Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS

BREAK EVEN POINT

Analisis Studi Kasus : Pedagang Cakwe di Sekitar IBI Kesatuan

Disusun oleh:

Kevin Gerardo 191210001 Viccellya Nesya 191210050


Sanki Sutanto 191210002 Shania Sella Sugianto 191210032
Wida Sabrina Putri 191210003 Jesica Tjitadiwirya 191210035
Immanuel Jeremia L. 191210004 Sulastri Melanesia 191210037
Siti Ririn Nurlaela 191210005 Priscilla Julitha Bale 191210038
Vanesa Fristia Suryanto 191210006 Asri Yulianti 191210044
Inggih Surya Ningsih 191210144 Helvani Golda T 191210046
Graciella Aurelia 191210015 Stefany Angelina A. 191210043
Sandrina Attalia Gani 191210019 Annisa Nurma Utami 191210030
Octaviyola 191210022 Giyanti Hidayani 191210024
Royi Nugraha 191210023 Siti Halimatu Sa’diyah 191210026
Susanto Wijaya 191210007

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun diberi kemampuan untuk menyelesaikan makalah
ini tepat waktu.

Terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan
ide-ide sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penyusun. Penyusun menerima
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penyusun
ucapkan terima kasih.

Bogor, 22 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

SAMPUL MUKA
KATA
PENGANTAR i
DAFTAR
ISI
ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penyusunan
Makalah 4
1.2. Tujuan Penyusunan
Makalah
5
1.3. Rumusan
Masalah
5

BAB II LANDASAN TEORI


2.1. Pengertian Analisis Break Even
Point 6
2.2. Manfaat dan Kegunaan Break Even
Point
6
2.3. Metode Perhitungan Analisis Break Even
Point 7
2.4. Sejarah
Cakwe
8

BAB III LAPORAN ANALISIS STUDI KASUS


3.1. Analisis
Biaya 9

3.2. Analisis
Variabel 9
3.3. Bagaimana Penetapan
Harga 11

BAB IV PENUTUP
Simpulan
12
Lampiran
13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penyusunan Makalah

Bisnis makanan (kuliner) merupakan salah satu bisnis yang dewasa ini
berkembang pesat dan memiliki potensi berkembang yang cukup besar. Sudah banyak
pelaku usaha yang meraup untung dari usaha kuliner ini. Namun tidak sedikit pula
pelaku usaha kuliner yang gulung tikar alias bangkrut, karena strategi pemasaran yang
digunakan kurang tepat dan kualitas pelayanan yang kurang optimal. Artinya
keberhasilan sebuah bisnis kuliner dalam memenangkan persaingan ditentukan oleh
penerapan srategi pemasaran yang tepat serta hubungan baik yang dijalani dengan
konsumen.

Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba melakukan studi kasus terhadap


salah satu bisnis makanan di sekitar IBI Kesatuan yaitu “cakwe”. Tujuan dari studi
kasus ini adalah untuk menganalisa biaya-biaya yang digunakan dalam penjualan
cakwe tersebut, untuk mengetahui bagaimana penetapan harganya, dan untuk
mengetahui berapa laba yang didapatkan per harinya dengan menggunakan metode
perhitungan analisis break event point.

4
1.2 Tujuan Penyusunan Makalah

Adapun tujuan penyusunan makalah sebagai berikut:


1. Sebagai bukti dan pertanggungjawaban telah melaksanakan studi kasus secara
langsung.
2. Untuk mengetahui titik impas bisnis cakwe dengan melakukan terjun langsung.
3. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai praktik di mata kuliah
matematika bisnis dan ekonomi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis merumuskan


beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Modal awal yang diperlukan untuk berjualan cakwe ?
2. Apa saja bahan baku yang diperlukan ?
3. Berapa kuantitas bahan baku yang diperlukan dalam sehari?
4. Berapa harga jual per unit ?
5. Berapa jumlah makanan yang terjual dalam sehari ?
6. Apa saja biaya yang diperlukan selain bahan baku ?
7. Berapa pendapatan yang bisa didapat dalam sehari ?
8. Analisis BEP dan laba yang didapatkan dari usaha cakwe.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Analisis Break Event Point

Analisis break event point umumnya digunakan untuk menghitung kapan


sebuah usaha atau bisnis akan menguntungkan dengan cara menyamakan total
pendapatannya dengan total biaya. Dengan analisis break event point ini, manajemen
perusahaan daapt mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan
agar tidak mengalami kerugian dan juga mengetahui jumlah penjualan yang diharuskan
untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu.
Pengertian break event point itu sendiri adalah suatu keadaan dimana suatu
usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi, dengan kata lain suatu usaha
dikatakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya atau apabila laba
kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.(Pengertian BEP
menurut Mulyadi)

2.2 Manfaat dan Kegunaan Analisis Break Even Point

Berikut manfaat dan kegunaan yang bisa didapatkan dari analisis break even point:
1. Mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
2. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
3. Mengetahui seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume
penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
5. Memberikan informasi kepada manajemen mengenai anggaran biaya,volume dan
profit bisnis.

6
2.3 Metode Perhitungan Analisis Break Even Point

Menurut Sutrisno dalam bukunya “Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan


Aplikasi” mengemukakan metode perhitungan break event point dapat ditentukan
dengan dua cara yaitu sebagai berikut:
1. Atas dasar unit

TFC
𝐵𝐸𝑃 =
P−VC

Dimana: TFC = Biaya tetap total


P = Harga jual per unit
VC = Biaya variabel per unit

2. Atas dasar rupiah

TFC
𝐵𝐸𝑃 =
1 − VC/P

Atau bisa juga menggunakan rumus berikut, jika telah diketahui BEP atas unitnya:

𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄

Dimana:
TR = Total revenue
P = Harga jual produk
Q = Jumlah produk

𝑇𝐶 = 𝐹𝐶 + 𝑉𝐶
Dimana:
TC = Total biaya
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel per unit

7
2.4 Sejarah Cakwe

Cakwe (Hanzi: hanyu pinyin) adalah salah satu penganan tradisional Tionghoa.
Nama ini berhubungan erat dengan asal usul penganan yang kecil namun sarat akan
nilai sejarah.

Cakwe mulai populer pada zaman dinasti song, berawal dari matinya Jenderal
Yue Fei yang terkenal akan nasionalismenya akibat fitnahan Perdana Menteri Qin Hui.
Mendengar kabar kematian Yue Fei, rakyat Tiongkok kemudian membuat 2 batang
kecil dari adonan tepung beras yang melambangkan Qin Hui dan istrinya lalu digoreng
untuk dimakan. Ini dilakukan sebagai simbolisasi kebencian rakyat atas Qin Hui.
Jika digoreng, adonan itu pasti mencuat ke permukaan. Dengan lantang ia
berteriak “ Dijual Hui Goreng”.Dengan cara itu, namanya pun berubah menjadi Hantu
yang digoreng atau diindonesia dikenal dengan nama cakwe.
Cakwe di tiongkok di makan dengan cara mencelupkanya ke dalam bubur
panas. Sedangkan di tiongkok utara, cakwe dimakan bersama susu kedelai manis
maupun asin.

BAB III
8
LAPORAN ANALISIS STUDI KASUS

3.1 Analisis Biaya

 Modal awal
 Gerobak Rp 3.000.000
 Kuali Rp 100.000
 Kompor + selang Rp 150.000
 Rak Rp 80.000
 Corong Rp 5.000
TOTAL Rp 3.335.000

 Fixed cost
 Listrik Rp 1.000 /Hari
 Sampah Rp 2.000 /Hari
TOTAL Rp 3.000

3.2 Analisis Variabel

 Variabel cost (per unit) tiap harinya


 Terigu 7 kg Rp 252
 Minyak 3 kg Rp 120
 Gas 1 kg Rp 26
 Udang kering ½ ons Rp 28
 Mentega ¼ Rp 24
 Vanelli 1 biji Rp 2
 Baking soda o,2 ons Rp 7,2
 Cabe merah dan rawit ¼ Rp 40
 Plastik yang ½ pack Rp 18
 Tusukan Rp 7,2
 Kertas Rp 5,2

9
 Kresek Rp 8
TOTAL Rp 537,6

 Variabel cost (per 250 unit) tiap harinya


 Terigu 7 kg Rp 63.000
 Minyak 3 kg Rp 30.000
 Gas 1 kg Rp 6.500
 Udang kering ½ ons Rp 7.000
 Mentega ¼ Rp 6.000
 Vanelli 1 biji Rp 500
 Baking soda o,2 ons Rp 1.800
 Cabe merah dan rawit ¼ Rp 10.000
 Plastik yang ½ pack Rp 4.500
 Tusukan Rp 1.800
 Kertas Rp 1.300
 Kresek Rp 2.000
TOTAL Rp 134.400

 Harga jual per unit : Rp 2.000


 Jumlah cakwe yang biasa terjual dalam sehari adalah 250 unit
 Apa saja biaya yang diperlukan selain bahan baku

Modal awal
 Gerobak Rp 3.000.000
 Kuali Rp 100.000
 Kompor + selang Rp 150.000
 Rak Rp 80.000
 Corong Rp 5.000
TOTAL Rp 3.335.000

Fixed cost
 Listrik Rp 1.000 /Hari
 Sampah Rp 2.000 /Hari
TOTAL Rp 3.000

 Pendapatan yang didapatkan dalam sehari adalah


𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄
= Rp 2.000 x 250 unit
= Rp 500.000

 Analisis break event point dan laba yang didapatkan dari usaha cakwe
 Analisis BEP unit
TFC
𝐵𝐸𝑃 =
P − VC
Rp 3.000
=
Rp 2.000−Rp 537,6

Rp 3.000
=
Rp 1.462,4 10
= 2,05 unit

 Analisis BEP rupiah


𝐵𝐸𝑃 = 𝑃 × 𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡
= 𝑅𝑝 2.000 × 2,05
= 𝑅𝑝 4.100

 Laba per hari


𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
= (𝑃 × 𝑄) − (𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶)
= (𝑅𝑝 2.000 × 250) − ( 𝑅𝑝 3.000 + 𝑅𝑝 134.400)
= 𝑅𝑝 500.000 − 𝑅𝑝 137.400
= 𝑅𝑝 362.600
3.4. Bagaimana Penetapan Harga

Berdasarkan uraian biaya yang telah dijelaskan di atas, dapat


diinterpretasikan bahwa penetapan harga untuk menjual cakwe yaitu variabel cost
yang dikeluarkan tiap harinya adalah Rp 134.400 yang dapat menghasilkan 250
unit cakwe. Penjual menginginkan keuntungan sebesar Rp 500.000 sehingga
harga cakwe per unitnya adalah Rp 2.000. Dengan laba sebesar Rp 362.600 setiap
harinya.

11
BAB IV

PENUTUP

Simpulan

Setelah melakukan analisis studi kasus terhadap bisnis cakwe ada pelajaran yanag kami

peroleh dan pengalaman yang dapat menambah wawasan penyusun. Dari analisis studi kasus

tersebut penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Analis studi kasus mengenai materi analisis break event point dapat memberikan gambaran

kepada penyusun mengenai perhitungan jika akan memulai usaha yang sesungguhnya.

2. Hal yang harus diperhitungkan tersebut yaitu modal awal untuk membeli peralatan

usaha,biaya bahan baku per harinya, fixed cost, menetapkan harga dengan benar dengan

membandingkan laba yang ingin didapatkan dengan melihat pengeluaran yang telah

dikeluarkan.

12
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

http://id.m.wikipedia.org/wiki/cahkwe

deriaprianto74.blogspot.com/analisis-break-even-point-bep.html?

13

Anda mungkin juga menyukai