Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Kewirausahaan
Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan
dengan kata kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata
kewirausahaan. Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu
entreprendre yang artinya memulai atau melaksanakan.
Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008) mendifinisikan
“Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai
menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko
keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan
moneter yang dihasilkan, sertra kepuasan dan kebebasan pribadi”.
Kewirausahaan juga dapat didefinisikan sebagai berikut: “Wirausaha
usaha merupakan pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri
dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru
atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola
berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi
tantangantantangan persaingan (Nasrullah Yusuf, 2006).
Jadi pada dasarnya sangat banyak sekali pendapat para pakar
mengenai definisi Kewirausahaan, hal ini dikarenakan banyak sekali
perbedaan pemikiran dari para pakar tersebut, akan tetapi dapat di ambil
pengertian singkat mengenai definisi Kewirausahaan, yaitu Kewirausahaan
merupakan kegiatan memulai dan menjalankan usaha dan
mengembangkannya dengan menanggung sendiri resiko usaha yang
dikembangkannya. Oleh karenanya seorang yang berwira usaha harus siap
untuk menanggung hasil apa yang akan terjadi nanti, akan berkembang
dan memperoleh banyak untung dari usahannya atau malah sebaliknya.
Seorang yang berwirausaha harus mempunyai semangat kerja
keras tinggi, karena dalam berwirausaha tidak menutup kemungkinan
banyak terjadi kerugian, kegagalan bahkan gulung tikar. Jika semangat
kerja keras seorang wirausaha rendah, maka yang terjadi setelah rugi atau
gulung tikar,usahanya akan berhenti, Karena dikhawatirkan akan
menambah kerugian yang dialami sebelumnya. Dan pada ujung-ujungnya
usahanya terbengkalai karena putus asa.
Berbeda dengan seorang wirausaha yang mempunyai semangat
kerja keras yang tinggi, kerugian yang dialaminya sebelumnya akan
dijadikan pelajaran untuk memperbaiki usahanya, dia menganggap bahwa
usahanya masih perlu di koreksi caranya, karena hasil yang didapatkan
tidak akan mengkhianati cara yang dipakai untuk mendapatkan hasil. Hal
ini lah yang dperlukan oleh para wirausaha untuk tetap bertahan dan terus
berkreasi mengembangkan usahanya. Sampai akhirnya kesuksesan tidak
terasa sudah didapatkan.

B. Pentingnya Berwirausaha
Dalam dunia Kewirausahaan Tidak semua pengusaha adalah
wirausahawan. Sebagai contoh seorang pengusaha yang karena ia
memiliki saham disuatu perusahaan dan memiliki koneksi tertentu dengan
pejabat pemerintah sehingga ia memperoleh fasilitas-fasilitas istimewa
baik dalam memenangkan tender maupun kemudahan dalam perizinan
bukanlah seorang wirausahawan. Orang tersebut tidak lebih hanyalah
seorang pengusaha/pedagang.
Sebagian pakar berpendapat bahwa wirausahawan itu dilahirkan
sebagian pendapat mengatakan bahwa wirausahawan itu dapat dibentuk
dengan berbagai contoh dan argumentasinya. Sehingga Perdebatan yang
sangat klasik adalah perdebatan mengenai apakah wirausahawan itu
dilahirkan (is borned) yang menyebabkan seseoarag mempunyai bakat
lahiriah untuk menjadi wirausahawan atau sebaliknya wirausahawan itu
dibentuk atau dicetak (is made).
Seseorang yang meskipun berbakat tetapi tidak dibentuk dalam
suatu pendidikan /pelatihan tidaklah akan mudah untuk berwirausaha pada
masa kini. Hal ini disebabkan dunia usaha pada era ini menghadapi
permasalahan-permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan dengan
era sebelumnya. Sebaliknya orang yang bakatnya belum terlihat atau
mungkin masih terpendam jika ia memiliki minat dengan motivasi yang
kuat akan lebih mudah untuk dibentuk menjadi wirausahawan. Bagi yang
ingin mempelajari kewirausahan janganlah berpedoman pada berbakat
atau tidak. Yang penting memiliki minat dan motivasi yang kuat untuk
belajar berwirausaha.
Usia muda adalah usia-usia yang paling baik untuk belajar, tidak
hanya belajar mata pelajaran yang ada di bangku sekolah, akan tetapi
belajar berwirausaha juga sangat baik kalau sedari kecil sudah dipelajari.
Karena dalam berwirausaha yang diperlukan bukan hanya teori saja, akan
tetapi lebih ke penerapannya dalam berwirausaha, misalnya saat masih
kecil kita sudah belajar dan diperkenalkan dengan dunia berdagang,
berdagang minuman, makanan, kue, mainan atau yang lainya, itu sangat
bermanfaat dalam melatih skill wirausaha kita.
Menurut seorang yang berpengalaman dalam berwirausaha dan
telah sukses dalam usahanya banyak yang berkata kalau “Wirausaha itu
dimulai dari kecil (start small)”, mereka menjadikan pengalaman mereka
sebagai bukti sehingga memang benar jika kita ingin berwirausaha maka
mulailah dari kecil, baik itu dalam artian usaha yang dikembangkan kecil,
maupun memulai usaha itu sejak kecil. Selain itu keuntungan yang kia
dapat jika kita sudah berwirausaha sejak keci maka dalam usia dewasa
nanti kita sudah tinggal memetik hasil dari usaha yang kita kembangkan
sejak kecil, berbeda dengan yang memulai usahanya dalam usia sudah
dewasa, maka ia harus memulai lagi usahanya dan harus belajar banyak
lagi di usia dewaa yang seharusnya sudah tinggal memetik hasilnya. Akan
tetapi mengambangkan usaha di usia dewasa juga tidak masalah, karena
semakin cepat kita memulai usaha, semakin cepat juga kesuksesan
menghampiri kita.
C. Memiliki Spiritual dan Religiusitas Enterpreneurship
Dalam journalnya Agneta Schreurs, mendefinisikan spiritualitas
sebagai hubungan personal sesorang terhadap sosok transenden. Spiritual
mencangkup inner life individu, idelisme, sikap, pemikiran, perasaan, dan
pengharapannya kepada Yang Mutlak. Spiritualitas mencangkup
bagaimana individu mengekspresikan hubungannya dengan sosok
transenden tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Kepercayaan akan
adanya kekuatan yang besar di luar dirinya dan kesadaran manusia akan
adanya relasi dengan Tuhan.
Dr. Abdul Jalil dalam bukunya Spiritual Enterpreneurship,
mengatakan penelitian Patricia, Hendricks-Kate, dkk membuktikan bahwa
spiritualitas memiliki andil besar terhadap kesuksesan bisnis seseorang.
Hal ini dibuktikan banyaknya masalah-masalah yang muncul dalam dunia
wirausaha yang pada akhirnya bertemu dan sampai pada titik spiritualitas
manakala berhadapan dengan kesulitan yang kompleksitas. Kemajuan
ekonomi khususnya industri membawa efek samping yang sangat luar
biasa, seperti mekanisasi, kecurangan, kerusakan alam, stress,
ketimpangan, untung-rugi, dan lain sebagainya, sehingga menuntut
manusia mengalami proses dehumanisasi. Di mana manusia membutuhkan
asupan untuk jiwanya yaitu spiritualitas.
Spiritualitas tidak lagi terkungkung oleh aturan-aturan formal yang
malah memberi peluang untuk berbuat curang, namun bermain dengan
aturan-aturan moral, etika, dan kemanusiaan yang bermuara pada
keadialan dan kejujuran. Spiritual berhubungan erat dengan perasaan
seseorang dengan Tuhan, atau apapun yang bersifat transenden. Berbeda
dengan agama yang dicirikan dengan kepercayaan, praktik dan institusi.
Bagi pengusaha yang sukses pasti tidak terlepas religiusitas,
mereka yang lepas dari agama pasti dalam hidupnya cenderung tidak stabil
dan garing dalam menjalani hidup. Sekali saja menghadapi masalah maka
akan cepat mudah down karena hatinya tidak pernah dikasih makan. Salah
satu solusinya adalah do’a, sebagai motivasi diri untuk melakukan
kegiatan usaha]. Sebagaimana firman Allah swt.
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘berdo’alah kepada-Ku, niskaya akan
Ku perkenankan kepadamu, sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdo’a kepada-Ku) akan
masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina’” (QS. Al-Mu’minun:
60)
Jadi, ayat di atas menerangkan bahwa do’a dan kesuksesan
bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai seorang
muslim yang memiliki peradaban yang lengkap, percaya terhadap do’a
adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditinggalkan. Karena pada
dasarnya kesuksesan tidak lain karena campur tangan Tuhan. Kemudian
salah satu kunci sukses seorang pengusaha adalah sedekah. Dalam al-
Qur’an al-Baqarah: 261: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang ia
kehendaki dan Allah Mahaluas (karunai-Nya) lagi Mahamengetahui.”
Sudah jelas bahwa bagi siapa saja yang ingin dilipatgandakan hartanya,
kuncinya adalah sedekah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun dengan secermat-cermatnya. Kami
menyadari dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dan kontruktif sangat diharapkan penulis demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber
referensi dan bermanfaat bagi pembaca yang budiman, Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Agneta Schreurs, “Spiritual Relationship as an Analytical Instrument in


Psychotheraphy with Religious Patients”, dalam Journal of Philosophy,
Phychiatry, and Psychology – Vol. 13, no. 3, September 2006.

Barnawi & Mohammad Arifin. 2012. Schoolpreneurship: Membangkitkan


Jiwa dan Sikap Kewirausahaan Siswa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Basrowi. 2014. Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia


Indonesia.

J. David Hunger & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis.


Yogyakarta: Andi.

Jalil, Abdul. 2013. Spiritual Enterpreneurship: Transformasi Spiritualitas


Kewirausahaan. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Hasan, Abdillah F. 2013. Miskin is Boring. Yogyakarta: Mutiara Media.


Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline 1. 5. 1.

Siswoyo, Bambang Banu, and B. Bambang. "Pengembangan Jiwa


Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan Mahasiswa." Jurnal Ekonomi
Bisnis14.2 (2009).

Suryana. 2011. Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju


Sukses Edisi III. Jakarta: Salemba Empat.

Tejo Nurseto. "Pendidikan Berbasis Entrepreneur." Jurnal Pendidikan


Akuntansi
Indonesia 8.2 (2010).

Anda mungkin juga menyukai