Laporan Analisis Batuan Induk Aldo
Laporan Analisis Batuan Induk Aldo
LAPORAN RESMI
COVER
LABORATORIUM MINERAL OPTIK & PETROGRAFI
Disusun Oleh:
A.RIZAL MATUFANI WIDYA LAKSANA
111.170.028
PLUG 6
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Batuan induk atau Source Rock adalah batuan berbutir halus yang
mampu menghasilkan hidrokarbon. Berdasarkan klasifikasi Waples tahun
1985 batuan induk dibagi menjadi 3 yaitu batuan induk efektif, mungkin
batuan induk dan batuan induk potensial. Suatu batuan dapat dikatak batuan
induk jika mempunyai kuantitas material organik, kualitas menghasilkan
hidrokarbon dan kematangan termal.
Batuan induk merupakan batuan yang kaya akan kandungan
material organic. Material organic dapat berupa kerogen dan bitumen.
Kerogen merupakan molekul organic yang mengalami polierisasi tinggi.
Kerogen merupakan sumber dari minyak dan gas bumi. Dengan melakukan
analisis batuan induk maka akan diketahui apakah batuan induk cukup
mengandung material organic dan mampu melakukan generasi untuk
menjadi minyak dan gas bumi.
Kuantitas material organik dalam batuan induk dapat diukur dengan
TOC ( Total Organic Carbon). Material Organik diklasifikasikan menjadi
dua tipe yaitu sapropelic dan humic (Potonie, 1908). Sapropelic
menunjukkan hasil dekomposisi dari lemak, zat organik lipid yang
diendapkan dalam lumpur bawah air pada kondisi oksigen terbatas dan
humic menjelaskan tentang hasil pembentukkan gambut dan yang biasanya
diendapkan pada rawa dalam kondisi ada oksigen. Kualitas ditentukan
dengan tipe kerogen yang terkandung dalam material organik, sedangkan
pengertian dari kerogen yaitu komplek molekul organik yang mengalami
polimerisasi tinggi, terdapat di batuan sedimen yang tidak larut dalam
pelarut organik biasa. Kematangan termal diukur dengan reflektansi vitrinit
dan analisa pirolisis..
BAB II
METODE
Metode Langsung :
1. Siapkan data yang sudah disediakan dan buka data rock eval
pyrolisis dan data analisis kerogen & vitrinit.
2. Menentukan harga HI (Hydrogen Index), OI (Oxygen Index), PI
(Production Index), dan PY (Potential Yield).
Rumus:
HI = (S2 / TOC) * 100
OI = (S3 / TOC) * 100
PY = S1 + S2
PI = S1 / (S1 + S2)
3. Menentukan polymorph colour berdasarkan SCI.
4. Membuat grafik dengan parameter TOC vs depth.
5. Membuat grafik dengan parameter TOC vs PY.
6. Memasukkan nilai HI dan OI pada diagram Van Krevelen untuk
mengetahui tipe kerogen.
7. Memasukkan persentase komponen kerogen ke Diagram Generasi
Tipe Hidrokarbon dan Kerogen (Dow & O’Connor, 1982).
8. Membuat grafik dengan parameter Ro% vs depth.
9. Memasukkan nilai HI dan TMax pada modifikasi espitale.
10. Menghitung nilai tipe kerogen menurut Merill dengan rumus = S2 /
S3 dan mengklasifikasikannya.
BAB III
PEMBAHASAN
Disediakan data berupa Rock Eval Pyrolysis dan Analisa Kerogen dan
Vitrinit Sumur Onshore Lapangan Wanokuni (Kode Jatim) seperti di bawah ini:
kematangan yaitu early mature, >3005 – 3045m = peak mature, >3045 – 3095 m
= late mature.
11. PY vs TOC
Nilai PY dari hasil perhitungan diplot dengan nilai TOC, hasil dari
pengeplotan kedua nilai tersebut menghasilkan kualitas dari hidrokarbon yang
terbentuk. Dasar pengklasifikasian didasari pada Tabel Persentase nilai TOC
(Peter & Cassa, 1994).
Tabel III.10 Tabel Persentase Nilai TOC (Peter & Cassa, 1994)
12. HI vs T max
1) 3000-3010 m = Condensate
2) 3010-3020 m = Condensate
3) 3020-3030 m = Condensate
4) 3030-3040 m = Dry Gas
5) 3040-3050 m = Wet Gas
6) 3050-3060 m = Condensate
7) 3060-3070 m = Dry Gas
8) 3070-3080 m = Dry Gas
9) 3080-3090 m = Condensate
10) 3090-3100 m = Condensate
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada lapangan wanokuni (kode Jatim) diatas
maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: