Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
melimpah baik flora maupun fauna. Keanekaragaman flora dan fauna di
Indonesia tidak terlepas dari dukungan kondisi di wilayah Indonesia itu sendiri.
Ada tumbuhan dan hewan yang hanya dapat hidup di daerah yang beriklim
tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar matahari, dan ada yang hanya
dapat tumbuh di daerah yang dingin, lembab ataupun kering. Proses migrasi
pada tumbuhan dan hewan di pengaruhi oleh kemampuanya berevolusi,
kemampuannya dalam menyesuaiakan dirinya untuk mempertahankan hidupnya,
faktor lingkungannya baik itu biotik maupun abiotik, dan juga faktor geologis.
Dalam suatu wilayah tertentu selalu terjadi populasi, satu spesies dengan
spesies lainya senantiasa terjdi suatu interksi baik secara langsung maaupun
tidak langsung. Dengan demikian terjadilah suatu kehidupan komunitas atau
kelompok suatu kehidupan. Jenis-jenis fauna tertentu dipengaruhi
keberadaannya oleh keadaan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan tumbuh-tumbuhan
dipengaruhi oleh iklim. Keadaan fauna di tiap-tiap daerah atau bioma tergantung
pada kemungkinan-kemungkinan yang dapat diberikan daerah tersebut untuk
memberi makan.
Keberagaman flora fauna ini senantiasa memberikan keuntungan besar bagi
masyarakat terutama dalam bidang ekonomi. Pemanfaatan sumber daya hayati
yang teradi secara terus menerus dan terkadang tidak diimbangi dengan adanya
pelestarian mengakibatkan jumlah populasi flora fauna semakin berkurang tiap
tahunnya, bahkan mendekati punah. Oleh karena itu dalam makalah ini selain
akan membahas tentang persebaran flora fauna juga faktor perebaran tersebut,
juga akan dibahas bagaimana menjaga flora fauna itu untuk tetap lestari hingga
anak cucu kita nanti juga masih dapat menikmatinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persebaran flora di Indonesia ?
2. Apa faktor penyebab terjadinya persebaran flora di Indonesia ?
1
3. Bagaimana persebaran fauna di Indonesia ?
4. Apa faktor penyebab terjadinya persebaran fauna di Indonesia ?
5. Bagaimana upaya untuk mencegah kepunahan flora fauna di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana persebaran flora di Indonesia.
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya persebaran flora di Indonesia.
3. Mengetahui bagaimana persebaran fauna di Indonesia.
4. Mengetahui faktor penyebab terjadinya persebaran fauna di Indonesia.
5. Mengetahui upaya untuk mencegah kepunahan flora fauna di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persebaran Flora di Indonesia


Menurut Kusmana dan Hikmat, (2015:187) menjelaskan istilah flora diartikan
sebagai samua jenis tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah tertentu. Apabila
istilah flora ini dikaitkan dengan life-form (bentuk hidup/habitus) tumbuhan, maka
akan muncul berbagai istilah seperti flora pohon (flora berbentuk pohon), flora
semak belukar, flora rumput, dsb. Apabila istilah flora ini dikaitkan dengan nama
tempat, maka akan muncul istilah-istilah seperti Flora Jawa, Flora Gunung
Halimun, dan sebagainya. Sesuai dengan kondisi lingkungannya, flora di suatu
tempat dapat terdiri dari beragam jenis yang masing-masing dapat terdiri dari
beragam variasi gen yang hidup di beberapa tipe habitat (tempat hidup). Oleh
karena itu, muncullah istilah keanekaragaman flora yang mencakup makna
keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik dari jenis, dan
keanekaragaman habitat dimana jenis-jenis flora tersebut tumbuh.
Menurut Kusmana dan Hikmat, (2015:187) menjelaskan pola persebaran
flora di Indonesia sama dengan pola persebaran faunanya yang berpangkal
pada sejarah pembentukan daratan kepulauan Indonesia pada masa zaman es.
Pada awal masa zaman es, wilayah bagian barat Indonesia (Dataran Sunda:
Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan) menyatu dengan benua Asia, sedangkan
wilayah bagian timur Indonesia (Dataran Sahul) menyatu dengan benua
Australia. Dengan demikian, wilayah Indonesia merupakan daerah migrasi fauna
dan flora antar kedua benua tersebut. Selanjutnya, pada akhir zaman es,
dimana suhu permukaan bumi meningkat, permukaan air lautpun naik kembali,
sehingga Pulau Jawa terpisah dari benua Asia, Kalimantan, dan Sumatera.
Begitu pula pulau-pulau lainnya saling terpisah satu sama lain. Hasil penelitian
biogeografi hewan oleh Wallace menunjukkan bahwa jenis-jenis hewan yang
hidup di wilayah bagian barat Indonesia berbeda dengan jenis-jenis hewan di
wilayah bagian timur Indonesia, batasnya kira-kira dari Selat Lombok ke Selat
Makassar. Garis batas ini dikenal dengan Garis Wallace.
Menurut Kusmana dan Hikmat, (2015:188) Selain Wallace, peneliti
berkebangsaan Jerman, Weber, mengadakan penelitian tentang biogeografi
3
fauna di Indonesia, yang hasilnya mencetuskan Garis Weber yang menetapkan
batas penyebaran hewan dari benua Australia ke wilayah bagian timur
Indonesia. Berdasarkan hasil proses pembentukan daratan wilayah Indonesia
serta hasil penelitian Wallace dan Weber, maka secara geologis, persebaran
flora (begitu pula fauna) di Indonesia dibagi ke dalam 3 wilayah, yaitu:
1. Flora Dataran Sunda yang meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali.
Flora di pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh flora Asia karena
ciri-cirinya mirip dengan ciri-ciri flora benua Asia disebut juga flora Asiatis
yang didominasi oleh jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku
Dipterocarpaceae.
2. Flora Dataran Sahul yang meliputi Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Flora di pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh benua Australia,
biasa disebut flora Australis yang didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan
berhabitus pohon dari suku Araucariaceae dan Myrtaceae.
3. Flora Daerah Peralihan (Daerah Wallace) yang meliputi Sulawesi, Maluku,
dan Nusa Tenggara yang berada di bawah pengaruh benua Asia dan
Australia, yang mana jenis tumbuhan berhabitus pohonnya didominasi oleh
jenis dari suku Araucariaceae, Myrtaceae, dan Verbenaceae. Dalam dunia
tumbuhan, flora di wilayah Indonesia merupakan bagian dari flora Malesiana.
Ditinjau dari wilayah biogeografi, setidaknya terdapat tujuh wilayah
biogeografi utama Indonesia yang menjadi wilayah penyebaran berbagai
spesies tumbuhan, yaitu Sumatra, Jawa dan Bali, Kalimantan, Sunda Kecil,
Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya.

B. Faktor Penyebab Adanya Perbedaan Flora di Indonesia


Menurut Rara, (2014: 158) menjelaskan persebaran makhluk hidup
dipermukaan bumi tidak merata, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
persebaran flora dan fauna adalah :
1. Faktor Abiotik
Faktor abiotik terdiri dari faktor klimatik (iklim), faktor edafik (tanah), dan
faktor fisiografi (ketinggian tempat dan bentuk lahan). Menurut Rara, (2014:
159) menjelaskan faktor klimatik/iklim, yang mempengaruhi kehidupan
antara lain yaitu suhu, kelembapan, angin, dan curah hujan. Kondisi iklim
merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi pola persebaran
4
flora dan fauna. Wilayah-wilayah dengan pola iklim yang ekstrim, seperti
daerah kutub yang senantiasa tertutup salju dan lapisan es abadi, atau
gurun yang gersang, sudah tentu sangat menyulitkan bagi kehidupan suatu
organisme. Oleh karena itu, persebaran flora dan fauna pada kedua wilayah
ini sangat minim baik dari jumlah maupun jenisnya. Sebaliknya, daerah
tropis merupakan wilayah yang optimal bagi kehidupan flora dan fauna.
Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di
permukaan bumi ini, antara lain suhu, kelembapan udara, angin, dan tingkat
curah hujan.
a. Suhu Permukaan bumi mendapatkan energi panas dari radiasi matahari
dengan intensitas penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah.
Daerah-daerah yang berada pada zona lintang iklim tropis, menerima
penyinaran matahari setiap tahunnya relatif lebih banyak jika
dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Selain posisi lintang,
faktor kondisi geografis lainnya yang mempengaruhi tingkat intensitas
penyinaran matahari antara lain kemiringan sudut datang sinar matahari,
ketinggian tempat, jarak suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan
penutupan lahan dengan tumbuhan, dan kedalaman laut. Perbedaan
intensitas penyinaran matahari menyebabkan variasi suhu udara di
muka bumi. Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan
hewan dan tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki
persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta tingkat
toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Misalnya, flora
dan fauna yang hidup di kawasan kutub memiliki tingkat ketahanan dan
toleransi yang lebih tinggi terhadap perbedaan suhu yang tajam antara
siang dan malam jika dibandingkan dengan flora dan fauna tropis.
b. Kelembapan udara selain suhu dalam Rara (2014: 159) menjelaskan,
faktor lain yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di
muka bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap
air yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara
berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka
bumi.
c. Angin di dalam siklus hidrologi, angin dalam Rara (2014: 162) berfungsi
sebagai alat transportasi yang dapat memindahkan uap air atau awan
5
dari suatu tempat ke tempat lain. Gejala alam ini menguntungkan bagi
kehidupan makhluk di bumi, karena terjadi distribusi uap air di atmosfer
ke berbagai wilayah. Akibatnya, secara alamiah kebutuhan organisme
akan air dapat terpenuhi. Gerakan angin juga membantu memindahkan
benih dan membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman
tertentu.
d. Curah hujan air dalam Rara (2014: 162) merupakan salah satu
kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa sumber daya air, tidak
mungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi.Bagi
makhluk hidup yang menempati biocycle daratan, sumber air utama
untuk memenuhi kebutuhan hidup berasal dari curah hujan. Melalui
curah hujan, proses pendistribusian air di muka bumi akan berlangsung
secara berkelanjutan.
e. Faktor tanah/ edafik, faktor tanah dalam Rara (2014: 162) disebut pula
faktor edafik yang berasal dari kata edapos yang artinya tanah atau
lapangan. Melihat pola persebaran vegetasi dengan faktor edafik berarti
meninjau tanah dari sudut tumbuhan atau kemampuan menumbuhkan
vegetasi. Faktor fisik dan kimiawi tanah yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman antara lain tekstur, struktur, dan keasaman tanah.
f. Faktor topografi dalam Rara (2014: 162) meliputi ketinggian dan
kemiringan lahan. Ketinggian suatu tempat erat kaitannya dengan
perbedaan suhu yang akhirnya menyebabkan pula perbedaan
kelengasan udara. Diantara daerah yang mempunyai ketinggian yang
berbeda, akan ditumbuhi oleh vegetasi yang jenisnya berbeda pula
karena vegetasi tumbuhan maupun hewan mempunyai tingkat adaptasi
yang berlainan.
2. Faktor Biotik
Menurut Rara, (2014: 165) menjelaskan Faktor Biotik yang sangat
berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna yaitu manusia. manusia
dapat membudidayakan beberapa jenis flora dan fauna.
3. Faktor Sejarah Geologi
Menurut Rara, (2014: 165) menjelaskan Diperkirakan 200 juta tahun
yang lalu, di bumi ini hanya terdapat satu benua saja, kemudian benua itu
mengalami keretakan dan bergeser. Pergeseran itu berlangsung secara
6
lambat dan akhirnya terjadilah lima benua seperti yang kita alami sekarang
ini yang berlangsung kira-kira dalam waktu 135 juta tahun. Jadi pergeseran
dimulai pada zaman Mesozoikum sampai awal Kenozoikum hingga
bentuknya yang sekarang. Pada zaman itu bumi telah dihuni oleh berbagai
jenis ikan, reptile, burung sampai binatang-binatang menyusui serta hewan
atau tumbuhan didaratan. Pergeseran menjadi anak benua itu,
mengakibatkan makhluk hidup yang dibawanya mengalami perubahan
lingkungan hidup, misalnya iklim yang berbeda menyebabkan hanya
makhluk hidup yang tahan terhadap kondisi ini akan tetap bertahan hidup
dan menyesuaikan diri, sehingga tidak musnah. Jadi, sejarah geologi ikut
menentukan geografi kehidupan di bumi baik ditinjau dari persamaan
maupun perbedaan makhluk hidup.

C. Penyebaran Fauna di Indonesia


Secara geografis, persebaran fauna di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi tiga wilayah, yaitu; wilayah fauna Indonesia Barat (bercorak Asia),
wilayah fauna Indonesia Tengah dan wilayah fauna Indonesia Timur (bercorak
Australia). Di Indonesia terdapat tidak kurang dari 254 jenis amfibi, 624 jenis
reptil dan 650 jenis binatang menyusui. Persebaran fauna Indonesia Barat
dibatasi oleh garis Wallace, persebaran fauna Indonesia Timur dibatasi oleh garis
Weber. Dengan demikian, persebaran fauna Indonesia Tengah terletak di antara
kedua garis tersebut (Susilawati, 2011:11).

Pada ketiga wilayah persebaran fauna di Indonesia masing-masing memiliki


ciri khasnya. Menurut Susilawati (2011:12), jika diidentifikasi masing-masing
perbedaannya maka fauna di Indonesia Barat umumnya terdiri dari binatang
menyusui yang berukuran besar seperti gajah, orangutan, badak, banteng, dll.
berbagai jenis kera banyak terdapat di sini. Demikian halnya dengan berbagai
jenis ikan air tawar. Sedangkan untuk fauna di Indonesia Timur umumnya terdiri
dari binatang menyusui berukuran kecil, binatang berkantung, dan berbagai jenis
burung yang beraneka warna

7
Tabel 1 Perbedaan Jenis Fauna pada Tiga Wilayah di Indonesia
Kelas Indonesia Bagian Indonesia Bagian Indonesia Bagian
Barat Tengah Timur
Mamalia Gajah, badak Anoa, babi rusa, ikan Kangguru, wallabi,
bercula satu, tapir, duyung, kuskus, beruang, landak,
rusa, monyet hitam, oposum layang,
banteng, kukang, beruang, kuskus, kelelawar.
monyet, orangutan, tarsius, kuda, sapi,
macan, beruang, banteng
kijang, kancil,
landak
Reptil Buaya, kura-kura, Biawak, Buaya, biawak, ular,
kadal, ular, tokek, komodo,kurakura, kadal, kura-kura
biawak, bunglon buaya, ular
Amfibi Katak pohon, katak Katak pohon, katak
terbang, katak air terbang, katak air
Burung Burung hantu, Burung dewata, Nuri, raja udang,
elang, maleo, cendrawasih, kasuari,
jalak, merak, nuri, mandar, raja namudur
kutilang udang, kakatua,
merpati, angsa,
rangkong
Ikan Air Pesut
Tawar

D. Faktor Penyebab Adanya Perbedaan Fauna di Indonesia


Keanekaragaman fauna menjadi aset utama dalam pendayagunaan fauna.
Bila kekhasan dan kekhususan masing-masing komponennya dapat
diungkapkan, pendayagunaan ini akan mencapai keefektifan yang tinggi.
Keanekaragaman spesies fauna terjadi karena beberapa faktor, sehingga
terbentuk keanekaragaman yang terpolakan dalam distribusinya, yang tergolong
dalam dua aspek, yaitu spatial (berdasarkan ruangan/tempat), yang disebabkan
oleh faktor geografi dan/atau oleh faktor ekologi, serta temporal, dengan dimensi

8
waktu). Faktor-faktor ini terserap ke dalam setiap spesies dan terkembang untuk
membentuk ciri dan sifat masing-masing spesies (Adisoemarto, 2005:88-91).
1. Pola Distribusi Spatial Geografi
Kondisi geografi Indonesia memungkinkan tingginya tingkat
keanekaragaman spesies fauna di negara ini. Dengan bentangan dari sisi
timur Benua Asia sampai sisi barat Benua Australia Indonesia memiliki tiga
kawasan fauna yang masingmasing mengandung kekhasannya. Region
Oriental di sebelah barat, Region Australian di timur dan Kawasan Wallacea
diantaranya telah membentuk keanekaragaman fauna yang tinggi tarafnya
dan unik susunannya. Keberadaan ketiga kawasan ini juga merupakan
keunikan, karena tiada satu pun negara di dunia yang memiliki lebih dari satu
kawasan fauna, bahkan beberapa negara terletak di dalam satu kawasan.
Perbedaan faktor dalam ekosistem di masing-masing region menyebabkan
terjadinya keanekaragaman spesies yang menghuninya. Faktor-faktor yang
telah diidentifikasi di antaranya adalah kendala lingkungan untuk mengkoloni
suatu kawasan (Acevedo et al. 2005), hukum pulau yang menentukan ukuran
tubuh (Lomolino 2005), gradasi ketinggian seperti yang terdapat pada
artropoda tanah (Jing et al. 2005), dan pengaruh faktor abiotik (Pidwirny,
2001), yang meliputi kolonisasi dan pemapanan termasuk kepunahan lokal,
serta uraian klasik mengenai distribusi geo-grafi biota (Smith 2005). Secara
lengkap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan binatang terdapat di
ketiga kawasan tersebut, termasuk penggabungan faktor-faktor dari daratan
Asia dan dari daratan Australia. Itulah sebabnya keanekaragaman binatang di
ketiga kawasan tersebut sangat tinggi.
2. Keanekaragaman sebaran temporal
Berbagai faktor dapat mendorong terjadinya keanekaragaman spesies
dengan dimensi waktu/tempo. Dinamika populasi suatu spesies adalah salah
satu ciri dalam keanekaragaman sebaran temporal (Korpimäki 2005). Dalam
konteks dimensi tempo, spesies mem-punyai kemampuan dalam hal :
a. Mengatasi pengaruh musuh alami dan ketersediaan pakan sebagai faktor
pengatur fluktuasi.
b. Mengatasi invasi pemangsa asing dan kembalinya pemangsa puncak.

9
c. Bervariasi secara alami dan tanggapan terhadap perubahan yang
disebabkan oleh ulah manusia dalam ekosistem hutan dan ekosistem
pertanian.
d. Seleksi habitat, pilihan diet dan mobilitas pemangsa.
e. Keputusan reproduktif dalam lingkungan yang bermacam-macam.
f. Mengatasi imuno kompentensi, parasit dan status kesehatan.
g. Pentingnya visi ultraviolet dalam mencari pakan dan berkomunikasi.
Pola-pola distribusi spatial dan distribusi temporal hanya dapat dikenal
berdasarkan informasi taksonomi yang dikumpulkan dari spesies-spesies yang
terlibat dalam pembentukan pola distribusi. Spesies-spesies penentu pola
yang terbentuk mencerminkan kekhasan dan kekhususan keaneka-ragaman
hayati di masing-masing pola keanekaragaman, yang pada taraf spesies
terdiri atas tiga tingkatan, yaitu alpha, atau keanekaragaman spesies dalam
satu habitat, beta,keanekaragaman spesies dalam dua habitat atau lebih,
gamma, keanekaragaman spesies yang ada dalam suatu region yang lebih
luas (beberapa kawasan), dan global untuk seluruh dunia (Lecture 10, 2001
dalam Hartoto, 2006:91)
Keanekaragaman dunia hewan cukup menarik berbagai para ahli.
Indonesia, telah banyak ahli melakukan penelitian terhadap dunia hewan
antara lain Alfred Russel Wallace (Inggris) yang telah melakukan penyelidikan
mengenai flora dan fauna, Weber (Jerman) menyelidiki jenis ikan tawar,
Sarasin (Swiss) menyelidiki hewan di Sulawesi, dan Dammerman (Belanda)
menyelidiki jenis-jenis hewan di Pulau Jawa. Dari hasil penyelidika tersebut
dapat diketahui bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran
fauna di Indonesia, antara lain (Banowati, 2012:135-137) :
1) Pengaruh Perubahan Geologis
Perubahan gelgis yang terjadi pada masa lampau menyebabkan
perubahan daratan dan laut telah banyak mempengaruhi persebaran jenis
fauna tertentu. Laut merupakan penghambat persebaran fauna darat, ikan
airtawar, serta jenis-jenis burung tertentu. Pada masa daratan Indonesia
bagian barat masih bergabung menjadi satu dengan Benua Asia serta
Indonesia bagian timur bergabung dengan Benua Australia (zaman
pleistosen), banyak fauna dari kedua benua tersebut yang menyebar di
Indonesia. Fauna yang berasal dari Asia menyebar di Indonesia bagian
10
barat, sedang fauna yang berasal dari Australia menyebar di Indonesia
bagian Timur. Setelah berakhirnya zama es (holosen) maka sebagian
daerah dangkalan Sunda dan Sahul digenangi air dan menjadi laut. Sejak
peristiwa ini, penyebaran fauna juga terhenti kecuali fauna tertentu.
2) Pengaruh Keadaan Iklim suatu Daerah
Curah hujandan temperatur, sangat berpengaruh terhadap dunia
tumbuh-tumbuhan. Keadaan ini secara tidak langsung mempengaruhi
jenis-jenis fauna tertentu. Oleh sebab itu, baik secara langsung maupun
tidak langsung, keadaan iklim suatu daerah berpengaruh terhadap
persebaran fauna, perkembangan, serta kelangsungan hidup hewan
sangat tergantung pada tersedianya jenis pakan yang diperlukan, hal ini
sangat tergantung pada kondisi lingkungan di daerah setempat, terutama
keadaan curah hujan dan temperatur.
3) Pengaruh Kegiatan Manusia
Kegiatan manusia berperan dalam penyebaran fauna, baik melalui
pembuatan keadaan lingkungan yang sesuai maupun dengan cara-cara
lainnya. Makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi makin
tampak sekali pengaruh tersebut. Misalnya dengan mendatangkan ternak
ataupun unggas yang dipandang produktif dari negara lain untuk
dikembangbiakkan di Indonesia, sehingga dapat diperoleh jenis-jenis
unggul. Upaya bersifat untuk pembibitan, penyilangan, maupun lainnya.
Kegiatan manusia yang dimaksud pada paragraf di atas adalah
kegiatan yang bersifat positif. Selain itu, ada pula kegiatan manusia yang
berpengaruh negatif, misalnya perburuan terhadap jenis fauna tertentu,
baik karena dianggap merugikan kehidupan manusia maupun ada sebab
lain. Akibat dar kegiatan semacam ini menyebabkan perubahan
penyebaran secara alamiah, dapat pula berakibat semakin berkurangnya
jumlah (populasi) jenis fauna tertentu. Adanya usaha-usaha untuk
melestarikan jenis fauna tertentu , terutama yang telah dianggap langka,
merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan hidup yang makin
lama tampak semakin rusak.

11
E. Upaya Pencegahan Punahnya Flora dan Fauna di Indonesia
Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak
diburu untuk tujuan tertentu (dimakan, untuk obat, perhiasan) maupun tempat
hidupnya dirusak manusia misalnya untuk dijadikan lahan pertanian, perumahan,
industri, dan sebagainya. Flora dan fauna yang jumlahnya sangat terbatas
tersebut dinyatakan sebagai flora dan fauna langka. Untuk mencegah semakin
punahnya flora dan fauna ini maka dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Ditetapkan tempat perlindungan bagi flora dan fauna agar
perkembangbiakannya tidak terganggu. Tempat-tempat perlindungan ini
berupa cagar alam bagi flora dan suaka margasatwa bagi fauna.
2. Membangun beberapa pusat rehabilitasi dan tempat-tempat penangkaran
bagi hewan hewan tertentu, seperti :
a. Pusat rehabilitasi orang utan di Bohorok dan Tanjung Putting di Sumatera.
b. Daerah hutan Wanariset Samboja di Kutai, Kalimantan Timur.
c. Pusat rehabilitasi babi rusa dan anoa di Sulawesi.
3. Pembangunan yang berwawasan lingkungan, berarti pembangunan harus
memperhatikan keseimbangan yang sehat antara manusia dengan
lingkungannya.
4. Menetapkan beberapa jenis binatang yang perlu dilindungi seperti : soa-soa
(biawak), komodo, landak semut Irian, kanguru pohon, bekantan, orang utan
(Mawas), kelinci liar, bajing terbang, bajing tanah, siamang, macan kumbang,
beruang madu, macan dahan kuwuk, pesut, ikan duyung, gajah, tapir, badak,
anoa, menjangan, banteng, kambing hutan, sarudung, owa, sing puar,
peusing.
5. Melakukan usaha pelestarian hutan, antara lain:
a. Mencegah pencurian kayu dan penebangan hutan secara liar.
b. Perbaikan kondisi lingkungan hutan.
c. Menanam kembali di tempat tumbuhan yang pohonnya di tebang.
d. Sistem tebang pilih.
6. Melakukan usaha pelestarian hewan, antara lain :
a. Melindungi hewan dari perburuan dan pembunuhan liar.
b. Mengembalikan hewan piaraan ke kawasan habitatnya.
c. Mengawasi pengeluaran hewan ke luar negeri.

12
7. Melakukan usaha pelestarian biota perairan, antara lain :
a. Mencegah perusakan wilayah perairan.
b. Melarang cara-cara penangkapan yang dapat mematikan ikan dan biota
lainnya, misalnya dengan bahan peledak.
c. Melindungi anak ikan dari gangguan dan penangkapan.
Sejak tahun 1980, beberapa kawasan cagar alam atau suaka
margasatwa telah diubah statusnya menjadi Taman Nasional. Dewasa ini
terdapat 320 tempat untuk Taman Nasional dan Hutan Lindung, antara
lain di Sumatera, Irian Jaya, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Taman
nasional dan hutan lindung mempunyai fungsi sebagai:
1) Perlindungan sistem penyangga kehidupan.
2) Pengawetan jenis tumbuhan dan hewan.
3) Pelestarian pemanfaatan sumber daya hayati dan tata lingkungan.
Tabel 2 Beberapa Taman Nasional, Suaka Alam, Dan Margasatwa di
Indonesia.
No. Nama Propinsi Keterangan
1 Gunung Leuser DI Aceh Taman Nasional*
2 Ujung Kulon Jawa Barat Taman Nasional*
Gedung
3 Jawa Barat Taman Nasional*
Pangrango
4 Baluran Jawa Timur Taman Nasional*
5 Pulau Komodo NTT Taman Nasional*
6 Kerinci Seblat Sumatera Taman Nasional*
Bukit Barisan
7 Sumatera Taman Nasional*
Selatan
Jakarta (Lepas
8 Pulau Seribu Taman Nasional**
Pantai)
9 Bali Barat Bali Taman Nasional**
10 Tanjung Puting Kalimantan Taman Nasional**
11 Kutai Kalimantan Timur Taman Nasional**
12 Lore Sulawesi Taman Nasional**
13 Dumoga Sulawesi Taman Nasional**
14 Manu Selawang Maluku Taman Nasional**

13
Nua/Waymual
Bromo - Semeru
15 Jawa Timur Taman Nasional**
- Tengger
16 Meru Betiri Jawa Timur Taman Nasional**
17 Langkat Barat Sumatera Utara Suaka Margasatwa
18 Langkat Selatan Sumatera Utara Suaka Margasatwa
19 Kerumutan Riau Suaka Margasatwa
20 Berbak Jambi Suaka Margasatwa
21 Way Kambas Lampung Suaka Margasatwa
22 Pangandaran Jawa Barat Suaka Margasatwa
23 Gunung Rinjani NTB Suaka Margasatwa
24 Beringin Sati Sumatera Barat Cagar Alam
25 Panaitan Jawa Barat Cagar Alam
26 Gunung Palung Kalimantan Barat Cagar Alam
Kota
27 Kalimantan Tengah Cagar Alam
Waringin/Sampit
28 Gunung Lorens Irian Jaya Cagar Alam

Keterangan :
* : Ditetapkan sejak tahun 1980
** : Ditetapkan sejak tahun 1982

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara geologis, persebaran flora (begitu pula fauna) di Indonesia dibagi ke
dalam 3 wilayah, antara lain flora Dataran Sunda, flora Dataran Sahul , dan flora
Daerah Peralihan (Daerah Wallace). Faktor-faktor yang mempengaruhi
persebaran flora dan fauna adalah : faktor abiotik, faktor biotik, dan faktor sejarah
geologi. Persebaran fauna Indonesia Barat dibatasi oleh garis Wallace,
persebaran fauna Indonesia Timur dibatasi oleh garis Weber. Keanekaragaman
spesies fauna terjadi karena beberapa faktor, sehingga terbentuk
keanekaragaman yang terpolakan dalam distribusinya, yaitu aspek spatial.
Faktor yang mempengaruhi penyebaran fauna di Indonesia, yaitu pengaruh
perubahan geologis, pengaruh keadaan iklim suatu daerah, dan pengaruh
kegiatan manusia. Untuk mencegah semakin punahnya flora dan fauna ini maka
dilakukan upaya-upaya, antara lain dengan ditetapkan tempat perlindungan bagi
flora dan fauna agar perkembangbiakannya tidak terganggu, membangun
beberapa pusat rehabilitasi dan tempat-tempat penangkaran bagi hewan hewan
tertentu, pembangunan berwawasan lingkungan, menetapkan beberapa jenis
binatang yang perlu dilindungi, melakukan usaha pelestarian hutan, melakukan
usaha pelestarian hewan, dan melakukan usaha pelestarian biota perairan.

B. Saran
Cara untuk meminimalisir punahnya flora dan fauna di Indonesia dapat
dimulai dari anak-anak dimana mereka diberi pengetahuan melalui flora dan
fauna langka di Indonesia melalui pendidikan. Di samping itu, perlu diadakan
penyuluhan tentang pelestarian satwa oleh lembaga-lembaga tertentu seperti
lembaga pemerintah, dinas kehutanan, dan sebagainya. Kemudian, masyarakat
juga perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya flora dan fauna bagi
ekosistem kehidupan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Adisoemarto, Soenartono. 2005. Penerapan dan Pemanfaatan Taksonomi untuk


Mendayagunakan Fauna Daerah: Zoo Indonesia Vol. 15(2): 87 – 100.
2. Banowati, Eva. 2012. Geografi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
3. Christanto, Indrayanti.2013. Flora dan Fauna. Diakses pada hari Jumat, 31 Maret
2017 pukul 12.32 di www.geografikoe.com
4. Kusmana,Cecep dan Hikmat, Agus. 2015. Keanekaragaman Hayati Flora Di
Indonesia. Bogor: diakses pada www.journal.ipb.ac.id tanggal 03 April 2017.
5. Rara, Miede Emirilda. 2014. Materi Biosfer. Lampung: diakses pada
www.digilib.unila.ac.id tanggal 03 April 2017.
6. Susilawati. Regional Indonesia : Kondisi Fisik Wilayah Indonesia. Diakses pada
hari Rabu, 29 Maret 2017 pukul 19.08 WIB di www.file.upi.edu.com

16
MAKALAH
GEOGRAFI

“PEMANFAATAN FLORA DAN FAUNA


INDONESIA SEBAGAI SUMBER DAYA ALAM”

DISUSUN OLEH:
KELAS : X.IS.2
KELOMPOK. 5

1. SETRIANI
2. SITI NUR ASIA
3. ARDIANSAH
4. ARIANTO
5. HENGKI KURNIAWAN
6. ARIF RAHMAN

SMA NEGERI 4 KONAWE SELATAN


KABUPATEN KONAWE SELATAN
KECAMATAN PALANGGA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Penjatkankehadiratalloh Swt, Yang Atas Rahmat-Nya Maka

Penulis Dapat Menyelesaikan Penyusunan Makalah Yang Berjudul “Pemanfaatan

Flora dan Fauna Indonesia Sebagai Sumber Daya Alam“

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan

yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis

harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal

pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan

ini sebagai ibadah, Amiin YaaRobbal ‘Alamiin.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ....................................................................................................... i


KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI … ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.. ...............................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3
A. Persebaran Flora di Indonesia ............................................................................3
B. Faktor Penyebab Adanya Perbedaan Flora di Indonesia ...................................4
C. Persebaran Fauna di Indonesia .........................................................................7
D. Faktor Penyebab Adanya Perbedaan Fauna di Indonesia .................................8
E. Upaya Pencegahan Punahnya Flora dan Fauna di Indonesia .........................12

BAB III PENUTUP .......................................................................................................15


A. Kesimpulan .........................................................................................................15
B. Saran .................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................16

iii

Anda mungkin juga menyukai