PDF Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi Compress
PDF Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi Compress
KEBUTUHAN
ELIMINASI
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
CIREBON
2020
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah ta'ala yang telah memberikan taufk dan hidayah nya kepada
kita semua sehingga kita di tetapkan dalam nikmat Iman dan Islam. Shalawat serta salam tak lupa kami
curahkan kepada Rasulullah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassallam kepada para sahabatnya,dan
para pengikutnya hingga hari akhir.
Alhamdulillah dengan limpahan Rahmat dari Allah ta'ala penulis dapat menulis makalah" KEBUTUHAN
ELIMINASI" yang berisikan tentang inormasi terkait kebutuhan eliminasi dalam keperawatan.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak sekali kekurangan pada penulisan makalah ini maka kami
mengharapkan krik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian agar makalah ini menjadi lebih
baik.
PENULIS
2
DAFTAR ISI
Lembar Judul......................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
3.2. Saran.................................................................................................................................. 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dapat mengerjakan akvitas sehari-hari nya dengan mengandalkan energi yang di hasilkan dari
metabolisme tubuh manusia itu sendiri. Metabolisme mengolah berbagai nutrisi yang kita konsumsi dari
rezeki dari Allah berupa makanan seap harinya. Namun dari hasil pengolahan makanan tersebut
terdapat sampah atau zat sisa yang harus di keluarkan oleh tubuh. Cara tubuh mengeluarkan zat sisa
metabolis
metabolisme
me tersebut
tersebut biasa di kenal dengan ELIMINASI. Eliminasi
Eliminasi terjadi di beberapa
beberapa organ tubuh
tubuh
manu
manusi
sia
a di
dian
anta
tara
rany
nya
a paru
paru-p
-par
aru
u ya
yang
ng meng
mengel
elua
uark
rkan
an zat
zat si
sisa
sa be
beru
rupa
pa CO2,
CO2,ad
adap
apul
ula
a ku
kuli
litt yang
yang
mengeluarkan zat sisa berupa air dan natrium(keringat), usus besar yang mengeluarkan zat sisa berupa
eses yang terdiri dari sisa bakteri yang telah ma dan zat sisa dari hasil metabolisme lainnya,serta ginjal
yang
yang mengel
mengeluar
uarkan
kan zat sis
sisa
a berup
berupa
a uri
urine
ne yang
yang tersusu
tersusun
n atas
atas cairan
cairan tubuh
tubuh yang
yang berleb
berlebih,
ih, ion
ion-io
-ion
n
hidrogen, elektrolit,dan asam.
1.2 Tujuan
Tujuan Khusus
Untuk memaparkan kepada masyarakat umum tentang kebutuhan manusia akan Eliminasi
( pengeluaran zat-zat sisa metabolisme)
Tujuan Umum
Untuk memudahkan rekan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan mengenai gangguan
kebutuhan eliminasi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defnisi
Eliminasi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang dak di perlukan oleh tubuh.
Kebutuhan Eliminasi terbagi menjadi 2 yaitu kebutuhan eliminasi urine dan kebutuhan eliminasi ekal.
Eliminasi urine (miksi) adalah proses pengosongan kandung kemih keka kandung kemih terisi.
Sedangkan eliminasi ekal (deekasi) adalah Eliminasi ekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran
sisa metabolisme berupa eses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus (Tarwoto &
Wartonah, 2004).
Eliminasi urine:
Proses kejadian eleminasi urine ada dua langkah utama: Pertama, bila kandung kemih saudara secara
progresi terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang dikirim ke medulla spinalis
diteruskan ke pusat miksi pada susunan sara pusat. Kedua, pusat miksi mengirim sinyal ke otot kandung
kemih (destrusor), maka spinter ekterna relaksasi berusaha mengosongkan kandung kemih, sebaliknya
bila memilih dak berkemih spinter eksterna berkontraksi. Kerusakan pada medulla spinalis
menyebabkan hilangnya kontrol volunter berkemih, tetapi jalur reeks berkemih dapat tetap sehingga
terjadinya berkemih secara tetap, maka kondisi ini disebut reeks kandung kemih.
Eliminasi eses:
Makanan yang masuk ke mulut kita dicerna secara mekanik dan kimia, dengan bantuan gigi untuk
mengunyah dan memecah makanan. Saliva mencairkan dan melunakkan bolus makanan sehingga
mudah masuk esoogus menuju pada lambung. Dalam lambung makanan disimpan sementara, lambung
melakukan ekresi asam hidroklorida (HCL), lendir, enzim pepsin dan aktor intrinsik. HCL mempengaruhi
keasaman lambung dan keseimbangan asam-basa tubuh. Lendir melindungi mukosa dari keasaman,
akvitas enzim dan membantu mengubah makanan menjadi semi cair
c air yang disebut kimus (cbyme), lalu
didorong ke usus halus.
2. Saluran gastrointesnal bagian bawah terdiri dari usus halus dan besar.
3. Saluran gastrointesnal atas melipu, usus halus terdiri dari duodenum, jejenun, ileum, dengan
diameter 2.5 cm dan panjang 6 m. Kimus bercampur dengan empedu dan amilase. Kebanyakan nutrisi
dan elektolit diabsorsi duodenum dan jejunum, sedang ileum mengabsorsi
me ngabsorsi vitamin, zat besi dan garam
empedu. Fungsi eleum terganggu maka proses pencernaan mengalami perubahan. Usus besar
panjangnya 1.5 m merupakan organ utama dalam eleminasi ekal terdiri cecum,colon dan rectum. Kimus
5
yang dak diabsorpsi masuk sekum melalui katub ileosekal yang ungsinya katub ini untuk regurgitasi
dan kembalinya isi kolon ke usus halus. Kolon mengabsorpsi air. nutrient,elektolit, proteksi, sekresi dan
eleminasi, sedangkan perubahan ungsi kolon bisa diare dan kontraksi lambat. Gerakan peristakk 3-4
kl/hr dan paling kuat setelah makan. Rectum bagian akhir pada saluran pencernaan. Panjangnya bayi 2.5
cm, anak 7.5-10 cm, dewasa 15 – 20 cm, rektum dak berisi eses sampai deekasi. Rektum dibangun
lipatan jaringan berisi sebuah arteri dan vena, bila vena distensi akibat tekanan selama mengedan bisa
5. Cbyme bergerak karena adanya peristalk usus dan akan berkumpul menjadi eses di usus besar.
Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 400-700 ml/24 jam. Feses terdiri atas 75% air
dan 25% padat, bakteri yang umumnya sudah ma, lepasan epithelium dari usus, sejumlah kecil zat
nitrogen.
Jadi makanan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 – 20 jam, isinya menjadi makin
lunak bahkan bila terlalu lama maka akan semakin
se makin padat karena air diabsorpsi apabila dak segera di
keluarkan. Pada keadaan ineksi, reseksi bedah atau obstruksi dapat mengganggu peristalk absorpsi
berkurang dan aliran kimus terhambat. Saat emosi sekresi mucus akan meningkat berungsi melindungi
dinding usus dari akvitas.
6
2.3 Kebutuhan Eliminasi
A. Eliminasi urine
1. Us
Usia
ia 1
1-2
-2 hari
hari : 15
15-60
-60 ml
ml/h
/har
arii
2. Us
Usia
ia 3
3-1
-10
0 hari
hari : 1
100
00-30
-300
0 ml/h
ml/har
arii
3. Usia
Usia 10
10-12
-12 bul
bulan
an : 2
250-
50-400
400 ml
ml/ha
/hari
ri
4. Usia
Usia 12 Bln-1
Bln-1 Th : 4
400-
00-500
500 ml/har
ml/harii
5. Us
Usia
ia 1
1-3
-3 T
Tah
ahun
un : 5
500
00-6
-600
00 ml/
ml/ha
hari
ri
6. Us
Usia
ia 3
3-5
-5 T
Tah
ahun
un : 6
600
00-7
-700
00 ml/
ml/ha
hari
ri
7. Usia
Usia 5-
5-8
8 Tahu
Tahun
n : 700
700-10
-1000
00 ml/h
ml/hari
ari
8. Usia
Usia 8-
8-14
14 Tahu
Tahun
n : 800
800-14
-1400
00 ml/h
ml/hari
ari
9. Us
Usia
ia 1
14
4 Th
Th-- Dw
Dwsa
sa : 15
1500
00 m
ml/
l/ha
hari
ri
10. Dewa
Dewasa
sa tua : <1500
<1500 ml/
ml/hari
hari
B. Eliminasi ekal
1x dalam sehari atau 3-4x dalam seminggu tergantung pada toilet training pada masa kanak-kanak.
7
2.4. Faktor-aktor yang Mempengaruhi
Me mpengaruhi Kebutuhan Eliminasi
A. Eliminasi urine
Usia seseorang dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urine. Normalnya bayi-anak
ekskresi urine 400-500 ml/hari, orang dewasa 1500-1600ml. Contoh: pada bayi-anak berat badan 10 %
orang dewasa mampu ekskresi 33% lebih banyak dari orang dewasa, usia lanjut volume bladder
berkurang sehingga sering mengalami nokturia dan rekuensi berkemih meningkat, demikian juga
wanita hamil juga akan lebih sering berkemih karena kandung kemih ditekan bagian terendah janin.
2. Sosiokultural
Budaya masyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat tertutup dan
sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi terbuka.Contoh: masyarakat kita kebanyakan
berkemih di kamar mandi (dalam keadaan tertutup) atau lokasi terbuka, sedangkan pada orang dalam
kondisi sakit harus miksi diatas tempat dur, hal ini membuat seseorang kadang menahan miksinya.
3. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meninggalkan smulasi berkemih, sebagai upaya kompensasi.
Contoh: seseorang yang cemas dan stress maka mereka akan sering buang air kecil.
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang berkemih. Contoh: seseorang yang biasa
berkemih di toilet atau di sungai atau di alam bebas, akan mengalami kesulitan kalau berkemih diatas
tempat dur apalagi dengan menggunakan pot urine/ pispot.
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot blanded, otot bomen, dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada
gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Akvitas dapat meningkatkan
kemampuan metabolism produksi urine secara opmal.
Kebiasaan minum dan makan tertentu seper kopi, teh, coklat, (mengandung kaein) dan alkohol akan
menghambat An Diurek Hormon (ADH), hal ini dapat meningkatkan pembuangan dan ekresi urine.
8
7. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit tertentu seper pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine dan pola
miksi, karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
meninggalkan retensi urine.
8. Pembedahan
Tindakan pembedaan memicu sindrom adaptasi, sehingga kelenjar hipofsis anterior melepas hormone
ADH, mengakibatkan meningkatkan reabsorsi air akhirnya pengeluaran urine menurun. Penggunaan
Pe nggunaan
anastesi menurunkan fltrasi glomerulus sehingga produksi urine menurun.
B. Eliminasi Fekal
1. Usia
Pada bayi sampai 2-3 tahun, lambung kecil, enzim kurang, peristalc usus cepat, neuromuskuler belum
berkembang normal sehingga mereka belum mampu mengontrol buang air besar (diare/ inkonnensia).
Pada usia lanjut, sistem GI sering mengalami perubahan sehingga merusak proses pencernaan dan
eleminasi (Lueckenoe, 1994), Perubahan yang terjadi yaitu gigi berkurang, enzim di saliva dan lambung
berkurang, peristalk dan tonus abdomen berkurang, serta melambatnya impuls sara. Hal tersebut
menyebabkan lansia berisiko mengalami konspasi. Lansia yang dirawat di rumah sakit berisiko
mengalami perubahan ungsi usus, dalam suatu penelian ditemukan bahwa 91% insiden diare atau
konspasi dari 33 populasi, dengan usia rata-rata 76 tahun (Ross,1990).
2. Diet
9
3. Pemasukan Cairan
Asupan cairan yang cukup bisa mengencerkan isi usus dan memudahkannya bergerak melalui kolon.
Orang dewasa intake cairan normalnya: 2000-3000 ml/hari(6-8 gelas) . Jika intake cairan dak adekuat
atau pengeluaran yang berlebihan (urin/muntah) tubuh akan kekurangan cairan, sehingga tubuh akan
menyerap cairan dari chyme sehingga aeces menjadi keras, kering, dan eses sulit melewa
pencernaan, hal ini bisa menyebabkan seseorang mengalami konspasi.Minuman hangat dan jus buah
bisa memperlunak eses dan meningkatkan peristalk.
4. Akvitas
Seseorang dengan lahan fsik yang baik akan membantu peristalk meningkat, sementara imobilisasi
menekan morlitas kolon. Ambulasi dini setelah klien menderita sakit dianjurkan untuk meningkatkan
dan mempertahankan eleminasi normal. Contoh pada klien dengan keadaan
ke adaan berbaring terus-menerus
akan menurunkan peristalk usus, sehingga terjadi peningkatan penyerapan air, hal ini berdampak pada
klien yaitu konspasi atau ecal imacon.Melemaknya otot dasar panggul, abdomen merusak
kemampuan tekanan abdomen dan mengotrol sfngter eksterna, sedangkan tonus otot melemah atau
hilang akibat penyakit yang lama atau penyakit neurologis merusak transmisi sara yang menyebabkan
gangguan eleminasi
5. Faktor Psikologik
Seseorang cemas, marah yang berlebihan akan meningkatkan peristalk usus, sehingga seseorang bisa
menyebabkan diare. Namun, ada pula seseorang dengan depresi, sistem sara otonom akan
memperlambat impuls sara dan peristalk usus menurun yang bisa menyebabkan konspasi.
6. Kebiasaan Pribadi
Kebanyakan orang merasa lebih mudah dan nyaman defkasi di kamar mandi sendiri. Kebiasaan
seseorang dengan melah pola buang air besar (BAB) sejak kecil secara teratur maka sesorang tersebut
akan secara teratur pola defkasinya atau sebaliknya. Individu yang sibuk, higiene toilet buruk, bentuk
dan penggunaan toilet bersama-sama, klien di RS dengan penggunaan pispot, privasi kurang dan kondisi
yang dak sesuai, hal ini dapat mengganggu kebiasaan dan perubahan eleminasi yang dapat memulai
siklus rasa dak nyaman yang hebat. Reeks gastrokolik adalah reeks yang paling mudah dismulasi
untukm nimbulkan deekasi setelah sarapan.
10
7. Posisi Selama Deekasi
Kebiasaan seseorang defkasi dengan posisi jongkok memungkinkan tekanan intraabdomen dan otot
pahanya, sehingga memudahkan seseorang defkasi, pada kondisi berbeda atau sakit maka seseorang
dak mampu melakukannya, hal ini akan mempengaruhi kebiasaan seseorang menahan BAB sehingga
bisa menyebabkan konspasi atau ecal imacon. Klien imobilisasi di tempat dur, posisi terlentang,
deekasi seringkali dirasakan sulit. Membantu klien ke posisi duduk pada pispot akan meningkatkan
kemampuan deekasi.
8. Nyeri
Secara normal seseorang defkasi dak menimbulkan nyeri. Contoh seseorang dengan pengalaman nyeri
waktu BAB seper adanya hemoroid, raktur ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB
guna menghindari rasa nyeri yang akan mbul. Lamakelamaan, kondisi ini bisa menyebabkan seseorang
akhirnya terjadi konspasi.
9. Kehamilan
Seiring bertambahnya usia kehamilan dan ukuran etus , tekanan diberikan pada rektum, hal ini bisa
menyebabkan obstruksi sementara yang mengganggu pengeluaran eses. Konspasi adalah masalah
umum yang terjadi pada trimester terakhir, sehingga wanita sering mengedan selama deekasi yang
dapat menyebabkan terbentuknya hemoroid yang permanen.
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnosc biasanya dipuasakan atau dilakukan klisma dahulu agar
dak dapat BAB kecuali setelah
sete lah makan. Tindakan ini dapat mengganggu pola eleminasi sampai klien
dapat makanan secara normal. Prosedur pemeriksaan dengan menggunakan barium enema atau
endoskopi, biasanya menerima katark dan enema. Barium mengeras jika dibiarkan di saluran GI, hal ini
bisa menyebabkan eses mengeras dan terjadi konspasi atau ecal imacon. Klien harus menerima
katark untuk meningkatkan eleminasi barium setelah prosedur dilakukan, bila mengalami kegagalan
pengeluaran semua bariun maka klien perlu dibersihkan dengan menggunakan enema.
Pemberian agens anastesi yang dihirup saat pembedahan akan menghambat impuls sara parasimpas
ke otot usus, sehingga akan dapat menghenkan sementara waktu pergerakan usus (ileus paralik).
Kondisi ini dapat berlangsung selama 24 – 48 jam. Apabila klien tetap dak ak atau dak dapat makan
setelah pembedahan, kembalinya ungsi usus normal dapat terhambat lebih lanjut. Klien dengan
anestesi lokal atau regional berisiko lebih kecil mengalami perubahan eleminasi.
11
12. Obat-obatan
Seseorang menggunakan laksa dan katark dapat melunakkan eses dan meningkatkan peristalk,
akan tetapi jika digunakan dalam waktu lama akan menyebabkan penurunan tonus usus sehingga
kurang responsisi lagi untuk mensmulasi eliminasi ekal. Penggunaan laksa berlebihan dapat
menyebabkan diare berat yang berakibat dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Minyak mineral untuk
laksa, bisa menurunkan obsorpsi vitamin yang larut dalam lemak dan kemanjuran kerja obat dalam
GI.Obat-obatan seper disiklomin HCL (Bentyl) menekan gerakan peristalk dan mengoba diare.
Seseorang dengan mengkonsumsi obat analgesik, narkok, morfn, kodein menekan gerakan peristalk
yang menyebabkan konspasi. Obat ankolinergik, seper atropin, glikopirolat (robinul) bisa
menghambat sekresi asam lambung dan menekan molitas saluran GI bisa menyebabkan konspasi.
Banyak obat anbiok menyebabkan diare dengan mengganggu ora bakteri normal dalam saluran GI.
Bila seseorang diare diberikan obat, kemudian diare semakin parah dan kram abdomen, obat yang
diberikan pada klien mungkin perlu diubah.
Pada injuri spinal cord atau kepala dan gangguan mobilisasi, dapat menurunkan smulasi sensori untuk
deekasi. Buruknya ungsi spinal anal menyebabkan inkonnensia.
14. Irritans
Makanan berbumbu atau pedas, toxin bakteri atau racun dapat mengiritasi usus dan menyebabkan
diare dan banyak atus.
12
2.5 Masalah-masalah Gangguan Eliminasi
A. Eliminasi urine :
1. Retensi urine
Retensi urine adalah kondisi seseorang terjadi karena penumpukan urine dalam bladder dan
kedakmampuan bladder untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine
yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250 - 400 ml. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh hipertropi prostat, pembedahan, otot destrusor lemah dan lain-lain.
2. Inkonnensia Urine
Bila seseorang mengalami kedak mampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol pengeluaran urine. Ada dua jenis
je nis inkonnensia: Pertama, stres inkonnensia yaitu stres
yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih.
Contoh sebagian orang saat batuk atau tertawa akan mengalami terkencing-kencing, hal tersebut bisa
dikatakan normal atau bisa terjadi pada lansia. Kedua, urge inkonnensia yaitu inkonnensia yang
terjadi saat klien terdesak ingin berkemih atau ba-ba berkemih, hal ini terjadi akibat ineksi saluran
kemih bagian bawah atau spasme bladder, overdistensi, peningkatan konsumsi kaein atau alkohol
(Taylor,1989).
3. Enurisis
Enuresis adalah kedaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang dak disadari yang diakibatkan
kedakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang
jompo. Faktor penyebab takut keluar malam, kapasitas
kapasitas kandung kemih kurang norm
normal,
al, ineksi dan lain-
lain.
Dalam kaitannya dengan perubahan pola berkemih pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan eleminasi urine, hal yang perlu saudara lakukan
a. Frekuensi
Meningkatnya rekuensi berkemih tanpa intake ciran yang meningkat, biasanya terjadi pada cyss,
stress, dan wanita hamil.
b. Urgency
Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena kemampuan spinter untuk
mengontrol berkurang.
13
c. Dysuria
Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada ineksi saluran kemih, trauma, dan striktur
uretra.
d. Polyuria (Diuresis)
Produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya pada pasien DM.
e. Urinary Suppression:
Keadaan di mana ginjal dak memproduksi urine secara ba-ba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24
jam), olyguria (urine berkisar 100-500 ml/24 jam).
B. Eliminasi ekal:
1. Konspasi
Konspasi adalah penurunan rekuensi deekasi, yang diiku oleh pengeluaran eses yang lama atau
keras, kering dan disertai upaya mengedan saat deekasi.Tanyakan pada diri anda sendiri apakah
saudara pernah mengalami menurunnya rekuensi BAB hingga beberapa hari, disertai dengan
pengeluaran aeces yang sulit, keras dan mengedan. Dan dapat menyebabkan nyeri rectum, keadaan ini
di sebut konspasi Konspasi merupakan gejala, bukan merupakan penyakit. Kondisi ini terjadi karena
aces berada di intesnal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Biasanya disebabkan oleh pola
defkasi yang dak teratur, penggunaan laksa yang lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang
akvitas dan aktor usia.Seap individu mempunyai pola deekasi individual yang harus dikaji perawat,
dak seap orang dewasa memiliki pola deekasi seap hari (Ebersole dan Hess,1994). Defkasi hanya
seap 4 hari sekali atau lebih dianggap dak normal (Lueckenoe,1994). Pola deekasi yang biasanya
seap 2-3 hari sekali, tanpa kesulitan, nyeri atau perdarahan dapat dianggap untuk lansia (Ebersole dan
Hess,1994; Lueckenoe,1994).Mengedan selama deekasi menimbulkan masalah pada klien baru
pembedahan abdomen, genekologi, rektum hal ini dapat menyebabkan
me nyebabkan jahitan terpisah sehingga luka
terbuka. Klien dengan riwayat kardiovaskuler, glaukoma, dan peningkatan tekanan intrakranial harus
mencegah konspasi dan hindari penggunaan manuver valsalva dengan menghembuskan naas melalui
mulut selama mengedan.
2. Fecal Imacon
Fecal Impacon atau impaksi eses akibat dari konpasi yang dak diatasi. Impaksi adalah kumpulan
eses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, hal ini dak dapat dikeluarkan. Feses yang keras di
kolon dan lipatan sigmoid yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material eses yang
berkepanjangan.Klien menderita kelemahan, dak sadar hal ini paling berisiko mengalami impaksi
karena dak sadar akan kebutuhan deekasi. Biasanya juga disebabkan oleh konspasi, intake cairan
kurang, kurang akvitas, diet rendah serat dan kelemahan tonus otot.Tanda yang bisa saudara
14
idenfkasi adalah: dak BAB beberapa hari,walaupun ada keinginan untuk deekasi, anoreksia,
kembung/kram nyeri rectum.Perawat yang mencurigai klien dengan impaksi, maka perlu melakukan
pemeriksaan secara manual dengan memasukan ke dalam rektum dan mempalpasi masa yang
terimpaksi.
3. Diare
Diare adalah meningkatnya rekuensi buang air besar dan pengeluaran eses yang cair dan dak
terbentuk (Lueckenoe,1994). Diare adalah gejala gangguan proses pencernaan, absorpsi dan sekresi
dalam saluran GI, akibatnya cbyme melewa usus terlalu cepat, sehingga usus besar dak mempunyai
waktu untuk menyerap air.
Diare dapat disebabkan karena stress fsik, obat-obatan, alergi penyakit kolon dan iritasi intesnal. Diare
seringkali sulit dikaji pada bayi, seper bayi menerima susu botol pengeluaran eses pada seap 2 hari
sekali, sementara bayi yang dususui ibunya dapat mengeluarkan eses lunak dalam jumlah kecil 5 – 8
kl/hari.Akibat pada seseorang diare adalah gangguan elektrolit dan kulit terganggu, terutama pada bayi
dan orang tua. Diare secara berulang bisa mengiritasi perineum dan bokong, maka diperlukan
perawatan kulit yang cermat untuk mencegah kerusakan kulit dan dibutuhkan drainase eses.
4. Inkonnensia Bowel/Fecal/Alvi
Inkonnensia eses adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran eses dan gas dari
anus. Kerusakan spinter anus akibat kerusakan ungsi spinter atau persaraan di daerah anus yang
menyebabkan inkonnensia. Penyebabnya penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor
spinter anus eksternal, 60% usila inkonnensi.Inkonnensia dapat membahayakan citra tubuh dan
mental klien, maka klien sangat tergantung
t ergantung pada perawat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Perawat harus menger dan sabar meskipun berulang-ulang kali membereskannya. Seper diare,
inkonnensia bisa menyebabkan kerusakan kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa perineum dan
anus, apakah kering dan bersih.
5. Kembung
Kembung merupakan menumpuknya gas pada lumen intesnal sehingga dinding usus meregang dan
distensi, dapat disebabkan karena konspasi, penggunaan obat-obatan seper barbiturate, ansietas.
Penurunan akvitas intesnal, makan banyak mengandung gas, pemecahan makanan oleh bakteri-
bakteri dan eek anastesi.
6. Hemeroid
Pembengkakan atau pelebaran vena pada dinding rectum (bisa internal dan eksternal) akibat
peningkatan tekanan didaerah tersebut Penyebabnya adalah konspasi kronis, kehamilan, dan obisitas .
Jika terjadi inamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa gatal. Kadangkadang BAB
dilupakan oleh klien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah konspasi.
15
2.6 Diagnosis Keperawatan
A. ELIMINASI URINE
NOC
1. Kandun
Kandung
g kemi
kemih
h koso
kosong
ng sempur
sempurna
na .
2. Bebas
Bebas d
dari
ari ineks
ineksii ssalu
aluran
ran kemih
kemih..
3. Klien melaporkan
melaporkan dak mengalami
mengalami kram/n
kram/nyeri
yeri kandung
kandung kemih.
kemih.
4. Eliminasi
Eliminasi urin
urine
e dak terg
tergangg
anggu
u : jumlah, warna
warna urine dalam
dalam rentang
rentang yan
yang
g diharapkan,
diharapkan, dak ada,
ada,
disuria.
NIC
Katerisasi urine
NOC
Eliminasi urine
Kriteria hasil:
16
Mengidenfkasi keingnan berkemih
Berespon tepat waktu terhadap dorongan berkemih
Mencapai toilet antara waktu dorongan berkemih dan pengeluaran urine
Menata laksana pakaian secara mandiri
Melakukan eliminasi secara mandiri
Mempertahankan pola eliminasi yang tepat diduga.
NIC
Akvitas Keperawatan
Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang cara memodifkasi lingkungan guna mengurangi
episode mengompol,permbangkan strategi berikut :
1. Meningkat
Meningkatkan
kan pencahayaa
pencahayaan
n lingk
lingkungan
ungan untuk
untuk me
mening
ningkatkan
katkan pengli
penglihatan
hatan..
2. Memasang
Memasang dudukan
dudukan to
toilet
ilet yang lebi
lebih
h nggi.da
nggi.dan
n susur
susur tangan
tangan
3. Menyediak
Menyediakan
an ku
kursi
rsi buang
buang air, pispot
pispot dan urinal
urinal portabl
portable.
e.
4. Melepa
Melepass karpet
karpet yan
yang
g muda
mudah
h berge
bergeser
ser..
Anjurkan pasien dan keluarga untuk menetapkan runitas berkemih pada waktu tertentu (sering
diingatkan) berdasarkan pola eliminasi pasien untuk menurunkan episode mengompol.
Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan perawatan kulit dan hygiene untuk mencegah
kerusakan kulit.
Lakukan strategi manajemen kandung kemih selama melakukan akvitas ditempat yang jauh dari
rumah.
17
B. Eliminasi ekal
NOC
1. Pola
Pola BAB
BAB tera
teratur
tur
2. Fases lembe
lembek,
k, berbentuk
berbentuk
3. Fases keluar dengan
dengan mudah tanpa mengejan dan
dan tanpa rasaa
rasaa nyeri
4. Perut
Perut te
teras
rasa
a nya
nyaman
man
5. Peristalk
Peristalk usus
usus normal
normal (5-35 x/menit)
x/menit)
6. Intake
Intake oral
oral adeku
adekuat
at
7. Akfta
Akftass a
adek
dekuat
uat
NIC
NOC
Eliminasi deekasi eek
Keseimbangan
Keseimbang an elektrolit dan asam basa
18
Keseimbangan
Keseimbangan cairan
Hidrasi adekuat
Kriteria hasil:
1. Feses berben
berbentuk,
tuk, BAB
BAB sehari
sehari 1-3 kkali
ali
2. Tidak
Tidak terdapat
terdapat darah dan
dan lendir
lendir pada eses
eses
3. Nyeri/kram
Nyeri/kram abdo
abdomen
men hila
hilang
ng
4. Perut
Perut d
dak
ak ke
kembu
mbung
ng
5. Bising
Bising usus dalam
dalam batas normal
normal (5-35 x/menit)
x/menit)
6. Nilai elektrol
elektrolit
it dan asam basa
basa dalam rentang
rentang normal
normal
7. Status hidrasi baik : membran mukosa lembab, dak ada peningkatan suhu, turgor kulit baik,
haluaran urine dalam batas normal
NIC
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Eliminasi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang dak di perlukan oleh tubuh.
Kebutuhan Eliminasi terbagi menjadi 2 yaitu kebutuhan eliminasi urine dan kebutuhan eliminasi ekal.
Eliminasi urine (miksi) adalah proses pengosongan kandung kemih keka kandung kemih terisi.
Sedangkan eliminasi ekal (deekasi) adalah Eliminasi ekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran
sisa metabolisme berupa eses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus (Tarwoto &
Wartonah, 2004).
Apa yang kami sampaikan dalam makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami berharap
kepada pembaca untuk memberikan krik dan saran yang mendukung makalah ini menjadi lebih baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC) ,United States O America: Mosby
Elseveir Academic Press, 2018
Nanda Internaonal (2018). Diagnosis Keperawatan: defnisi & Klasifkasi. 2018-2020. Edisi kesebelas.
Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
ROsmalawa,Ni Wayan Dwi dan NS. Kasia.(2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebutuhan Dasar Manusia I.
Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan.
Tarwoto, Wartonah. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.Edisi kega. Jakarta :
Salemba Medika.
21