Anda di halaman 1dari 4

BUDAYA KESEHATAN DI KEDIRI

Untuk Memenuhi Tugas Antropologi Kesehatan

Dibina oleh:

Lenni Saragih, SKM, M.Kes

Dibuat oleh:

Aprillia Kusuma Wardani (P17210174061)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG

2018
BUDAYA KESEHATAN DI KEDIRI

Kediri merupaka salah satu kota yang memiliki banyak kebudayaan, terutama yang
berhuungan dengan kesehatan, baik itu yang masih tradisional, ataupun yang sudah mengalami
pembangkan jaman. Berikut merupakan budaya yang berhuungan dengan kesehatan yang perlu
untuk dipertahankan, dinegosiasi, dan direstrukturisasi:

1. Yang dapat dipertahankan.

Dikediri banyak budaya yang berhubungan dengan kesehatan yang tidak bertolak
belakang dengan dunia kesehatan, misalnya budaya pijat. Kebiasaan pijat dilakukan oleh
masyarakat Kediri mulai dari usia bayi sampai usia lansia. Dimana kebiasaan ini memiliki
tujuan untuk melemaskan otot-otot yang tegang karena capek bekerja. Sehingga dengan
banyaknya masyarakat yang sering melakukan kebiasaan ini, maka pijat tergolong budaya
yang berhubungan dengan kesehatan yang perlu untuk dilestarikan, seab dengan adanya
budaya pijat dapat mengurangi konsumsi oat apabila ada orang yang sakit. Tetapi budaya
pijat yang dilakukan oleh masyarakat Kediri perlu untuk direstrukturisasi agar carannya tidak
menyimpang dengan dunia kesehatan.

2. Yang perlu dinegosiasi.

Budaya yang dapat dinegosiasi adalah keiasaan mengonsumsi jamu herbal dan obat
stelan yang label produksinya belum jelas. Keiasaan mengonsumsi jamu sangatlah baik
apabila jamu yang dikonsumsi itu uatan sendiri atau dibuat dengan ahan alami, selain itu
konsumsi jamu juga diperbolehkan jika label keterangan jamu lengkap, telah teruji, dan dapat
dipertanggung jawabkan.

Namun masyarakat Kediri masih banyak yang mengonsumsi jamu herbal dan obat stelan
yang tidak tercantum label keterangan produksinya. Sehingga budaya tersebut perlu untuk
negosiasi oleh seorang perawat untuk menghormati kepercayaan masyarakat. Selain itu
perawat juga memiliki kewajiban untuk menjelaskan dan memerikan edukasi tentang jamu
yang baik dikonsumsi oleh masyarakat.

3. Yang perlu direstrukturisasi


Kebiasaan yang dipercayai oleh masyarakat Kediri apabila anaknya kaget, biasannya
mereka membuatkan olesan atau masyarakat Kediri sering menyebutnya dengan bobok.
Dimana bobok tersebut terbuat dari daun sangket dan awing merah yang di parut atau
ditumbuk, kemudian bobok tersebut dioleskan pada daerah dada depan belakang, dahi, serta
anggota gerak seperti tangan dan kaki. Mereka meyakini bahwa penggunaan bobok tersebut
dapat menurunkan panas dan keget pada anak kecil.

Sedangkat menurut dunia kesehatan mengoleskan daun sangket yang sudah dbieri bawing
merah yang sudah dihancurkan tidak memiliki hubungan dengan menurun kaget yang
berhubungandengan pacu jantung, melainkan penggunaan olesan daun sangket dan bawang
yang sudah dihancurkan tadi hannya dapat memberikan rasa dingin yang seolah-olah dapat
menurunkan kaget.
KOMPETENSI BUDAYA YANG HARUS DIMILIKI OLEH PERAWAT
UNTUK MELAKUKAN ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.

Kompetensi budaya yang harus dimiliki seorang perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan transcultural adalah seorang perawat harus dapat menegosiasi budaya atau
kebiasaan yang diyakini pasien dengan tujuan menghormati kepercayaan yang diyakini pasien,
tetapi dengan kita melakukan negosiasi budaya perawat juga memerikan edukasi atau
meluruskan sesuatu yang sudah diyakini oleh pasien.

Selain melakukan negosiasi budaya perawat juga harus dapat mendistruksikan keyakinan
pasien yang salah, tetapi tetap menggunakan cara yang tidak menyinggung pasien

Anda mungkin juga menyukai