Anda di halaman 1dari 2

VI.

Pemeriksaan Post Mortem Pada Keracunan Baygon


A. Pemeriksaan Luar 2,3

1. Pakaian. Perhatikan apakah ada bercak – bercak racun, distribusi dari


bercak dan bau bercak tersebut. Dari distribusi bercak racun kita dapat memperkirakan cara kematian,
apakah bunuh diri atau pembunuhan. Pada kasus bunuh diri, distribusi bercak biasanya teratur pada
bagian depan, tengah dari pakaian. Sedangkan pada kasus pembunuhan, distribusi bercak biasanya tidak
teratur.
2. Lebam mayat ( livor mortis ).Lebam mayat pada kasus Keracunan Baygon menunjukkan warna
yang sama dengan keadaan kematian normal, yaitu warna lebam mayat adalah livide. Hal ini berbeda
dengan keracunan CO dimana lebam akan berwarna cherry red ( = warna COHb ). Pada keracunan
sianida, lebam akan berwarna merah terang ( = warna HbO2 ), karena kadar HbO2 dalam darah vena
tinggi.
3. Bau yang keluar dari mulut dan hidung. Dilakukan dengan jalan menekan dada dan kemudian
mencium bau yang keluar dari mulut dan hidung, kita dapat mengenali bau khas dari bahan pelarut yang
dipakai untuk melarutkan insektisida ( transflutrin ).

B. Pemeriksaan Dalam

Pada pemeriksaan dalam kasus keracunan ( secara umum ), umumnya tidak akan dijumpai kelainan –
kelainan yang khas atau yang spesifik yang dapat dijadikan pegangan untuk menegakan
diagnosis/menentukan sebab kematian karena keracunan sesuatu zat. Hanya sedikit dari racun – racun
yang dapat dikendalikan berdasarkan kelainan – kelainan yang ditemukan pada saat pemeriksaan mayat.
Pada kasus Keracunan Baygon ini juga tidak dijumpai adanya kelainan yang khas. Beberapa kelainan
yang didapat menunjukkan tanda – tanda yang berhubungan dengan edema serebri, edema pulmonum dan
konvulsi. Bau dari zat pelarut mungkin dapat dideteksi. Diagnosis dapat ditegakan dari riwayat penyakit,
gejala keracunan yang kompleks dan tidak khas serta dari pemeriksaan laboratorium, yaitu dengan
kromatografi lapisan tipis (thin layer chromotography ). Spektrofotometrik dan gas kromatografi.
Jadi jelaslah bahwa pemeriksaan analisa kimia ( pemeriksaan toksikologi ) untuk menentukan adanya
racun dan menentukan sebab kematian korban mutlak dilakukan pada setiap kasus keracunan atau yang
diduga mati akibat racun. Pembedahan mayat berguna untuk menyingkirkan kemungkinan –
kemungkinan lain sebagai penyebab kematian dan bermamfaat untuk memberikan pengarahan
pemeriksaan toksikologi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Idrieas, AM, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Ed . Pertama, Jakarta: Binarupa Aksara, 1997, Hal :
259 – 263
2. Frank, C. Lu, Toksikologi Dasar, Ed. Kedua ( Terj ), Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, 1995, Hal : 328 – 329
3. Gani, MH, Catatan Materi Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran
Forensik Universitas Andalas, Padang, 2001, Hal : 111 – 139
4. Junandi, Purnawan: Kapita Selekta Kedokteran edisi 2, Penerbit Medica Aesculapius FK – UI, Jakarta,
1994, Hal : 196 –197
5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK – UI, Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 3, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK – UI, 1985, Hal : 980 – 982
6 William Yip Chin – Ling, Pedoman Praktis Kedaruratan Pada Anak ( Terj ), Jakarta, Penerbit
Universitas Indonesia, Hal : 346 – 348

Anda mungkin juga menyukai