Laporan Praktikum Kosmetologi Sediaan Sabun Padat Transparan
Laporan Praktikum Kosmetologi Sediaan Sabun Padat Transparan
( Kelompok 4C )
MARET/2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mandi telah menjadi suatu hal yang rutin pada zaman sekarang ini. Mandi dilakukan
untuk membersikan badan setelah melakukan aktivitas. Untuk membantu membersihkan
badan, manusia menggunakan berbagai bahan dari bahan alami seperti daun-daunan,
hingga membuat kosmetik sabun.
Pada zaman sekarang, sabun telah dikembangkan dengan tujuan berbeda dan
pengguna yang berbeda. Dari bentuknya sabun padat dibagi menjadi 3 jenis yaitu sabun
opak, semi transparan dan transparan. Pada praktikum kali ini, kami mencoba membuat
sabun transparan padat.
Tujuan
Secara umum, lemak berasal dari sumber hewani dan minyak berasal dari
sumbernabati. Lemak dan minyak ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida
(Suminar,2003). Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golonganlipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air,
tetapilarut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya (Netti, 2002).
Secara kimia, yang diartikan dengan lemak adalah trigliserida dari gliserol dan
asam lemak (Budimarwanti). Minyak mengandung persentase asam lemak tak jenuh yang
lebih tinggi dibandingkan lemak, sehingga membuat beberapa trigliserida berwujud padat
(lemak) dan lainnya berwujud cair (minyak) (Suminar, 2003). Lemak dan minyak yang
umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak
yang tidak beraturan di esterifikasi dengan gliserol. Masing-masing lemak mengandung
sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12(asam laurat)
hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh
(Bunta, 2013)
Sabun
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari
dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau
potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium
atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang
dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang
dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Sabun dibuat dengan dua
cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak
akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak
akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida
dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas
dengan alkali (Qisti, 2009).
Sabun merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium
stearat, C17H35COO‾Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan
pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini
dapat di pahami dengan mengingat kedua sifat dari anion sabun (Achmad, 2004).
Fungsi Sabun
Fungsi sabun dalam anekaragam cara adalah sebagai bahan pembersih. Sabun
menurunkan tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air itu membasahi bahan
yang dicuci dengan lebih efektif, sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk
mendispersikan minyak dan gemuk; dan sabun teradsorpsi pada butiran kotoran (Keenan,
1980).
Sabun mandi merupakan garam logam alkali (Na) dengan asam lemak dan minyak
dari bahan alam yang disebut trigliserida. Lemak dan minyak mempunyai dua jenis
ikatan, yaitu ikatan jenuh dan ikatan tak jenuh dengan atom karbon 8-12 yang berikatan
ester dengan gliserin. Secara umum, reaksi antara kaustik dengan gliserol dan sabun yang
disebut dengan saponifikasi. Setiap minyak dan lemak mengandung asam-asam lemak
yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut menyebabkan sabun yang terbentuk mempunyai
sifat yang berbeda. Minyak dengan kandungan asam lemak rantai pendek dan ikatan tak
jenuh akan menghasilkan sabun cair. Sedangkan rantai panjang dan jenuh menghasilkan
sabun yang tak larut pada suhu kamar (Andreas, 2009).
Sabun mandi merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak yang
digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa, dengan atau
penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit (SNI, 1994).
Menurut Keenan (1980), dalam pembuatan sabun, lemak dipanasi dalam ketel besi
yang besar dengan larutan natrium hidroksida dalam air, sampai lemak itu terhidrolisis
sempurna. Pereaksi semacam itu sering disebut penyabunan (latin, sapo adalah sabun),
karena reaksi itu telah digunakan sejak zaman Romawi kuno untuk mengubah lemak dan
minyak menjadi sabun. Persamaan untuk reaksi itu adalah :
(RCO2)3C3H3 + 3NaOH → 3RCO2Na + C3H5(OH)3
Jika lemak/minyak dihidrolisis, akan terbentuk gliserol dan asam lemak yang
dengan adanya Na(NaOH) akan terbentuk sabun karena sabun merupakan garam Na atau
K dari asam lemak. Sabun Na dan K larut dalam air, sedangkan Ca dan Mg tidak larut.
Sabun Na (sabun keras) digunakan untuk mencuci dan sabun K (sabun lunak) digunakan
untuk sabun mandi (Panil, 2008).
Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dengan alkali
menghasilkan sabun dan gliserol. Salah satu bentuk sabun adalah sabun transparan (Bunta,
2013). Sabun tembus pandang dan menghasilkan busa yang lebih lembut dan tampak lebih
menarik (Priani dan Lukmayani, 2010). Sama halnya dengan sabun mandi biasa, sabun
transparan juga merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dengan basa kuat,
hanya saja penampakannya transparan (Bunta, 2013). Sabun ini mudah sekali larut karena
mempunyai sifat sukar mengering. Faktor yang mempengaruhi transparansi sabun adalah:
Kandungan alkohol
Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan
karenasifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.
Gula
Gula bersifat humektan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih
warnagula akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak
gula, produk sabun menjadi lengket, pada permukaan sabun keluar gelembung
kecil-kecil. Gula yang paling baik untuk sabun transparan adalah gula yang apabila
dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena warna gula sangat mempengaruhi
warna sabun trasnparan akhir. Gula lokal yang berwarna agak kecoklatan, hasil
sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak kecoklatan.
Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati
denganair untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga
dapat ber fungsi sebagai pelembap pada kulit. Pada kondisi atmosfer sedang
ataupun padakondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembapkan kulit dan
mudah di bilas. Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling
essensial adalah kualitas gula, alkohol dan gliserin. Oleh karena itu pemilihan
material dipertimbangkan dengan warna dan kemurniannya (Arita dkk, 2009).
Komposisi Sabun
1. Surfaktan
Surfaktan (surface acting agent) merupakan senyawa organik yang dalam molekulnya
memiliki sedikitnya satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik. Apabila
ditambahkan ke suatu cairan pada konsentrasi rendah, maka dapat mengubah
karakteristik tegangan permukaan dan antarmuka cairan tersebut. Surfaktan
merupakan bahan terpenting dari sabun. Lemak dan minyak yang dipakai dalam
sabun berasal dari minyak kelapa (asam lemak C12), minyak zaitun (asam lemak C16-
C18), atau lemak babi. Penggu naan bahan berbeda menghasilkan sabun yang
berbeda, baik secara fisik maupun kimia. Ada sabun yang cepat berbusa tetapi terasa
airnya kasar dan tidak stabil, ada yang lambat berbusa tetapi lengket dan stabil
(Elefani, 2008; Wasitaatmadja (1997).
2. Pelumas
Untuk menghindari rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak saja
meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak, misal:
asam lemak bebas, fatty alcohol, gliserol, lanolin, paraffin lunak, cocoa butter, dan
minyak almond, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat, asam lemak isotionat, asam
lemak etanolamid, polimer JR, dan carbon resin (polimer akrilat). Bahan-bahan selain
meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan berfungsi sebagai peramas
(plasticizers).
5. Warna
Kebanyakan sabun toilet berwarna cokelat, hijau biru, putih, atau krem. Pewarna
sabun dibolehkan sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang ada, pigmen yang
digunakan biasanya stabil dan konsentrasinya kecil sekali (0,01-0,5%). Titanium
dioksida 0,01% ditambahkan pada berbagai sabun untuk menimbulkan efek berkilau.
Akhir-akhir ini dibuat sabun tanpa warna dan transparan.
6. Parfum
Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfum sebagai pewangi. Pewangi ini
harus berada dalam pH dan warna yang berbeda pula. Setiap pabrik memilih bau dan
warna sabun bergantung pada permintaan pasar atau masyarakat pemakainya.
Biasanya dibutuhkan wangi parfum yang tidak sama untuk membedakan produk
masing-masing.
7. Pengontrol pH
Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat, dapat menurunkan pH
sabun.
Saat ini telah banyak dilakukan penelitian mengenai bahan alam yang
dimanfaatkan dalam mencegah dan mengatasi penyakit. Tanaman sirih merupakan salah
satu tanaman herbal yang berhubungan erat dengan pengendalian karies, penyakit
periodontal dan mengontrol halitosis. Daun sirih juga menunjukkan aktivitas antibakteri
terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aurens (Nalina T, 2007)
(Moeljanto RD, 2003).
Kandungan Daun Sirih
Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri 1-4,2%,
air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C, yodium, gula dan pati.
Dari berbagai kandungan tersebut, dalam minyak atsiri terdapat fenol alam yang
mempunyai daya antiseptik 5 kali lebih kuat dibandingkan fenol biasa (Bakterisid dan
Fungisid) tetapi tidak sporasid. Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap
dan mengandung aroma atau wangi yang khas. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung
30% fenol dan beberapa derivatnya. Minyak atsiri terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol,
estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan
tannin, Kavikol merupakan komponen paling banyak dalam minyak atsiri yang memberi
bau khas pada sirih. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan dapat menyebabkan
perubahan warna (Moeljanto RD, 2003).
Mekanisme fenol sebagai agen anti bakteri berperan sebagai toksin dalam
protoplasma, merusak dan menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri.
Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim essensial di dalam sel
bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fenol dapat menyebabkan
kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim dan menyebabkan
kebocoran sel (Heyne K, 1987).
Tanaman sirih sudah lama dikenal sebagai tanaman obat dan banyak tumbuh di Indonesia. Bagian
dari tanaman sirih yang dimanfaatkan sebagai obat adalah daunnya. Secara tradisional, sirih dipakai sebagai
obat sariawan, sakit tenggorokan, obat batuk, obat cuci mata, obat keputihan, pendarahan pada
hidung/mimisan, mempercepat penyembuhan luka, menghilangkan bau mulut dan mengobati sakit gigi
(Moeljanto RD, 2003).
BAB III
FORMULA
6 Gliserin 10 % b/b
7 Sukrosa 13 % b/b
9 Parfum q.s.
10 Aquadest 100 %
PREFORMULASI
pengoksidasi.
Stabilitas : Zat stabil, harus disimpan di tempat tertutup.
Minyak Kelapa (HOPE 6th edition halaman 184 ; FI edisi III halaman 456)
Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan endosperm kering
Cocos nucifera L.
Nama Kimia : Coconut oil
Nama Lain : Aceite de cocos; Cocois oleum raffinatum; Coconut butter; Copra
oil; Oleum cocois; Pureco 76; Refined coconut oil
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak
tengik
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat larut dalam dikloromethane
dan dalam petroleum; larut dalam eter, karbon disulfide dan
kloroform, larut pada suhu 60⁰C dalam 2 bagian etanol (95%) tapi
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, dan di tempat yang
sejuk
Inkompatibel : Minyak kelapa bereaksi dengan agen oksidasi, asam dan basa.
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap meskipun
pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78ºC dan mudah terbakar.
Konsentrasi : 60-90 %.
Pemerian : Serbuk kristal padat, warna putih atau kuning pucat, berbau khas,
rasa manis.
Kelarutan : Sangat mudah larut air, lebih mudah larut dalam air mendidih,
sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter.
Pemerian : Kristal putih tidak berbau, serbuk, dengan rasa sedikit asam.
Kelarutan : tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam etanol
(95%) dan larut dalam air dengan perbandingan (1:11)
Stabilitas : Garam edetat lebih stabil daripada asam edetik. Namun, disodium
edetat dihidrat kehilangan air kristal ketika dipanaskan 1200C.
Inkompatibel : Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang rentan
terhadap hidrolisis, peningkatan suhu. Air bereaksi kuat dengan
logam alkali dan bereaksi cepat dengan logam alkali tanah. Alkali
bereaksi dengan garam anhidrat menjadi bentuk hidrat.
Penimbangan
Parfum q.s.
METODOLOGI
Judul praktikum
Alat
1. Beaker glass 6. Lumpang dan Alu
Bahan
1. Ekstrak madu dan daun sirih 5 % b/b
1. Fase minyak (minyak kelapa, asam stearat) dilebur di atas penangas air hingga suhu
70oC.
2. Tambahkan larutan NaOH, diaduk sampai terbentuk masa yang homogen dan kalis.
3. Tambahkan gula dan Na2EDTA yang telah dilarutkan di dalam air.
4. Tambahkan gliserin aduk hingga homogen.
5. Tambahkan ekstrak yang telah dilarutkan dalam etanol diaduk sampai terbentuk
massa yang transparan dan homogen.
6. Tambahkan parfum pada suhu 50o-60oC aduk hingga homogen.
7. Tuangkan campuran ke dalam cetakan dan diamkan sampai mengeras kemudian
keluarkan dari cetakan.
Evaluasi Sabun
Hasil Sediaan
Sediaan yang dihasilkan adalah Sabun Padat Transparan yang dibuat dengan
kombinasi bahan sabun dengan bahan alami yaitu ekstrak Daun Sirih.
Hasil Dokumentasi
Didapatkan pH dari
sediaan sabun transparan
12
2. Setelah dicuci
Uji evaluasi yang dilakukan pada sediaan Sabun Transparan antara lain uji Tinggi
dan stabilitas busa, uji pH, warna, bau dan tekstur,daya bersih dan uji sensasi setelah
penggunaan. Uji evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan tersebut memenuhi
syarat kelayakan penggunaan.
Evaluasi pertama adalah uji tinggi dan stabilitas busa, evalusi yang dilakukan dengan cara
menimbang 10 gram sabun lalu dimasukkan kedalam gelas ukur 100ml, lalu kocok dengan
membolak-balikan gelas ukur 10 kali, lalu mengamati tinggi busa yang dihasilkan dan 5
menit kemudian amati kembali stabilitasnya. Dari pengamatan diperoleh tinggi awal busa
8 cm dan tinggi busa setelah didiamkan 5 menit 0,5 cm. Evaluasi ini dilakukan agar
mengetahui stabilitas sediaan yang dibuat sesuai dengan standar sediaan yang ada.
Uji keasaman
Pengujian warna, bau dan tekstur diperoleh warna krem karena kesalahan kami selama
praktikum berlangsung, memiliki wangi rose dan berstektur lembut dan menghasilkan hasil
yang kesat setelah dipakai.
Pengujian daya bersih yang kami lakukan menghasilkan cukup bersih dan kesat dan sudah
dibuktikan oleh kelompok lain.
Evaluasi terakhir yaitu uji sensasi setelah penggunaan. Uji ini dilakukan dengan tujuan
agar mengetahui sediaan yang dibuat sudah layak digunakan atau belum, karena sediaan
sabun transparan yang kami buat sudah menimbulkan sensasi yaitu menghasilkan rasa
kesat setelah penggunaan dan menimbulkan wangi.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami membuat sediaan sabun padat transparan dengan
ekstrak daun sirih. Sabun transparan adalah jenis sabun yang dapat menghasilkan busa
yang lebih lembut dikulit dan penampakannya lebih berkilau, jika dibandingkan dengan
jenis sabun lainnya. Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam
lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali
pada suhu 80oC – 100oC melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan
terhidrolisis oleh basa menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Asam lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun antara lain asam
stearat, asam palmitat, asam ricinoleat, asam linoleat, dan lain-lain. Pada formulasi sabun
transparan ini, terjadi reaksi saponifikasi antara minyak kelapa, asam stearat, dan NaOH
30%. Minyak kelapa merupakan bahan baku yang kerap digunakan dalam formulasi sabun.
Setiap minyak memiliki jenis asam lemak dominan yang berbeda. Asam-asam lemak inilah
yang nantinya akan menentukan karakteristik dari sabun yang dihasilkan. Asam lemak yang
paling dominan dalam minyak kelapa adalah asam laurat (HC 12H23O2) yang mampu
memberikan sifat pembusaan yang sangat baik untuk produk sabun. Sedangkan, asam
stearat membantu mengeraskan sabun, dan kondisi basa diciptakan oleh adanya NaOH
30%. Untuk membuat sediaan sabun menjadi transparan, ditambahkan gliserin, sukrosa,
dan etanol sebagai transparent agent. Oleh karena itu, pemilihan bahan dipertimbangkan
dengan warna dan kemurniannya karena kualitas gula, etanol, dan gliserin adalah hal yang
paling penting. Selain itu, karena peran ketiga bahan tersebut sangat penting dalam
terbentuknya transparansi sabun, penimbangan harus dilakukan secara hati-hati agar
terbentuk sediaan sabun yang transparan. Alasan pemilihan bahan pada formulasi sabun
padat transparan ini dijelaskan sebagai berikut:
Proses praktikum kali ini dimulai dengan menimbang masing-masing bahan sesuai
jumlah perhitungan bahan yang sudah dilakukan sebelumnya, dengan perhitungan untuk
sediaan 100 gram. Setelah dilakukan pembuatan sediaan, dilakukan uji evaluasi pada
sediaan tersebut untuk mengetahui sediaan tersebut layak untuk digunakan atau tidak.
Proses pembuatan sediaan sabun padat transparan dimulai dengan melebur fase
minyak (minyak kelapa, asam stearat) di atas penangas air hingga suhu 70 oC. Tujuan
ditambahkannya asam stearat adalah untuk mengeraskan sabun dan menstabilkan busa.
Sedangkan, proses peleburan diatur hingga suhu 70oC dimana disesuaikan dengan titik
lebur bahan-bahan yang dilebur sehingga dapat dipastikan semua melebur dengan
sempurna (tidak ada gumpalan) karena sudah mencapai titik leburnya. Suhu tersebut harus
dijaga agar tidak turun atau tidak berlebih. Jika suhu turun akan menyebabkan asam
stearat membeku dan membuat sediaan menjadi keruh. Akan tetapi, jika suhu terlalu
panas akan mengoksidasi minyak menjadi warna kecoklatan. Kemudian, ditambahkan
larutan NaOH 30% dan diaduk sampai terbentuk masa yang homogen dan kalis (M1).
Larutan NaOH 30% dibuat dengan cara melarutkan 30 gr NaOH dalam 70 ml air. Pada saat
penambahan NaOH ini, adonan akan menjadi keras dan lengket yang menunjukkan
terbentuknya stok sabun. Larutan NaOH akan bereaksi dengan minyak membentuk sabun
melalui reaksi saponifikasi.
gula/sukrosa dan Na2EDTA dalam air sebelum dimasukkan ke dalam campuran M1. Semakin
putih warna gula, maka semakin transparan sabun yang dihasilkan. Pada saat penambahan
gula, tidak menggunakan panas tinggi karena dapat membentuk caramel yang
menyebabkan warna sabun tidak transparan. Kemudian, ditambahkan gliserin yang
berperan sebagai humektan sehingga lebih mudah dilakukan pengadukan dan diaduk
hingga homogen. Setelah itu, ekstrak daun sirih, sebagai bahan utama sabun padat
transparan yang kami buat, dilarutkan dalam setengah jumlah etanol yang telah ditimbang
agar ekstrak dapat tercampur homogen dalam sabun transparan dan diaduk sampai
terbentuk massa yang transparan dan homogen. Sisa etanol yang telah ditimbang
ditambahkan pada proses akhir sebelum penambahan parfum, agar terbentuk sabun yang
transparan. Penambahan etanol dilakukan setelah semua larutan homogen, karena etanol
ini yang memberikan bentuk transparan terhadap sabun. Etanol akan melarutkan sabun
menjadi kristal-kristal kecil, sehingga sabun menjadi bening dan transparan. Kemudian,
ditambahkan parfum rose pada suhu 50-60oC untuk memberi aroma wangi pada sediaan
dan diaduk hingga homogen. Setelah semua bahan tercampur homogen, sediaan
dimasukkan ke dalam cetakan dan didiamkan hingga mengeras kemudian dikeluarkan dari
cetakan.
Selanjutnya, dilakukan uji evaluasi pH pada sediaan sabun padat transparan yang
kami buat. Berdasarkan hasil pengamatan, pH yang diperoleh adalah 12. Hasil ini
mendekati standar pH sabun mandi, yaitu berkisar antara 9-11, dengan pH optimum dari
sabun adalah 9,2 (Hernani, 2010). Nilai pH memiliki kecenderungan menurun seiring
dengan penambahan ekstrak daun sirih. Hal ini disebabkan oleh ekstrak daun sirih yang
bersifat asam. Nilai pH yang masih diluar rentang menunjukkan bahwa pH sediaan sabun
padat transparan yang kami buat kurang asam. Lonjakan pH yang terjadi karena adanya
penambahan NaOH yang memilki kisaran pH yang luas sehingga dapat meningkatkan pH
(Rowe, et al, 2009).
Selanjutnya, dilakukan uji evaluasi warna, bau, dan tekstur pada sediaan sabun
padat transparan yang kami buat. Berdasarkan hasil pengamatan, warna sediaan yang
diperoleh krem dimana hal tersebut dapat dipengaruhi oleh warna dari sukrosa dan warna
ekstrak daun sirih. Warna dari sukrosa yang putih dan warna ekstrak daun sirih yang tidak
pekat menyebabkan sediaan padat kami transparan. Untuk bau sediaan diperoleh dari
parfum dengan wangi rose dan tekstur sediaannya cukup keras dan kesat. Hal ini
disebabkan karena sukrosa berfungsi sebagai pengeras pada pembuatan sabun transparan.
Selanjutnya, dilakukan uji evaluasi daya bersih pada sediaan sabun padat
transparan yang kami buat. Daya bersih dari sabun adalah akibat adanya gugus hidrofob
rantai hidrokarbon yang terikat pada partikel kotoran atau leak dan gugus hidrofil dari
bagian yang membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul air. Dengan
memperhatikan strukturnya, maka cara kerja pembersihan sabun dapat dijelaskan. Dari
struktur, nampak bahwa rantai karbon yang panjang mudah melarutkan molekul nonpolar,
sepertinya minyak atau lemak, sedangkan gugus ionik COO- memungkinkan sabun larut
dalam air. Akibatnya partikel-partikel kotoran akan terdispersi dalam air dan dipindahkan
dari obyek yang dibersihkan. Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan kami memiliki daya
bersih yang baik, dibuktikan dengan mampunya sediaan untuk membersihkan kotoran.
Selanjutnya, dilakukan uji evaluasi sensasi setelah penggunaan pada sediaan sabun
padat transparan yang kami buat. Sabun merupakan produk perawatan diri yang berfungsi
untuk membersihkan kotoran sehingga kesan kesat/bersih setelah pemakaian sabun
menjadi faktor yang cukup penting. Penilaian terhadap kesan kesat dilakukan dengan cara
terlebih dahulu mencuci tangan dengan sabun tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan,
sediaan kami meninggalkan rasa kesat setelah penggunaannya. Hal ini menunjukkan bahwa
factor konsentrasi sukrosa di dalam formulasi sabun berpengaruh nyata terhadap kesan
kesat sabun transparan yang dihasilkan.
BAB VI
KESIMPULAN
Pada praktikum ini dihasilkan sediaan sabun padat transparan yang cukup baik, dilihat dari
segi organoleptis, daya bersih, dan sensai penggunaan sabun tersebut. Akan tetapi, dari
segi kestabilan busa dan pH belum memenuhi persyaratan sabun padat transparan yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional, 1994, Standar Mutu Sabun Mandi, SNI 06-3532-1994, Dewan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
Ditjen POM ( 1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
748. Ditjen
Goskonda S. R., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C.,
Sheskey, P. J., Queen, M. E. (Editor), London, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Assosiation.
Hernani, Tatit K. Bunasor & Fitriati., 2010, Formula Sabun Transparan Antijamur dengan
Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galangal L. Swartz), Fakultas Teknologi,
Institut Pertanian Bogor
Heyne K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Depertemen Kehuatanan,
Keenan, C.W., Donal, C.K., dan Jaesse, H.W. (1980). Kimia Untuk Universitas. Edisi
keenam Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Moeljanto RD, Mulyono. 2003. Khasiat & manfaat daun sirih (obat mujarab dari masa ke
masa). Jakarta: Agromedia Pustaka.
Nalina T, Rahim ZHA. 2007. The crude aqueous extract of piper betel L and its
antibacterial affect towards streptococcus mutans. Am J Biochem & Biotech.
Panil, Zulbadar. 2008. Mamahami Teori dan Praktik Biokomia Dasar Medis. Jakarta: EGC
POM ( 1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I.
Qisti, Rachmiati, 2009, Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu pada
Konsentrasi yang Berbeda, Bogor, Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Owen, S. C., 2009, Handbook of Pharmaceutical Exipients,
Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit UI Press.