Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN

ELIMINASI

Dosen Pembimbing :

Darmasta Maulana, S. Kep, M. Kes

Disusun Oleh :

Anggita Sausan Hanun

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB II

CIREBON

2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah ta'ala yang telah memberikan taufk dan hidayah nya kepada
kita semua sehingga kita di tetapkan dalam nikmat Iman dan Islam. Shalawat serta salam tak lupa kami
curahkan kepada Rasulullah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassallam kepada para sahabatnya,dan
para pengikutnya hingga hari akhir.

Alhamdulillah dengan limpahan Rahmat dari Allah ta'ala penulis dapat menulis makalah" KEBUTUHAN
ELIMINASI" yang berisikan tentang inormasi terkait kebutuhan eliminasi dalam keperawatan.

Kami menyadari bahwa terdapat banyak sekali kekurangan pada penulisan makalah ini maka kami
mengharapkan krik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian agar makalah ini menjadi lebih
baik.

Tangerang, 28 April 2020

PENULIS

2
DAFTAR ISI

Lembar Judul......................................................................................................................... 1

Kata Pengantar ..................................................................................................................... 2

Daar Isi ............................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................................................... 4

1.2 Tujuan................................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defnisi Eliminasi................................................................................................................... 5

2.2 Fisiologi Eliminasi.................................................................................................................. 5

2.3 Kebutuhan Eliminasi............................................................................................................. 7

2.4 Faktor-aktor yang Mempengaruh Kebutuhan Nutrisi Eliminasi.......................................... 8

2.5 Masalah-masalah Gangguan Eliminasi................................................................................. 13

2.6 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................ 16

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 20

3.2. Saran.................................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dapat mengerjakan akvitas sehari-hari nya dengan mengandalkan energi yang di hasilkan dari
metabolisme tubuh manusia itu sendiri. Metabolisme mengolah berbagai nutrisi yang kita konsumsi dari
rezeki dari Allah berupa makanan seap harinya. Namun dari hasil pengolahan makanan tersebut
terdapat sampah atau zat sisa yang harus di keluarkan oleh tubuh. Cara tubuh mengeluarkan zat sisa
metabolis
metabolisme
me tersebut
tersebut biasa di kenal dengan ELIMINASI. Eliminasi
Eliminasi terjadi di beberapa
beberapa organ tubuh
tubuh
manu
manusi
sia
a di
dian
anta
tara
rany
nya
a paru
paru-p
-par
aru
u ya
yang
ng meng
mengel
elua
uark
rkan
an zat
zat si
sisa
sa be
beru
rupa
pa CO2,
CO2,ad
adap
apul
ula
a ku
kuli
litt yang
yang
mengeluarkan zat sisa berupa air dan natrium(keringat), usus besar yang mengeluarkan zat sisa berupa
eses yang terdiri dari sisa bakteri yang telah ma dan zat sisa dari hasil metabolisme lainnya,serta ginjal
yang
yang mengel
mengeluar
uarkan
kan zat sis
sisa
a berup
berupa
a uri
urine
ne yang
yang tersusu
tersusun
n atas
atas cairan
cairan tubuh
tubuh yang
yang berleb
berlebih,
ih, ion
ion-io
-ion
n
hidrogen, elektrolit,dan asam.

1.2 Tujuan
Tujuan Khusus

 Untuk memaparkan kepada masyarakat umum tentang kebutuhan manusia akan Eliminasi
( pengeluaran zat-zat sisa metabolisme)
Tujuan Umum

 Untuk memudahkan rekan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan mengenai gangguan
kebutuhan eliminasi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defnisi

Eliminasi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang dak di perlukan oleh tubuh.

Kebutuhan Eliminasi terbagi menjadi 2 yaitu kebutuhan eliminasi urine dan kebutuhan eliminasi ekal.
Eliminasi urine (miksi) adalah proses pengosongan kandung kemih keka kandung kemih terisi.
Sedangkan eliminasi ekal (deekasi) adalah Eliminasi ekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran
sisa metabolisme berupa eses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus (Tarwoto &
Wartonah, 2004).

2.2 Fisiologi Eliminasi

Eliminasi urine:

Proses kejadian eleminasi urine ada dua langkah utama: Pertama, bila kandung kemih saudara secara
progresi terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang dikirim ke medulla spinalis
diteruskan ke pusat miksi pada susunan sara pusat. Kedua, pusat miksi mengirim sinyal ke otot kandung
kemih (destrusor), maka spinter ekterna relaksasi berusaha mengosongkan kandung kemih, sebaliknya
bila memilih dak berkemih spinter eksterna berkontraksi. Kerusakan pada medulla spinalis
menyebabkan hilangnya kontrol volunter berkemih, tetapi jalur reeks berkemih dapat tetap sehingga
terjadinya berkemih secara tetap, maka kondisi ini disebut reeks kandung kemih.

Eliminasi eses:

1. Saluran gastrointesnal bagian atas terdiri mulut, esophagus & lambung

Makanan yang masuk ke mulut kita dicerna secara mekanik dan kimia, dengan bantuan gigi untuk

mengunyah dan memecah makanan. Saliva mencairkan dan melunakkan bolus makanan sehingga
mudah masuk esoogus menuju pada lambung. Dalam lambung makanan disimpan sementara, lambung
melakukan ekresi asam hidroklorida (HCL), lendir, enzim pepsin dan aktor intrinsik. HCL mempengaruhi
keasaman lambung dan keseimbangan asam-basa tubuh. Lendir melindungi mukosa dari keasaman,
akvitas enzim dan membantu mengubah makanan menjadi semi cair
c air yang disebut kimus (cbyme), lalu
didorong ke usus halus.

2. Saluran gastrointesnal bagian bawah terdiri dari usus halus dan besar.

3. Saluran gastrointesnal atas melipu, usus halus terdiri dari duodenum, jejenun, ileum, dengan
diameter 2.5 cm dan panjang 6 m. Kimus bercampur dengan empedu dan amilase. Kebanyakan nutrisi
dan elektolit diabsorsi duodenum dan jejunum, sedang ileum mengabsorsi
me ngabsorsi vitamin, zat besi dan garam
empedu. Fungsi eleum terganggu maka proses pencernaan mengalami perubahan. Usus besar
panjangnya 1.5 m merupakan organ utama dalam eleminasi ekal terdiri cecum,colon dan rectum. Kimus

5
yang dak diabsorpsi masuk sekum melalui katub ileosekal yang ungsinya katub ini untuk regurgitasi
dan kembalinya isi kolon ke usus halus. Kolon mengabsorpsi air. nutrient,elektolit, proteksi, sekresi dan
eleminasi, sedangkan perubahan ungsi kolon bisa diare dan kontraksi lambat. Gerakan peristakk 3-4
kl/hr dan paling kuat setelah makan. Rectum bagian akhir pada saluran pencernaan. Panjangnya bayi 2.5
cm, anak 7.5-10 cm, dewasa 15 – 20 cm, rektum dak berisi eses sampai deekasi. Rektum dibangun
lipatan jaringan berisi sebuah arteri dan vena, bila vena distensi akibat tekanan selama mengedan bisa

terbentuk hemoraid yang menyebabkan deekasi terasa nyeri.


4. Usus sendiri mesekresi mucus, potassium, bikarbonat dan enzim, sekresi musin (ion karbonat) yang
pengeluarannya dirangsang oleh nervus parasimpas.

5. Cbyme bergerak karena adanya peristalk usus dan akan berkumpul menjadi eses di usus besar.

Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 400-700 ml/24 jam. Feses terdiri atas 75% air
dan 25% padat, bakteri yang umumnya sudah ma, lepasan epithelium dari usus, sejumlah kecil zat
nitrogen.

Jadi makanan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 – 20 jam, isinya menjadi makin
lunak bahkan bila terlalu lama maka akan semakin
se makin padat karena air diabsorpsi apabila dak segera di
keluarkan. Pada keadaan ineksi, reseksi bedah atau obstruksi dapat mengganggu peristalk absorpsi
berkurang dan aliran kimus terhambat. Saat emosi sekresi mucus akan meningkat berungsi melindungi
dinding usus dari akvitas.

6
2.3 Kebutuhan Eliminasi

A. Eliminasi urine

Eliminasi urine normal sesuai dengan usia:

1. Us
Usia
ia 1
1-2
-2 hari
hari : 15
15-60
-60 ml
ml/h
/har
arii

2. Us
Usia
ia 3
3-1
-10
0 hari
hari : 1
100
00-30
-300
0 ml/h
ml/har
arii
3. Usia
Usia 10
10-12
-12 bul
bulan
an : 2
250-
50-400
400 ml
ml/ha
/hari
ri
4. Usia
Usia 12 Bln-1
Bln-1 Th : 4
400-
00-500
500 ml/har
ml/harii
5. Us
Usia
ia 1
1-3
-3 T
Tah
ahun
un : 5
500
00-6
-600
00 ml/
ml/ha
hari
ri
6. Us
Usia
ia 3
3-5
-5 T
Tah
ahun
un : 6
600
00-7
-700
00 ml/
ml/ha
hari
ri
7. Usia
Usia 5-
5-8
8 Tahu
Tahun
n : 700
700-10
-1000
00 ml/h
ml/hari
ari
8. Usia
Usia 8-
8-14
14 Tahu
Tahun
n : 800
800-14
-1400
00 ml/h
ml/hari
ari
9. Us
Usia
ia 1
14
4 Th
Th-- Dw
Dwsa
sa : 15
1500
00 m
ml/
l/ha
hari
ri
10. Dewa
Dewasa
sa tua : <1500
<1500 ml/
ml/hari
hari

B. Eliminasi ekal

Eliminasi ekal normal

1x dalam sehari atau 3-4x dalam seminggu tergantung pada toilet training pada masa kanak-kanak.

7
2.4. Faktor-aktor yang Mempengaruhi
Me mpengaruhi Kebutuhan Eliminasi

A. Eliminasi urine

1. Pertumbuhan dan Perkembangan

Usia seseorang dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urine. Normalnya bayi-anak

ekskresi urine 400-500 ml/hari, orang dewasa 1500-1600ml. Contoh: pada bayi-anak berat badan 10 %
orang dewasa mampu ekskresi 33% lebih banyak dari orang dewasa, usia lanjut volume bladder
berkurang sehingga sering mengalami nokturia dan rekuensi berkemih meningkat, demikian juga
wanita hamil juga akan lebih sering berkemih karena kandung kemih ditekan bagian terendah janin.

2. Sosiokultural

Budaya masyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat tertutup dan
sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi terbuka.Contoh: masyarakat kita kebanyakan
berkemih di kamar mandi (dalam keadaan tertutup) atau lokasi terbuka, sedangkan pada orang dalam
kondisi sakit harus miksi diatas tempat dur, hal ini membuat seseorang kadang menahan miksinya.

3. Psikologis

Pada keadaan cemas dan stress akan meninggalkan smulasi berkemih, sebagai upaya kompensasi.
Contoh: seseorang yang cemas dan stress maka mereka akan sering buang air kecil.

4. Kebiasaan atau Gaya Hidup Seseorang

Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang berkemih. Contoh: seseorang yang biasa
berkemih di toilet atau di sungai atau di alam bebas, akan mengalami kesulitan kalau berkemih diatas
tempat dur apalagi dengan menggunakan pot urine/ pispot.

5. Akvitas dan Tonus Otot

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot blanded, otot bomen, dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada
gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Akvitas dapat meningkatkan
kemampuan metabolism produksi urine secara opmal.

6. Intake Cairan dan Makanan

Kebiasaan minum dan makan tertentu seper kopi, teh, coklat, (mengandung kaein) dan alkohol akan
menghambat An Diurek Hormon (ADH), hal ini dapat meningkatkan pembuangan dan ekresi urine.

8
7. Kondisi penyakit

Kondisi penyakit tertentu seper pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine dan pola
miksi, karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
meninggalkan retensi urine.

8. Pembedahan

Tindakan pembedaan memicu sindrom adaptasi, sehingga kelenjar hipofsis anterior melepas hormone
ADH, mengakibatkan meningkatkan reabsorsi air akhirnya pengeluaran urine menurun. Penggunaan
Pe nggunaan
anastesi menurunkan fltrasi glomerulus sehingga produksi urine menurun.

B. Eliminasi Fekal

1. Usia

Pada bayi sampai 2-3 tahun, lambung kecil, enzim kurang, peristalc usus cepat, neuromuskuler belum
berkembang normal sehingga mereka belum mampu mengontrol buang air besar (diare/ inkonnensia).
Pada usia lanjut, sistem GI sering mengalami perubahan sehingga merusak proses pencernaan dan
eleminasi (Lueckenoe, 1994), Perubahan yang terjadi yaitu gigi berkurang, enzim di saliva dan lambung
berkurang, peristalk dan tonus abdomen berkurang, serta melambatnya impuls sara. Hal tersebut
menyebabkan lansia berisiko mengalami konspasi. Lansia yang dirawat di rumah sakit berisiko
mengalami perubahan ungsi usus, dalam suatu penelian ditemukan bahwa 91% insiden diare atau
konspasi dari 33 populasi, dengan usia rata-rata 76 tahun (Ross,1990).

2. Diet

Asupan makanan seap hari secara teratur


te ratur membantu mempertahankan pola peristalk yang teratur
dalam kolon, sedangkan makanan berserat, berselulosa dan banyaknya makanan penng untuk
mendukung volume ekal. Makan nggi serat seperi buah apel, jeruk ,sayur kangkung, bayam,
menmun, gandum, dan lain-lain.Contoh bila makanan yang kita makan rendah serat
se rat menyebabkan
peristalik lambat, sehingga terjadi peningkatan penyerapan air di usus, hal ini berakibat seseorang
mengalami konspasi. Demikian juga seseorang dengan diet yang dak teratur akan mengganggu pola
deekasi dan makanan yang mengandung gas: bawang, kembang kol, dan kacang-kacangan. Laktosa,
suatu bentuk karbohirat sederhana yang ditemukan dalam susu: sulit dicerna bagi sebagian orang, hal
ini disebabkan intoleransi laktose yang bisa mengakibatkan diare,distensi gas, dan kram.

9
3. Pemasukan Cairan

Asupan cairan yang cukup bisa mengencerkan isi usus dan memudahkannya bergerak melalui kolon.
Orang dewasa intake cairan normalnya: 2000-3000 ml/hari(6-8 gelas) . Jika intake cairan dak adekuat
atau pengeluaran yang berlebihan (urin/muntah) tubuh akan kekurangan cairan, sehingga tubuh akan
menyerap cairan dari chyme sehingga aeces menjadi keras, kering, dan eses sulit melewa
pencernaan, hal ini bisa menyebabkan seseorang mengalami konspasi.Minuman hangat dan jus buah
bisa memperlunak eses dan meningkatkan peristalk.

4. Akvitas

Seseorang dengan lahan fsik yang baik akan membantu peristalk meningkat, sementara imobilisasi
menekan morlitas kolon. Ambulasi dini setelah klien menderita sakit dianjurkan untuk meningkatkan
dan mempertahankan eleminasi normal. Contoh pada klien dengan keadaan
ke adaan berbaring terus-menerus
akan menurunkan peristalk usus, sehingga terjadi peningkatan penyerapan air, hal ini berdampak pada
klien yaitu konspasi atau ecal imacon.Melemaknya otot dasar panggul, abdomen merusak
kemampuan tekanan abdomen dan mengotrol sfngter eksterna, sedangkan tonus otot melemah atau
hilang akibat penyakit yang lama atau penyakit neurologis merusak transmisi sara yang menyebabkan
gangguan eleminasi

5. Faktor Psikologik

Seseorang cemas, marah yang berlebihan akan meningkatkan peristalk usus, sehingga seseorang bisa
menyebabkan diare. Namun, ada pula seseorang dengan depresi, sistem sara otonom akan
memperlambat impuls sara dan peristalk usus menurun yang bisa menyebabkan konspasi.

6. Kebiasaan Pribadi

Kebanyakan orang merasa lebih mudah dan nyaman defkasi di kamar mandi sendiri. Kebiasaan
seseorang dengan melah pola buang air besar (BAB) sejak kecil secara teratur maka sesorang tersebut
akan secara teratur pola defkasinya atau sebaliknya. Individu yang sibuk, higiene toilet buruk, bentuk
dan penggunaan toilet bersama-sama, klien di RS dengan penggunaan pispot, privasi kurang dan kondisi
yang dak sesuai, hal ini dapat mengganggu kebiasaan dan perubahan eleminasi yang dapat memulai
siklus rasa dak nyaman yang hebat. Reeks gastrokolik adalah reeks yang paling mudah dismulasi
untukm nimbulkan deekasi setelah sarapan.

10
7. Posisi Selama Deekasi

Kebiasaan seseorang defkasi dengan posisi jongkok memungkinkan tekanan intraabdomen dan otot
pahanya, sehingga memudahkan seseorang defkasi, pada kondisi berbeda atau sakit maka seseorang
dak mampu melakukannya, hal ini akan mempengaruhi kebiasaan seseorang menahan BAB sehingga
bisa menyebabkan konspasi atau ecal imacon. Klien imobilisasi di tempat dur, posisi terlentang,
deekasi seringkali dirasakan sulit. Membantu klien ke posisi duduk pada pispot akan meningkatkan
kemampuan deekasi.

8. Nyeri

Secara normal seseorang defkasi dak menimbulkan nyeri. Contoh seseorang dengan pengalaman nyeri
waktu BAB seper adanya hemoroid, raktur ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB
guna menghindari rasa nyeri yang akan mbul. Lamakelamaan, kondisi ini bisa menyebabkan seseorang
akhirnya terjadi konspasi.

9. Kehamilan

Seiring bertambahnya usia kehamilan dan ukuran etus , tekanan diberikan pada rektum, hal ini bisa
menyebabkan obstruksi sementara yang mengganggu pengeluaran eses. Konspasi adalah masalah
umum yang terjadi pada trimester terakhir, sehingga wanita sering mengedan selama deekasi yang
dapat menyebabkan terbentuknya hemoroid yang permanen.

10. Prosedur Diagnosk

Klien yang akan dilakukan prosedur diagnosc biasanya dipuasakan atau dilakukan klisma dahulu agar
dak dapat BAB kecuali setelah
sete lah makan. Tindakan ini dapat mengganggu pola eleminasi sampai klien
dapat makanan secara normal. Prosedur pemeriksaan dengan menggunakan barium enema atau
endoskopi, biasanya menerima katark dan enema. Barium mengeras jika dibiarkan di saluran GI, hal ini
bisa menyebabkan eses mengeras dan terjadi konspasi atau ecal imacon. Klien harus menerima
katark untuk meningkatkan eleminasi barium setelah prosedur dilakukan, bila mengalami kegagalan
pengeluaran semua bariun maka klien perlu dibersihkan dengan menggunakan enema.

11. Operasi dan Anastesi

Pemberian agens anastesi yang dihirup saat pembedahan akan menghambat impuls sara parasimpas
ke otot usus, sehingga akan dapat menghenkan sementara waktu pergerakan usus (ileus paralik).
Kondisi ini dapat berlangsung selama 24 – 48 jam. Apabila klien tetap dak ak atau dak dapat makan
setelah pembedahan, kembalinya ungsi usus normal dapat terhambat lebih lanjut. Klien dengan
anestesi lokal atau regional berisiko lebih kecil mengalami perubahan eleminasi.

11
12. Obat-obatan

Seseorang menggunakan laksa dan katark dapat melunakkan eses dan meningkatkan peristalk,
akan tetapi jika digunakan dalam waktu lama akan menyebabkan penurunan tonus usus sehingga
kurang responsisi lagi untuk mensmulasi eliminasi ekal. Penggunaan laksa berlebihan dapat
menyebabkan diare berat yang berakibat dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Minyak mineral untuk
laksa, bisa menurunkan obsorpsi vitamin yang larut dalam lemak dan kemanjuran kerja obat dalam
GI.Obat-obatan seper disiklomin HCL (Bentyl) menekan gerakan peristalk dan mengoba diare.
Seseorang dengan mengkonsumsi obat analgesik, narkok, morfn, kodein menekan gerakan peristalk
yang menyebabkan konspasi. Obat ankolinergik, seper atropin, glikopirolat (robinul) bisa
menghambat sekresi asam lambung dan menekan molitas saluran GI bisa menyebabkan konspasi.
Banyak obat anbiok menyebabkan diare dengan mengganggu ora bakteri normal dalam saluran GI.
Bila seseorang diare diberikan obat, kemudian diare semakin parah dan kram abdomen, obat yang
diberikan pada klien mungkin perlu diubah.

13. Kondisi Patologi

Pada injuri spinal cord atau kepala dan gangguan mobilisasi, dapat menurunkan smulasi sensori untuk
deekasi. Buruknya ungsi spinal anal menyebabkan inkonnensia.

14. Irritans

Makanan berbumbu atau pedas, toxin bakteri atau racun dapat mengiritasi usus dan menyebabkan
diare dan banyak atus.

12
2.5 Masalah-masalah Gangguan Eliminasi

A. Eliminasi urine :

1. Retensi urine

Retensi urine adalah kondisi seseorang terjadi karena penumpukan urine dalam bladder dan

kedakmampuan bladder untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine
yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250 - 400 ml. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh hipertropi prostat, pembedahan, otot destrusor lemah dan lain-lain.

2. Inkonnensia Urine

Bila seseorang mengalami kedak mampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol pengeluaran urine. Ada dua jenis
je nis inkonnensia: Pertama, stres inkonnensia yaitu stres
yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih.
Contoh sebagian orang saat batuk atau tertawa akan mengalami terkencing-kencing, hal tersebut bisa
dikatakan normal atau bisa terjadi pada lansia. Kedua, urge inkonnensia yaitu inkonnensia yang
terjadi saat klien terdesak ingin berkemih atau ba-ba berkemih, hal ini terjadi akibat ineksi saluran
kemih bagian bawah atau spasme bladder, overdistensi, peningkatan konsumsi kaein atau alkohol
(Taylor,1989).

3. Enurisis

Enuresis adalah kedaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang dak disadari yang diakibatkan
kedakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang
jompo. Faktor penyebab takut keluar malam, kapasitas
kapasitas kandung kemih kurang norm
normal,
al, ineksi dan lain-
lain.

4. Perubahan Pola Berkemih

Dalam kaitannya dengan perubahan pola berkemih pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan eleminasi urine, hal yang perlu saudara lakukan

pengkajian pada perubahan pola berkemih antara lain:

a. Frekuensi

Meningkatnya rekuensi berkemih tanpa intake ciran yang meningkat, biasanya terjadi pada cyss,
stress, dan wanita hamil.

b. Urgency

Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena kemampuan spinter untuk
mengontrol berkurang.

13
c. Dysuria

Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada ineksi saluran kemih, trauma, dan striktur
uretra.

d. Polyuria (Diuresis)

Produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya pada pasien DM.
e. Urinary Suppression:

Keadaan di mana ginjal dak memproduksi urine secara ba-ba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24
jam), olyguria (urine berkisar 100-500 ml/24 jam).

B. Eliminasi ekal:

1. Konspasi

Konspasi adalah penurunan rekuensi deekasi, yang diiku oleh pengeluaran eses yang lama atau
keras, kering dan disertai upaya mengedan saat deekasi.Tanyakan pada diri anda sendiri apakah
saudara pernah mengalami menurunnya rekuensi BAB hingga beberapa hari, disertai dengan
pengeluaran aeces yang sulit, keras dan mengedan. Dan dapat menyebabkan nyeri rectum, keadaan ini
di sebut konspasi Konspasi merupakan gejala, bukan merupakan penyakit. Kondisi ini terjadi karena
aces berada di intesnal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Biasanya disebabkan oleh pola
defkasi yang dak teratur, penggunaan laksa yang lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang
akvitas dan aktor usia.Seap individu mempunyai pola deekasi individual yang harus dikaji perawat,
dak seap orang dewasa memiliki pola deekasi seap hari (Ebersole dan Hess,1994). Defkasi hanya
seap 4 hari sekali atau lebih dianggap dak normal (Lueckenoe,1994). Pola deekasi yang biasanya
seap 2-3 hari sekali, tanpa kesulitan, nyeri atau perdarahan dapat dianggap untuk lansia (Ebersole dan
Hess,1994; Lueckenoe,1994).Mengedan selama deekasi menimbulkan masalah pada klien baru
pembedahan abdomen, genekologi, rektum hal ini dapat menyebabkan
me nyebabkan jahitan terpisah sehingga luka
terbuka. Klien dengan riwayat kardiovaskuler, glaukoma, dan peningkatan tekanan intrakranial harus
mencegah konspasi dan hindari penggunaan manuver valsalva dengan menghembuskan naas melalui
mulut selama mengedan.

2. Fecal Imacon

Fecal Impacon atau impaksi eses akibat dari konpasi yang dak diatasi. Impaksi adalah kumpulan
eses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, hal ini dak dapat dikeluarkan. Feses yang keras di
kolon dan lipatan sigmoid yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material eses yang
berkepanjangan.Klien menderita kelemahan, dak sadar hal ini paling berisiko mengalami impaksi
karena dak sadar akan kebutuhan deekasi. Biasanya juga disebabkan oleh konspasi, intake cairan
kurang, kurang akvitas, diet rendah serat dan kelemahan tonus otot.Tanda yang bisa saudara

14
idenfkasi adalah: dak BAB beberapa hari,walaupun ada keinginan untuk deekasi, anoreksia,
kembung/kram nyeri rectum.Perawat yang mencurigai klien dengan impaksi, maka perlu melakukan
pemeriksaan secara manual dengan memasukan ke dalam rektum dan mempalpasi masa yang
terimpaksi.

3. Diare

Diare adalah meningkatnya rekuensi buang air besar dan pengeluaran eses yang cair dan dak
terbentuk (Lueckenoe,1994). Diare adalah gejala gangguan proses pencernaan, absorpsi dan sekresi
dalam saluran GI, akibatnya cbyme melewa usus terlalu cepat, sehingga usus besar dak mempunyai
waktu untuk menyerap air.

Diare dapat disebabkan karena stress fsik, obat-obatan, alergi penyakit kolon dan iritasi intesnal. Diare
seringkali sulit dikaji pada bayi, seper bayi menerima susu botol pengeluaran eses pada seap 2 hari
sekali, sementara bayi yang dususui ibunya dapat mengeluarkan eses lunak dalam jumlah kecil 5 – 8
kl/hari.Akibat pada seseorang diare adalah gangguan elektrolit dan kulit terganggu, terutama pada bayi
dan orang tua. Diare secara berulang bisa mengiritasi perineum dan bokong, maka diperlukan
perawatan kulit yang cermat untuk mencegah kerusakan kulit dan dibutuhkan drainase eses.

4. Inkonnensia Bowel/Fecal/Alvi

Inkonnensia eses adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran eses dan gas dari
anus. Kerusakan spinter anus akibat kerusakan ungsi spinter atau persaraan di daerah anus yang
menyebabkan inkonnensia. Penyebabnya penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor
spinter anus eksternal, 60% usila inkonnensi.Inkonnensia dapat membahayakan citra tubuh dan
mental klien, maka klien sangat tergantung
t ergantung pada perawat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Perawat harus menger dan sabar meskipun berulang-ulang kali membereskannya. Seper diare,
inkonnensia bisa menyebabkan kerusakan kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa perineum dan
anus, apakah kering dan bersih.

5. Kembung

Kembung merupakan menumpuknya gas pada lumen intesnal sehingga dinding usus meregang dan
distensi, dapat disebabkan karena konspasi, penggunaan obat-obatan seper barbiturate, ansietas.
Penurunan akvitas intesnal, makan banyak mengandung gas, pemecahan makanan oleh bakteri-
bakteri dan eek anastesi.

6. Hemeroid

Pembengkakan atau pelebaran vena pada dinding rectum (bisa internal dan eksternal) akibat
peningkatan tekanan didaerah tersebut Penyebabnya adalah konspasi kronis, kehamilan, dan obisitas .

Jika terjadi inamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa gatal. Kadangkadang BAB
dilupakan oleh klien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah konspasi.

15
2.6 Diagnosis Keperawatan

A. ELIMINASI URINE

1. Retensi urine berhubungan dengan sfngter yang kuat.

NOC

Eliminasi urine lancar


Pengendalian urine eek
Kriteria hasil:

1. Kandun
Kandung
g kemi
kemih
h koso
kosong
ng sempur
sempurna
na .
2. Bebas
Bebas d
dari
ari ineks
ineksii ssalu
aluran
ran kemih
kemih..
3. Klien melaporkan
melaporkan dak mengalami
mengalami kram/n
kram/nyeri
yeri kandung
kandung kemih.
kemih.
4. Eliminasi
Eliminasi urin
urine
e dak terg
tergangg
anggu
u : jumlah, warna
warna urine dalam
dalam rentang
rentang yan
yang
g diharapkan,
diharapkan, dak ada,
ada,
disuria.

NIC

Katerisasi urine

 Pasang kateter sesuai instruksi


 Anjurkan konsumsi cairan per oral minimal 2 liter/hari
 Kolaborasi dengan m medis untuk : ndakan opera/ pemasangan kateter jika ada indikasi

Perawat retensi urine

 Monitor derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi


 Monitor tanda dan gejala ineksi saluran kemih
ke mih
 Lakukan smulasi reek kandung kemih : dengan mengalirkan air atu kompres hangat dingin
 Monitor asupan dan haluaran urine
 Monitor eek pemberian obat yang mempengaruhi ungsi otot kandung kemih
 Jaga privacy klien saat klien eliminasi

2. Inkonnensia urinarius ungsional berhubungan dengan aktor perubahan lingkungan

NOC

Perawatan diri: Eliminasi (toileng)


Konnensia urine

Eliminasi urine
Kriteria hasil:

16
 Mengidenfkasi keingnan berkemih
 Berespon tepat waktu terhadap dorongan berkemih
 Mencapai toilet antara waktu dorongan berkemih dan pengeluaran urine
 Menata laksana pakaian secara mandiri
 Melakukan eliminasi secara mandiri
 Mempertahankan pola eliminasi yang tepat diduga.

NIC

Akvitas Keperawatan

 Pantau eliminasi urine, termasuk rekuensi,konsistensi,


re kuensi,konsistensi, bau, volume dan warna jika perlu.

 Kupulkan specimen urine porsi tengah


te ngah untuk urinalis, jika perlu.

 Idenfkasi aktor yang menyebabkan episode inkonnensia.

Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga.


Pasien/Keluarga.

 Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang cara memodifkasi lingkungan guna mengurangi
episode mengompol,permbangkan strategi berikut :

1. Meningkat
Meningkatkan
kan pencahayaa
pencahayaan
n lingk
lingkungan
ungan untuk
untuk me
mening
ningkatkan
katkan pengli
penglihatan
hatan..
2. Memasang
Memasang dudukan
dudukan to
toilet
ilet yang lebi
lebih
h nggi.da
nggi.dan
n susur
susur tangan
tangan
3. Menyediak
Menyediakan
an ku
kursi
rsi buang
buang air, pispot
pispot dan urinal
urinal portabl
portable.
e.
4. Melepa
Melepass karpet
karpet yan
yang
g muda
mudah
h berge
bergeser
ser..
 Anjurkan pasien dan keluarga untuk menetapkan runitas berkemih pada waktu tertentu (sering
diingatkan) berdasarkan pola eliminasi pasien untuk menurunkan episode mengompol.

 Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan perawatan kulit dan hygiene untuk mencegah
kerusakan kulit.

 Lakukan strategi manajemen kandung kemih selama melakukan akvitas ditempat yang jauh dari
rumah.

 Manajemen eliminasi urine :


Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala ineksi saluran kemih.
Ajarkan pasien untuk segera berespon terhadap keinginan berkemih, jika perlu.
 Ajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urine (dan pola) jika perlu.
 Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan saat makan, diantara waktu makan, dan dipetang hari.

17
B. Eliminasi ekal

1. Konspasi berhubungan dengan megakolon

NOC

 Eliminasi deekasi eek



Hidrasi adekuat
 Gejala konspasi terkontrol
Kriteria hasil:

1. Pola
Pola BAB
BAB tera
teratur
tur
2. Fases lembe
lembek,
k, berbentuk
berbentuk
3. Fases keluar dengan
dengan mudah tanpa mengejan dan
dan tanpa rasaa
rasaa nyeri
4. Perut
Perut te
teras
rasa
a nya
nyaman
man
5. Peristalk
Peristalk usus
usus normal
normal (5-35 x/menit)
x/menit)
6. Intake
Intake oral
oral adeku
adekuat
at
7. Akfta
Akftass a
adek
dekuat
uat

NIC

Manajemen pengeluaran eses

 Monitor pengeluaran eses : rekuensi, konsistensi, bentuk, warna eses


 Monitor peristalk/ bising usus dan adanya impaksi
 Anjurkan pasien meningkatkan akftas sesuai kondisi
 Tekanan penghindarkan mengejan selama deekasi untuk mencegah perubahan pada tanda
t anda vital,
sakit kepala atau perdarahan

Manajemen cairan & elektrolit

 Monitor dan idenfkasi aktor


aktor penyebab dan gejala
gejala konspasi
 Lakukan ecal manual dan huknah, jika diperlukan
 Ajarkan pada klien dan keluarga untuk mencatat warna, volume, rekuensi dan konsistensi eses
 Ajarkan pada klien dan keluarga tentang manaat diet nggi serat
Kolaborasi dengan Tim Medis dan ahli gizi untuk pemberian terapi laxa dan diet.

2. Diare berhubungan dengan proses ineksi

NOC


Eliminasi deekasi eek
 Keseimbangan
Keseimbang an elektrolit dan asam basa

18
 Keseimbangan
Keseimbangan cairan
 Hidrasi adekuat
Kriteria hasil:

1. Feses berben
berbentuk,
tuk, BAB
BAB sehari
sehari 1-3 kkali
ali
2. Tidak
Tidak terdapat
terdapat darah dan
dan lendir
lendir pada eses
eses

3. Nyeri/kram
Nyeri/kram abdo
abdomen
men hila
hilang
ng
4. Perut
Perut d
dak
ak ke
kembu
mbung
ng
5. Bising
Bising usus dalam
dalam batas normal
normal (5-35 x/menit)
x/menit)
6. Nilai elektrol
elektrolit
it dan asam basa
basa dalam rentang
rentang normal
normal
7. Status hidrasi baik : membran mukosa lembab, dak ada peningkatan suhu, turgor kulit baik,
haluaran urine dalam batas normal

NIC

Manajemen diare (diarrhea management)

 Idenfkasi aktor penyebab diare (obat, makanan, bakteri dll)


 Monitor pengeluaran eses (rekuensi, konsistensi, bentuk, warna)
 Anjurkan pada pasien/ keluarga untuk mengisrahatkan lambung sesuai kondisi
 Ambil specimen eses untuk pemeriksaan kultur dan sensiftas
 Ajarkan pada klien dan keluarga tentang : penyebab diare, cara penanggulangan, penggunaan obat
diare serta diet yang dianjurkan
 Anjurkan pada klien dan keluarga untuk mencatat warna, volume, rekuensi dan konsistensi eses
 Berikan diet secara bertahap sesuai program
 Kolaborasi medis dan ahli gizi
Manajemen cairan & elektrolit

 Tingkatkan intake cairan


 Monitor KU, TTV, respon klien terhadap terapi yang diberikan
 Monitor status hidrasi : kelembaban membran mukosa, turgor kulit, kekuatan denyut nadi
 Monitor intake & output yang akurat dalam 24 jam

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Eliminasi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang dak di perlukan oleh tubuh.

Kebutuhan Eliminasi terbagi menjadi 2 yaitu kebutuhan eliminasi urine dan kebutuhan eliminasi ekal.
Eliminasi urine (miksi) adalah proses pengosongan kandung kemih keka kandung kemih terisi.
Sedangkan eliminasi ekal (deekasi) adalah Eliminasi ekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran
sisa metabolisme berupa eses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus (Tarwoto &
Wartonah, 2004).

3.2 Krik dan Saran

Apa yang kami sampaikan dalam makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami berharap
kepada pembaca untuk memberikan krik dan saran yang mendukung makalah ini menjadi lebih baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Docterman,Butcher, Bullechek,dan wagner. Nursing Invenon Classifcaons (NIC), United States O


America: Mosby Elseveir Academic Press, 2018.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC) ,United States O America: Mosby
Elseveir Academic Press, 2018

Nanda Internaonal (2018). Diagnosis Keperawatan: defnisi & Klasifkasi. 2018-2020. Edisi kesebelas.
Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

ROsmalawa,Ni Wayan Dwi dan NS. Kasia.(2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebutuhan Dasar Manusia I.
Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan.

Tarwoto, Wartonah. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.Edisi kega. Jakarta :
Salemba Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai