Anda di halaman 1dari 14

KISI DIFRAKSI

Thomas Young dengan menggunakan percobaan celah ganda telah dapat mengukur
panjang gelombang cahaya. Masalahnya adalah pola interferensi yang dihasilkan oleh celah
ganda (gambar 6.1) terlalu menyebar (kurang tajam), sehingga hasil hitungan panjang
gelombang menjadi kurang teliti. Bagaimana caranya supaya dihasilkan pola interferensi yang
lebih tajam pada layar?

Gambar 6.1
Ternyata jika cahaya dihalangi oleh penghalang yang memiliki lebih banyak celah dengan lebar
sama dan jarak antarcelah yang berdekatan juga sama, didapat pola pita-pita terang yang lebi
tajam, maka lebih tepat jika disebut garis terang. Sebagai contoh pada Gambar 6.2 ditunjukkan
pola interferensi cahaya yang dihasilkan oleh penghalang yang memiliki 20 celah yang sejajar.
Tampak bahwa terbentuk garis-garis terang yang tajam. Jadi, untuk mengukur panjang
gelombang dengan lebih teliti harus digunakan penghalang yang memiliki sejumlah besar celah-
celah sejajar. Ini disebut kisi difraksi.
Gambar 6.2
Kisi difraksi adalah alat yang sangat berguna untuk menganalisis sumber-sumber cahaya.
Seperti telah dikatakan, kisi terdiri dari banyak celah sejajar berjarak sama. Sebuah kisi dibuat
dengan cara membuat goresan garis-garis sejajar pada sekeping kaca dengan menggunakan
teknik mesin yang presisi. Celah di antara goresan-goresan adalah transparan terhadap cahaya
dan karena itu bertindak sebagai celah-celah yang terpisah. Sebuah kisi dapat memiliki ribuan
garis (goresan) per sentimeter. Dari data banyak garis per sentimeter (satuan panjang), kita dapat
menentukan jarak antar celah atau disebut dengan tetapan kisi, d. Jika terdapat N garis per satuan
panjang, maka tetapan kisi, d, adalah kebalikan dari N.
Tetapan kisi

Misalkan, sebuah kisi yang memiliki 10.000 garis/cm akan memiliki tetapan kisi, d, yaitu

Gambar 6.3
Gambar 6.3 adalah diagram skematis dari sebuah kisi difraksi . Suatu gelombang cahaya
datang dari kiri , berarah normal (tegak lurus) terhadap bidang kisi. Sebuah lensa cembung dapat
digunakan untuk membawa sinar-sinar yang melalui celah bersatu di titik P. Pola intensitas
cahaya yang dibentuk pada layar adalah hasil kali dari efek gabungan interferensi dan difraksi.
Tiap celah menghasilkan difraksi, dan berkas-berkas difraksi pada gilirannya berinteraksi satu
sama lain untuk menghasilkan pola. Sesuai dengan teori gelombang Huygens, tiap celah
bertindak sebagai suatu sumber gelombang berawal dari tiap celah dalam fase yang sama. Tetapi
karena perubahan arah diukur dari arah horizontal, gelombang-gelombang harus menempuh
panjag lintasan berbeda sebelum mencapai titik P pada layar. Dari Gambar 6.3 terlihat bahwa
beda lintasan di antara gelombang-gelombang dari dua celah berdekatan adalah . Jika
beda lintasan itu sama dengan satu panjang gelombang atau kelipatan bulat dari panjang
gelombang, gelombang-gelombang dari semua celah akan sefase di P dan suatu garis terang akan
diamati di layar. Karena itu, syarat interferensi konstruktif (interferensi maksimum) atau garis
terang pada sudut deviasi adalah
Garis terang kisi difraksi

dengan n=0 menyatakan maksimum orde k enol atau terang pusat; n=1 menyatakan maksimum
orde kesatu atau garis terang kesatu; n=2 menyatakan maksimum orde kedua atau garis terang
kedua.
Perhatikan. Pada kisi difraksi kita tidak berbicara tentang garis gelap, sehingga kita tidak
memberikan persamaan untuk garis gelap (atau kisi maksimum).
Jika sinar putih kita tujukan pada kisi, akan terjadi penguraian warna oleh kisi akibat
panjang gelombang tiap-tiap komponen warna tidak sama. Spektrum orde pertama akan terdiri
dari 6 garis, demikian juga spektrum orde lainnya (Gambar 6.4).
Contoh 6.1
Seberkas cahaya monokromatis dengan panjang gelombang 600 nm (1nm= menyinari
tegak lurus suatu kisi yang terdiri dari 200 garis/mm. Tentukan:
a. Sudut deviasi orde kedua
b. Orde maksimum yag mungkin akan terlihat pada layar.
Jawab:
Panjang gelombang = 600 nm = 600 m=6 m
N = 200 garis/mm
a. Hitung dahulu tetapan kisi, d, dengan persamaan (6.1):

Hitung sudut deviasi orde kedua (n = 2) dengan persamaan (6.2)

Nilai maksimum fungsi sinus adalah satu, sehingga kita peroleh orde maksimum n yang
mungkin terlihat pada layar .

n = 8 berarti pada layar di atas dan di bawah orde nol terdissplai 8 garis terang. Garis
terang ke-9 tidak muncul.
Contoh 6.2
Sebuah kisi mempunyai konstanta kisi m (jarak 2 celah), bayangan orde kedua
didifraksikan (dilenturkan) pada sudut dari normal. Hitung panjang gelombang cahaya!
Penyelesaian:
Rumus kisi :

Gunakan data yang diberikan

Hasilnya

Polarisasi

Telah diketahui bahwa gelombang elektromagnetik adalah gelombang transversal.


Getaran yang dijalarkan sebagai gelombang elektromagnetik adalah medan listrik dan medan
magnet yang berubah-ubah secara periodik baik arahnya maupun besarnya. Seberkas cahaya
biasa terdiri dari sejumlah gelombang dengan arah getar yang berbeda-beda. Jika getaran yang
merambat sebagai gelombang cahaya ini memiliki arah yang mengikuti pola teratur, maka
cahaya yang demikian ini disebut sebagai cahaya yang terpolarisasi. Jika ujung vektor medan
listrik dan meda magnet bergerak dalam lintasan berbentuk elips maka dikatakan bahwa
gelombang elektromagnetik (cahaya) tersebut terpolarisasi elips. Bila ujung vektor medan listrik
dan medan magnet bergerak dalam lintasan berupa lingkaran maka gelombang elektromagnetik
tersebut dikatakan terpolarisasi lingkaran. Bila arah vektor medan listrik hanya bolak-balik
dalam satu sumbu saja, maka gelombang elektromagnetik tersebut dikatakan terpolarisasi
bidang. Dikatakan terpolarisasi bidang karena sepanjang penjalarannya, medan listrik bergetar
pada bidak yang sama demikian pula dengan medan magnet. Untuk lebih jelasnya, lihatlah
gambar penjalaran gelombang elektromagnetik berikut.

Gambar Gelombang Elektromagnetik terpolarisasi bidang

Istilah polarisasi sebenarnya memiliki lebih dari satu makna. Polarisasi bisa kita temukan
pada saat mempelajari muatan listrik, reaksi kimiawi maupun gelombang. Dalam kaitannya
dengan kajian gelombang, istilah polarisasi memiliki arti sebagai pembatasan arah getaran
gelombang transversal pada satu arah getar tertentu. Dalam suatu radiasi gelombang
elektromagnetik yang tidak terpolarisasi, vektor medan listrik dan juga medan magnet bergetar
ke segala arah tegak lurus arah penjalarannya.
Bagaimana dengan gelombang cahaya? Gelombang cahaya memiliki arah getaran medan listrik
dan medan magnetic yang saling tegak lurus dan keduanya tegak lurus terhadap arah rambat
gelombang cahaya. Kuat medan listrik jauh lebih besar daripada kuat medan magnetic (ingat E
= cB) sehingga hanya arah getaran medan listrik E yang kita pergitungkan. Sumber cahaya
umum, seperti lampu pijar, lampu senter, lampu neon, dan nyala lilin, merupakan contoh cahaya
tak terpolarisasi. Hal ini disebabkan arah getaran medan listrik yang dihasilkan oleh electron –
electron dipercepat berarah sembarang (tidak satu arah).
Dengan demikian, polarisasi cahaya merupakan proses pembatasan getaran vektor listrik
gelombang cahaya sehingga menjadi satu arah getar saja. Pada cahaya yang tidak terpolarisasi,
medan listrik bergetar ke segala arah tegak lurus arah rambatannya. Setelah mengalami
pemantulan atau diteruskan melalui bahan-bahan tertentu (disebut bahan-bahan polaroid), medan
listrik

(a) (b)
Pada cahaya yang terpolarisasi melingkar, ujung vektor listrik menunjukkan spiral
melingkar mengelilingi arah rambat dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi cahaya. Besar
vektor di sini tetap tidak berubah. Sementara pada cahaya yang terpolarisasi eliptis, vektor juga
berputar mengelilingi arah rambatan tetapi amplitudonya berubah. Proyeksi vektor pada sebuah
bidang tegak lurus arah rambat menerangkan sebuah elips. Baik cahaya yang terpolarisasi
melingkar maupun eliptis dapat dihasilkan dengan menggunakan sebuah keping yang disebut
retardasi. Keping ini merupakan keping transparan yang terbuat dari bahan bias ganda seperti
kuarsa yang dipotong sejajar dengan sumbu optiknya. Contoh polarisasi yang terkenal adalah
polarisasi pantulan yang akan terjadi jika sinar pantulan membentuk sudut 90o dengan sinar bias.
Peristiwa ini dikenal juga sebagai hukum Brewster.

Pada awalnya kajian polarisasi cahaya sekedar bertujuan untuk menyingkap sebagian
rahasia dari sifat-sifat cahaya. Sekarang, para fisikawan justru membalik prosedur ini dan
mendeduksi banyak hal tentang sifat sebuah benda berdasarkan efek polarisasi cahaya, baik yang
dipancarkan oleh benda tersebut atau dihamburkan dari benda tersebut. Misalnya, dari polarisasi
cahaya yang dipantulkan oleh butiran-butiran kosmis para fisikawan berkesimpulan bahwa
butiran-butiran debu kosmis yang terdapat di dalam galaksi kita telah diarahkan di dalam arah
medan magnet galaksi yang lemah. Berdasarkan efek polariasi pula, sekarang diketahui bahwa
cincin-cincin yang dimiliki planet saturnus terdiri dari kristal-kristal es. Bahkan, ukuran dan
bentuk partikel-partikel

virus dapat ditentukan dengan memanfaatkan polarisasi cahaya ultraviolet yang dihamburkan
dari partikel-partikel virus tersebut. Selain itu, informasi yang sangat berguna mengenai struktur
atom-atom dan inti-inti juga didapatkan dari kajian-kajian polarisasi radiasi. Dengan demikian,
efek polarisasi cahaya bermanfaat dalam penelitian pada tingkat galaksi sampai tingkat sebuah
inti atom. Efek polarisasi cahaya juga mempunyai banyak manfaat dalam bidang industri dan
keinsinyuran. Contoh sederhana ialah kacamata hitam yang menggunkan bahan polaroid yang
menyerap cahaya yang bergetar horisontal, yang dihasilkan oleh pantulan dari permukaan
horisontal, sehingga mengurangi cahaya yang menyilaukan.

A. Polarisasi Dengan Penyerapan Selektif

Telah banyak teknik polarisasi


dikembangkan untuk
mendapatkan cahaya yang
terpolarisasi. Salah satunya
adalah dengan bahan yang dapat
menyerap gelombang cahaya
dengan arah getar tertentu dan
meloloskan gelombang dengan
arah getar (yang tegak lurus pada
arah getar yang tela
dipilih). Bahan polaroid ini ditemukan oleh E. H. Land pada tahun 1938. Bahan polaroid
didapatkan dengan mengatur rangkaian panjang molekul-molekul hidrokarbon pada orientasi
tertentu sehingga bila cahaya melewatinya, komponen medan listrik yang paralel dengan arah
membujur rangkaian itu akan diserap. Sedang yang tegak lurus pada arah itu dibiarkan lewat
tanpa mendapatkan pengaruh apa-apa. Sumbu yang tegak lurus pada arah membujur rangkaian
panjang molekul-molekul hidrokarbon itu disebut sumbu transmisi. Setelah melewati polarisator
berkas cahaya akan tampak redup. Hal ini mudah dipahami karena berkas cahaya yang lolos dari
polarisator hanyalah sebagian dari berkas cahaya semula. Andaikan di belakang polarisator
pertama dipasang polarisator kedua (polarisator kedua ini disebut analisator) sedemikian rupa
sehingga sumbu transmisi keduanya membentuk sudut.
Seberkas cahaya alami datang menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara
vertical, yaitu hanya komponen vector medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi saja yang
dilewatkan, sedangkan yang lainnya di serap. Cahaya terpolarisasi yang masih mempunyai kuat
medan listrik berubah berubah menuju ke analisator (sudut antara sumbu transmisi analisator
dengan sumbu transmisi polarisator adalah θ). Di analisator, semua komponen E yang tegak
lurus sumbu transmisi analisator diserap, hanya komponen E yan sejajar sumbu analisator yang
diteruskan. Jadi, kuat medan listrik yang dihasilkan analisator adalah

Perhitungan intensitas cahaya untuk system polaroid . Jika ada cahaya alami tak terpolarisasi
yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki intensitas , cahaya terpolarisasi yang
melewati polarisator adalah . Sehingga dapat dituliskan

Cahaya dengan intensitas kemudian datang pada analisator dan cahaya yang keluar dari
analisator akan memiliki intensitas

Persamaan diatas menunjukkan bahwa analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya
terpolarisasi. Intensitas cahaya maksimum jika θ = 180o dan intensitas cahaya minimum jika
kedua sumbu tegak lurus θ = 90o

B. Polarisasi Oleh Pemantulan

Telah disebutkan bahwa pemantulan oleh bidang batas dua medium mengakibatkan
polarisasi. Bila seberkas cahaya tak terpolarisasi jatuh pada bidang batas antara dua medium,
maka berkas cahaya yang dipantulkan dan dibiaskan akan terpolarisasi sebagian. Bila sudut
datang divariasi, maka pada suatu saat sinar pantul dan sinar bias membentuk sudut 90°. Pada
saat itulah terjadi polarisasi sempurna. Berkas yang dipantulkan merupakan komponen yang
bergetar sejajar dengan dengan bidang pantul. Oleh karena itu polarisasi sempurna terjadi bila
Hukum Malus selain untuk system polarisator-analisator, juga menemukan bahwa cahaya
menjadi terpolarisasi akibat pemantulan dari kaca jendela atau permukaan air. Cahaya
terpolarisasi dapat diperoleh dari cahaya tak terpolarisasi dengan cara pemantulan. Ada tiga
kemungkinan yang terjadi pada cahaya yang dipantulkan, yaitu :
 Cahaya pantul tak terpolarisasi
Terjadi ketika sudut datang bernilai 0o (searah garis normal bidang batas) atau 90o (searah
bidang batas)
 Cahaya pantul terpolarisasi sebagian
Terjadi jika sudut datang diantara 0o dan 90o
 Cahaya pantul terpolarisasi sempurna (seluruhnya)
Terjadi jika sudut datang cahaya mempunyai nilai tertentu.

Dengan menggunakan persamaan = akan diperoleh persamaan

C. Polarisasi Dengan Pembiasan Ganda

Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala
arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun,
pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak
seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua
arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar biasa),
sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa).

Polarisasi bias ganda terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai indeks bias
ganda atau lebih dari satu. Pembiasan ganda (birefringence) terjadi pada Kristal seperti : kalsit,
mika, Kristal gula, Kristal es, dan prisma nikel. Ketika berkas cahaya yang ridak terpolarisasi
memasuki bahan bias ganda, cahaya akan terpisah menjadi 2, yaitu:
 Berkas sinar biasa, tidak dibelokkan. Sinar ini disebut sinar biasa yang tidak mengikuti
hukum snellius tentang pembiasan (cahaya tidak terpolarisasi).
 Berkas sinar istimewa, Mengalami pembelokkan. Sinar ini disebut sinar istimewa
karena mengikuti hokum snellius tentang pembiasan (cahaya terpolarisasi)

D. Polarisasi Dengan Hamburan

Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan
memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh
partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan. Contoh penghamburan
Rayleigh yang paling terkenal adalah atmosfer Bumi yang memberi warna biru di langit. Adalah
Leonardo da Vinci yang sekitar tahun 1500an, menduga pertama kali alasan mengapa langit
berwarna biru, khususnya dalam pengamatannya kalau asap kayu terlihat biru saat diamati pada
latar belakang hitam (Jackson, 1998). Efek ini akhirnya dijelaskan secara kuantitatif tahun 1899
oleh Lord Rayleigh yang namanya diambil untuk menjelaskan fenomena alam di langit.
Cahaya biru lebih mungkin menghambur kedalam garis pandangan pengamat daripada
cahaya merah. Akibatnya, matahari yang kuning menghasilkan langityang biru bagi pengamat di
bumi. Walau tidak terlalu jelas, langit malam juga berwarna biru. Walau lemahnya cahaya di
langit malam membuatnya mustahil dikenali oleh mata, exposure dalam waktu lama dapat
mengungkapkan warnanya. Lihat gambar dibawah ini.
Bila tidak ada atmosfer, langit siang akan berwarna hitam, kecuali di tempat adanya
matahari itu sendiri. Fakta kalau atmosfer di hari yang cerah bersifat transparan bermakna bahwa
sebagian besar foton bergerak menembusnya tidak dihalangi dan hanya sedikit yang mengalami
hamburan. Inilah mengapa, pada hari yang cerah, kecemerlangan matahari jauh lebih besar
daripada kecemerlangan langit yang biru. Cahaya biru lebih mungkin dihamburkan keluar dari
garis pandang daripada warna merah. Karenanya, setiap benda pemancar cahaya di atas atmosfer
bumi akan terlihat memerah dan juga memudar, karena penghamburan Rayleigh. Matahari
menjadi lebih merah daripada warna aslinya bahkan saat ia masih tinggi.

Bila garis pandang menembus atmosfer lebih panjang, seperti saat melihat matahari terbit
atau tenggelam, maka warna memerah lebihdiperkaya dan lebih jelas bagi mata (penghamburan
dari debu, uap air dan molekul besar juga dapat berperan dalam pemerahan). Efek yang sama
dapat diamati untuk benda lain seperti bulan, planet atau bintang. Walau begitu, foton yang
terhambur secara individual sendiri memiliki panjang gelombang yang sama dengan foton yang
datang, karenanya walaupun penghamburan Rayleigh tergantung panjang gelombang, ia masih
merupakan bentuk penghamburan elastik.

\
Matahari terbit terlihat merah, sama seperti saat tenggelam. Penghamburan Rayleigh
menghasilkan cahaya terpolar sama halnya dengan penghamburan Thompson. Bahkan walau
matahari memancarkan cahaya yan tidak terpolar, misalnya, cahayanya yang terhambur akan
terpolarkan pada sudut pandang 90o, sebagaimana kita buktikan dengan melihat ke dekat
cakrawala dengan saringan polarisasi saat matahari ada di atas kepala. Seperti halnya hamburan
Thompson, hamburan Rayleigh memberi cara melihat sumber dengan melihat pada
‘cerminannya’, walaupun dibebani oleh ketergantungan panjang gelombang. Karenanya
mungkin melihat spektrum matahari dengan mengarahkan spektrometer pada satu posisi di langit
jauh dari posisi matahari itu sendiri. Garis Fraunhofer matahari (garis Fraunhofer matahari
adalah garis penyerapan yang terbentuk dalam fotosfer matahari), misalnya, dapat dilihat dengan
mudah lewat cara ini.

Jika cahaya datang pada suatu system partikel (missal gas), electron – electron dalam
partikel dapat menyerap dan memancarkan kembali sebagian dari cahaya. Penyerapan dan
pemancaran kembali cahaya oleh partikel – partikel Pada peristiwa hamburan, cahaya yang
panjang gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami hamburan dengan intensitas yang
besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang ada di langit kita. Gambar tersebut
menunjukkan cahaya matahari tak terpolarisasi dihamburkan oleh sebuah molekul menyebabkan
electron – electron dalam molekul penghambur bergetar pada suatu bidang yang tegak lurus
terhadap arah rambat cahaya. Elektron – electron dalam molekul ini pada gilirannya
meradiasikan kembali gelombang – gelombang elektromagnetik dalam berbagai arah. Cahaya
yang diradiasikan langsung tegak lurus ke arah A tidak terpolarisasi. Cahaya yang diradiasikan
tegak lurus ke arah C terpolarisasi sempurna. Cahaya yang diradiasikan ke arah antara A dan C
misalnya B, terpolarisasi sebagian.
KUMPULAN SOAL POLARISASI

1. Cahaya tak terpolarisasi dengan intensitas I dilewatkan pada sekeping polarisator


sehingga intensitas cahaya yang keluar keping polarisator menjadi B. Jika polarisator
diputar 900 maka intensitas cahaya yang keluar dari polarisator akan ….
A. Tetap B
B. Menjadi 1/2 B
C. Menjadi 1/4 B
D. Menjadi 1/8 B
2. Dua keping polarisator disusun sedemikian rupa sehingga cahaya alami dengan intensitas
A yang masuk ke susunan ini intensitasnya menjadi nol ketika keluar dari susunan. Kalau
disisipkan sekeping polarisator ke susunan polarisator tadi dengan sumbu transmisi yang
membentuk sudut 300 dengan polarisator pertama, maka intensitas cahaya yang keluar
dari susunan ini akan menjadi ….
A. 1/2 A
B. 1/8 B
C. 1/16 A
D. 1/32 A
3. Dua keping polarisator disusun sejajar dengan sumbu transmisi yang sejajar pula.
Cahaya alami (tak terpolarisasi) yang masuk ke susunan polarisator itu akan mengalami
penurunan intensitas sebanyak 75%. Jika polarisator yang kedua diputar … derajat.
A. 30
B. 37
C. 45
D. 53
4. Sudut kritis cahaya suatu zat adalah 37 (sin 37 = 0,6) maka sudut polarisasi untuk zat
tersebut adalah...
A. 41
B. 50
C. 59
D. 70

5. Seberkas cahaya tak terpolarisasi dipantulkan oleh selembar kaca (n = 1,5) yang tercelup
didalam alkohol (n = 1,44). Jika sinar pantulnya terpolarisasi, maka sudut polarisasinya
adalah....
A. arc tan 2,1
B. arc tan 1,4
C. arc tan 1,2
D. arc tan 1,04

10. Dua buah polaroid menghasilkan intensitas cahaya yang diamati mata I2 =¼ I1. Jika
I1 adalah intensitas cahaya yang dilewatkan polarisator P1 , besar sudut yang dibentuk
sumbu mudah polarisator P1 dengan sumbu mudah analisatr P2 adalah …
A. 30o
B. 45o
C. 60o
D. 90o

>>> selamat mengerjakan<<<


SOAL IZZA
1. Gelombang yang dapat mengalami polarisasi adalah………………
Jawaban :

Gelombang yang dapat mengalami polarisasi hanyalah gelombang transversal yang


mempunyai arah getaran tegak lurus dengan arah perambatannya

Jawaban mengecoh :
Gelombang yang dapat mengalami polarisas yaitu gelombang transversal dan gelombang
universal

2. Seberkas cahaya terpolarisasi bidang intensitasnya jatuh secara tegaklurus pada


permukaan selembar polaroid. Jika cahaya yang ditransmisikan mempunyai intensitas ¼ ,
maka besar sudut antara bidang datang dan arah polarisasi polaroid adalah ….
Jawaban :

I = I0 . cos2 θ

¼ = I . cos2 θ

q = 600

3. Dua buah polaroid menghasilkan intensitas cahaya yang diamati mata I 2 =¼ I1. Jika I1
adalah intensitas cahaya yang dilewatkan polarisator P 1 , tentukan besar sudut yang
dibentuk sumbu mudah polarisator P1 dengan sumbu mudah analisatr P2 !

Jawab :

Dik :
I2 =¼ I1
Ditanya :
Ɵ= ?
jawab :
I2= I1 cos2 Ɵ
¼ I1 = I1 cos2 Ɵ
¼ = cos2 Ɵ
½ = cos Ɵ
Ɵ = 600
4. Suatu berkas cahaya dengan panjang gelombang 6,0 x 10-5 cm masuk dari udara kedalam
balok kaca yang indeks biasnya 1,5. Panjang gelombang cahaya didalam kaca sama
dengan...
a. 7,5 x 10-5 cm
b. 6,0 x 10-5 cm
c. 4,5 x 10-5 cm
d. 4,0 x 10-5 cm
e. 3,0 x 10-5 cm

Pembahasan:

n2 / n1 = λ1 / λ2
-5
1,5 / 1 = 6 x 10 / λ2
λ2 = 4. 10-5
5. Hal yang sama antara gelombang cahaya dan gelombang bunyi:
(1) sama-sama membutuhkan medium untuk merambat
(2) sama-sama gelombang transversal
(3) sama-sama gelombang longitudinal
(4) sama-sama memiliki frekuensi yang bersesuaian dengan frekuensi sumbernya
Pernyataan yang benar adalah...
a. (1), (2), dan (3)
b. (1) dan (3)
c. (2) dan (4)
d. (4) saja
e. Semua bena

Anda mungkin juga menyukai