Bab IV
Bab IV
BAB IV
PROSES PENGECORAN (CASTING) BAJA SLAB DAN QUALITY CONTROL
(DESTRUCTIVE DAN NON DESTRUCTIVE TEST)
Pabrik Slab Baja-2 mulai dioperasikan pada th. 1994 mempunyai kapasitas
terpasang 800.000 ton slab baja per tahun, mempunyai peralatan utama sbb :
1. 2 (dua unit Electric Arc Furnace (EAF) dengan kapasitas masing-masing 130
ton baja cair serta transformer 92/98 Mva
2. 1 (satu) unit single strand casting machine (CCM)
3. 1 (satu) unit Ladle Furnace 130 ton
4. 1 (satu) unit RH-Vacuum Degassing
Slab Baja merupakan salah satu produk setengah jadi yang diproduksi oleh
PT.Krakatau Steel, didalam industri baja biasanya disebut Crude Steel. Produk ini
1. Bahan Baku
Pada proses peleburan di dapur Electric Arc Furnace (EAF) bahan baku
yang digunakan adalah :
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Mataram
45
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIVISI REKAYASA TEKNIK
PT. KRAKATAU STEEL
1. Besi Sponge.
Besi sponge yang digunakan berasal dari pabrik besi sponge dengan proses
reduksi langsung.
2. Scrap.
Scrap merupakan besi-besi tua yang komposisinya sebagian besar dari Fe,
scrap dikelompokan atas beberapa sumber :
a. Home scrap.
Home scrap merupakan sisa hasil produk dari pabrik PT. Krakatau
Steel sendiri, yaitu bahan yang terbuang selama operasi karena tidak
memenuhi spesifikasi, misalnya potongan billet, slab, coil, dan lain-lain.
Home scrap merupakan jenis scrap terbaik karena komposisinya sudah
diatur terlebih dahulu.
b. Scrap-lokal.
Scrap lokal merupakan sisa hasil dari industri logam atau bahan-
bahan bekas logam yang berasal dari dalam negeri tetapi diluar PT.
Krakatau Steel.
c. Scrap Import.
Scrap Import merupakan scrap yang diimport dari luar negri. Scrap
import ini berkisar 80% dari seluruh konsumsi scrap di SSP.
Slag pot merupakan tempat penampungan slag yang dikeluarkan dari dapur.
Alat ini berfungsi untuk mengalirkan udara dari atmosfer kedalam saluran
Dedusting apabila temperatur gas masih diatas batas yang diperbolehkan
untuk memasuki Bag House Filter. Pada alat ini terdapat Fan yang
disusun bersamaan dengan sensor temperatur.
e. Fan Utama
Fan utama ini berfungsi sebagai penghisap utama gas dan debu buangan
pada setiap furnace. Fan ini terletak diluar bangunan pabrik agar tidak
menganggu kinerja dari furnace itu sendiri. Fan ini digerakkan oleh
motor, karena bekerja pada putaran tinggi alat ini juga dilengkapi sistem
sirkulasi pendingin oli pada bearing.
f. Baghouse Filter
Merupakan susunan dari beberapa filter – filter sehingga berbentuk
rumah. Baghouse ini terdiri dari 6 kompartemen tersusun atas satu baris
masing – masing kompartemen terdiri dari 264 kantong filter dengan
diameter 300 mm dan tinggi 10360 mm. Sistem pembersihan debu yang
menempel di filter dengan reverse air fan yaitu penembakan dengan
pneumatic ( udara bertekanan ) kemudian jatuh pada dust hopper.
Temperatur udara masuk filter tidak boleh melebihi 50oC karena filter
yang terbuat dari polyester akan terbakar.
3. Dedusting
Sama seperti pada Electric Arc Furnace fungsi dari dedusting adalah untuk
mengolah gas dan debu yang dihasilkan pada proses ladle furnace.
4. Ladle Transfer Car
Berfungsi untuk mengangkut ladle setelah penuangan dari EAF untuk di
proses pada ladle furnace.
Continous casting adalah proses pengecoran logam kedalam mould dari ladle
sehingga terbentuk slab baja secara kontinu dimana proses pencetakan baja cair
berlangsung secara terus menerus sampai baja cair habis. Dengan mengunakan
metode ini akan mendapatkan tingkat produktifitas yang tinggi juga ditujukan untuk
mendapatkan kualitas baja yang baik,khususnya untuk baja dengan karbon rendah.
Dalam proses casting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya
mendapatkan kualitas bentuk slab sesuai keinginan dengan kualitas permukaan dan
internal yang baik. Proses pencetakan baja cair menjadi batang baja yang dikenal
dengan slab baja. Mesin continous casting terdiri atas beberapa bagian yaitu :
1. Mould, yaitu alat untuk membentuk atau mencetak baja cair menjadi slab yang
lebarnya bervariasi (800 mm – 1400 mm) dan tebalnya tetap (200 mm). pada
bagian dalam mould (narrow side, loose side maupun fixed side) terdapat sistem
pendingin tertutup (primary cooling).
2. Cooling chamber / daerah pendingin stand, merupakan ruang pendingin tertutup
yang terdiri atas zone-zone 1 sampai 7 dimana :
- Zone 1 : lateral strand guide dan foot roll
- Zone 2 : bender bagian atas,
- Zone 3 : bender bagian bawah
Bender zone terdiri dari 25 roll fixed side, 15 roll side dengan
masing-masing diameternya adalah 150 mm dan roll pitch 181 mm
yang berfungsi untuk menahan dan mengarahkan strand dari posisi
vertikal ketika keluar dari mould ke posisi radius dibawah segmen.
- Zone 4 : Casting bow segmen 1
- Zone 5 : Casting bow segmen 2
- Zone 6 : Casting bow segmen 3 dan 4
Casting bow segmen terdiri atas 4 segmen masing-masing segmen
terdiri atas 8 roll fixed side, 8 roll loose side dan 1 driven roll pada
sisi loose side yang berfungsi untuk menahan, mengarahkan dan
menarik strand antara bending dan straightening zone dan untuk
mendapatkan juga memasukkan DBH (Dummy Bar Head) pada saat
preparasi casting.
- Zone 7 : Straightener dan horizontal segmen
Straightener zone segmen terdiri atas 2 segmen masing-masing
terdiri atas 6 roll fixed side, 6 roll loose side, dan masing-masing
mempunyai 1 driven roll di fixed side dan loose side yang berfungsi
untuk menahan, mengarahkan dan menarik strand dari posisi radius
horizontal dengan seminimal mungkin terjadi strand interface dan
memasukkan DBH pada saat preparasi casting.
Horizontal strand guide segmen terdiri atas 5 segmen, masing-
masing terdiri atas 6 roll fixed side, 6 roll loose side dan masing-
masing 1 driven roll di fixed side dan loose side yang berfungsi
untuk menahan dan mengarahkan dan menarik strand membeku
sempurna, dan juga memasukkan DBH pada saat preparasi casting.
Sistem pendingin yang dipakai adalah system air mist (campuran
dengan rasio tertentu antara air dan udara) yang disemprotkan
melalui nozzle langsung ke permukaan strand.
3. Ladle untuk menampung baja cair dari LF.
Ladle mempunyai kapasitas 130 ton
4. Nozzle Ladle slide gate, untuk mengatur aliran baja cair dari ladle ke tundish
ladle turret, untuk mentransfer atau memutar ladle dari posisi casting bay ke
posisi casting.
5. Tundish, untuk menampung baja cair dari ladle sebelum baja cair mengalir
kedalam mould melalui pouring tube. Tundish mempunyai kapasitas 20 ton
6. Tundish car, yaitu dudukan tundish yang digunakan untuk mentransfer tundish
dari posisi preheating ke posisi casting dan sebaliknya juga mengatur posisi
tundish sehingga posisi pouring tube dapat diatur kelurusan dan kedalamannya
di mould.
7. Pemanas tundish, untuk memanaskan tundish sampai 900-1000oC bahan bakar
yang digunakan adalah gas alam dan udara. Komponen utama alat ini adalah
burner dan blower udara.
8. Pemanas pouring tube, digunakan untuk memanaskan pouring tube. Terdiri dari
pipa baja dengan diameter 200 mm dilapis refraktori pada bagian dalamnya
dengan panjang sekitar 700 mm terbagi menjadi dua bagian sama besar,
dilengkapi engsel pada salah satu sisinya sehingga bias dibuka dan ditutup.
Bahan baker yang digunakan untuk memanaskan adalah gas alam.
9. Slag box / emergency box, untuk menampung overflow baja cair dari tundish
pada saat casting.
10. Runner, untuk menampung baja cair dari ladle bila terjadi nozzle ladle bocor dan
diputar dari posisi casting ke posisi emergency.
11. Crop box, untuk menampung first crop dan end crop.
12. Unit dummy bar, terdiri atas rantai dan DBH, digunakan untuk menyumbat
mould pada awal casting dan juga untuk menaruh strand baja panas keluar dari
mould sampai keluar dari cooling chamber.
13. Dummy bar storage, alat ini merupakan dudukan dummy bar setelah terlepas
dari hot strand dan alat ini disimpan selama proses casting atau apabila tidak ada
casting.
14. Crane, alat untuk handling.
15. Oksigen injector, untuk menginjeksi nozzle ladle jika baja cair tidak mengalir
dari ladle.
16. Emergency cutter, untuk memotong strand secara manual. Jika mesin potong
tidak bekerja maka mesin ini yang digunakan, bahan bakar yang digunakan
adalah gas alam dan oksigen. Alat ini ditempatkan di area mesin potong terdiri
atas torch sepanjang 3,9 m, selang oksigen dengan diameter 0,75 inchi dan
selang gas alam dengan diameter 0,5 inchi dan panjang 24 m.
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Mataram
56
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIVISI REKAYASA TEKNIK
PT. KRAKATAU STEEL
17. Blender potong, untuk persiapan casting seperti memotong pipa ¼ inchi fishing
slag rod dan membersihkan rug ladle shroud.
18. Emergency ladle, untuk menampung baja cair pada keadaan emergency misal
slide gate ladle tidak bisa ditutup/bocor dan ladle bocor.
produk pesanan konsumen yang antara lain standard JIS, ASTM, BRITISH, dan
untuk produk dalam negeri di gunakan SNI ( Standad Nasional Indonesia).proses
pengambilan sampel uji di lakukan petugas lapangan dalam satu kali Heat atau
satu kali proses peleburan furnace. Proses pengambilan sampel juga dapat di
lakukan dalam tiap 50 ribu ton baja yang di hasilkan.sampel uji di tentukan pula
berdasarkan nomor kelahiran baja.
Uji destructive meliputi uji tarik, uji charpy (Impact), uji tekuk, dan uji
kekerasan (Hrdness). Pengujian ini di awali dengan pengambilan sampel produk
yang akan di uji kemudian sampel tersebut akan di bentuk sesuai dengan standard
yang di gunakan. Setelah sampel uji di bentuk oleh bagian preparasi, maka
peengujian di lakuka oleh bagian tester. Setelah data pengujian di dapat, kemudian
data tersebut di input ke dalam computer mechanical test, lalu data tersebut di olah
dan dip roses. Jika pengujian pertama di anggap gagal, maka pengujian kedua di
persiakan. Hal ini di lakukan untuk menghindari tejadinya human error saata
pengambilan data pengujian. Bila pengujian kedua di anggap belum memuaskan,
maka di lakukan Resampling dan bila hasil pengujian yang di lakukan masih tetap
sama yaitu tidak sesua dengan standard produk pemesanan, maka produk yang
sudah di produksi di anggap gagal dan tidak dapat di pasarkan agar tidak terjadi
complain konsumen.bila produk di anggap gagal, akan di lakukan riset ulang dari
awal pembuatan komposisi kimia produk sampai proses produksi dan produk yang
di anggap gagal atau cacat akan di simpan dalam gudang produk atau di pasarkan
dalam negeri. Hal ini di lakukan agar proses produksi tetap berjalan lancar dan
produk tidak terbuang sia-sia.
4.3.2 Non Destructive Test
Uji Tidak Merusak (NDT) adalah suatu cara pengujian yang tidak akan
merusak/mempengaruhi kemampuan atau kegunaan dari suatu
komponen/peralatan. Uji tidak merusak ini mampu untuk mengukur atau
mengevaluasi ketidaksempurnaan suatu material, serta untuk mengetahui kondisi
geometrisnya sebelum atau sesudah peralatan dioperasikan pada jangka waktu
tertentu. Cacat pada produk biasanya tidak dapat di ketahui seluruhya hanya
dengan pemeriksaan secara fisik. Untuk mencegah terjadinya kegagalan produksi,
perlu dilakukan pemeriksaan secara non destructive atau tidak merusak produk
yang di hasilkan.
1. Visual Check
Teknik pemeriksaan visual check adalah pemeriksaan langsung dengan
indra penglihat tanpa menggunakan peralatan khusus untuk memperjelas
adanya indikasi suatu cacat.
Evaluasi Indikasi
Evaluasi indikasi diperlukan untuk menentukan lokasi diskontuinitas
(dipermukaan atau di bawah permukaan) dan jenis diskontuinitasnya.
Diskontuinitas dapat secara makro digolongkan menjadi :
1. Diskontuinitas permukaan, pola indikasinya tajam dan rapat.
Khususnya untuk retakan yang halus dan rapat.
2. Diskontuinitas di bawah permukaan, indikasinya tidak begitu jelas,
polanya lebih acak.
POLA
No DISKONTUINITAS PENJELASAN
INDIKASI
DISKONTUINITAS
Terjadi saat proses furnace
PRODUK
Tidak tegas,
bergerigi dan
a) Inklusi
bentuknya tidak
1. beraturan
Yang dapat dideteksi pada dekat
b) Porositas
permukaan
c) Shrinkage-crack Akibat pendinginan yang tidak
(cacat sudut) benar
d) Incomplete fusion
Akibat pengisian bahan yang tidak Polanya lemah,
(pengisian tidak
penuh tidak jelas
penuh)
e) Retak Bisa terjadi di seluruh bagian
Bahan non-logam (oksida sulfide)
ada pada billet/ingot. Ada pada
INKLUSI
jenis baja tertentu, sejajar dengan
arus butir
Lurus dan
2.
Relative
Titik lelehnya lebih rendah
a) Non metal panjang, baik
daripada billet
putus-putus
maupun kontinu
b) Non plastic Tetap padat ketika billet meleleh Lebih lebar
Berjajar pendek-
Distribusi elemen paduan secara
3. SEGREGASI pendek dan
tidak merata
halus
Karena jauh di
Rongga yang memusat terbentuk
dalam, tidak
4. PIPING pada saat casting akibat kurangnya
dapat diamati
logam panas yang tersedia
(dg. MPI)
5. MIKROPOROSITAS Terbentuk waktu pendinginan Ada pada bahan
Gambar 4.7 Pesawat Ultrasonik Divisi Lab. Mekanik dan Pengawasan Kualitas
PT. Krakatau Steel
Prinsip Dasar
Uji ultrasonik merupakan suatu teknik pemeriksaan NDT yang dapat
digunakan pada pemeriksaan material logam maupun non logam seperti
plastik dan keramik. Uji ultrasonik mempunyai kelebihan dapat mendeteksi
cacat pada daerah sub permukaan dan di dalam material. Adapun cacat-
cacat yang mudah diperiksa oleh ultrasonic adalah cacat-cacat yang
permukaannya tegak lurus terhadap arah rambatan gelombang.
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti gelombang
suara yang mempunyai frekuensi lebih besar dari 20 Khz. Gelombang ini
dapat dihasilkan oleh probe yang bekerja berdasarkan perubahan energi
listrik menjadi energi mekanik. Probe tersebut sebaliknya juga dapat
mengubah energi mekanik menjadi energi listirk.
Selama perambatannnya di dalam material, gelombang ini dipengaruhi
oleh sifat-sifat bahan yang dilalui, misalnya : masa jenis, homogenitas,
besar butiran, kekerasan, dan sebagainya.
Gelombang ultrasonik yang dipakai bersumber pada gelombang mekanik
yang berasal dari Kristal pizoelektrik, karena pengaruh tegangan listrik.
Bila suatu Kristal pizoelektrik diberi tegangan listrik maka kristal akan
Batas medan dekat dan medan jauh serta sudut penyebaran dapat
dihitung berdasarkan rumus :
Metode Pengukuran
a) Metode Transmisi
Dimana bahan yang diberiksa diletakkan diantara dua probe. Salah satu
probe bekerja sebagai pengirim gelombang (transmitter/T) dan lainnya
sebagai penerima(receiver/R). Ada atau tidaknya cacat terlihat dari getaran
yang diterima oleh probe penerima.
c) Metode Resonansi
Tebal bahan dapat diukur dengan cara mengukur frekuensi atau panjang
gelombang ultrasonic yang dapat menimbulkan resonansi maksimum pada
bahan tersebut. Adanya cacat dapt dideteksi dengan terjadinay perubahan
resonansi karena jarak bahan yang beresonansi berubah.
R = ((1,5-46,5) / (1,5+46,5)) ²
R = 0,94 atau 94 %
T = 1-0,94
T = 0,06 atau 6 %
Hal ini berarti bahwa 94% dari gelombang yang datang dari oli akan
direfleksikakan kembali oleh permukaan baja, dan hanya 6% yang
direfraksikan ke dalam baja.
Atenuasi
Dalam perambatannya, gelombang ulrasonik mengalami pengurangan
intensitas, baik karena penyebarannya, absorbsi, maupun hamburan oleh
butiran, yang dipengaruhi oleh frekuensi gelombang yang melalui bahan.
Besi tuang lebih banyak mengatenuasi galombang ultrasonic
dibandingkan dengan baja atau aluminium, terutama bila digunakan
frekuensi yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan ukuran butiran besi tuang
jauh lebih besar bila dibandingkan dengan baja / aluminium. Ukuran butiran
yang lebih besar akan lebih banyak menghamburkan gelombang kea rah
lain, lebih-lebih bila frekuensinya lebih tinggi.
Pantulan
a. Gelombang Longitudinal :
b. Gelombang Transversal :
Pembiasan
a. Gelombang Longitudinal :
b. Gelombang Transversal :
Dimana
Bila sudut datang terus diperbesar, maka pada suatu posisi sudut
Pengaaruh Kuplan
Fungsi kuplan adalah mempermudah merambatnya gelombang dari
probe ke dalam benda uji karena bila antara probe dan benda uji terdapat
udara maka hampir 100% gelombang akan dipantulkan kembali ke dalam
probe.
Kuplan yang umum dipakai dalam pangujian ultra sonic adalah :
glycerin, oli, grease (gemuk), dan suspense biang sabun (CMC).
Probe Sudut
Probe sudut hanya digunakan untuk menentukan lokasi dan besar cacat
yang memiliki permukaan yang membentuk sudut terhadap permukaan
benda uji. Penentuan lokasi cacat dengan probe sudut memerlukan ketelitian
yang lebih baik dibandingkan dengan probe normal, karena dituntut suatu
kondisi dimana indikasi yang timbul pada layar CRT harus maksimum, agar
dapat diyakini bahwa cacat berada pada center beam. Oleh karenanya probe
ini harus digerakkan agar diperoleh amplitudo maksimum
Sc = (5,5/10) x 100 mm = mm
Pc = 55 sin 45° = 38,9 mm
Dc = 55 cos 45° = 38,9 mm
Kalibrasi
a) Kalibrasi Probe Normal
Setiap kali pesawat UT akan digunakan, probe harus dikalibrasi dengan
bantuan blok kalibrasi. Macam blok kalibrasi adalah V1, V2, Step Wedge,
dan lain sebagainya.
Kalibrasi dimaksudkan untuk menyesuaikan sakla 0 – 10 pada layar
CRT dengan jangkauan dari gelombang UT dalam benda uji/blok
kalibrasi.jarak kalibrasi adalah jarak yang harus dilalui oleh gelombang-
gelombang dalam benda uji/kalibrasi. Misalnya untuk mengkalibrasi dengan
range 100 mmm, maka probe diletakkan pada blok kalibrasi VI pada
ketebalan 25 mm, indikasi yang muncul pada layar CRT ada 4 buah dan
harus terletak masing-masing pada skala :
pada blok tersebut di ketebalan misalnya 4 mm, atur letak pulsa pada CRT
pada posisi skala 4,0 dengan menggunakan tombol penggeser pulsa. Probe
kemudian diletakkan pada posisi ketebalan 8 mm, dan dengan memutar
tombol penggeser range halus tempatkan pulsa yang muncul pada skala 8,0
layar CRT. Lakukan kedua hal tersebut berulang-ulang sehingga dipeeroleh
kadaan indikasi tepat pada skala 4,0 dan 8,0.
Kelebihan pengurangan probe normal kembar dengan probe normal
adalah bahwa medan dekat probe normal kembar berada di dalam probe itu
sendiri sehingga pada layar CRT tidak terdapat daerah mati (dead zone).
Bila salah satu jarak telah diketahui, maka jarak yang lain dapat
ditentukan melalui rumus :
Sin β = p/s
P = 2.d.tg β
= s.sin β
Cos β = 2.d/s
s = 2.d/cos β
= p/sin β
tg β = p/2.d
Sc = (Sk1 / 10) x range
t1 = Sc. cos β
= Pc/tg β
t2 = 2.d – (Sc.cos β)
= 2.d – (Pc / tg β)
Gambar 4.16 Skala Kalibrasi Range 200 menggunakan probe sudut 45°
Dari letak pulsa seperti gambar tersebut maka tebal suatu benda uji
dapat ditentukan, missal :
Indikasi muncul pada skala 1,9
Tebal ukur = 1.9 / 10 x 200 x 1 mm = 38 mm
Indikasi muncul pada skala 3,0
Tebal ukur = 3,0 / 10 x 200 x 1 mm = 60 mm
Penentuan lokasi cacat, dapat dilakukan seperti pada pengukuran
tebal, misal pada layar muncul pulsa indikasi sebagai berikut :