Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Tarekat dan Tarekat Qadiriyah

Makalah Ini Dibuat Guna Untuk


Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

DISUSUN
OLEH
Siti Nur Azizah
1830202300

DOSEN PENGAMPU:

Firdaus K, M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam syari’at Islam dikenal adanya cara penyembuhan kepada Tuhan berupa
ibadah shalat, puasa, haji, dan lain-lain. Namun menurut Harun Nasution bahwa ada
segolongan umat Islam yang belum merasa puas dengan pendekatan diri kepada
Tuhan melalui ibadah shalat, puasa, dan haji. Mereka ingin lebih dekat dengan
Tuhan. Jalan untuk itu diberikan oleh al-Tasawuf.1
Tasawuf adalah usaha seseorang untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat
mungkin, dengan melalui pensucian diri dan memperbanyak ibadah di bawah
bimbingan guru/syekh. Sedangkan ajaran-ajaran Tasawuf yang merupakan jalan yang
harus ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Tuhan itulah yang dimaksud dengan
tarekat.
Pada abad ke 6 H/12 M, terjadi perubahan arah dalam perkembangan tarekat.
Pada awalnya tarekat adalah suatu jalan yang bisa dilewati oleh seorang sufi dalam
pengembaraan rohani menuju Tuhan. Masing-masing sufi menempuh jalan sesuai
dengan pengalaman spiritualnya. Tetapi pada abad ini, tarekat mulai memandang arti
sebuah organisasi.2
Pendekatan tarekat lebih sering dikaitkan dengan suatu “organisasi tarekat”, yaitu
suatu kelompok organisasi yang khas (mempunyai bentuk dan susunan organisasi
tersendiri) yang melakukan amalan-amalan zikir tertentu dan menyampaikan suatu
sumpah yang formulanya ditentukan oleh pemimpin organisasi tarekat tersebut.
Bersamaan dengan itu Asia Tenggara, khususnya di Nusantara terjadi proses
Islamisasi. Di duga keras bahwa dalam proses tersebut, tarekat memiliki peranan
yang cukup penting meski belum ada bukti yang mendukung keterlibatan pada proses
awal.

1
Alfatih Suryadilaga, dkk, Ilmu Tasawuf, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), hlm. 227
2
Ibid., hlm. 227

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tarekat?
2. Bagaimana hubungan tarekat dengan tasawuf?
3. Bagaimana sejarah timbulnya tarekat?
4. Jelaskan tarekat qadiriyah?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian tarekat.
2. Memaparkan hubungan tarekat dengan tasawuf.
3. Menjelaskan sejarah timbulnya tarekat.
4. Menjelaskan tarekat qadiriyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarekat
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab ‫ طريقة‬yang mengandung arti jalan, metode,
sistem, mazhab, aliran, haluan, keadaan. Pengertian ini membentuk dua makna istilah
yaitu “metode bagi ilmu jiwa akhlak yang mengatur praktek suluk individu” dan
“kumpulan sistem pelatihan ruh yang berjalan sebagai persahabatan pada kelompok-
kelompok persaudaraan Islam.”3
Secara etimologis, tariqah atau tarekat memiliki beberapa arti, yaitu:4
1. Jalan, cara (al-kaifiyyah)
2. Metode, sistem (al-uslub)
3. Mazhab, aliran, haluan (al-mazhab)
4. Keadaan (al-halah)
5. Pohon kurma yang tinggi (an-nakhlah at-tawilah)
6. Tiang tempat berteduh, tongkat payung (‘amud al-mizalah)
7. Yang mulia, terkemuka dari kaum (syarif al-qaum)
8. Goresan/garis pada sesuatu (al-khatt fi asy-syay’)
Tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai
jalan yang berpangkal dari syari’at, sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak
jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para
sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum
Ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim. Tak mungkin ada anak jalan tanpa ada jalan
utama tempat berpangkal. Pengalaman mistik tak mungkin didapat bila perintah
syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu dengan saksama.5

3
Ibid., hlm. 229
4
Zaprulkhan , Ilmu Tasawuf: Sebuah Kajian Tematik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2016), hlm. 100
5
M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia. 2008), hlm. 203

3
Dalam perkembangan selanjutnya, kata thariqah menarik perhatian kaum sufi
dan mereka menjadikannya sebagai istilah khusus yang mempunyai arti tertentu.
Menurut L. Massignon, thariqah dikalangan sufi mempunyai dua pengertian.
Pertama, cara pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang berminat menempuh
hidup sufi. Arti seperti ini digunakan oleh kaum sufi pada abad ke-9 dan ke-10 M.
Kedua, thariqah berarti suatu gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan-
latihan rohani dan jasmani dalam segolongan orang Islam menurut ajaran dan
keyakinan tertentu.6
Sementara menurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yaitu
jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi dalam tujuannya berada sedekat
mungkin dengan Allah. Tariqah kemudian megandung arti organisasi (tarekat). Tiap
tarekat mempunyai syekh, ucapan ritual, dan bentuk dzikir sendiri. Sejalan dengan
ini, Martin Van Bruinessen menyatakan istilah “tarekat” paling tidak dipakai untuk
dua hal yang secara konseptual berbeda.7
Martin Van Bruinessen menyatakan istilah tarekat paling tidak dipakai untuk dua
hal yang secara konseptual berbeda. Maknanya yang asli merupakan paduan yang
khas dari doktrin, metode, dan ritual. Akan tetapi, istilah ini pun sering dipakai untuk
mengacu kepada organisasi (formal atau informal) yang menyatukan pengikut-
pengikut “jalan” tertentu. Di Timur Tengah istilah tha’ifah terkadang lebih disukai
untuk organisasi sehingga lebih mudah untuk membedakan yang satu dengan yang
lainnya. Namun di Indonesia, kata tarekat mengacu pada keduanya.8
Sebagai amalan tasawuf, pada dasarnya tarekat terdiri atas dua bagian utama,
yaitu penyucian hati dan meditasi dalam rangka berdzikir kepada Allah. Al-Ghazali
dalam Al-Munqidz min Ad-Dhalal menjelaskan bahwa:9

6
Ibid., hlm. 203-204
7
Ibid., hlm. 204
8
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 294-295
9
Ibid., hlm. 295

4
“Tarekat itu awal. Syarat-syaratnya adalah penyucian hati secara keseluruhan
dari apa saja selain Allah ‫ﷻ‬. Kunci pembukanya laksana takbir awal shalat yang
menenggelamkan hatii dalam dzikir pada Allah dan berakhir fana di dalam-Nya.”
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tarekat adalah suatu
hasil atau jalan yang ditempuh oleh para sufi untuk mendekatkan diri kepada sang
Khalik dengan cara selalu beribadah kepada Allah SWT dengan cara yang berbeda-
beda dan memiliki tujuan yang sama.

B. Hubungan Tarekat Dengan Tawawuf


Di dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditujukan kepada aturan dan
cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarekat dan bukan pula
terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syekh tarekat, tetapi
meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama Islam, seperti shalat, puasa,
zakat, haji, dan sebagainya, yang semua itu merupakan jalan atau cara mendekatkan
diri kepada Allah.10
Sebagaimana telah diketahui bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melulai penyesuaian rohani
dan memperbanyak ibadah. Usaha mendekatkan diri ini biasanya dilakukan di bawah
bimbingan seorang guru atau syekh. Ajaran-ajaran tasawuf yang harus ditempuh
untuk mendekatkan diri kepada Allah merupakan hakikat tarekat yang sebenarnya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri
kepada Allah, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang
dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa
tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu,
sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru kepada muridnya.11
Sesungguhnya tarekat tidak hanya berfungsi dalam hal keagamaan saja. Setiap
tarekat merupakan semacam keluarga besar. Semua anggotanya menganggap diri

10
Ibid., hlm. 297
11
Ibid., hlm. 206

5
mereka bersaudara satu sama lain. Dalam banyak tarekat mereka saling memanggil
ikhwan satu sama lain. Seprang pengikut Qadiriyyah atau Naqsyabandiyyah dapat
mengadakan perjalanan dari India ke Asia Tengah atau Mesir dan di setiap kota yang
dilaluinya ia dapat menginap di zawiyah (khanaqah) kepunyaan tarekat tersebut atau
di rumah seorang ikhwan. Tarekat tertentu pun mempunyai kekuatan politik yang
cukup besar. Banyak syeikh yang kharismatik. Mereka memiliki banyak pengikut
sekaligus memiliki pengaruh yang kuat. Mereka pun memainkna peranan penting
dalam politik. Pihak pemerintah melihat para syaikh ini sebagai ancaman atau sebagai
sekutu yang bermanfaat dan mustahil mengabaikan mereka.12

C. Sejarah Timbulnya Tarekat


Seperti yang telah dijelaskan, tarekat pada mulanya bersifat individual kemudian
berkembang menjadi semacam organisasi. Perkembangan ini mulai tampak setelah
abad ke-11 M dengan munculnya cikal bakal tarekat. Tarekat yang pertama muncul
adalah tarekat Qadiriyah yang diajarkan oleh Muhy al-Din Abd al-Qadir al-Jailani (w.
561 H/1166 M).13
Sejak itu berbagai macam tarekat mulai bermunculan baik yang merupakan
cabang dari tarekat Qadiriyah maupun tarekat yang berdiri sendiri. Tarekat-tarekat itu
antara lain, tarekat al-Kubrawiah yang diajarkan oleh Najm al-Din al-Kubra (w. 1221
M), tarekat Syaziliah dari Abu al-Hasan al-Syazili (w. 1258 M), tarekat
Naqsyabandiah dari Baha al-Din al-Naqsyabandi (w. 1389 M), tarekat Syattariah dari
Abd Allah al-Syattar (w. 1428 M), dan tarekat al-Khalwatiah dai Zahir al-Din al-
Khalwati (w. 1397 M).14
Dalam seluruh tarekat terdapat kegiatan ritual sentral yang melibatkan
pertemuan-pertemuan kelompok secara teratur untuk melakukan pembacaan do’a,
sya’ir, dan ayat-ayat dari Al-Qur’an. Pertemuan ini lazim digambarkan sebagai

12
Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm 297-298
13
Al-Fatih Suryadilaga, Op.Cit., hlm. 231
14
Ibid., hlm.231

6
tindakan “mengingat Allah” atau dzikir. Selain itu, kegiatan-kegiatan ibadah harian
bagi para pengikut juga ditetapkan, sebagaimana kegiatan lain, seperti meditasi
khusus, askestisme, dan ibadah. Beberapa khusus dari masa awal sufi kemudian
digunakan secara luas, sementara struktur dan format ritual yang menjadi karakter
khas tarekat tersebut disiapkan oleh individu yang mendirikan tarekat. Pendiri tarekat
merupakan pembimbing spiritual bagi seluruh pengikut di dalam tarekat, yang
mengucapkan sumpah setia khusus kepadanya sebagai syekh atau guru mereka.15
Sejarah Islam telah mencatat bahwa tarekat mengalami perkembangan pesat
sehingga memasuki semua negara Islam lain. Tarekat-tarekat tampak memegang
peranan yang cukup besar dalam menjaga eksistensi dan ketahanan aqidah umat,
setelah mereka dilabrak secara mengerikan oleh gelombang serangan tentara
Mongol/Tartar yang pada puncaknya Baghdad yang waktu itu merupakan pusat
kebudayaan Islam dihancurkan oleh tentara Mongol. Sejak itu umat Islam yang
bercerai berai membentuk kelompok-kelompok tarekat (organisasi tarekat) agar
ruh/jiwa Islam itu tetap tidak padam dalam sanubari pemeluk-pemeluknya.
Organisasi-organisasi tarekat ini ternyata berhasil melanjutkan tradisi dakwah Islam
hingga ke pelosok dunia belahan barat Maroko dan belahan timur Indonesia.16

D. Aliran-Aliran Tarekat Dalam Islam


Di antara tarekat yang ada dalam Islam adalah sebagai berikut:
1. Tarekat Qadiriyah
Tarekat Qadiriyah dinamai berdasarkan nama sang pendiri, Syekh ‘Abd Al-Qadir
Jailani (470-561 H/1077-1166 M). Tarekat ini menempati posisi amat penting dalam
sejarah spiritualitas Islam. Walaupun struktur organisasinya baru mengemuka dalam
beberapa dekade setelah wafatnya sang wali, semasa hidupnya, sang Syekh telah
memberi pengaruh yang teramat besar pada pemikiran dan sikap banyak umat Islam.

15
M. Solihin dan Rosihon Anwar, Op.Cit., hlm. 210
16
Alfatih Suryadilaga, Op.Cit., hlm. 234

7
Ia dipandang sebagai sosok ideal dalam keunggulan dan pencapaian spiritual.17
Tarekat Qadiriyyah menempati posisi yang amat sangat penting dalam sejarah
spiritualitas di dunia Islam, karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi
tarekat, tetapi juga sebagai cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di dunia
Islam.18
Syaikh ‘Abd Al-Qadir Al-Jailani lahir di desa Naif, kota Gilan, tahun 470 H
(1077 M). Desa itu terletak 150 kilometer timur laut Baghdad. Ibunya seorang wanita
shalehah bernama Fatimah bin Abdullah As-Sama’i Al-Husaini dan ayahnya bernama
Abu Shalih, di mana garis silsilahnya sampai kepada Nabi ‫ﷺ‬.19
Ide mistik dan religius Syaikh ‘Abd Al-Qadir Al-Jailani termuat dalam karya-
karyanya berikut:20
a. Ghunyaj li Thalib Al-Haqq yang dikenal umum dengan nama Ghunyah Ath-
Thalibin. Itu merupakan karya komprehensif mengenai kewajiban yang
diperintahkan dan jalan hidup yang Islami.
b. Al-Fath Ar-Rabbani adalah salinan dari 62 khutbahnya pada 545-546 Hijriyah
(1150-1152 M).
c. Futuh Al-Gha’ib merupakan rekaman dari 78 khutbahnya yang dikumpulkan
oleh putranya, Abdul Razaq.
Dalam lingkaran kaum sufi, Syekh ‘Abd Al-Qadir Jailani diakui sebagai sosok
yang menempati hierarki mistik yang tertinggi, yang menduduki tingkat kewakilan
yang tertinggi. Dalam kepercayaan rakyat, Syekh ‘Abd Al-Qadir Jailani adalah wali
terbesar, yang diberikan wewenang untuk menolong manusia lain dalam bahaya.
Lebih dari pada semua wali lain, Syekh ‘Abd Al-Qadir Jailani dikagumi dan dicintai
rakyat, dimana-mana orang tua menceritakan riwayat tentang kekeramatannya kepada
anak-anak mereka dan hampir setiap upacara keagamaan tradisional, orang-orang
menghadiahkan pembacaan Fatihah kepadanya. Sampai hari ini, tarekat Qadiriyah

17
Zaprulkhan, Op.Cit., hlm. 103
18
Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm. 308
19
Ibid., hlm. 308
20
Ibid., hlm 309

8
masih terus berkembang dan diamalkan oleh berjuta-juta kaum muslim di Timur
Tengah, kawasan Afrika, dan Asia.21
Tarekat yang tergolong dalam kepada grup Qadiriyah ini cukup banyak tersebar
ke seluruh negeri Islam. Tarekat Faridiyah di Mesir yang dinisbatkan kepada Umar
bin A-Farid (1234 M) yang kemudian mengilhamkan tarekat Sanusiyah (Muhammad
bin Ali Al-Sanusi, 1787-1859 M) melalui tarekat Idrisiyah (Ahmad bin Idris) di
Afrikan Utara merupakan grup Qadiriyah yang masuk ke India melalui Muhammad
AL-Ghawath (1517 M) yang kemudian dikenal dengan tarekat Al-Ghawthiyah atau
Al-Mi’rajiyah dan di Turki dikembangkan oleh Islamil Ar-Rumi (1041 H/1631 M).22

21
Ibid., hlm. 104
22
M. Solihin dan Rosihon Anwar, Op.Cit., hlm. 211-212

9
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab ‫ طريقة‬yang mengandung arti jalan, metode,
sistem, mazhab, aliran, haluan, keadaan. Pengertian ini membentuk dua makna istilah
yaitu “metode bagi ilmu jiwa akhlak yang mengatur praktek suluk individu” dan
kumpulan sistem pelatihan ruh yang berjalan sebagai persahabatan pada kelompok-
kelompok persaudaraan Islam. Tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi dan
dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syari’at, sebab jalan utama
disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq. Sebagai amalan tasawuf, pada
dasarnya tarekat terdiri atas dua bagian utama, yaitu penyucian hati dan meditasi
dalam rangka berdzikir kepada Allah. Al-Ghazali dalam Al-Munqidz min Ad-Dhalal
menjelaskan bahwa: “Tarekat itu awal. Syarat-syaratnya adalah penyucian hati secara
keseluruhan dari apa saja selain Allah ‫ﷻ‬. Kunci pembukanya laksana takbir awal
shalat yang menenggelamkan hatii dalam dzikir pada Allah dan berakhir fana di
dalam-Nya.”
Seperti yang telah dijelaskan, tarekat pada mulanya bersifat individual kemudian
berkembang menjadi semacam organisasi. Perkembangan ini mulai tampak setelah
abad ke-11 M dengan munculnya cikal bakal tarekat. Tarekat yang pertama muncul
adalah tarekat Qadiriyah yang diajarkan oleh Muhy al-Din Abd al-Qadir al-Jailani (w.
561 H/1166 M).
Tarekat Qadiriyah dinamai berdasarkan nama sang pendiri, Syekh ‘Abd Al-Qadir
Jailani (470-561 H/1077-1166 M). Tarekat ini menempati posisi amat penting dalam
sejarah spiritualitas Islam. Walaupun struktur organisasinya baru mengemuka dalam
beberapa dekade setelah wafatnya sang wali, semasa hidupnya, sang syekh telah
memberi pengaruh yang teramat besar pada pemikiran dan sikap banyak umat Islam.
Ia dipandang sebagai sosok ideal dalam keunggulan dan pencapaian spiritual. Tarekat
Qadiriyyah menempati posisi yang amat sangat penting dalam sejara spiritualitas di

10
dunia Islam, karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga
sebagai cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di dunia Islam.

11
Daftar Pustaka

Suryadilaga, Alfatih, dkk. 2016. Ilmu Tasawuf. Yogyakarta: Kalimedia.

Zaprulkhan. 2016. Ilmu Tasawuf: Sebuah Kajian Tematik. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Solihin, M dan Rosihon Anwar. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Amin, Samsul Munir. 2012. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah.

12

Anda mungkin juga menyukai