Landasan Pendidikan Kejuruan
Landasan Pendidikan Kejuruan
PENGANTAR
Sekolah menengah kejuruan karena merupakan bagian integral dari sektor ekonomi
yang ikut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional perlu terus dikembangkan kualitas dan
kuantitasnya.
Kualitas SMK akan merefleksikan kualitas tenaga kerja Indonesia yang perlu tugas
dibangun untuk meningkatkan keunggulan kompetitif SDM.
Dr. Charles Prosser adalah seorang praktisi pendidikan dari Amerika Serikat sebagai
bapak pendidikan kejuruan. Prosser yakin bahwa sekolah harus membantu siswanya untuk
mendapatkan pekerjaan, mempertahankan pekerjaan tersebut dan terus maju dalam karir. Prosser
yakin bahwa harus ada sekolah vokasional untuk public sebagai alternative terhadap sekolah
umum yang ada.
Sekolah vokasional yang dimaksud adalah sekolah yang menyediakan pelakaran untuk
berbagai jenis pekerjaan yang ada di industry. Prosser percaya bahwa pendidikan vokasional
dijenjang sekolah menengah atas akan mampu menjadikan para siswa lebih independen.
Renstra PSMK 2010-2014 diperlukan perubahan teknis dan ekonoms terhadap dunia
pendidikan kejuruan. Secara teknis pendidikan kejuruan harus diarahkan kepada pembentukan
calon-calon tenaga kerja yang siap berkembang, adaptif, mampu bekerja dalam tim dan sekaligus
juga dapat bekerja secara mandiri.
1. Efisien jika lingkungan dimaan siswa dilatih merupakan replica lingkungan dimana nanti
bekerja.
2. Efektif jika tugas-tugas diklat dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti
yang diperlakukan dalam pekerjaan itu.
3. Efektif jika melatih kebiasaan berpikir dan bekerja seperti di dunia kerja.
4. Efektif jika setiap individu memodali minatnya, pengetahuan dan keterampilannya pada
tingkat yang paling tinggi.
5. Efektif untuk setiap profesi, jabatan, pekerjaan untuk setiap orang yang menginginkan
dan memerlukan dan dapat untung.
6. Efektif jika diklat membentuk kebiasaan berpikir dan kerja yang benar diulang sehingga
sesuai/cocok dengan pekerjaan.
7. Efektif jika gurunya mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan kompetensi
pada operasi dan proses kerja yang telah dilakukan.
8. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar
dia dapat bekerja pada jabatan tersebut.
9. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar/tanda-tanda pasar.
10. Pembiasaan efektif pada siswa tercapai jika pelatihan diberikan nyata sarat nilai.
11. Isi diklat merupakan okupasi pengalaman pada ahli
12. Setiap okupasi mempunyai cirri-ciri isi yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
13. Sebagai layanan social efisien jika sesuai dengan kebutuhna seseorang yang memerlukan.
14. Pendidikan kejuruan efisien jika metoda pengajarannya mempertimbangkan sifat-sifat
peserta didik.
15. Pembelajaran dilakukan dengan efektif dan efisien.
PERTEMUAN 4
Karenanya pendidikan kecakapan hidup tujuannya melatih peserta didik menguasai suatu
keterampilan secara professional dalam bidang keahlian tertentu, menyiapkan agar memiliki
kemampuan berfikir yang tinggi, harus mempunyai komitmen moral yang tinggi, mau hidup
berdampingan dengan baik dalam masyarakat yang multikultur, multireligi, dan multi etnis.
Selain hal tersebut, SMK juga harus mampu membekali peserta didiknya tentang
kewirausahaan. Kewirausahaan bukan saja diperlukan peserta didik untuk persiapan terjun dalam
dunia usaha dan dunia industry (DUDI), tetapi diperlukan juga untuk membentuk jiwa atau
kepribadian siswa yang tangguh, kreatif, inovatif, dan kecakapan yang diperlukan dalam
kehidupan (life skill).
Bidang keahlian Pendidikan Kejuruan, Teknologi Rekayasa, TIK, Kesehatan, Bisnis dan
Manajemen, Agribisnis dan Agroteknologi, Seni, Kerajinan, Pariwisata. Pendidikan kejuruan
seyogyanya memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Orientasi pada kinerja individu di dunia kerja
2. Jastifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan
3. Fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotor, afektif, kognitif
4. Tolak ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah
5. Kepekaan terhadap pengembangan dunia kerja
6. Memerlukan sarana dan prasarana yang memadai
7. Adanya dukungan masyarakat
Substansi pelajaran pada Pendidikan Kejuruan menurut Nolker dan Shoenfel (Sonhadji,
2006) harus selalu mengikuti perkembangan IPTEK, kebutuhan masyarakat, kebutuhan individu,
dan lapangan kerja. Lulusan dari pendidikan kejuruan, minimal harus memiliki kecakapan atau
kemampuan kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia usaha atau industry yang dirumuskan dalam
standar kompetensi nasional bidang keahlian.
Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja,
baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. SMK
sebagai pelaksana Pendidikan Kejuruan merupakan institusi yang menyiapkan tenaga kerja,
yang dituntut mampu menghasilakn lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja.
Pertanyaan : Apakah siswa harus memiliki hardskill dan softskill dalam kesiapan kerja?
Jawaban : Siswa harus memiliki kedua hal tersebut dan diusahakan seimbang, namun pada
kenyataannya dalam pendidikan kejuruan sebagian besar memiliki hardskill yang
lebih besar dibandingkan softskillnya.
Tuntutan peserta didik dan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan kerja perlu dijadikan
sumber pijakan di dalam merumuskan Tujuan Pendidikan Kejuruan. Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaiman ditegaskan dalam
penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja.
PERTEMUAN 6
Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat bergantung pada tuntutan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat. Pembukaan
institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya manusia
yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro
(1998) bahwa ”secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karna lebih dari 80%
tenaga kerja dilapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah kebawah sisanya kurang dari
20% bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas
merupakan hal yang penting”.
Penutupan suatu SMK hanya dimungkinkan secara hukum tidak dapat dipertahankan atau
karena adanya tuntutan masyarakat yang sama sekali tidak dapat dipertahankan atau dihindari.
Namun pada dasarnya, tidak ada alasan untuk menutup SMK selama institusi tersebut masih
dapat menjalankan peran dan fungsi serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. Upaya
untuk mempertahankan SMK yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat, dalam hal ini SMK
harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Dalam menjalankan peran dan
fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pelatihan SMK perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser (Djojonegoro,1998).
PERTEMUAN 7
CHANGE AGENT
Silins, Mulford, dan Zarins (2002); Agen perubahan yang efektif adalah pemimpin yang
“melindungi mereka yang mengambil resiko” dan “sejauh mana staf merasa diberdayakan untuk
membuat keputusan dan merasa bebas untuk bereksperimen dan mengambil resiko”.
1. Kepala sekolah bersedia dan aktif, menantang status quo.
2. Praktek-praktek yang digunakan untuk memenuhi wilayah tanggung jawab. Sadar menantang
status quo, berinisiatif untuk memimpin perubahan dengan hasil yang tidak pasti.
Mempertimbangkan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu, daripada cara-cara lama.
Secara konsisten berusaha bekerja di tepi kompetensi.
3. Penerapan tanggung jawab pemimpin sekolah, apakah pekerjaan rumah kami benar-benar
membantu siswa belajar, atau secara tidak langsung menghukum para siswa yang tidak
memiliki banyak membantu di rumah.
CONTINGENT REWARDS
1. Sejauh mana kepala sekolah mengakui dan menghargai prestasi individu.
2. Praktek-praktek yang digunakan untuk memenuhi wilayah tanggung jawab. Mengakui dan
menghargai prestasi individu, menggunakan kinerja dibandingkan senioritas sebagai kriteria
utama untuk menghargai dan mengakui, menggunakan kerja keras dan hasil sebagai dasar
untuk penghargaan dan pengakuan, mengakui individu yang berprestasi.
3. Penerapan tanggung jawab pemimpin sekolah, ketika dia menghargai guru yang siswa telah
membuat kemajuan luar biasa di konferensi lokal dan menjadi juara.
COMMUNICATION
Komunikasi mengacu pada sejauh mana pemimpin sekolah menetapkan jalur komunikasi yang
kuat antara guru dan siswa. Tampaknya jelas bahwa komunikasi yang baik adalah fitur yang
penting.
1. Sejauh mana kepala sekolah menetapkan jalur komunikasi yang kuat antara guru dan siswa.
2. Praktek-praktek yang digunakan untuk memenuhi wilayah tanggung jawab, mudah diakses
oleh guru dan staf, mengembangkan cara efektif dalam berkomunikasi antara guru dan staf,
membuat jalur komunikasi terhadap guru dan staf dengan cara terbuka dan efektif.
3. Penerapan tanggung jawab pemimpin sekolah, ketika mendistribusikan surat berita bulanan
kepada semua staf.
CULTURE
Budaya adalah nilai-nilai bersama, keyakinan, dan perasaan masyarakat, dan tanggung jawab
yang paling penting dari pemimpin adalah membangun budaya prestasi di sekolah.
1. Kepala sekolah harus memupuk berbagi keyakinan dan rasa komunitas dan kerjasama
2. Praktek-praktek yang digunakan untuk memenuhi wilayah tanggung jawab, mempromosikan
rasa kesejahteraan diantara guru dan staf, meningkatkan kohesi/ hubungan diantara guru dan
staf, mengembangkan pemahaman tentang tujuan diantara guru dan staf, mengembangkan
visi sekolah secara bersama, meningkatkan kerjasama antara guru dan staf.
3. Penerapan tanggung jawab pemimpin sekolah, ketika memuji guru yang memiliki prestasi
pada pertemuan atau rapat sekolah.
DISCIPLINE
Salah satu tugas penting dari kepala sekolah adalah untu melindungi guru dari gangguan yang
tidak semestinya. Secara khusus, melindungi guru dari masalah dan pengaruh yang akan
mengurangi waktu pembelajaran atau fokus.
1. Kepala sekolah melindungi guru dari masalah-masalah dan pengaruh yang akan mengurangi
dari waktu mengajar mereka atau fokus.
2. Praktek-praktek yang digunakan untuk memenuhi wilayah tanggung jawab, melindungi
waktu pengajaran dari gangguan, melindungi guru dan staf dari gangguan internal dan
eksternal.
3. Penerapan tanggung jawab pemimpin sekolah, ketika dia menetapkan dan meberlakukan
kebijakan bahwa tidak ada pengumuman yang dibuat selama waktu pembelajaran.
Pertanyaan : bagaimana cara menaklukkan kepala sekolah yang tidak mau mendengarkan solusi
atau inovasi baru?
Jawaban : tipe pemimpin ada dua jenis yaitu demokratis dan otoriter, kita harus memasuki
dunia pemimpin tersebut dan berusaha berbicara secara dingin secara terus menerus agar secara
tidak langsung memberikan gambaran tentang apa yang kita inginkan yang terbaik untuk
sekolah.
Pertanyaan : banyak kepala sekolah khususnya SMK yang tidak memiliki background kejuruan,
bagaimana pengembangan sekolah selanjutnya menindaklanjuti hal tersebut?
Jawaban : belum ada ketetapan mengenai status kepala sekolah yang sesuai dengan background
yang dimiliki, jadi masih sulit untuk menerapkan hal ini terutama untuk kepala sekolah di SMK.
Untuk solusi biasanya kepala sekolah memiliki staf ahli untuk membantunya mengembangkan
sekolah yang dipimpinnya.
FLEXIBILITY
1. Kepala sekolah menyesuaikan perilaku kepemimpinannya dengan kebutuhan situasi saat ini
dan nyaman dengan perbedaan pendapat.
2. Praktek-praktek yang digunakan untuk memenuhi wilayah tanggung jawab, nyaman dalam
membuat perubahan besar, menyesuaikan gaya kepemimpinan untuk kebutuhan situasi
tertentu, menghormati ekspresi berbagai pendapat, menjadi terarah atau tidak terhadap
inovasi.
3. Penerapan tanggung jawab pemimpin sekolah,