LAPORAN
Oleh :
HASHIFATUNNISA 160308017
JOHNSON 160308043
NATASYA ANGGIA PUTRI 160308044
YUSRINA RIZKY HASIBUAN 160308065
LAPORAN
Oleh :
HASHIFATUNNISA 160308017
JOHNSON 160308043
NATASYA ANGGIA PUTRI 160308044
YUSRINA RIZKY HASIBUAN 160308065
Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi dan melengkapi mata
kuliah Praktek Kerja Lapangan di Program Studi Keteknikan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Mengetahui :
Mengesahkan :
Manajer
Pabrik Gula Kwala Madu
LAPORAN
Oleh :
HASHIFATUNNISA 160308017
JOHNSON 160308043
NATASYA AGGIA PUTRI 160308044
YUSRINA RIZKY HASIBUAN 160308065
Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi dan melengkapi mata
kuliah Praktek Kerja Lapangan di Program Studi Keteknikan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Diketahui :
Puji dan syukur penulis ucapkan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
ini.
PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu melalui pengamatan dan
1. Ibu Sulastri Panggabean, STP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama PKL adn penulisan laporan ini.
2. Bapak Taufik Rizaldi, STP, M.Si selaku ketua program studi Keteknikan
3. Bapak Lukman selaku manajer Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan
Nusantara II.
4. Bapak J. H. Purba, ST selaku masinis kepala Pabrik Gula Kwala Madu PT.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja
kekurangan baik didalam penyajian data maupun dari segi teknis pembuatan
i
laporan ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan waktu. Untuk itu penulis
Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
4.2 Uraian Proses Produksi ................................................................... 19
5.6 Sumber Energi dan Konsumsi Uap Ketel Uap (Boiler) .................. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 Karakteristik Air Limbah Industri Gula ................................................... 13
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1 Struktur Organisasi PGKM .................................................................. 8
Gambar 23 Grafik Air Imbibisi (%tebu) terhadap kadar air ampas ...................... 45
viii
Gambar 24 Grafik Pengaruh Air Imbibisi (%sabut) terhadap kadar air ampas 45
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang
Utara. PKL ini merupakan suatu kegiatan pembelajaran bagi mahasiswa dengan
dapat menerapkan teori- teori ilmiah yang telah diperoleh selama perkuliahan
kegiatan PKL diharapkan juga dapat digunakan sebagai bekal untuk membantu
membentuk sumber daya manusia yang berkompeten dan handal dalam bidangnya
sehingga mampu meningkatkan daya saing yang tinggi untuk memasuki dunia
kerja nyata.
Pabrik Gula Kwala Madu yang berlokasi di Desa Kwala Begumit Stabat, Langkat,
Sumatera Utara. Pabrik ini bergerak dalam proses pengolahan tebu menjadi Gula
Kristal Putih (GKP). Pabrik ini menggunakan berbagai alat dan mesin pengolahan
1
2
1.2 Tujuan
Produksi.
serta alat-alat yang digunakan dalam pengolahan Tebu menjadi Gula Produksi.
di pabrik.
1.3 Manfaat
yang ditanami oleh petani Indonesia yang dipaksa oleh pemerintahan Belanda,
pabrik gula bukan dari kalangan masyarakat. Pada Tahun 1891 tanam paksa
dihapus oleh pemerintah Indonesia dan pihak pabrik gula memberikan kepada
masyarakat untuk menenam tebu dilahan yang disewa para petani sebagai mata
pencariannya sehari-hari.
Kristal gula yang dihasilkan pabrik pada umumnya terdiri dari berbagi
jenis, sesuai dengan permintaan pemasaran. Pada tanggal 1 Januari 1959 seluruh
dengan mengubah kebun menjadi 39 Perkebunan dengan luas area 101.633 Ha.
Perseroan, sehingga pada tanggal 1 April 1974 nama Perusahaan Persero diubah
menjadi PTP. Nusantara II di Semayang. Pada Tahun 1997 didirikan Pabrik Gula
Kwala Madu karena begitu luas perkebunan tebu di Sumatera Utara dari daerah
Semayang sampai pada daerah kwala Madu, maka PTPN II dibagi menjadi 2 yaitu
3
4
perusahaan yang bergerak dalam bidang Industri pangan yang dibutuhkan oleh
masyarakat banyak. Bahan baku utama pembuatan gula adalah tebu yang tidak
jauh dari pabrik, sedangkan bahan tambahan untuk pembuatan gula adalah air,
memproduksi gula dan ada pun tebu yang diolah menjadi gula ada yang tidak
terbentuk kristal gula atau disebut dengan tetes yang dapat dimanfaatkan untuk
dijual kepada pabrik pembuatan kecap, sehingga kristal gula yang tidak terbentuk
5
tidak terbuang. Produk gula yang dihasilkan hanya memenuhi kebutuhan dalam
Kwala Madu dimulai dari proses pemesanan yang diterima oleh pihak perusahaan
pabrik untuk diproses. Pabrik akan memproses gula sesuai dengan pesanan yang
diterima dari bagian pemasaran. Pesanan akan diambil oleh konsumen ke pabrik
Bahan baku utama dalam proses pembuatan gula ini adalah tebu, dimana
tebu itu sendiri berasal dari PT Perkebunan Nusantara II. Tebu yang akan dipanen
mempunyai rendemen (kadar gula) rata- rata 6,5 - 7%. Pemanenan dilakukan
antara 10-12 bulan sejak ditanam, dimana sebelumnya diperiksa terlebih dahulu
dengan mengambil sepuluh batang tebu secara acak sebagai contoh. Tebu yang
baik untuk dijadikan bahan baku pembuatan gula adalah tebu yang matang,
Kadar gula dalam tebu dipengaruhi oleh faktor intern yaitu varietas tebu
dan faktor eksternal adalah iklim tanah, serta perawatan atau pemeliharaan. Faktor
yang paling nyata mempengaruhi kadar kandungan gula adalah iklim, karena itu
6
panen dilakukan saat curah hujan sedikit yaitu bulan Januari sampai dengan bulan
April.
Bahan baku tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi,
mutu produksi. Bahan baku tersebut berupa larutan yang membantu mempercepat
proses dalam pengolahan nira. Adapun bahan tambahan dalam produksi gula
adalah:
1. Air
yang terdapat pada ampas tebu secara maksimal. Volume air yang
untuk proses produksi adalah air yang didapat dari hasil water treatment.
Kapur tohor dibuat menjadi susu kapur yang berfungsi untuk menaikkan
3. Belerang
Gas belerang dibuat dari belerang yang digunakan dalam pemurnian nira
dengan tujuan:
7,0 – 7,2.
7
4. Flokulant
partikel halus yang tidak larut dalam nira. Atau dapat juga dikatakan
warna yang lebih pucat. Kedua zat ini bertujuan untuk meningkatkan
6. Asam pospat
untuk produksi kurang, maka hasil produk gula tidak dapat sesuai dengan
Manajer
Lukmanul Hakim Harahap
Ass.Admie/
Keuangan Ass. Boiler Ass. Pemurnian
BAPAM Ass. Laboratorium
Nelson Panjaitan Rahmad Trio Sukamto Faizul
Kurniawan ST
Ass.Umum
Ass,Gilingan Ass. Penguapan Ass. Limbah
Rahmad
Mifthakur Rozak Abdullah Harahap
Kurniawan S.Sos
pegawai tidak mampu membuat pilihan yang mutlak bebas dalam melakukan
wewenang yang tertentu dalam jalinan kesatuan yang lebih utuh. Struktur
organisasi ini memberikan gambaran mengenai seluruh kegiatan serta proses yang
gambaran mengenai hubungan laporan yang ditetapkan secara resmi dalam suatu
organisasi. Tercakup dalam hubungan pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkat
hirarki serta besarnya rentang kendali dari semua pemimpin diseluruh tingkatan
horizontal.
yang utuh. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang
sasaran perusahaan.
berbentuk garis, dimana wewenang berjalan menurut garis lurus dari pimpinan
tertinggi terus sampai kepada karyawan pelaksana di pabrik. Jadi setiap atasan
tulisan.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Tanaman Tebu pada tanah yang cocok akarnya dapat tumbuh panjang
mencapai 0,5-1,0 meter. Tanaman tebu berakar serabut maka hanya pada ujung
hara yang didapat dari tanah . Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi, tidak
bercabang dan tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat
mencapai 3-5 meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna
putih dan keabu-abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang masih muda.
11
12
Ruas-ruas batang dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat duduk daun.
Pada ketiak daun terdapat sebuah kuncup yang biasa disebut “mata tunas”. Bentuk
ruas batang dan warna batang tebu yang bervariasi merupakan salah satu ciri
Pabrik gula biasanya menghasilkan ampas tebu yang banyak. Ampas tebu
merupakan salah satu limbah padat pabrik gula. Ampas tebu jumlahnya berlimpah
tebu yang volumenya mencapai 30-40% dari tebu giling. Saat ini perkebunan tebu
dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif seperti bioetanol atau biogas dan
dapat juga digunakan sebagai bahan bakar untuk boiler pada pabrik gula tersebut .
Ampas tebu memiliki kandungan selulosa 52,7%, hemiselulosa 20,0%, dan lignin
Limbah cair yang berasal dari pabrik gula meliputi bekas air kondensor
dan bekas air cucian proses. Air cucian proses termasuk air cucian evaporator,
buangan ketel dan peralatan lain, bekas air cucian lantai, tumpahan nira, tetes dan
gula di Indonesia, nilai COD air buangan pabrik gula bisa bervariasi mulai di
bawah 100 mg/l sampai di atas 700 mg/l. Hal ini tidak sama untuk setiap pabrik
masing-masing pabrik. Rahadi (2011) melaporkan bahwa bekas air kondensor (air
injeksi) memiliki BOD dan COD yang tidak begitu tinggi. Oleh karena itu bisa
13
diduga bahwa tingginya angka COD disebabkan oleh bekas air cucian proses,
sehingga tinggi rendahnya angka ini sangat bervariasi untuk tiap pabrik gula.
mengandung bahan-bahan organik yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
BOD yang 11 tinggi dimana bahan organik tersebut digunakan sebagai makanan
untuk bakteri. Karakteristik lainnya yaitu memiliki warna kecoklatan, bau seperti
tebu bakar, suhu yang tinggi, rendah nilai pH, tinggi kadar abu atau residu padat
dan mengandung persentase yang tinggi berupa bahan organik dan anorganik
Tahapan Kerja Turbin Uap dapat dibagi menjadi dua yaiut ,Energi yang
tersedia dirubah ke dalam energi kecepatan (energi kinetik) oleh ekspansi uap di
dalam nozzle atau jalan yang tepat, yang mana uap timbul pada kecepatan tinggi
dan juga Energi kinetik ini dirubah ke dalam energi mekanik atau kerja
pada rotor yang bisa berputar, atau dengan reaksi dari semburan itu sendiri dalam
efisiensi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka
energi. Tujuan audit energi ini dilakukan untuk memahami masalah penggunaan
energi serta intensitas dan kinerja energi, potensi penghematan energi, manfaat
menjadi:
Merupakan audit energi dengan tingkat kegiatan paling rendah, yaitu level
wawancara.
- Analisis dan evaluasi data (sangat dasar) sistem pemanfaat energi, intensitas
pengelolaan energi.
Audit Energi Awal (AEA) merupakan level kedua dari tingkat kegiatan
penghematan energi. Kegiatan ini sedikit lebih lengkap dari audit level satu, data
dan informasi yang digunakan sudah didasarkan dengan hasil pengukuran/sesaat.
Bagian teknis AEA mengulas kondisi dan operasi peralatan dari pemakai
energi yang penting (misalnya sistem uap) serta instrumentasi yang berkaitan
observasi yang tepat, memberikan diagnosa situasi energi pabrik secara cepat.
Contoh tindakan yang dapat diidentifikasi dengan mudah ialah hilang atau
cacatnya insulasi, kebocoran uap dan udara tekan, peralatan yang tidak dapat
digunakan, kurangnya kontrol yang tepat terhadap perbandingan udara dan bahan
dimana pengawasan manajemen perlu diperketat. Hasil yang khas dari AEA ialah
Audit Energi Terinci (AET) merupakan level ke-tiga dan tertinggi dalam
kegiatan audit energi. Audit ini lebih mendalam dengan lingkup yang lebih luas,
rekomendasi didasarkan atas kajian teknis dengan urutas prioritas yang jelas.
Hasil dari audit terinci adalah uraian lengkap tetang jenis dan sumber energi,
BAB IV PEMBAHASAN
TEBU
UU
136,58 ton
Air kondensat
Masakan Masukan Keluaran
Brix = 15% Brix = 60%
*Stroop A : 60% x NK KA = 85% KA = 40%
(23, 218ton)
*Klare D : 58% x NK
(19,804 ton)
Putaran Mollases/ Tetes : 5%
(6,823)
Ket :
NK : Nira kental
NM : Nira mentah
19
Gula yang diproduksi oleh Pabrik Gula Kwala Madu adalah gula tebu
sekecil mungkin selama dalam proses. Proses pembuatan gula dari tebu pada
Pada tahap ini, tebu yang akan digiling terlebih dahulu dipersiapkan kualitas
dan kuantitasnya. Kualitas meliputi kondisi fisik tebu, tingkat kebersihan dan
dari jumlah gula yang akan dihasilkan. Dari segi kualitas, tebu yang baik yaitu
Sebelum sampai ke halaman pabrik, tebu beserta truk ditimbang terlebih dahulu
20
kemudian setelah tebu ditimbang maka berat keseluruhan dikurangi berat truk
sehingga diperoleh berat bersih.Truk yang berisi tebu dengan kapasitas 5-6 ton
naik ke tripper dan dijungkitkan dengan tenaga pompa hidrolik sehingga tebu
jatuh ke bagian pembawa tebu (cane carrier). Truk dengan 10 – 12 ton yang
tebu ke bagian meja tebu dimana kabel pengangkat tebu dihubungkan dengan tali
sling. Selanjutnya tenaga hidrolik digerakkan sehingga mengangkat tali sling dan
tebu ditumpukkan ke bagian meja tebu, lalu tebu dimasukkan ke bagian pembawa
leveler (bagian pengaturan tebu) guna mengatur pemasukan tebu menuju cane
cutter I. Pada cane cutter I tebu dipotong-potong secara horizontal, dicacah dan
-Cane cutter I
-Cane cutter II
sebagai alat pemotong tebu yang menjadi lebih kecil dari ukuran yang telah
-Unigrator
Alat ini berfungsi untuk menghaluskan atau melumatkan tebu yang telah
dicacah oleh pisau tebu, sehingga tebu lebih terbuka dan mudah untuk diperah
oleh gilingan.
Pada stasiun gilingan tebu akan digiling yang bertujuan untuk mendapatkan air
unit gilingan (Five Set Three Roller Mill) yang disusun seri dengan memakai
tekanan hidrolik yang berbeda-beda. Pada setiap gilingan terdapat 3 buah roll
utama yang terdiri dari tiga buah roll yang terbuat dari (satu set) yang
mempunyai permukaan yang beralur berbentuk V dengan sudut 300 yang gunanya
untuk memperlancar aliran nira dengan mengurangi terjadinya slip. Jarak antara
roll atas (Top Roll) dengan roll belakang (Bagasse roll) lebih kecil daripada jarak
antara roll atas dan roll depan ( feed roll). Besarnya daya yang digunakan untuk
menggerakkan alat penggiling adalah 1500 – 2000 Kg.cm2 dengan putaran yang
berbeda-beda antara gilingan I dengan gilingan yang lain dimana gilingan I sekitar
5,3 rpm, gilingan II 5,0 rpm, gilingan III 5,0 rpm, gilingan IV 5,2 rpm dan
(nira) dari gilingan I ditampung pada bak penampung I. Ampas dari mesin
2. Ampas tebu dari gilingan I kemudian diberi air nira perasan yang berasal
dari gilingan III kemudian dilanjutkan ke gilingan II. Nira mentah yang
mentah yang berasal dari gilingan I dan II masih mengandung ampas halus
yang kemudian nira mentah pada bak penampungan I sama- sama disaring
pada juice strainer, lalu nira yang disaring ditampung dalam tangki dan
siraman air nira kembali yang berasal dari perasan gilingan ke IV lalu
agar nira yang masih terkandung didalam tebu dapat teperas dengan
efisien.
penggilingan IV. Air perasan ditampung pada bak penampung III dan
5. Ampas tebu yang berasal dari gilingan IV kemudian diberi air imbibisi
badan IV dan V. Air perasan dari gilingan V kemudian ditampung pada bak
penampungan III dan digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan III agar nira
stasiun pemurnian.
24
a. Kualitas tebu (HK) meliputi jenis tebu, kadar sabut, umur tebu, kandungan
b. Persiapan tebu sebelum masuk gilingan, yaitu tipe atau jenis pencacahan
awal.
c. Air imbibisi.
e. Jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran roll, bentuk alur roll, setelan
semakin banyak tebu mengalami penggilingan maka kadar niranya akan semakin
sedikit. Ampas tebu dari gilingan V diangkut dengan satu unit conveyor dimana
ampas tebu dibawa menuju gudang ampas sebagai cadangan bahan bakar. Ampas
yang sudah halus dihisap dengan Bagasse fan untuk digunakan sebagai
pencampur pada rotary vacuum filter. Air imbibisi yang diberikan pada ampas
gilingan IV berfungsi melarutkan nira yang masih ada tertinggal pada ampas
tersebut. Debit air imbibisi adalah 26 – 30 m3/jam dan suhu 700C dengan
perbandingan 19 – 24% dari berat tebu untuk kapasitas tebu per hari. Bila air
imbibisi yang diberikan terlalu banyak, maka gula yang dilarutkan semakin
banyak, akan tetapi diperlukan waktu yang terlalu lama untuk menguapkannya.
Jika nilai imbibisi kurang maka kadar gula akan tertinggal pada ampas cukup
tinggi, karena itu perlu ditentukan jumlah air imbibisi yang optimum ditambahkan
roll mill harus disemprot dengan larutan kapur yang berfungsi untuk mencegah
perkembangan mikroorganisme.
Perhitungan persentase kandungan pol (kadar gula reduksi) pada ampas tebu di akhir
Nira yang diperoleh dari stasiun gilingan yang ditampung dalam bak
kotoran disamping gula, dapat dikatakan nira mentah ini hampir masih semua
pemurnian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari dalam nira sehingga
ini adalah untuk menghilangkan kotoran- kotoran yang terkandung dalam nira
mentah. Ada beberapa tahap yang dilakukan didalam proses pemurnian yaitu :
timbangan Maxwelt Bolougne. Prinsip kerja dari alat ini adalah atas dasar
sistem kesetimbangan gaya berat bejana dan bandul, dimana akan berhenti
27
merupakan uap bekas yang dihasilkan oleh evaporator I dan II, dengan
dari 7,0 menjdi 8,5. Tujuan dari penambahan nira menjadi basa karena
gula akan rusak bila gula dalam keadaan asam. Pada tangki defekasi II
controller.
28
4. Tangki Sulfitasi
defekasi dengan gas SO2 dari tabung belerang. Sedangkan sekat para
dengan kontinyu. Penambahan gas SO2 dengan maksud agar nira terkapur
dengan waktu lima menit. Pada tangki sulfitasi ini diharapkan pada
terbentuk menyerap kotoran-kotoran lain yang lebih halus, hal inilah yang
5. Tangki netralisasi
Nira yang berasal dari tangki tunggu mengalir ke tangki netralisasi untuk
diharapkan adalah 7,0 – 7,2. Jika pH kurang dari 7,0 maka ditambahkan
6. Tangki Tunggu
terbentuk dari tangki sulfilator, dimana nira mentah dari tangki sulfitasi
Pemanas nira II ini prinsip kerjanya sama dengan pemanas nira I. Nira dari
nira II yang juga memiliki dua unit badan pemanas dengan temperatur
yang terlarut dalam nira. Bila udara dan gas-gas terlarut dalam nira tidak
Didalam tangki pengendapan ini nira jernih (bagian atas) dan nira kotor
bagian bawah dibawa ke Mud Feed Mixer untuk dicampur dengan ampas
Jadi dapat kita ketahui secara jelas bahwa tangki pengendapan berfungsi
nira encer dan menaikkan nilai brix nira encer, sehingga nira akan lebih mudah
evaporator sehingga titik didih nira turun. Pada stasiun evaporator juga berfungsi
untuk menaikan nilai brix nira encer dari 12 menjadi brix dengan nilai 65.
Evaporator yang tersedia ada lima unit yaitu empat unit beroperasi dan satu unit
31
diperlukan maka media pemanas untuk evaporator I digunakan uap bekas yang
berasal dari Pressure vessel, sedangkan media pemanas evaporator yang lain
650C pada evaporator IV. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menurunkan
Pada tangki evaporator uap bekas yang digunakan berasal dari uap sisa
dari penggilingan yang disalurkan oleh tangki LPSH (Low Pressure Steam Heat)
uap yang masuk ketangki evaporator kemudian ditangkap oleh kondensor yang
berfugsi mengubah fase uap bekas menjadi air yang disebut air kondensat dan
mengeluarkan gas amonia dari uap. Proses pengubahan air kondensat terjadi pada
yang air nya akan digunakan untuk air umpan pada stasiun boiler.
Kristal gula dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga diperoleh hasil yang
memiliki kemurnian yang tinggi dengan kristal gula yang sesuai dengan standar
kualitas yang ditentukan dan diperlukan untuk mengubah sukrosa dalam larutan
menjadi kristal agar pembentukan gula setinggi-tingginya dan hasil akhir dari
proses produksi yaitu tetes yang mengandung gula sangat sedikit, bahkan
diharapkan tidak gula sama sekali. Pada proses pemasakan ada 4 pola memasak
yaitu ABCD, ABD, ACD, dan AD. Pada PG Kwala Madu PTPN II pola memasak
yang digunakan pada proses pemasakan adalah pola ACD dan AD. Pola memasak
Pada stasiun masakan di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II ada 3 proses
masakan yaitu :
1. Masakan A
digunakan pada masakan A yaitu Nira Kental, Klare SHS dan Leburan dan
0,9-1 mm. Hasil dari masakan ini yaitu Klare SHS (Super High Sugar) yang
masakan untuk masakan D, dan leburan yaitu gula SHS yang tidak
mengkristal. Gula A pada Pan A yang dihasilkan akan dikirim ke Feed Mixer
Mixer SHS. Pada Feed Mixer SHS dihasilkan Klare SHS dan Gula SHS.
Saringan ini terdiri dari 3 saringan dengan ukuran yang berbeda yaitu:
a. saringan 1 untuk memisahkan gula kasar, gula normal dan gula halus.
Pada masakan A terdapat 4 buah Pan masakan yaitu Pan 1,2 3, dan 4 yang
dapat mengkristalkan 68% dari nira kental yang masuk. Pan pada pemasakan ini
diatur dengan tekanan vacuum 650 mmHg. Tujuan dari perlakuan ini yaitu agar
2. Masakan C
ukuran 0,7 mm. Bahan masakan untuk masakan C yaitu Nira kental, Klare SHS
dan Leburan. Kemudian hasil dari masakan C diputar dan menghasilkan Gula C
dan StroopC. StroopC akan digunakan kembali pada masakan D sebagai bahan
masakan.
3. Masakan D
di mana proses masakan ini menghasilkan Kristal gula D dan molasses atau tetes.
Bahan masakan untuk masakan D yaitu Foundan dengan ukuran 0,003 mikron,
StroopA dan klare D. Foundant, StroopA dan klare D kemudian dimasak hingga
menghasilkan kristal gula dengan ukuran 0,3 mm dan menjadi gula D kemudian
34
tersebut akan di putar sembali sehingga dihasilkan gula D2 inilah yang berukuran
0,3 mm dengan kualitas yang lebih baik dari gula D1. Selain Gula D2 putaran ini
Gula D. Pada masakan D terdapat dua buah Pan yaitu Pan 5 dan 6 masakan yang
Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari stroop dan
tetes yang terdapat dalam masakan. Hasil pengkristalan dalam pemasakan adalah
campuran antara kristal gula, stroop dan tetes. Alat pemutar bekerja berdasarkan
gaya sentrifugal. Sistem pemutaran yang digunakan di Pabrik Gula Kwala Madu
a. Putaran A dan B
Nira kental yang berasal dari masakan dialikan ke stasiun putaran dan diputar
untuk mendapatkan kristal gula, dimana pada putaan ini juga terdapat saringan
35
yang memisahkan antara sroop A dan kistal gula A pada putaran A dan stroop B
a. Putaran D1 dan D2
Nira kental yang berasal dari putaran B dialirkan ke stasiun pemutaran D1 dan
D2 diputar untuk mendapatkan kristal gula sebagai pembibitan gula pada masakan
A dimana pada putaran ini juga terdapat saringan yang memisahkan tetes dan
kristal gula D.
b. Putaran SHS
Kristal gula yang dihasilkan dari putaran A dan B dibawa oleh screw
conveyor ke magma mingler. Larutan gula yang ada pada putaran tangki A dan B
akan terpisah tetapi masih ada larutan yang menempel pada kristal, maka untuk
selanjutnya diputar pada SHS sehingga memperoleh kristal gula yang berkualitas.
Kristal gula yang berasal dari stasiun putaran dibawa ke sugar elevator
dimana kondisi gula SHS masih dalam keadaan basah. Oleh karena itu dilakukan
pengeringan dan pendinginan untuk mendapatkan gula SHS yang standar. Gula
SHS tersebut dimasukkan ke dalam sugar dryer dan cooler dimana sistem
36
udara panas pada suhu kira-kira 80 – 900C yang dialirkan melalui air dryer
Pada vibrating screen kristal gula SHS telah mencapai kekeringan dan
pendinginan yang cukup. Dalam sugar dryer dan cooler dilengkapi dengan suatu
alat pemompa yang berfungsi untuk menarik gula halus yang terkandung dalam
proses pembuatan gula SHS. Gula halus dialirkan melalui pipa rangkap dan secara
stasiun masakan untuk diproses selanjutnya. Gula SHS diangkut oleh sugar
conveyor yang diatasnya dipasang magnetic saparator untuk menarik logam yang
Gula halus dan kasar yang tidak memenuhi standar akan dilebur kembali. Gula
dalam sugar bin yang dilengkapi suatu mesin pengisi dan penimbang serta alat
Pan A
Klare SHS,
NK, Leburan
Feed Mixer
Stroop A Pan D
Putaran A
Stroop A dan
Klare D
Gula A
Feed Mixer
Feed Mixer
Klare Tetes
SHS Putaran D1 (Molases)
Putaran SHS
Gula D1
Gula SHS
Klare D
Putaran D2
Leburan Mess /
Saringan
Gula D
Gula Produksi
dua alat pengisi gula secara otomatis dimana setiap alat pengisi mempunyai
yang telah dikemas dikirim ke gudang untuk penyimpanan sementara dimana gula
produksi ini disimpan dengan suhu gudang 30 – 350C, dengan kelembaban udara
dalam ruang sekitar 72 – 82%. Kapasitas desain gudang 12.740 ton, namun
kapasitas optimum yang dipakai adalah 10.056 ton. Untuk pendistribusian dan
pemasaran gula produksi SHS ketentuannya diatur oleh pihak direksi dan bagian
Air yang digunakan untuk Pabrik Gula Kwala Madu adalah berasal dari
sungai. Air tersebut tidak berlangsung digunakan untuk proses produksi maupun
air umpan ketel, sebab air sungai itu belum memenuhi persyaratan untuk
digunakan. Oleh karena itu diperlukan perlakuan terhadap air agar memenuhi
syarat untuk digunakan. Air yang telah diproses diantaranya adalah air bersih
yang masuk ke dalam storage tank. Air ini dibagikan ke boiler, stasiun gilingan,
stasiun pemurnian, stasiun masakan, untuk air pendingin pada peralatan dan
pompa-pompa stasiun masakan dimana air yang digunakan ini diproses lagi.
Disamping itu air dari storage tank digunakan untuk pencuci peralatan, lantai dan
pemakaian lainnya.
40
dihasilkan arus listrik. Dalam masa giling, listrik yang dihasilkan digunakan untuk
keperluan:
mesin diesel dan listrik yang dihasilkan untuk keperluan penerangan, workshop,
Penyediaan tenaga uap yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu berasal dari 2
unit boiler jenis pipa air dengan tipe H-1600S dengan kapasitas masing-masing 60
ton uap/jam dimana uap yang dihasilkan kedua boiler ini berguna untuk:
Penanganan limbah dari Pabrik Gula Kwala Madu yang berupa ampas
tebu dan minyak gula telah menjadi perhatian khusus oleh pihak perusahaan.
Pihak perusahaan menyediakan tempat limbah tersebut agar mudah untuk diolah
kembali. Limbah tersebut terdiri dari limbah cair, limbah padat, dan limbah gas.
Ketiga jenis limbah ini di daurulang kembali yaitu seperti pemanfaatan blotong
menjadi bahan baku pupuk kompos, pemanfaatan ampas tebu untuk bahan bakar
Proses pembuatan gula dan peralatan yang digunakan serta masukan energi
stasiunnya dan genset diesel untuk megaktifkan peralatan diawal produksi dan
pemenuhan listrik pabrik ketika tidak berproduksi. Daya listrik yang dihasilkan
dari turbin uap masuk ke Power House kemudian didistribusikan untuk seluruh
keperluan pabrik.
Madu, meliputi energi manusia, energi bahan bakar solar, energi listrik, dan
energi biomassa serta energi tidak langsung meliputi energi alat dan mesin.
Kwala Madu berdasarkan energi yang dihasilkan dari ketel uap sebesar
19,6331671 MJ/Kg. Masukan energi terbesar berasal dari biomassa sebesar 19,42
MJ/KG.
PG. Kwala Madu menggunakan bahan bakar minyak dengan jenis solar untuk
energi solar dan biomassa pada stasiun penyediaan energi dikonversi menjadi
energi listrik, sehingga input yang yang diperhitungkan berupa energi uap dan
energi listrik. Masukan energi terbesar yaitu berasal dari energi uap sebesar 14356
kWh/ton selama masa giling pabrik dan masukan energi terkecil sebsar 0,00241
MJ/kg. Tahapan produksi yang mengkonsumsi energi paling besar yaitu pada
43
44
tahap penggilingan tebu di stasiun penggilingan yaitu sebesar 23,59769042
MJ/kg atau sebesar 43,56 % dari total masukan energi, sedangkan tahapan
produksi yang paling kecil mengkonsumsi energi yaitu pada tahapan di st.putaran
dan lainnya yaitu sebesar 3,331102546 MJ/kg atau sebesar 6,14% dari total
masukan energi.
antara lain penambahan nilai imbibisi dan tingkat pemerasan nira. Penambahan air
Gambar a telihat jika semakin banyak air imbibisi yang diberikan maka rendemen
gula akan semakin tinggi pula. Hal dikarenakan semakin banyak air imbibisi yang
ditambahkan, maka semakin banyak zat gula yang terlarut dalam nira haril
pemerasan tebu. Penambahan air imbibisi juga dapat berpengaruh kadar air ampas
yang dihasilkan. Pada Gambar b dan c terlihat bahwa peningkatan jumlah air
imbibisi dalam tebu dan sabut memiliki pengaruh terhadap kadar air ampas tebu.
5
Rendemen %
0
135 140 145 150 155 160 165
Imbibisi % Sabut
terhadap rendemen
45
Gambar 23. Grafik air imbibisi (% tebu) tehadap kadar air ampas
air ampas
Penambahan air imbibisi pada meningkatkan kadar air pada ampas seperti
yang terlihat pada Gambar 23 dan 24. Peningkatan kadar air pada ampas
mempengaruhi nilai pembakaran ampas sebagai bahan bakar ketel. Kadar air yang
tinggi menyebabkan nilai pemabakaran yang semakin rendah. Kadar air ampas
yang tinggi akan menyebabkan ampas suit untuk terbakar. Kurang sempurnanya
pembakaran ampas pada ketel uap dapat menyebabkan berkurangnya pasokan uap
46
dari ketel sehingga kinerja mesin akan turun. Hal ini dapat diatasi dengan
gilingan.
generator untuk menyalurkan energi listrik pada stasiun boiler sebagai tahap
pemanasan dan menghidupkan alat pada boiler sebelum memasuki masa giling.
Konsumsi energi solar yaitu sebesar 37689,472 MJ atau sebesar 10.355 liter solar
b. Biomassa
Bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan uap dari ketel yaitu berasal dari
kayubakar, namun kayu bakar diganti menjadi ampas tebu yang telah di press.
Jumlah ampas yang dihasilkan dari proses penggilingan yaitu sebesar 105704,27
ton pada sekali masa giling. Nilai kalor dari ampas tebu yaitu 1825 kkal/kg pada
kadar air 2 %. Waktu pengolahan dipabrik pada tahun 2019 yaitu selama 2135 jam
47
dengan penggunaan ampas sebesar 34 ton ampas tebu perjam nya, maka total
pemakaian ampas sebesar 72590 ton ampas tebu untuk sekali masa giling.
Tenaga kerja pada saat masa giling di pabrik Gula Kwala Madu terdiri dari:
Tenaga kerja pada saat masa overhoul di pabrik Gula Kwala Madu terdiri dari:
Jam kerja pada masa giling diatur (bagian operasional) menjadi tiga shift,
yaitu:
bekerja pada shift 1, dikarenakan tenaga kerja wanita tersebut rata-rata ibu rumah
tangga.
energi maka tingkat efisiensi sistem secara total akan semakin rendah, hal ini yang
energi seharusnya di design dengan seefektif mungkin dan dengan tahapan yang
seminimal mungkin, atau dengan alternative lain seperti pembuangan energi dari
tahap yang satu ke tahap yang lainnya bisa digunakan sebagai input untuk tahap
selanjutnya.
Bahan bakar dan energi listrik merupakan masukan energi terbesar pada
proses pengolahan tebu menjadi gula. Energi listrik di Pabrik Gula Kwala Madu
berasal dari diesel generator listrik, peluang penghematan energi yang dapat
dilakukan adalah dengan mengganti bahan bakar solar untuk diesel menjadi arus
listrik yang disuplai dari PLN. Penghematan energi listrik juga dapat pada motor
listrik dilakukan dengan cara menghidupkan peralatan pada saat beban penuh dan
segera mematikannya dan melakuakan maintanance secara rutin pada setiap motor
listrik.
penghematan uap dengan perawatan dan perbaikan pada pipa-pipa yang dipakai
yang dapat dilakukan yaitu dengan mengurangi penerangan luar sampai batas
yang aman dan mengurangi penerangan pada saat tersedia cahaya matahari yang
penggantian lampu yang memiliki daya rendah dan efisien yang tinggi serta
memperbaiki daya pantul dinding dengan mengecat dinding dengan warna yang
lebih terang.
gula
Rendemen =
tebu
15634 ton
=
291359,97 ton
= 0,054
= 5,4 %
Pada sektor indutri gula, Konsumsi Energi Spesifik (KES) merupakan suatu
Untuk menghitung Konsumsi Energi Spesifik (KES) industri dapat dilihat dari
persamaan berikut:
Konsumsi Energi
Konsumsi Energi Spesifik (KES) =
Jumlah Produksi
standart effisien KES listrik pada industri gula adalah sebesar 0,6 GJ/Ton gula
semakin besar. Sumber Energi utama datang dari steam turbin generator dimana
turbin uap diputar oleh steam dari 2 boiler, dan 3 genset diesel ketika awal
penggilingan.
Boiler
dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam berupa energi kerja.
Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa ketel dibedakan menjadi dua, yaitu
ketel pipa api (fire tube boiler) dan ketel pipa air (water tube boiler). Jenis boiler
yang digunakan di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II adalah
water- tube boiler berjumlah 2 buah . Uap kering yang dihasilkan oleh boiler
adalah 325 0C karena jika uap masih basah maka dapat merusak sudu-sudu turbin.
Bagian-bagian boiler :
menghasilkan panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air pada drum air
furnace, agar ruangan furnace bisa diisi dengan bahan bakar ampas yang baru
lagi. Terdapat tiga kali tempat buangan yaitu dari furnace dan drum, pada drum
terjadi dua kali pembuangan, yaitu dikarenakan massa jenis abu yang berbeda-
beda.
harapan dapat menghasilkan pembakaran yang sempurna dan efisien, rpm yang
digunakan pada PGKM adalah 3800 rpm. Jumlah uap yang dipakai pada fdf
Gambar
d. Induced Draft Fan ( IDF ) 27. Forced Draft Fan (FDF)
Idf berfungsi untuk menghisap gas sisa pembakaran dari boiler, dari boiler
chimney yang dibuat, rpm yang digunakan pada PGKM adalah berkisar 3500-
3700 rpm.
e. Blower
penguapan di boiler. Air akan dipanaskan sampai bersuhu 105oC agar kerja
h. Turbin Derator
keadaan darurat.
Sebagai tempat menampungnya uap yang dihasilkan dari drum, berisi uap
baru / uap kering dengan tekanan 20-22 kg/m3 dan temperatur uapnya 325oC.
0,8kg , pemasakan 0,4-0,5 kg . Pada stasiun putaran memerlukan 3kg jika tekanan
tidak mencapai 3kg maka disupply uap baru yang berasal dari HPSH.
l. Chimney
Berfungsi sebagai tempat pembuangan asap CO2 yang dihasilkan dari sisa
tersebut.
n. Bagassae Feeder
bahan ampas tebu , kemudian memanaskan pipa-pipa air untuk menangkap panas
dari gas bakar, air dalam drum akan menguap dengan tekanan tinggi. Uap yang
dihasilkan dari drum boiler akan diteruskan ke HPSH untuk menggerakan turbin
Hasil dari uap yang dihasilkan oleh boiler disebut uap baru langsung disupply
Terdapat 5 turbin yang berada di stasiun boiler yaitu 2 buah IDF , 2 buah FDF dan
1 buah Feed Water Pump. HPSH juga membagikan uap ke turbin stasiun giling
dan turbin Power House. Faktor yang harus diperhatikan adalah tekanan harus 20-
Pada cakram turbin terdapat sudu dan fluida kerja mengalir diantara ruang
sudu tersebut. Energi dari fluida tersebut akan memutar sudu turbin, untuk
memaksimalkan efesiensi tekanan uap yang diberikan oleh fluida maka perlu
desain sudu yang tepat. Berikut ini adalah data penggunaan turbin uap di Pabrik
Turbin uap di pabrik ini berupa alternator powerhouse , IDF , FDF , FWP, turbin
Genset adalah singkatan dari Generating Set. Fungsi genset ialah alat
untuk membangkitkan tenaga listrik. Tenaga listrik yang dihasilkan didapat dari
yang disediakan pihak Pembangkit Listrik Negara (PLN). Bahan bakar dari genset
ini adalah solar pada pabrik gula kwala madu. Fungsi genset di pabrik gula kwala
madu adalah :
3. Menampung beban pengolahan pada akhir proses dimana turbin akan stop.
Adapun sumber energi listrik yang digunakan di Pabrik Gula Kwala Madu
PT. Perkebunan Nusantara II adalah 3 buah Genset ( Generator Set) dengan daya
450 Kpa , 500 Kpa, dan 30 Kpa dan juga berasal dari Turbin Steam Generator
istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi (uap) yang
diperlukan untuk memproduksi gula (tebu tergiling). Nilai KES ini dapat
digunakan sebagai pembanding atau acuan dalam menentukan standar pabrik gula
yang hemat energi. KES dinyatakan dalam satuan Ton uap/ton tebu, dan dihitung
Dari data produksi dan konsumsi energi diatas, maka dapat dihitung
bahwa besarnya konsumsi energi (uap) spesifik (KES) untuk memproduksi gula di
PG Kwala Madu adakah sebesar 0,25 ton uap/ton tebu. Artinya untuk menggiling
1 Ton tebu diperlukan uap sebanyak 0,25 Ton. Hasil KES pada tahun 2019 lebih
kecil dari KES pada tahun sebelumnya sebesar 0,36. Maka konsumsi energi
spesifikasi uap pada tahun 2019 lebih efisien dari tahun sebelunya.
BAB VI LIMBAH
Limbah yang terdapat pada Pabrik Gula Kwala Madu yaitu berupa ampas
tebu, blotong, molasses, sisa air pengolahan. Limbah yang ada pada pabrik gula
ini dimanfaatkan kembali oleh pabrik untuk kebutuhan masyarakat dan kebutuhan
pabrik dan memiliki nilai yang tinggi yang dapat menguntungkan perusahaan.
Limbah ampas tebu yang dihasilkan pada masa giling sebesar 105704,27
ton. Ampas terbu tersebut dikirim ke stasiun boiler melalui elevator yang akan
dialirkar ke lubang lubang menuju dapur pembakaran pada boiler. Sisa ampas
tebu yang tidak masuk ke lubang akan menuju gudang ampas yang nantinya akan
di pressbal menjadi bentuk kubus yang dimanfaatkan sebgai bahan ganti kayu
bakar untuk memanaskan boiler. Pemakaian ampas tebu untuk 2 boiler adalah 30-
34 ton/jam.
Limbah blotong yaitu berupa nira kotor yang dicampur dengan ampas
halus yang nantinya akan masuk ke vakum filter untuk memisahkan nira tapis
dengan kotoran. Kotoran yang dihasilkan dari vakum filter disebut blotong.
Limbah blotong yang dihasilkan dari proses pemunian nira mentah adalah sebesar
11537,69 ton. Blotong yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pupuk bagi para
petani.
Hasil samping dari stasiun putaran yaitu berupa molasses atau tetes.
Molasses adalah salah satu limbah produk hasil dari pengolahan gula tebu yang
sudah tidak dapat dikristalkan lagi dan masih mengandung sukrosa dan non gula.
Molasses yang dihasilkan pada masa giling sebesar 16360,00 ton yang dapat
penyedap rasa.
61
62
Limbah sisa air pengolahan dihasilkan dari stasiun masakan pada masa
giling sebesar 91884,24 m3 atau 91884240 liter. Sisa air pengolahan ini akan di
pompa menuju irigasi pertanian untuk menyuplai air untuk para petani pada saat
7.1 Kesimpulan
Proses pengolahan tebu menjadi gula atau SHS meliputi beberapa tahap
penggudangan dan pengemasan. Besar rendemen gula produksi dari banyak nya
Berdasarkan data yang didapat selama pkl diperoleh kebutuhan energi yang
digunakan dalam pengolahan tebu menjadi gula yaitu sebesar 19,6331671 MJ/Kg
tebu.
Limbah yang terdapat pada Pabrik Gula Kwala Madu yaitu berupa ampas
tebu, blotong, molasses, sisa air pengolahan. Limbah yang ada pada pabrik gula
ini dimanfaatkan kembali oleh pabrik untuk kebutuhan masyarakat dan kebutuhan
pabrik dan memiliki nilai yang tinggi yang dapat menguntungkan perusahaan.
PG Kwala Madu adakah sebesar 0,25 ton uap/ton tebu. Artinya untuk menggiling
1 Ton tebu diperlukan uap sebanyak 0,25 Ton. Konsumsi energi spesifik pada
tahun 2019 termasuk efisien karena nilainya lebih kecil dari tahun sebelumnya.
63
64
7.2 Saran
Pada saat proses produksi gula sebaiknya pekerja selalu menggunakan alat
pelindung diri (APD) selama bekerja, untuk melindung pekerja dari kecelakaan
kerja yang dapat terjadi kapan saja. Dalam usaha konservasi energi, usaha yang
energi, serta upaya perawatan dan pemeliharaan yang harus dilakukan secara
berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Memon, A.R., Suhail, A.S., dan Abdul, K.A. 2006. Sugar Indusry Effluent-
di, Pabrik Gula Tjoekir Ptpn X, Jombang, Jawa Timur. (Skripsi). Institut
Lampiran 1. Rendemen
Rendemen (%)
Periode Mulai/Akhir Giling Periode ini
1 09 - 31 Januari 2019 6
2 01 - 15 Februari 2019 5
3 16 - 28 Februari 2019 5,2
4 01 - 15 Maret 2019 5
5 16 - 31 Maret 2019 4,9
6 01 - 15 April 2019 4,57
7 16 - 26 April 2019 4,5
Periode ini
Mulai/Akhir
Periode
Giling
Gilingan Gilingan
Gilingan I Gilingan II Gilingan III
IV V
09 - 31
1 Januari 235,6521739 253,4782609 270,608696 276,086957 238,78261
2019
01 - 15
2 Februari 250,9333333 259,0666667 267,333333 270 223,2
2019
16 - 28
3 Februari 252,6153846 256,846154 265,846154 265,846154 209,53846
2019
01 - 15
4 262 276 270 270 230,13333
Maret 2019
16 - 31
5 255,6 272,8 267,6 266 238
Maret 2019
01 - 15
6 242,2 252,4 254,8 240 264
April 2019
16 - 26
7 253,6666667 240 254 240 264
April 2019