Eliminasi
Eliminasi
PENDAHULUAN
Elimi
Eliminasi
nasi merupak
merupakanan kebutu
kebutuhan
han dasar
dasar manusi
manusiaa yang
yang esensi
esensial
al dan berper
berperan
an
penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeostatis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Secara garis
besar, sisa metabolisme tersebut terbagi kedalam dua jenis yaitu sampah yang berasal
dari saluran cerna yang dibuang sebagai feses serta sampah metabolisme yang dibuang
baik bersama feses ataupun melalui saluran lain seperti urin, CO2, nitrogen, dan H2O.
Eliminasi terbagi atas dua bagian utama pula yaitu eliminasi fekal (buang air besar/bab)
dan eliminasi urine (buang air kecil/bak).
Pembuangan normal urine merupakan suatu fungsi dasar yang sering dianggap
remeh oleh kebanyakan orang. Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan
baik, maka semua sistem organ pada akhirnya akan terpengaruh. Klien yang mengalami
perubahan eliminasi urin juga dapat menderita secara emosional akibat perubahan citra
tubuhny
tubuhnya.a. Selain
Selain itu
itu peruba
perubahan
han elimi
eliminasi
nasi dapat
dapat menyeb
menyebabka
abkann masala
masalahh pada sistem
sistem
gastro
gastroint
intest
estinal
inal.. Elimin
Eliminasi
asi produk
produk sistem
sistem pencern
pencernaan
aan yang
yang teratu
teraturr merupak
merupakan
an aspek
aspek
penting untuk fungsi normal tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jelaska
Jelaskan
n anatomi
anatomi fisiolo
fisiologi
gi sistem
sistem urina
urinaria
ria !
Sistem
Sistem urinar
urinaria
ia terdir
terdirii dari
dari dua ginjal
ginjal yang
yang mempro
memproduks
duksii urine,
urine, dua ureter
ureter yang
yang
membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara, dan
uretra yang mengalirkan urine ke luar tubuh melalui orifisium uretra eksterna.
i. Ginjal
A. Fung
Fungsi
si gin
ginja
jall
- Peng
Pengel
elua
uara
rann zat
zat sisa
sisa orga
organi
nik,
k, sepe
sepert
rtii urea
urea,, asam
asam urat
urat,, krea
kreati
tini
nin,
n, dan
dan prod
produk
uk
penguraian hemoglobin dan hormon.
- Pengat
Pengatura
urann konsentr
konsentrasiasi ion-i
ion-ion
on penting
penting.. Dalam hal hal ini ginjal
ginjal mengek
mengekskrskresi
esi ion
ion
Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Sulfat, dan Fosfat. Dimana ekskresi ion-ion
ini seimba
seimbangng dengan
dengan asupan
asupan ekskre
ekskresin
sinya
ya melalu
melaluii rute
rute lain
lain sepert
sepertii pada
pada salura
salurann
gastrointestinal atau kulit.
- Penga
Pengatu
tura
ran
n kese
keseim
imbabanga
ngan n asam
asam basa tubuh.
tubuh. Ginj
Ginjal
al menge
mengend ndal
alik
ikan
an eksr
eksres
esii ion
ion
hydrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan ammonium (NH4+), serta memproduksi
urine asam atau basa tergantung kebutuhan tubuh.
- Penga
Pengatu
tura
ran
n teka
tekanan
nan darah.
darah. Ginja
Ginjall memp
mempro roduk
duksi
si enzi
enzim
m reni
renin
n yang
yang meru
merupa
pakakan
n
komponen penting dalam mekanisme renin-angiotensi-aldosteron yang meningkatkan
tekanan darah dan retensi air.
- Pengat
Pengatura
urann produksi
produksi selsel darah
darah merah.
merah. Ginjal
Ginjal melepas
melepas erit
eritrop
roprot
rotein
ein yang
yang mengatur
mengatur
produksi eritrosit dalam sumsum tulang.
- Pengel
Pengeluar
uaran
an zat berac
beracun
un atau
atau polutan,
polutan, zat
zat tambaha
tambahan n makanan,
makanan, obat-obat-obat
obatan
an atau
atau
zat kimia asing.
B. Anat
Anatom
omii kasar
kasar gin
ginja
jall
- Tampilan
Ginjal berbentuk seperti kacang berwarna merah tua dengan P x L x T kurang lebih
yaitu 12 cm x 7 cm x 2 cm dan berat antara 120 – 150 gram.
- Lokasi
Ginjal terletak
terletak pada dinding
dinding abdomen
abdomen posterior
posterior yang berdekatan dengan dua pasang
tulang iga terakhir yang terletak di antara otot-otot punggung dan peritoneum rongga
abdomen atas serta memiliki kelenjar adrenal di atasnya.Ginjal kanan terletak agak di
bawah dibandingkan ginjal kiri karena terdapat hati pada bagian kanan.
- Jaringan ikat pembungkus
Fasia renan, adalah pembungkus terluar untuk mempertahankan posisi ginjal.
Lemak perirenal, adalah jaringan adipose.
Kapsul fibrosa, adalah membrane halus yang transparan.
D. Struktur nefron
Setiap ginjal memiliki 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine.
- Glomerulus, merupakan gulungan kapilar yang dikelilingi oleh kapsul epitel
Bowman.
- Tubulus kontortusproksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku.
Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid
yang kaya akan mikrovilus dan memperluas area permukaan lumen.
- Ansa henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai ansa henle yang
masuk ke dalam medulla, membentuk lengkungan lepit yang tajam, dan membalik ke
atas membentuk tungkai asenden ansa henle.
- Tubulus kontortus distal, juga sangat berliku dengan panjang sekitar 5 mm.
- Tubulus dan duktus pengumpul. Tubulus pengumpul membentuk duktus
pengumpul yang berukuran besar dan lurus. Duktus pengumpul membentuk tuba
yang lebih besar untuk mengalirkan urine ke dalam kaliks minor. Kaliks minor ini
bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urine
dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih.
E. Pembentukan urine
- Filtrasi glomerular, merupakan perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler
glomerular, dalam gradient tekanan tertentu ke dalam kapsul Bowman.
Membran kapilar glomerular lebih permaebel dibandingkan kapiler lain dalam
tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan sangat cepat.
Tekanan darah dalam kapiler glomerular lebih tinggi dibandingkan tekanan
darah dalam kapiler lain karena diameter arteriol eferen lebih kecil
dibandingkan diameter arteriol aferen.
Mekanisme filtrasi glomerular adalah dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik
(darah) glomerular yang mendorong cairan dan zat terlarut keluar dari darah
dan masuk ke dalam kapsul Bowman.
Komposisi filtrate glomerular antara lain glukosa, klorida, natrium, kalium,
fosfat, urea, asam urat, dan kreatinin. Sedangkan sel darah merah dan protein
tidak difiltrasi.
- Reabsorpsi tubulus
Sebagian besar filtrate (99%) secara selektif diabsorpsi dalam tubulus ginjal.
Reabsorpsi ion natrium ditranspor secara pasif melalui difusi terfasilitasi.
Reabsorpsi ion klor dan ion negative melalui difusi pasif.
Reabsorpsi glukosa, fruktosa, dan asam amino digerakkkan melalui
kotranspor.
Reabsorpsi air melalui osmosis yang bergerak bersama ion natrium.
Reabsorpsi urea akibat difusi.
Reabsorpsi ion anorganik lain, seperti kalium, kalsium, fosfat, dan sulfat
melalui transport aktif.
- Sekresi tubulus
Mekanisme sekresi tubular merupakan proses aktif yang memindahkan zat untuk
keluar dari darah dalam kapiler peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan
tubular untuk dikeluarkan dalam urine. Zat-zat seperti ion hydrogen, kalium,
ammonium, prodek akhir metabolic kreatinin dan asam fivufat serta obat-obatan
tertentu (penisilin) secara aktif di ke dalam tubulus.Sehingga dapat dikatakan sekresi
tubular ini merupakan suatu mekanisme yang penting untuk mengeluarkan zat-zat
kimia asing yang tidak diinginkan.
ii. Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui
ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang
menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih. Panjang ureter kurang lebih
30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra sebagian terletak dalam rongga perut (pars
abdominalis) dan selanjutnya berjalan di dalam rongga panggul (pars pelvira).
Otogenitis ureter termasuk berasal dari mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada
retroperitonialis. Dinding utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot
polos, dan jaringan fibrosa.
iv. Eretra
Perkemihan (urinasi) bergantung pada inervasi parasimpatis dan simaraatis juga
impuls saraf volunter.Pengeluaran urine ini membutuhkan kontraksi aktif otot
detrusor.Bagian dari otot trigonum yang mengelilingi jalan keluar uretra berfungsi
sebagai sflingter uretra internal yang terbentuk dari serabut otot rangka dari otot
perineal transversa yang berada di bawah kendali volunter. Sedangkan, reflek
perkemihan terjadi saat peregangan kandung kemih sampai sekitar 300 ml sampai
400 ml urine sehingga menstimulasi reseptor peregang pada dinding kandung kemih.
Kemudian, impuls pada medulla spinalis dikirim ke otak yang selanjutnya
menghasilkan impul parasimpatis yang menjalar melalui saraf splanknik pelvis ke
kandung kemih.Reflek perkemihan ini menyebabkan konstraksi otot detrusor
sehingga terjadi relaksasi sflingter interbal dan eksternal yang mengakibatkan
pengosongan kandung kemih.
System pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba muscular
panjang yang merentang dari mulut sampai anus dan organ-organ aksesoris, seperti
gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pancreas.
A. Rongga oral, adalah jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ
aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan.
1. Bibir,tersusun dari otot rangka (orbicularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini
berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara.
2. Pipi, mengandung otot buksinator mastikasi.
3. Lidah, dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah berfungsi untuk
menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan.
4. Kelenjar saliva, mensekresikan saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari
cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mucus.
Saliva mempunyai banyak fungsi, diantaranya untuk melarutkan makanan secara
kimia, melembabkan dan melumasi makanan, mengurai zat tepung menjadi
polisakarida dan maltose, serta menekskresikan zat buangan seperti asam urat dan
urea.
5. Gigi, berfungsi untuk proses mastikasi (pengunyahan) makanan yang masuk ke
dalam mulut yang kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil-kecil dan
bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapa t ditelan.
C. Esofagus
Sfingter esophagus bawah, suatu area sempit otot polos pada ujung bawah esophagus
dalam kontraksi tonus yang konstan, berelaksasi setelah melakukan gelombang
peristaltic sehingga memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung.
II. Lambung
A. Anatomi
Lambung adalah organ yang berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga
abdomen di bawah diafragma.Bagian jantung lambung adalah area di sekitar
pertemuan esophagus dan lambung.Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri
atas mulut esophagus.Badan lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus,
yang menbentuk dua pertiga bagian lambung.Bagian pylorus lambung menyempit di
ujung bawah lambung dan membuka ke duodenum.
B. Fungsi lambung
1. Menyimpanan makanandengan kapasitas lambung normal yang memungkinkan
adanya interval waktu antara saat makan dan kemampuan untuk menyimpan makanan
dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat terakomodasi di bagian bawah saluran.
2. Memproduksi kimia, yaitu massa homogen setengah cair dengan kadar asam yang
tinggi yang berasal dari bolus yang kemudian didorong ke dalam duodenum.
3. Digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam klorida.
4. Memproduksi mucus yang dihasilkan dari kelenjar yang membentuk barrier
setebal 1 mm untuk melindungi lambung terhadap aksi pencernaan dari sekresinya
sendiri.
5. Mengabsorpsi nutrient yang berlangsung dalam lambung dalam jumlah yang
sedikit. Beberapa obat yang larut lemak (aspirin) dan alcohol diabsorpsi pada dinding
lambung.
C. Sekresi lambung
Kelenjar pada lambung mensekresikan berbagai zat dan enzim-ehonzim pencernaan,
seperti pepsinogen, lipase, renin lambung, serta mukus. Sekresi lambung ini melalui
tiga tahap, yaitu:
1. Tahap sefalik, yaitu terjadi sebelum makanan sampai ke lambung karena sekresi
lambung dapat dirangsang dengan masuknya makanan ke dalam mulut atau tambilan,
bau, serta pikiran tentang makanan.
2. Tahap lambung, terjadi saat makanan sampai ke lambung. Serabut aferen
menjalar ke medulla melalui saraf vagus menuju kelanjar lambung untuk
menstimulasi produksi HCl, enzim-enzim pencernaan, dan gastrin. Asam amino dan
ptotein dalam makanan yang separuh tercerna dan zat kimia (alcohol dan kafein) juga
meningkatkan sekresi lambung.
3. Tahap usus, terjadi setelah kimus meningggalkan lambung dan memasuki usus
halus. Sekresi lambung distimulasi oleh sekresi gastrin duodenum sedangkan sekresi
lambung dihambat oleh hormone-hormon polipeptida yang dihasilkan duodenum.
B. Divisi
1. Duodenum, adalah bagian yang terpendek (25 cm -30 cm). Duktus empedu dan
duktus pancreas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum beberapa
centimeter di bawah mulut pylorus.
2. Yeyenum, adalah bagian yang selanjutnya dengan panjang sekitar 1 - 1,5 m.
3. Ileum, dengan panjang 2 - 2,5 meter yang merentang sampai menyatu dengan
usus besar.
C. Motilitas
Gerakan usus halus yang mencampur isinya dengan enzim untuk
pencernaan.Motalitas ini meliputi segmentasi irama dan peristaltis. Segmentasi irama
merupakan gerakan pencampuran utama dengan melakukan gerakan secara konstriksi
dan relaksasi yang bergantian sehingga dapat mendorong kimus untuk bergerak maju
mundur dari satu segmen ke segmen lain. Sedangkan peristaltis adalah konstriksi
ritmik otot polos longitudinal dan sirkular yang merupakan daya dorong utama yang
menggerakkna kimus kea rahbawah di sepanjang saluran.
3. Identifikasi gangguan atau masalah kesehatan apa yang bisa terjadi pada
kebutuhan eliminasi urin dan fekal !
Inkontinensia total adalah keluarnya urine total yang tidak terkontrol dan
yang berkelanjutan. Disebabkan karena neuropati saraf sensorik, trauma
atau penyakit pada saraf spinalis atau sfingter uretra, fistula yang berada
di antara kandung kemih dan vagina. Gejalanya urine tetap mengalir
pada waktu-waktu yang tidak dapat diperkirakan, nokturia, tidak
menyadari bahwa kandung kemihnya terisi atau inkontinensia
B. Retensi urine. Retensi urine adalah kondisi tertahannya urine di kandung kemih
akibat terganggunya proses pengosongan kandung kemih sehingga kandung
kemih menjadi regang. Kondisi ini disebabkan oleh obstruksi ( mis, hipertrofi
prostat), pembedahan, otot sfingter yang kuat, peningkatan tekanan uretra akibat
otot detrusor yang lemah.
E. Urgensi. Urgensi adalah perasaan yang saat kuat untuk berkemih. Ini biasanya
terjadi pada anak-anak karena kemampuan kontrol sfingter mereka yang lemah.
Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi stres psikologi dan iritasi uretra.
F. Disuria. Disuria adalah rasa nyeri dan kesulitan saat berkemih. Ini biasanya
terjadi pada kasus infeksi uretra, infeksi saluran kemih, trauma k andung kemih.
B. Oliguria dan anuria. Oliguria adalah produksi urine yang rendah, yakni 100-
500 ml/ 24 jam. Kondisi ini bisa disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit
atau pengeluaran cairan yang abnormal, dan terkadang ini mengindikasikan
gangguan pada aliran darah menuju ginjal. Sedangkan anuria adalah produksi
urine kurang dari 100ml/ 24 jam.
b. Kebiasaan mengkonsumsi diet rendah seratdalam bentuk lemak hewani dan
asupan cairan yang rendah
2. Impaksi feses
Impaksi feses adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rectum
dan tidak dapat dikeluarkan. Impaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang
tidak diatasi. Tanda dari impaksi yang jelas ialah ketidakmampuan untuk
mengeluarkan feses selama beberapa hari, meskipun terdapat keinginan untuk
melakukan defekasi. Selain itu kehilangan nafsu makan, distensi dank ram abdomen
serta nyeri di rectum dapat menyertai impaksi.
3. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair
dan tidk berbentuk. Iare merupakan gejala gangguan yang mempengaruhi proses
pencernaan, absorpsi dan sekresi dalam saluran gastrointestinal. Isi usus terlalu cepat
keluar melalui usus sehingga absorpsi cairan menjadi tidak dapat berlangsung,
akibatnya feses menjadi lebih encer. Banyak kondisi yang bisa menyebabkan diare,
diantaranya stress emosional, infeksi usus, alergi makanan, intoleransi makanan serta
penggunaan obat-obatan.
4. Inkontinensia feses
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari
anus. Inkontinensia bisa disebabkan oleh kondisi fisik yang merusak fungsi atau
control sfingter anus. Selain itu seringnya defekasi, feses encer dan mengandung air,
serta volumenya banyak juga bisa mengakibatkan terjadinya inkontinensia.
Kasus A
Seorang Bapak (50 tahun) datang ke Rumah Sakit dengan keluhan : kesulitan
berkemih, terasa panas dan nyeri saat berkemih. Setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata Klien didiagnosis dengan BPH (Benigna Prostat
Hiperplasia)
1. Identifikasi pengkajian keperawatan apa saja yang perlu dilakukan pada
kasus di atas !
Pengkajian:
1. Pemeriksaan Fisik
• Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat
meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai
syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok - septik.
• Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk mengetahui
adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah supra simfiser pada
keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan
klien akan terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya residual urin.
2. Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula
digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien.
• Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.
• PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan
adanya keganasan
Diagnosa keperawatan
Pre Operasi :
1. Sebelum Operasi
a. Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik,
pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan
kandung kemih untuk berkontraksi secara adekuat.
1) Tujuan : tidak terjadi obstruksi
3) Kriteria hasil :
Berkemih dalam jumlah yang cukup, tidak teraba distensi kandung kemih
4) Rencana tindakan dan rasional
1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-
tiba dirasakan.
R/ Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih
2. Observasi aliran urina perhatian ukuran dan kekuatan
pancaran urina
R / Untuk mengevaluasi ibstruksi dan pilihan intervensi
3. Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih
R/ Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang
dapat mempengaruhi fungsi ginjal
4. Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi
jantung.
R / Peningkatkan aliran cairan meningkatkan perfusi ginjal serta
membersihkan ginjal ,kandung kemih dari pertumbuhan bakteri
5. Berikan obat sesuai indikasi ( antispamodik)
R/ mengurangi spasme kandung kemih dan mempercepat penyembuhan
Kriteria hasil:
- Klien akan melakukan perubahan perilaku.
- Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.
-Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan
berobat lanjutan .
Rencana tindakan:
1. Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu .
R/ Dapat menimbulkan perdarahan .
2. Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu;
dan memakai pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhan.
R/ Mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa mengurangi
kebutuhan mengedan pada waktu BAB
3. Pemasukan cairan sekurang–kurangnya 2500-3000 ml/hari.
R/ Mengurangi potensial infeksi dan gumpalan darah .
4. Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter.
R/. Untuk menjamin tidak ada komplikasi .
5. Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh .
R/ Untuk membantu proses penyembuhan .
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine
(kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Organ yang
berperan dalam eliminasi urine adalah: ginjal, kandung kemih dan uretra. Dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan
proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal untuk berkemih kebiasaan
seseorang dan stress psikologi. Gangguan kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine,
inkontinensia urine dan enuresis.
Sedangkan system tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi atau buang air
besar adalah system gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.
Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi terjadi proses defekasi. Defekasi adalah
proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi alvi antara lain: usia, diet, asupan cairan, aktifitas, gaya hidup
dan penyakit. Gangguan eliminasi alvi adalah konstipasi, diare, kembung dan
hemorrhoid.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh
yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas
Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.