Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua manusia
dan kebutuhan tersebut essensial agar seseorang dapat bertahan hidup. Dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya, manusia dapat memenuhi secara mandiri ataupun dengan bantuan
orang lain. Terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar seseorang menentukan
tingkat kesehatan seseorang dan posisinya dalam rentang sehat-sakit.
Kebutuhan dasar manusia menurut teori hirarki Abraham Maslow terdiri atas
kebutuhan fisiologis, keselamatan dan rasa aman, rasa cinta, harga diri, dan aktualisasi
diri. Teori hirarki merupakan teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami
kebutuhan dasar manusia ketika mengaplikasikan asuhan keperawatan. Berdasarkan pada
tingkatan pada teori hirarki maslow, pemenuhan kebutuhan dasar manusia diawali
dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis yang meliputi kebutuhan oksigen dan pertukaran
gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makan, kebutuhan eliminasi urine,
kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan kesehatan temperatur tubuh,
dan kebutuhan seksual.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel (Hidayat, 2006). Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan.
Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
oksigennya. Fungsi sistem pernapasan dan jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen
tubuh (Potter & Perry, 2006). Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam
kelangsungan hidup sel dari jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses
metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses
bernapas (Tarwoto & Wartonah, 2010). Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan
kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak, tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel
tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak
merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu
menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan kekurangan

1
oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara
permanen (Kozier & Erb, 1998).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa definisi dari kebutuhan oksigenisasi?
2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenisasi?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi?
4. Apa saja masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi?

C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada individu yang normal.
b) Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai sebagai
berikut.
1. Mahasiswa menguasai pemenuhan konsep kebutuhan dasar oksigenasi.
2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara
mencari, mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media
informasi lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan kebutuhan oksigenisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kebutuhan Oksigen


Semua sel dalam tubuh menghasilkan energy, energi digunakan untuk
menyelenggarakan fungsi selulernya, Energi didapat melalui metabolisme zat makanan
(gula/ glukosa) dalam rangkaian reaksi kimia dengan menggunakan oksigen . Reaksi
kimia menghasilkan : energi, H2O dan CO2.
O2komponen gas & unsur vital d/ proses metabolisme untuk kelangsungan hidup sel-
sel tubuh.
Penyampaian O2 ke jaringan tubuh :
a. Sistem Respirasi
b. Kardiovaskuler
c. Hematologi
Oksigen penting untuk kehidupan. Konsentrasi oksigen dalam darah yang optimal
harus dipertahankan agar fungsi seluler bekerja terus. Apabila tubuh < O2  sel
mendapat energi dari glikolisis anaerob  menghasilkan energi dalam jumlah sedikit &
asam laktat
Glikolisis anaerob berlangsung lama  timbunan asam laktat akan merubah situasi
cairan tubuh menjadi lebih asam  menyebabkan aktivitas sel menurun
Dampak penurunan aktivitas sel :
* nafsu makan hilang
* penurunan jumlah urine
* pusing/ sakit kepala
* wajah nampak ngantuk
* cemas
* lelah
Pada kondisi lebih berat : penurunan tk kesadaran  koma (diawali klien gelisah
& tidak kooperatif.

3
B. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
a. Sistem Pernapasan Atas
Sistem pernapasan atas terdiri atas hidung, faring dan laring
1) Hidung
Hidung merupakan alat indera manusia yang menanggapi rangsang berupa bau
atau zat kimia yang berupa gas. Di dalam rongga hidung terdapat serabut saraf
pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau mempunyai
rambut-rambut halus (silia olfaktori) di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir
yang berfungsi sebagai pelembab rongga hidung.
2) Faring
Faring merupakan saluran berotot yang memanjang dari dasar tengkorak hingga
persambungannya dengan esophagus. Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu
nasofaring (di belakang hidung), orofaring (di belakang mulut) dan laringofaring
(di belaka,,,,ng laring). Di pangkal saluran pernapasan terdapat epiglotis yang
menjaga agar makanan tidak masuk ke saluran pernapasan.
3) Laring
Merupakan saluran yang terletak di depan bagian terendah faring. Di dalam
laring terdapat pita suara yang berfungsi menghasilkan bunyi atau suara. Selain
itu, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan jalan nafas dan melindungi
jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.

Proses mendapatkan O2 dan mengeluarkan CO2 Melibatkan sistem :

Melibatkan sistem :
1.Respirasi
2.Kardiovaskuler

Terjadi melalui 3 tahapan :


1. Ventilasi paru
2. Difusi Gas
3. Transportasi Gas

4
b. Sistem Pernapasan Bawah
1) Trakea
Trakea merupakan saluran udara dengan panjang sekitar 9 cm dan disokong
oleh cincin - cincin kartilago. Trakea dimulai dari laring dan memanjang
hingga kira - kira ketinggian vertebra torakalis kelima.
2) Bronkus dan paru paru
Ujung bawah trakea bercabang dua, ke kanan dan ke kiri. Setiap
percabangannya disebut bronkus. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar
daripada bronkus kiri. Di dalam paru paru, bronkus utama bercabang - cabang
lagi menjadi bronkus yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus terminal.
Bronkiolus berujung pada gelembung - gelembung halus yang dinamakan
alveoli. Alveoli memiliki dinding yang elastis dan banyak mengandung
kapiler darah. Pada bagian inilah terjadi pertukaran gas antara
oksigen dan karbon dioksida. Paru - paru terdiri atas dua bagian yaitu paru
kanan dan paru kiri. Paru kanan terdiri atas tiga lobus (atas, tengah, dan
bawah) sedangkan paru kiri terdiri atas dua lobus (atas dan bawah). Paru -
paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura. Diantara kedua pleura
terdapat cairan limfa yang melindungi paru - paru dari gesekan ketika
mengembang dan mengempis. Selaput pembungkus paru paru sebelah dalam
disebut pleura viseralis atau pleura paru - paru, sedangkan selaput sebelah luar
disebut pleura parietalis atau pleura dinding rongga dada.

5
C. Proses Masuknya Oksigen
a. Ventilasi paru
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru • Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
 Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
 Adanya kondisi jalan napas yang baik
 Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.

6
b. Difusi Gas
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
 Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
 Adanya kondisi jalan napas yang baik
 Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh
dan Co2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah,
latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

7
D. Definisi kebutuhan oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen


yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel (Potter & Perry, 2005). Tanpa oksigen dalam waktu
tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian.
Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih
mampu mentoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen
berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier
dan Erb, 1998).

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi


Dalam Tarwoto Wartonah (2006) disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi antara lain faktor fisiologi, perkembangan, perilaku, dan
lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi:
1. Faktor Fisiologi
 Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia.
 Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi
saluran nafas bagian atas.
 Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport
O2 terganggu.
 Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dan lain-lain.
 Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, penyakit kronik TB paru.

2. Faktor Perkembangan
 Bayi premature : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
 Bayi dan toddler : adanya resiko saluran pernafasan akut

8
 Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernafasan dan
merokok.
 Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatan penyakit jantung dan paru-paru.
 Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriesklerosis elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.

3. Faktor Perilaku
 Nutrisi : misalnya, pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang memburuk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis
 Exercise : akan meningkatkan kebutuhan oksigen
 Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner
 Alkohol dan obat-obatan menyebabkan limfake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol menyebabkan depresi
pusat pernafasan.
 Kecemasan menyebabkan metabolism meningkat

4. Faktor lingkungan
 Tempat kerja
 Suhu lingkungan
 Ketinggian tempat dari permukaan laut

F. Masalah yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi


Masalah atau gangguan yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu
perubahan fungsi jantung dan perubahan fungsi pernafasan. Perubahan fungsi jantung
yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu gangguan konduksi jantung seperti
disritmia (takikardia/bradikardia), menurunnya cardiac output seperti pada pasien
dekompensi kordis menimbulkan hipoksia jaringan, kerusakan fungsi katup seperti pada
stenosis, obstruksi, myokardial iskemia/infark mengakibatkan kekurangan pasokan darah

9
dari arteri koroner ke miokardium sedangkan pada perubahan fungsi pernafasan masalah
yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu hiperventilasi, hipoventilasi dan
hipoksia (Wartonah, 2006).
Tabel berikut menjelaskan perubahan fungsi pernafasan yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi
Perubahan fungsi Definisi Tanda dan gejala
No. pernafasan
1. Hiperventilasi Upaya tubuh dalam Takikardia, nafas
menigkatkan jumlah O2 pendek, nyeri dada
dalam paru-paru agar (chest pain),
pernafasan lebih cepat dan menurunnya
dalam. konsesntrasi,
disorientasi.
2. Hipoventilasi Terjadi ketika ventilasi Nyeri kepala,
alveolar tidak adekuat penurunan kesadaran,
untuk memenuhi O2 tubuh disorientasi, kardiak
atau mengeluarkan CO2 distrima,
dengan cukup, biasanya ketidakseimbangan
tejadi pada atelektasis elektrolit, kejang dan
(kolaps paru) kardiak arrest.
Hipoksia Kondisi tidak tercukupinya Kelelahan, kecemasan,
3. pemenuhan O2 dalam menurunnya
tubuh akibat dari defiansi kemampuan
O2 yang diinspirasi atau konsentrasi, nadi
meningkatnya penggunaan meningkat, pernafasan
O2 di sel cepat dan dalam,
sianosis, sesak nafas
dan clubbing finger.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Menghitung Pernafasan
Menghitung pernafasan adalah suatu tindakan dalam menghitung jumlah pernafasan
pasien dalam 1 menit. Pernafasan adalah peristiwa mengambil oksigen (menarik nafas /
inspirasi)dan mengeluarkan. Pernapasan diukur dalam napas per menit atau bpm (breaths
per minute). Untuk mendapatkan hasil akurat, orang tersebut perlu beristirahat. Itu berarti
dia tidak bernapas lebih cepat dari pada biasanya karena mengerjakan olahraga. Dia harus
tetap diam selama setidaknya 10 menit sebelum Anda menghitung denyutnya.
- Mintalah dia duduk tegak. Jika Anda akan mengukur tingkat pernapasan bayi,
baringkan bayi secara telentang pada permukaan yang kukuh.
- Gunakan stopwatch untuk menghitung napas selama satu menit. Hitunglah berapa
kali dada orang tersebut naik dan turun selama menit tersebut.
- Jika Anda mengatakan kepada orang tersebut bahwa Anda akan mengukur
pernapasannya, tingkat pernapasannya mungkin akan berubah tanpa disadarinya.
Mintalah dia untuk bernapas seperti biasanya. Untuk meningkatkan keakuratan
hasil, Anda dapat melakukan penghitungan sebanyak tiga kali dan hitunglah rata-
rata dari hasil tersebut.
- Jika Anda memiliki waktu yang terbatas, hitunglah napas dalam waktu 15 detik,
lalu kalikan jumlah napas dengan 4. Ini akan memberikan perkiraan napas per
menit yang dekat dan berguna untuk keadaan darurat.

B. Mmposisikan Pasien Fowler dan Semifowler


1) Posisi fowler
Posisi fowler adalah posisise tengah duduk atau duduk. Dimana bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan :

11
 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
 Meningkatkan rasa nyaman.
 Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatkan ekspansi
dada dan ventilasi.
 Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap.

Indikasi :
 Pada pasien yang mengalami gangguan pernafasan
 Pada pasien yang mengalami imobilitas
Alat dan bahan :
 Tempat tidur khusus.
 Selimut
Cara kerja :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Dudukkanpasien
 Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atar tempat tidur
 Untuk fowler (45-90 derajat)

2) Posisi semi fowler


Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-45 derajat.
Tujuan :
 Mobilisasi

12
 Memberikan perasaan lega pada klien sesak nafas
 Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
Cara / prosedur :
 Gunakan bantal untuk menyokonglengan dan kepala klien jika tubuh bagian
atas klien lumpuh
 Letakkan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien,
menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya tekanan
dibawah jarak poptila (dibawah lutut)

C. Mengumpulkan Sputum untuk Pemeriksaan


Jangan mengambil sputum di ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk,
misalnya:
 Kamar kecil / toilet
 Ruang kerja (ruang pendaftaran, ruang pengumpulan sampel, laboratorium,
dsb)
 Ruang tunggu, ruang umum lainnya

Syarat pot sputum yang ideal :


 Sekali pakai.
 Bahan kuat, tidak bocor dan tidak mudah pecah.
 Tutup berulir, dapat menutup rapat.
 Plastik jernih/ tembus pandang.
 Mulut lebar, diameter 6 cm.

13
 Dapat ditulisi dengan pena

Pot sputum yang tidak dianjurkan:


 Tidak tembus pandang
 Terlalu kecil
 Tutup tidak berulir

D. Memberikan Oksigen Nasal Kanul


Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali bernafas.
Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama
melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan
hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses
metabolismenya, oksigen hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan
air (H2O). Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan
1 atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah. Terapi oksigen
adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan
dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan (Standar Pelayanan Keperawatan di ICU,
Dep.Kes. RI, 2005).

14
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi
oksigen dalam ruangan adalah 21 %, (Brunner & Suddarth,2001). Teknik Pemberian
Oksigen dengan Face Mask dan Nasal Kanul 1. Nassal kanul, / binasal kanula
Alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6lt/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 24%-44%.
Alat dan bahan:
 Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier.
 Kanula nasal dan selang oksigen.
 Plester jika perlu.
Prosedur kerja:
 Cuci tangan.
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
 Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,
 Atur posisi pasien pada posisi semi fowler atau sesuai kondisi pasien.
 Sambungkan kanul pada set oksigen dan sesuaikan flow meter
 Cek apakah oksigen sudah keluar melalui kanul nasal, apakah timbul
gelembung pada humidifier, atau apakah selang oksigen terlipat
 Letakkan cabang kanul pada lubang hidung. Atur selang dengan
melingkarkannya di kepala atau menyelipkannya pada daun telinga.
 Anjurkan pasien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup.
 Catat pemberian dan lakukan abservasi setiap 6- 8 jam.
 Cuci tangan.

15
E. Melatih Napas Dalam
Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan
dada mengembang penuh (Parsudi, dkk., 2002). Tujuan nafas dalam adalah
untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi
kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi
otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan
yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi
pernafasan, mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja bernafas
(Suddarth & Brunner, 2002).
Latihan nafas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik, ini merupakan teknik jiwa
dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai rutinitas guna mendapatkan efek
relaks. Praktik jangka panjang dari latihan pernafasan dalam akan memperbaiki
kesehatan. Bernafas pelan adalah bentuk paling sehat dari pernafasan dalam (Brunner
&Suddarth, 2002).

Prosedur kerja:
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien.
 Atur posisi pasien untuk duduk di kursi atau tempat tidur.
 Anjurkan pasien untuk menarik napas dengan kekuatan penuh dari perut
dan dialirkan ke dalam paru paru.

16
 Anjurkan pasien untuk menahan napas selama1-1,5 detik dan
menghembuskan napas melalui mulut dengan bentuk mulut mencucu atau
seperti orang meniup.
 Catat respon yang teriadi.
 Cuci tangan.

F. Melatih Batuk Efektif


Pengertian,Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana dapat
energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal (Smeltzer, 2001).

Tujuan Teknik Batuk Efektif


1. Melatih otot-otot pernafasan agar dapat melakukan fungsi dengan baik
2. Mengeluarkan dahak atau seputum yang ada disaluran pernafasan
3. Melatih klien agar terbiasa melakukan cara pernafasan dengan baik
Indikasi teknik batuk efektif,Dilakukan pada pasien seperti :COPD/PPOK,
Emphysema, Fibrosis, Asma, chest infection, pasien bedrest atau post operasi
Kontra indikasi batuk efektif
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akut
infark dan aritmia.
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas

17
Alat dan Bahan yang disediakan
1. Tissue/sapu tangan
2. Wadah tertutup berisi cairan desinfektan (air sabun / detergen, air bayclin, air
lisol) atau pasir.
3. Gelas berisi air hangat
Cara Mempersiapkan Tempat Untuk Membuang Dahak
1. Siapkan tempat pembuangan dahak: kaleng berisi cairan desinfektan yang
dicampur dengan air (air sabun / detergen, air bayclin, air lisol) atau pasir
2. Isi cairan sebanyak 1/3 kaleng
3. Buang dahak ke tempat tersebut
4. Bersihkan kaleng tiap 2 atau 3 kali sehari.
5. Buang isi kaleng bila berisi pasir : kubur dibawah tanah
6. Bila berisi air desinfektan : buang di lubang WC, siram
7. Bersihkan kaleng dengan sabun
Teknik Batuk Efektif
1. Tarik nafas dalam 4-5 kali
2. Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2 detik
3. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat dan spontan
4. Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha” atau “huf..huf..huf..”
5. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan

G. Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Oksigenasi


1) Data Fokus Pengkajian Masalah Pada Pemenuhan Oksigenasi
1. Riwayat keperawatan
 Keletihan (fatigue)
 Dispnea
 Batuk
 Mengi (wheezing)
 Nyeri
 Pemaparan geografi /lingkungan
 Infeksi pernafasan

18
 Faktor risiko
 Obat-obatan
2. Pemeriksaan Fisik
 Insfeksi : Observasi dari kepala sampai ujung kaki untuk mengkaji
kulit dan warna membran mukosa (pucat, sianosis), penampilan
umum, tingkat kesadaran (gelisah), keadekuatan sirkulasi sistemik,
pola pernapasan, dan gerakan dinding dada
 Palpasi : temperatur kulit, fremitus, pengembangan dada, krepitasi,
massa, edema, dll.
 Perkusi : intensitas, tinggi rendahnya suara serta kualitas dan
lokasinya. untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau benda
padat di jaringan. Lima nada perkusi adalah resonansi,
hiperresonansi, redup, datar, timpani.
 Auskultasi : vesikuler, bronchial, bronchovesikuler, rales, ronchi,
lokasi dan perubahan suara nafas serta saat terjadinya. Auskultasi
untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksa harus
mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas.
Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan
udara di sepanjang lapangan paru : anterior, posterior, dan lateral.
Suara napas tambahan terdengar jika paru mengalami kolaps,
terdapat cairan, atau obstruksi
3. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan
spirometer. Klien bernapas melalui masker mulut yang
dihubungkan dengan spirometer. Pengukuran yang dilakukan
mencakup volume tidal (Vт), volume residual (RV), kapasitas
residual fungsional(FRC), kapasitas vital (VC), kapasitas paru total
(TLC).
 Kecepatan Aliran Ekspirasi Puncak (Peak Expiratory Flow
Rate/PEFR)

19
PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi
maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran
jalan napas menjadi besar.
 Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi hydrogen
(H+), tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida
(PaCO2), dan saturasi oksihemoglobin (SaO2), pH, HCO3-.
 Oksimetri
Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
(SaO2), yaitu persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen.
 Hitung Darah Lengkap Darah vena.
Untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi hemoglobin,
hematokrit, leukosit, eritrosit, dan perbedaan sel darah merah dan
sel darah putih.
 Pemeriksaan sinar X dada
Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi
adanya cairan (pneumonia), massa (kanker paru), fraktur
(klavikula dan costae), proses abnormal (TBC).
 Bronkoskopi
Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan
cairan atau sampel sputum dan untuk mengangkat plak lendir atau
benda asing yang menghambatjalan napas.
 CT Scan
CT scann dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran
dan lokasi, tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe jaringan.
 Kultur Tenggorok
Kultur tenggorok menentukan adanya mikroorganisme patogenik,
dan sensitivitas terhadap antibiotik.
 Spesimen Sputum
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme
 yang berkembang dalam sputum, resistensi, dan sensitivitas

20
terhadap obat.
 Skin Tes Pemeriksaan kulit
Untuk menentukan adanya bakteri, jamur, penyakit paru viral, dan
tuberkulosis.
 Torasentesis
Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang
pleura dengan jarum untuk mengaspirasi cairan untuk tujuan
diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk mengangkat spesimen
untuk biopsi.

2) Dx. Keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Ketidak efektifan bersihan jalan napas adalah keadaan dimana seseorang tidak
mampu untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan guna
mempertahankan kepatenan jalan napas.
Berhubungan dengan:
a) penurunan energi;
b) kelemahan;
c) infeksi trakheobronkhial;
d) obstruksi;
e) sekresi;
f) kerusakan persepsi atau kognitif;
g) trauma.
Ditandai dengan:
a) suara napas abnormal: rales, crackles, ronkhi, wheezing;
b) perubahan irama dan kedalaman pernapasan;
c) takhipea;
d) efektif/inefektif batuk dengan atau tanpa sputum;
e) dispnea;
f) kesulitan bersuara.

21
3) Dx. Keperawatan : Kerusakan pertukaran gas
Kerusakan pertukaran gas adalah keadaandimana seseorang mengalami
penurunan pertukaran oksigen dan/atau karbon dioksida antara alveoli paru dan
sistem vaskular.
Berhubungan dengan:
a) ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi;
b) kerusakan alveoli;
c) pemasukan oksigen tidak adekuat.
Ditandai dengan:
a) bingung;
b) somnolen;
c) gelisah;
d) iritabilitas;
e) tidak mampu mengeluarkan sekresi;
f) hiperkapnea, hipoksia;
g) sianosis;
h) Nilai gas darah abnormal.
4) Dx. Keperawatan : Ketidakefektifan pola napas
Ketidak efektifan pola napas adalah keadaan dimana pola inhalasi dan/atau
ekshalasi seseorang tidak memungkinkan untuk mengembang atau mengempiskan
paru secara adekuat.
Berhubungan dengan:
a) kerusakan neuromuscular;
b) nyeri;
c) kerusakan musculoskeletal;
d) kerusakan persepsi atau kognitif;
e) kecemasan;
f) penurunan energi;
g) kelemahan;
Ditandai dengan:
a) dispnea;

22
b) napas pendek;
c) takhipnea;
d) fremitus;
e) nasal flaring (pernapasan cuping hidung);
f) perubahan kedalaman pernapasan;
g) pernapasan pursed-lip atau;
h) ekspirasi panjang;
i) peningkatan diameter anteroposterior;
j) penggunaanotot-otot asesoris;
k) perubahan bentuk dada;
l) posisi tubuh
5) Rencana Keperawatan
 Klien akan menunjukkan pengetahuan tentang pencegahan disfungsi
pernapasan.
 Jaringan klien akan mempunyai oksigenasi yang adekuat.
 Klien akan mengeluarkan sekresi pulmonar
 Klien akan mempunyai koping yang efektif dengan perubahan konsep diri
dan gaya hidup.
6) Rencana Tindakan Keperawatan
Promosi kesehatan dalam lingkungan perawatan primer
 Vaksin influenza dan pneumokokus
 Polutan lingkungan
Perawatan akut dan tersier
 Mempertahankan kepatenan jalannafas: teknik batuk, teknik pengisapan,
jalan napas buatan.
 Mobilisasi sekresi pulmonar: hidrasi, humidifikasi, nebulisasi
 Mempertahankan/ meningkatkan pengembangan paru: pengaturan posisi,
fisioterapi dada, selang dada.
 Mempertahankan dan meningkatkan oksigenasi: nasal kanul, masker
oksigen

23
7) Perawatan Restoratif /Rehabilitatif
 Latihan otot pernapasan
 Latihan pernapasan
 Mengatur posisi tidur klien.
 Memberikan oksigen
 Melalui nasal kanula dan masker.
 Melatih nafas dalam.
 Melatih klienbatuk efektif.
 Perawatan WSD
8) Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
1) Tujuan: Klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang pencegahan
disfungsi pernapasan. Kriteria hasil:
a. setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien mendemonstrasikan
teknik napas dalam dan batuk;
b. setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien mendiskusikan efek
fisiologis merokok;
c. klien bergabung dan secara teratur mengikuti pertemuan program
stop merokok selama 6 bulan.
2) Tujuan: Klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang manajemen
disfungsi pernapasan secara optimal. Kriteria hasil:
a) Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien membuat daftar
tanda-tanda infeksi pernapasan dan mengetahui kapan memanggil
dokter;
b) Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, pada beberapa
pengobatan yang diberikan untuk masalah pernapasan, klien
menggambarkan nama, cara kerja dan efek samping obat, dosis
yang diberikan, dan beberapa pertimbangan khusus untuk
pemberian;
c) Sebelum pulang, klien mendemonstrasikan penggunaan peralatan
oksigen di rumah secara aman; d)

24
d) Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien mendemonstrasikan
pernapasan pursed-lip

3) Tujuan: Klien akan mengeluarkan sekresi pulmonar Kriteria hasil:


a) setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien mendemonstrasikan
teknik batuk yang tepat;
b) klien minum paling sedikit 6 gelas air sehari, sebagai indikasi
dalam catatan sehari-hari;
c) pemberi perawatan atau orangtua mendemonstrasikan teknik
fisioterapi dada secara tepat, meliputi perkusi, vibrasi, danpostural
drainase, pada home visit berikutnya;
d) klien mendemonstrasikan teknik suction sendiri dengan benar
sebelum pulang.
4) Tujuan: Klien akan menggunakan kopingsecara efektif dengan
perubahankonsep diri dan gaya hidup Kriteria hasil:
a) dalam 6 bulan diagnosis, klien secara verbal mengatakan
bagaimana kondisi pernapasan telah menyebabkanperubahan
dalam gaya hidup;
b) selama 1 minggu diagnosis, klien mengidentifikasidukungan
orang-orang untuk memberikan kekuatan emosi;
c) di akhir pendidikan kesehatan, klien membuatdaftar agen dan
pelayanan komunitas yang ia rencanakan akan digunakan;
d) sebelum pulang, klien mendemonstrasikan cara menghemat
oksigen antara lain duduk selama mengenakan baju dan
merencanakan periode istirahat;
e) sebelum pulang, klien secara verbal mengatakan posisi seksual
yang membutuhkan pengeluaran sedikit oksigen.

25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau
bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen
akan mengalami gangguan.

4.5 Saran
Dalam mempelajari materi ini, harusnya mahasiswa dan pembaca dapat mencari berbagai
referensi agar isi tidak menyimpang dari materi dan sesuai dengan yang seharusnya pada BPKM.

26
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
Kusyati, Eni, dkk. 2016. Keterampilan & Prosedural Laboratorium Keperawatan Dasar, Ed. 2.
Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:EGC.
Rosdahl, Caroline Bunker. 2014. Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.
Yankes, Ditjen. 2018 “teknik batuk efektif” http://www.yankes.kemkes.go.id/read-teknik-batuk-
efektif-4229.html /4/2/2020.
Unhas, FK. 2017 “buku panduan pemeriksaan sputum” https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-
content/uploads/2017/09/SPUTUM-2017.pdf /4/2/2020.

27

Anda mungkin juga menyukai