meliputi fungsi keuangan,
controlling, sales & distribution, material management dan fleet management. Di samping
itu, SAP secara khusus mengembangkan dua fungsi lain untuk Blue Bird, yakni Driver
Management dan Operation & Reservation Management agar bias disatukan dengan sistem
mereka yang berbasiskan Visual Basic. Implementasi SAP dapat membawa perubahan
besar bagi perusahaan ini. Dapat dibayangkan hanya dengan mengklik sebuah tombol,
maka dapat melihat visibilitas di seluruh operasional perusahaan.

3.Teknologi GPS dan MDT Blue Bird

Blue Bird Group merintis penggunaan MDT (Mobile Data Transfer) dan GPS
sebagai instrument pelengkap di taksinya. MDT mirip seperti pager, dimana setiap
informasi yang terkait dengan pengemudi akan tampil dilayarnya. MDT juga merupakan
alat penangkap order dalam radius 3-4 km untuk setiap order yang dilelang via data
komputer, sehingga tidak ada istilah lagi pengemudi berebut order atau spekulasi posisi
taksi yang terlalu jauh dari tempat jemput konsumen. Pada saat ini 50% lebih mobil-mobil

15
Blue Bird sudah dilengkapi dengan teknologi global positioning system (GPS) yang dapat
memantau keberadaan mobil di jalan raya. Dengan alat ini mobil dapat dilacak di manapun
keberadaannya. Selain memudahkan para pengemudi , penumpang juga merasa lebih
terlindungi jika menggunakan Blue Bird. Sampai saat ini masih sedikit perusahaan taksi
lainnya yang menggunakan GPS dikarenakan biayanya sangat tinggi dan harga GPS per
unit mobil adalah Rp 15 juta. Pihak manajemen merencanakan semua taksi Blue Bird akan
dilengkapi dengan sistem GPS.

Salah satu strategi yang digunakan Blue Bird di dalam memelihara loyalitas
pelanggannya ialah dengan menyediakan credit voucher yang tidak hanya untuk korporat
saja, namun juga untuk perorangan. Pihaknya juga hendak menyediakan tabel diskon
tertentu. Jadi, tambah banyak pemakaian per bulan, maka makin besar pula diskonnya.
Pelanggan yang loyal pada Blue Bird dengan program ini akan dapat menggunakan taksi
dengan harga diskon, besarannya bervariasi antara 5%-15%. Pada saat ini Blue Bird
memiliki pelanggan korporat lebih dari 650 perusahaan. Selama ini banyak masyarakat
yang mengenal Blue Bird memang bukan karena tarifnya yang murah, melainkan karena
nyaman, aman, berkualitas dan lain sebagainya. Sebagai langkah akhir, yang dapat
dilakukan Blue Bird untuk mempertahankan adalah dengan meningkatkan kualitas layanan
yang aman dan nyaman. Untuk menjamin hal tersebut, pihak Blue Bird sering
menggunakan mistery shopper atau penumpang yang diminta untuk menguji sopir. Seiring
dengan itu, pelatihan bagi para pengemudi mengenai pentingnya layanan pun terus
digencarkan guna memberikan yang terbaik bagi pelanggan.

Basis usaha Blue Bird terletak pada jasa transportasi, khususnya adalah taksi dan
alat angkutan / kendaraan. Secara langsung yang menjadi penggerak utama usaha ini adalah
para pengemudi-nya. Selain berfungsi utama sebagai driver, pengemudi juga menjalankan
fungsi sebagai customer service dan sales force, karena mau tidak mau, para pengemudi
inilah yang akan berhadapan langsung dengan penumpang / customer. Para pengemudi di
Blue Bird dilatih secara khusus dalam berbagai tahapan training. Dari para pengemudi
inilah image Blue Bird dibangun. Sehingga tidak heran bila masyarakat mengenal Blue
Bird karena para pengemudinya yang baik dan jujur.

16
BAB IV

REKOMENDASI

4. Rekomendasi Bagi Putra Group

Penerapan Business Intelligent pada Blue Bird Group ini perlu diimplementasikan
juga pada perusahaan Putra Group untuk dapat meningkatkan competitive advantage
perusahaan. Hal ini terbukti berhasil pada Blue Bird Group yang selalu menjadi leader
market bisnis di bidang pelayanan taksi ini dengan mengimplementasikan business
intelligent yang baik.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Putra Group sebagai rekomendasi
untuk meningkatkan competitive advantage perusahaan :

1. Sistem ERP perlu diterapkan di Putra Group (karena tidak ada informasi bahwa
Putra Group menggunakan ERP) seperti SAP NetWeaver Business Intelligent
(SAP NetWeaver BI) dan MySAP Business Suite untuk memantau banyak hal
dalam operasionalnya sehari-harinya, Order pelanggan, kendaraan yang
beroperasi dan yang dalam perawatan, sampai konsumsi bahan bakar, perlu
terdata dengan baik. Dengan tujuan integrasi dan akurasi data, dan lain
sebagainya. Solusi ini dimanfaatkan Blue Bird untuk menangani semua itu.
2. Penggunaan teknologi Global Positioning System (GPS) dan Mobile Data
Transfer (MDT) perlu juga untuk diimplementasikan perusahaan agar dapat
meningkatkan kualitas pelayanan pada pelanggan dan juga untuk kemudahan di
bagi para pengemudinya.
3. Perlu dilakukan strategi dalam bentuk penawaran harga murah, dan diferensiasi
non harga, seperti kualitas, layanan, kecepatan, fleksibilitas, dan sebagainya.
Disamping itu, perusahaan juga dapat memilih strategi untuk pasar yang lebih
focus (niche market). Dan juga Putra Group perlu memasuki segmen pasar yang
baru untuk dapat meningkatkan market share nya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ferenc Mantfeld, Why do BI implementation fails?, http://blogs.ittoolbox.com, 2006

Han, Jiawei & Kember, Michelin, Data mining Concepts & Techniques, Simon
Fraser University Academic Press, USA 2001

Martin, Brown, DeHayes, et all, Entreprise Systems, Managing Information Technology,


5th edition, hal 198.

Martin, Brown, DeHayes, et all, Managerial Support Systems,Managing Information


Technology, 5th edition, hal 222

Mike Steadman, The Value of BI for Association Executives, Association Xpertise


Inc., 2003

Steve Williams, Nancy Williams, BI and Government Performance Management:


Getting to Green, DM Review, 2004

Pranala Luar

18

Anda mungkin juga menyukai