Daging segar adalah daging atau otot skeletal dari hewan yang disembelih secara halal dan
higienis setelah mengalami pelayuan (aging) yang disimpan pada suhu dingin atau beku, yang
Definisi daging secara umum adalah bagian dari tubuh hewan yang disembelih yang aman dan
layak dikonsumsi manusia. Termasuk dalam definisi tersebut adalah daging atau otot skeletal
Offal adalah seluruh bagian tubuh hewan yang disembelih secara halal dan higienis selain
karkas, yang terdiri dari organ-organ di rongga dada dan rongga perut, kepala, ekor, kaki mulai
Jeroan (edible offal atau disebut juga variety meat atau fancy meat) adalah organ atau
jaringan selain otot skeletal yang lazim dan layak dikonsumsi manusia yang tidak mengalami
proses lebih lanjut selain daripada pendinginan atau pembekuan. Jeroan terdiri dari jantung,
lidah, hati, daging di kepala, otak, timus dan atau pankreas, babat, usus, ginjal, buntut.
Seperated Meat (MSM) adalah daging yang diperoleh dari pelepasan sisa-sisa daging yang
melekat pada tulang (terutama dari tulang belakang (vertebrae), rusuk, bahu, dan pelvis) dengan
menggunakan mesin bertekanan tinggi. MRM dapat mengandung beberapa bagian/materi tulang
dan atau sumsum tulang belakang. Kandungan kalsium, besi dan purin relatif lebih tinggi
Daging giling adalah daging yang dihasilkan dari penggilingan dan pencampuran berbagai jenis
dengan atau tanpa penambahan bumbu, dapat ditambahkan dengan pengikat (binder atau
Hamburger adalah daging giling yang telah dibentuk tertentu (patties) yang dibekukan, dengan
atau tanpa penambahan bumbu, namun tidak ditambahkan dengan pengikat (binder atau
Daging asap (smoked meat) adalah daging atau produk daging yang telah mengalami
Cured meat adalah produk daging yang telah diperlakukan dengan memberikan garam curing
(mengandung garam, sodium nitrit dan atau nitrat, gula dan bumbu lain) kemudian disimpan
(beberapa hari). Setelah curing, produk daging dibilas dan siap disajikan atau diasap.
Baso daging adalah produk daging berbentuk bulatan atau lainnya yang diperoleh dari campuran
daging (kandungan daging tidak kurang dari 50%) dan pati atau serealia dengan atau tanpa
Sosis daging adalah produk daging yang berasal dari daging yang digiling dan dicampur dengan
bahan tambahan pangan lain kemudian dimasukkan ke dalam casing sosis. Sosis dibagi menjadi
dua kelompok yaitu sosis mentah dan sosis matang. Sosis mentah terdiri dari sosis segar
(uncooked fresh sausage) dan sosis asap (smoked sausage). Sosis matang terdiri dari sosis
Dried meat adalah produk daging yang berasal dari daging yang dilakukan curing, diasap dan
dikeringkan menggunakan mesin pengering (dryer atau dehydrator) atau menggunakan sinar
matahari.
Kaldu daging adalah kaldu daging kering berupa bubuk atau bubuk yang dibentuk kubus.
Canned meat adalah produk daging olahan yang diproses dengan pemanasan steril komersial dan
Corned meat adalah produk daging yang telah diproses menggunakan garam curing dan
Tallow adalah bahan yang berasal dari lemak hewan yang disembelih yang memiliki titer
minimum (=suhu minimum untuk merubah dari bentuk cair ke padat) sama atau lebih besar dari
40oC.
Casing sosis adalah selubung atau selongsong sosis yang dibuat dari bahan sintetik atau organ
2. Daging Segar
Daging segar dihasilkan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) atau Rumah Pemotongan Unggas
setelah proses penyembelihan hewan yang dilaksanakan secara halal dan higienis.
Setelah proses pemotongan, karkas atau daging harus disimpan pada suhu dingin (suhu internal
daging 0 sampai +4 oC; suhu chiller/cooler -1 sampai +1 oC) atau suhu beku (suhu internal
Jeroan dihasilkan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) atau Rumah Pemotongan Unggas setelah
Setelah proses pemotongan, jeroan harus disimpan pada suhu dingin (suhu internal daging 0
sampai +3 oC; suhu chiller/cooler -1 sampai +1 oC) atau suhu beku (suhu internal daging -18
Daging giling dihasilkan dengan menggiling dan mencampur beberapa potongan daging, dan
5. Daging Asap
Daging asap dihasilkan dari proses pengasapan. Metode pengasapan ada 2 yaitu (a) pengasapan
dingin (cold smoking) yang dilakukan pada suhu 20-25 oC (tidak lebih dari 28oC), pada
kelembaban 70-80%, selama beberapa jam sampai beberapa hari; (2) pengasapan panas (hot
smoking) yang dilakukan pada suhu awal 30-35oC dan akhir 50-55oC bahkan dapat mencapai
75-80oC.
6. Cured Meat
Cured meat (daging curing) dihasilkan dari proses pemberian garam curing kepada daging.
Garam curing terdiri dari garam, nitrit dan atau nitrat, gula serta bumbu lain. Curing dapat
dilakukan secara kering (dry curing) atau secara basah (wet curing). Curing kering dilakukan
dengan melumuri daging dengan garam curing. Curing basah (wet curing atau dikenal juga
sebagai brine curing) dilakukan dengan merendam daging dalam larutan garam curing atau
dengan menyuntikkan larutan garam curing ke dalam daging dengan alat khusus. Daging yang
telah diberi garam curing disimpan beberapa hari pada suhu +5 oC, kemudian daging dibilas,
7. Baso Daging
Baso daging dihasilkan dari penggilingan dan pencampuran daging (kandungan daging tidak
kurang dari 50%) dengan pati atau serealia dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan
pangan (BTP) yang diizinkan. Selanjutnya campuran tersebut dicetak/dibentuk (bulat atau
gepeng), lalu dimasukkan ke dalam air mendidih sampai baso tersebut mengapung. Baso
8. Sosis Daging
Sosis daging dihasilkan dari daging yang digiling dan dicampur dengan bahan tambahan pangan
lain kemudian dimasukkan ke dalam casing sosis. Sosis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sosis
mentah dan sosis matang. Sosis mentah terdiri dari sosis segar (uncooked fresh sausage) dan
sosis asap mentah (uncooked smoked sausage). Sosis matang terdiri dari sosis masak, semi-dry
Uncooked fresh sausage adalah sosis yang masih mentah/segar, belum dilakukan curing atau
diasap, yang harus dimasak sebelum dikonsumsi. Contohnya fresh Bockwurst, Bratwurst, fresh
pork sausage, Italian-style fresh pork sausage, Salsicca, Weisswurst, fresh Thuringer.
Uncooked smoked sausage adalah sosis yang telah mengalami curing atau pengasapan, yang
harus dimasak sebelum dikonsumsi. Contohnya country style smoked porks sausage, Linguica,
Cooked sausage adalah sosis yang tidak dilakukan curing atau diasap, yang telah dimasak
Cooked smoked sausage adalah sosis yang telah dilakukan curing, diasap (sedikit), dan telah
Dry sausage adalah sosis yang telah dilakukan curing dan dikeringkan dengan udara, yang siap
disajikan dingin atau hangat. Dry sausage terdiri dari semi-dry sausage dan dry sausage. Contoh
semi-dry sausage antara lain Cervele\atm Lebanon, Bologna, Mortadella, Vienna. Dry sausage
dapat diasap, tidak diasap atau dimasak, contohnya Chorizo, Frizzes, Lyons, Pepperoni, Salami,
Soppressata.
Daging kering dihasilkan dari daging yang telah diproses dengan curing, asap dan pengeringan.
Daging dapat berupa potongan daging, slice, atau serbuk/bubuk (powder) atau serbuk yang
dibentuk kubus. Contoh produk daging kering antara lain beef jerky, biltong, bresaola, chipped
meat, bouillon.
10. Canned Meat, Corned Meat
Canned meat dihasilkan dari produk olahan daging yang diproses dengan pemanasan sterilisasi
11. Tallow
Tallow bahan yang berasal dari lemak hewan yang disembelih yang memiliki titer minimum
(=suhu minimum untuk merubah dari bentuk cair ke padat) sama atau lebih besar dari 40oC.
Proses pemanasan yang diterapkan dalam produksi tallow adalah sterilisasi (120oC dengan
Mengefaluasi mutu daging dan hasil olahannya serta perubahannya setelah pengolahan
Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor
sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain genetik, spesies,
bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik atau
mineral), dan stress. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain
meliputi metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas dan daging, bahan
tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon dan antibiotik, lemak intramuskuler atau
marbling, metode penyimpanan dan preservasi, macam otot daging dan lokasi pada suatu otot
daging. Faktor kualitas daging yang dimakan terutama meliputi warna, keempukan dan tekstur,
flavor dan aroma termasuk bau dan cita rasa dan kekasan jus daging (juiciness). Disamping itu,
lemak intramuskular, susut masak (cooking loss) yaitu berat sampel daging yang hilang selama
pemasakan atau pemanasan, retensi cairan dan pH daging, ikut menentukan kualitas daging.
Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum
pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe
ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta
keadaan stres.
a. Genetic/Keturunan
genetik atau tetua ternak yang dipotong. Faktor genetik akan menentukan keempukan daging
b. Spesies
Dari taksonomi ternak yang paling diperhatikan yaitu spesiesnya, karena spesies menentukan
apakah ternak tersebut banyak dipelihara di Indonesia, mampu memproduksi daging atau susu,
serta mempunyai produksi daya adaptasi yang tinggi, dan sebagainya. Spesies menentukan
c. Bangsa
Bangsa ternak termasuk kedalam factor genetic atau factor keturunan. Bangsa suatu ternak juga
menentukan kualitas suatu daging ternak itu sendiri. Misalnya ternak sapi-sapi introduksi,
seperti: 1) sapi limousine, persentase daging dalam karkas cukup tinggi, 2) sapi angus,
Jadi dilihat dari bangsa ternak itu sendiri sangat penting dalam mennentukan kualitas daging.
d. Tipe ternak
Tipe ternak menentukan keempukan daging itu sendiri, seperti tipe ternak potong dan tipe ternak
perah. Tipe ternak potong lebih empuk daripada tipe ternak perah. Karena tipe ternak potong itu
e. Umur
Semakin tua usia hewan, susunan jaringan ikat semakin banyak, sehingga daging yang dihasilkan
semakin liat, jika ditekan dengan jari, daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal
Umumnya daging yang berasal dari sapi tua akan lebih liat dibandingkan dengan daging yang
berasal dari sapi muda. Hasil penelitianpun menunjukkan bahwa umur potong sapi berkorelasi
positif dengan keempukan daging yang dihasilkannya, artinya makin tua ternak sudah dapat
dipastikan dagingnya akan lebih liat. Daging yang berasal dari sapi tua baunya lebih menyengat
dibandingkan dengan daging yang berasal dari sapi muda. Namun pada kenyataannya, kuat
lemahnya bau daging pada sapi tidak dipermasalahkan konsumen, lain halnya dengan daging
domba dan daging kambing, karena kedua ternak kecil ini bau dagingnya sangat unik dan lebih
kuat dibandingkan dengan sapi. Oleh karena itu konsumen daging domba atau kambing lebih
menyukai daging yang berasal dari ternak muda. Ternak sapi tua yang gemuk akan menghasilkan
daging yang berlemak oleh karena itu rasanya akan lebih gurih dan banyak disukai konsumen.
Selain itu daging yang berlemak kandungan airnya lebih sedikit sehingga pada saat dimasak
Umur ternak saat dipotong berpengaruh terhadap keempukan daging. Sapi yang dipotong pada
umur 9-30 bulan umumnya memiliki daging yang empuk. Sapi betina yang digunakan sebagai
induk, dagingnya menjadi kurang empuk saat umurnya tua. Keempukan daging menurun sejalan
Ternak yang digemukkan dengan pakan biji-bijian cenderung mencapai bobot potong lebih cepat
biasanya lebih empuk karena ternak dipotong pada umur lebih muda.
g. Keadaan Stress
Daging Dark Firm Dry (DFD) yaitu daging yang berwarna gelap, bertekstur keras, kering,
memiliki nilai pH tinggi dan daya mengikat air tinggi (Aberle et al., 2000). Daging ini dihasilkan
akibat ternak kelelahan setelah mengalami transportasi yang jauh, sehingga terjadi perubahan
dalam sifat fisik, kimia maupun sensori (Wulf et al., 2002).Menurut Taylor (1984), pigmen yang
memberikan warna pada daging adalah struktur hem. Hem ini berkombinasi dengan protein
membentuk hemoglobin dan mioglobin. Munculnya warna merah cerah pada daging disebabkan
oleh adanya ikatan oksigen pada atom besi (Fe2+) pada struktur molekul mioglobin.Perbedaan
warna daging disebabkan oleh adanya H2O2 dan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme.
coklat (Varnam & Sutherland,1995). Kandungan H2O2 yang dihasilkan oleh bakteri yang
memfermentasi secara alamiah kemungkinan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah H2O2
yang dihasilkan olehL . plantarum selama memfermentasi daging. Hal ini menyebabkan warna
plantarum.
Daging PSE (Pale Soft Exudative) disebabkan Stress dalam waktu yang lama sebelum
penyembelihan shg pH tetap tinggi stlh penyembelihan. Produksi asam laktat postmortem dari
glikogen yang sangat cepat dan tidak terkendali, sehingga mengakibatkan pH daging yang sangat
rendah sesaat setelah pemotongan, sementara temperatur otot masih tetap tinggi. Daya ikat air
oleh proteinnya sangat rendah. Penurunan pH yang cepat, seperti pada saat pemecahan ATP
yang cepat, akan mengakibatkan kontraksi aktomiosin dan menurunkan DIA protein (Bendall,
1960). Demikian pula suhu yang tinggi akan mempercepat penurunan pH otot pascamerta, dan
akan meningkatkan penurunan DIA sebagai akibat dari meningkatnya denaturasi protein otot dan
Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging adalah metode pelayuan, metode
pemasakan, tingkat keasaman (pH) daging, bahan tambahan (termasuk enzim pengempuk
daging), lemak intramuskular (marbling), metode penyimpanan dan pengawetan, macam otot
a. Metode Pelayuan
Pelayuan adalah penanganan daging segar setelah penyembelihan dengan cara menggantung atau
menyimpan selama waktu tertentu pada temperatur di atas titik beku daging (-1,50C). Daging
yang kita beli di pasar atau swalayan adalah daging yang telah mengalami proses pelayuan.
Selama pelayuan, terjadi aktivitas enzim yang mampu menguraikan tenunan ikat daging. Daging
menjadi lebih dapat mengikat air, bersifat lebih empuk, dan memiliki flavor yang lebih kuat.
Hewan yang baru dipotong dagingnya lentur dan lunak, kemudian terjadi perubahan-perubahan
sehingga jaringan otot menjadi keras, kaku, dan tidak mudah digerakkan. Keadaan inilah yang
Dalam kondisi rigor, daging menjadi lebih alot dan keras dibandingkan dengan sewaktu baru
dipotong. Oleh karena itu, jika daging dalam keadaan rigor dimasak, akan alot dan tidak nikmat.
Untuk menghindarkan daging dari rigor, daging perlu dibiarkan untuk menyelesaikan proses
rigornya sendiri. Proses tersebut dinamakan proses aging (pelayuan). Daging biasanya dilayukan
dalam bentuk karkas atau setengah karkas. Hal ini dilakukan untuk mengurangi luas permukaan
berlangsung sempurna sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat, (2) pengeluaran darah
menjadi lebih sempurna, (3) lapisan luar daging menjadi kering, sehingga kontaminasi mikroba
pembusuk dari luar dapat ditahan, (4) untuk memperoleh daging yang memiliki tingkat
b. Metode Pemasakan
Daging dengan jaringan ikat sedikit seperti has, dianjurkan dimasak dengan pemanasan kering
(goreng, bakar, panggang, barbeque). Daging dengan jaringan ikat banyak seperti sengkel,
dianjurkan dimasak secara lama dan lambat dengan suhu rendah dan menggunakan sedikit air.
Suhu pemasakan memengaruhi keempukan daging. Jika daging tanpa lemak dipanaskan, protein
kontraktil mengeras dan cairan hilang sehingga menurunkan keempukan daging. Potongan
daging yang empuk bila dimasak pada suhu rendah akan menjadi lebih empuk dibanding
pemasakan pada suhu sedang, dan dengan pemasakan suhu sedang, daging lebih empuk
dibanding pemasakan dengan suhu tinggi. Oleh karena itu, suhu pemasakan perlu diperhatikan
Susut masak adalah perhitungan berat yang hilang selama pemasakan atau pemanasan pada
daging. Pada umumnya, makin lama waktu pemasakan makin besar kadar cairan daging hingga
mencapai tingkat yang konstan. Susut masak merupakan indicator nilai nutrisi daging yang
berhubungan dengan kadar jus daging yaitu banyaknya air yang terikat dalam dan diantara
serabut otot. Jus daging merupakan komponen dari daging yang ikut menetukan keempukan
Nilai pH merupakan salah satu criteria dalam penentuan kualitas daging, khususnya di Rumah
Potong Hewan (RPH). Setelah pemotongan hewan (hewan telah mati), maka terjadilah proses
biokimiawi yang sangat kompleks di dalam jaringan otot dan jaringan lainnya sebagai konsekuen
tidak adanya aliran darah ke jaringan tersebut, karena terhentinya pompa jantung. Salah satu
proses yang terjadi dan merupakan proses yang dominan dalam jaringan otot setelah kematian
(36 jam pertama setelah kematian atau postmortem) adalah proses glikolisis anaerob atau
glikolisis postmortem. Dalam glikolisis anaerob ini, selain dihasilkan energi (ATP) maka
dihasilkan juga asam laktat. Asam laktat tersebut akan terakumulasi di dalam jaringan dan
Nilai pH otot (otot bergaris melintang atau otot skeletal atau yang disebut daging) saat hewan
hidup sekitar 7,0-7,2 (pH netral). Setelah hewan disembelih (mati), nilai pH dalam otot (pH
daging) akan menurun akibat adanya akumulasi asam laktat. Penurunan nilai pH pada otot
hewan yang sehat dan ditangani dengan baik sebelum pemotongan akan berjalan secara bertahap,
yaitu dari nilai pH sekitar 7,0-7,2 akan mencapai nilai pH menurun secara bertahap dari 7,0
sampai 5,6 – 5,7 dalam waktu 6-8 jam postmortem dan akan mencapai nilai pH akhir sekitar 5,5-
5,6. Nilai pH akhir (ultimate pH value) adalah nilai pH terendah yang dicapai pada otot setelah
pemotongan (kematian). Nilai pH daging tidak akan pernah mencapai nilai di bawah 5,3. Hal
ini disebabkan karena pada nilai pH di bawah 5,3 enzim-enzim yang terlibat dalam glikolisis
Enzim dari tanaman, seperti papain (dari pepaya), bromelin (dari nenas), dan fisin (getah pohon
daun ara), baik berbentuk cair maupun bubuk, dapat digunakan untuk mengempukkan daging.
Kelemahan enzim ini adalah kadang-kadang hanya bereaksi pada permukaan daging, selain
Papain dari getah pepaya paling banyak digunakan sebagai pengempuk daging. Kualitas getah
sangat menentukan aktivitas enzim proteolitik, dan kualitas enzim bergantung pada bagian
tanaman asal getah tersebut. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh proses pembuatan, umur, dan
varietas pepaya. Papain stabil pada pH larutan 5,0. Papain sangat aktif dan tahan terhadap panas.
Papain bekerja optimum pada suhu 50-60oC dan pH 5-7, serta aktivitas proteolitik antara 70-
1.000 unit/gram.
Enzim bromelin dari nenas juga banyak digunakan untuk mengempukkan daging. Enzim
bromelin dapat menguraikan serat-serat daging sehingga menjadi lebih empuk. Buah nenas yang
belum matang mengandung bromelin lebih sedikit dibandingkan buah nenas matang yang masih
Marinasi adalah cara meningkatkan keempukan daging dengan menambahkan bahan perasa,
seperti garam atau kecap, asam (cuka, jeruk lemon), dan enzim (papain, bromelin, fisin atau
jahe). Penambahan beberapa sendok makanminyak zaitun akan melindungi permukaan daging
dari udara dan daging akan tetap segar dan warnanya lebih cerah dalam waktu lebih lama.
Dengan marinasi terjadi pelunakan kolagen oleh garam, meningkatnya pertahanan air, hidrolisis
Berdasarkan marbling, karkas sapi dibedakan menjadi: 1) prime, bila marbling-nya berlebih, 2)
choice, bila marbling-nya sedang, 3) seledt, bila marbling-nya sedikit, 4) standart, bila marbling-
Marbling adalah lemak yang terdapat diantara serabut otot (intramuscular). Lemak berfungsi
sebagai pembungkus otot dan mempertahankan keutuhan daging pada waktu dipanaskan.
lemak karkas akan mempengaruhi komposisi karkas dan hasil daging (Priyanto et al., 1999).