Anda di halaman 1dari 17

Integrasi Muatan Lokal

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Perencanaan Pembelajaran

yang dibimbing oleh Bapak Syaad Patmanthara

Oleh :

Neo Ordikla Priyawibawa 170533628612

Suti Mega Nur Azizah 170533628545

PTI C 2017

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil ‘alamiin, segala puji bagi Allat SWT yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat sehat sehingga penulis dapat diberikan kesempatan
agar bisa menyelesaikan makalah dengan judul ‘Integrasi Muatan Lokal’. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satutugas matakuliah Perencanaan Pembelajaran yang dibimbing oleh
Bapak Syaad Patmanthara.

Makalah ini berisi tentang pengertian, tujuan, penyusunan serta pengembangan muatan
lokal. Penulis berharap dengan adanya makalah ini, pembaca dapat lebih memamahi tentang
muatan lokal yang digunakan dalam merancang perencanaan pembelajaran.

Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini. Sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini dan sebagai pedoman pembuatan makalah ke depannya. Selain itu kami juga berterimakasih
kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini hingga
selesai.

Malang, 17 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

1.3 Tujuan .................................................................................................................. 1

BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

2.1 Pengertian Muatan Lokal .................................................................................... 2

2.2 Tujuan Muatan Lokal ......................................................................................... 3

2.3 Penyusunan Muatan Lokal .................................................................................. 5

2.4 Pengembangan Muatan Lokal ............................................................................. 8

BAB 3 PENUTUP .............................................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 12

3.2 Saran .................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Muatan Lokal merupakan mata peajaran atau kegiatan kurikuler untuk


mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak bisa dikelompokkan ke dalam
mata pelajaran yang ada. Dengan landasan kurikulum muatan lokal diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 Tentang
Muatan Lokal Kurikulum 2013, muata lokal menjadi mata pelajaran yang beridiri
sendiri dan mempunyai alokasi waktu tersendiri. Muatan lokal sebagai mata
pelajaran yang berdiri sendiri tentu dapat diberikan alokasi jam pelajaran. Misalnya,
mata pelajaran bahasa daerah, pendidikan kesenian, dan pendidikan keterampilan.
Demikian pula, sebagai bahan kajian tambahan dari bahan kajian yang telah ada
atau sebagai satu atau lebih pokok bahasan dapat diberikan alokasi waktu.

Tetapi muatan lokal sebagai bahan kajian yang merupakan penjabaran yang
lebih mendalam dari pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang telah ada sukar
untuk diberikan aiokasi jam pelajaran. Bahkan muatan lokal berupa disiplin di
sekolah, sopan santun berbuat dan berbicara, kebersihan sena keindahan sangat
sukar bahkan tidak mungkin diberikan alokasi waktu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan muatan lokal?
2. Apa tujuan dan fungsi muatan lokal?
3. Bagaimana cara menyusun muatan lokal?
4. Bagaimana cara mengembangkan muatan lokal?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian muatan lokal.
2. Mendeskripsikan tujuan muatan lokal.
3. Menjabarkan penyusunan muatan lokal.
4. Menjabarkan pengembangan muatan lokal.

1
2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Muatan Lokal

Muatan lokal diartikan sebagai program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan
lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu diajarkan
kepada siswa.

Menurut para ahli, muatan lokal dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Dakir (2004:102)
Menurut Dakir, muatan lokal adalah program dan pendidikan yang isi dan
penyimpanannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya
serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah itu.
b. Supriadi (2005:204)
Menurut Supriadi, muatan lokal dalam pendidikan menunjuk pada
karakteristik atau bobot yang bersifat lokal yang secara sadar dan sistemik
memberikan corak pada bagaimana kurikulum diimplementasikan sesuai
dengan kemampuan, daya dukung, kepentingan lokal.
c. Pusat Kurikulum (2007:4)
Menurut Pusat Kurikulum, muatan lokal adalah kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran
muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan yang disesuaikan dengan
karakteristik daerah masing-masing.
d. Haromain (2009: 43)
Menurut Haromain, muatan lokal adalah muatan untuk mengembangkan
potensi daerah sebagai sebagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan di
sekolah. Selain itu muatan lokal juga sebagai upaya untuk melestarikan
bahasa daerah yang berbasis kebudayaan dan kesenian pada daerah dimana
sekolah itu berkembang.
e. Mulyasa (2009:272)

3
Menurut Mulyasa, muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar

2.2 Tujuan Muatan Lokal

Pembelajaran dan kurikulum muatan lokal dilaksanakan dalam rangka


mengenalkan dan mewariskan nilai karakteristik suatu daerah kepada siswa. Selain
itu, muatan lokal juga untuk mengembangkan sumber daya yang ada di suatu daerah
sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan daerah tersebut.

Muatan lokal diberikan dalam rangka pengenalan pemahaman dan pewarisan


nilai karakteristik daerah kepada peserta didik. Rapat Kerja Nasional tentang
pendidikan telah menggariskan secara kurikuler bahwa program muatan lokal
dimasukkan dalam kurikulum. Alokasi waktu untuk melaksanakan program muatan
lokal maksimal sebanyak 20% dari keseluruhan program kurikulum yang berlaku.

Pemberian alokasi waktu yang maksimal 20% ini penting karena kita harus
memelihara hubungan akrab antara peserta didik dengan lingkungannya, serta
adanya usaha pewarisan dan pemeliharaan sifat khusus berupa diselenggarakannya
pendidikan yang dapat mengenalkan dan menemukan sedini mungkin maksud
tersebut. Oleh karena itu, kurikulum sekolah harus diorientasikan kepada
lingkungan daerah setempat. Dengan kata lain, sekolah harus dapat memanfaatkan
lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.

Pemanfaatan lingkungan alam, sosial, dan budaya suatu daerah sebagai sumber
belajar atau sebagai bahan pengajaran mempermudah peserta didik dalam
memahaminya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ausuebel (1969)
bahwa penyampaian bahan kepada siswa harus diawali dengan pengenalan tentang
apa yang ada disekitarnya. Jadi, peserta didik akan memiliki pemahaman dan juga
wawasan yang mantap tentang lingkungan sekitar/daerahnya. Bagaimanapun,
bukan berarti hal ini akan membatasi upaya peserta didik untuk menguasai dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4
Pelaksanaan muatan lokal selain dimaksudkan untuk mempertahankan
kelestarian, juga untuk melakukan usaha pembaruan atau modernisasi. Selain itu,
pelaksanaan muatan lokal juga bermaksud untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang ada di daerah itu sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan daerah, sekaligus mencegah terjadinya depopulasi daerah itu dari
tenaga produktif.

Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program muatan lokal


bertujuan:

1. Tujuan langsung
a. Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
b. Sumber belajar didaerah, dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan
pendidikan.
c. Murid dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di
sekitarnya.
d. Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
budaya yang terdapat di daerahnya.
2. Tujuan tak langsung
a. Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
b. Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya
sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. Murid menjadi akrab dengan lingkungan sendiri.

Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, besar kemungkinan


murid dapat mengamati dan melakukan percobaan kegiatan belajar sendiri. Belajar
mencari, mengolah, menemukan informasi sendiri, dan menggunakan informasi
untuk memecahkan masalah yang ada dilingkungannya merupakan pola dasar dari
belajar. Belajar tentang lingkungan mempunyai daya tarik tersendiri bagi seorang
anak. Jean Piaget (1958) mengatakan bahwa makin banyak seorang anak melihat
dan mendengar, makin ingin ia melihat dan mendengar.

Lingkungan secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap cara belajar


seseorang menegaskan bahwa lingkungan sebagai kondisi,daya,dan dorongan
eksternal dapat memberikan suatu situasi kerja disekitar murid. Karena itu,

5
lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya untuk membentuk dan
memberi kekuatan atau dorongan eksternal untuk belajar pada seseorang.

Namun demikian, aplikasi program muatan lokal tersebut dapat tercapai dengan
baik jika pendidik dan kepala sekolah dapat mengembangkannya sesuai dengan
asas-asas pengembangan kurikulum yang berlaku dan dapat mengikutsertakan
masyarakat sekitar dalam pelaksanaan program tersebut. Pelaksanaan muatan lokal
di sekolah ini tidak akan dapat berjalan lancar dan mendapatkan hasil optimal kalau
tidak didukung oleh semua pihak yang ikut bertanggung jawab terhadap
keberhasilan pendidikan, karena dalam pelaksanaan muatan lokal ada beberapa hal
yang tidak mungkin dapat dilaksanakan sendiri oleh pihak di sekolah, misalnya
sarana-prasarana, narasumber, dan juga biaya. Keikutsertaan masyarakat dalam
pelaksanaannya sangatlah diharapkan. Dengan kata lain, sekolah harus dapat
memanfaatkan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.

2.3 Pengertian Muatan Lokal

Sebelum menyusun muatan lokal, satuan pendidikan perlu melakukan


serangkaian kegiatan agar muatan lokal yang disusun benar-benar realistis dan
implementatif sesuai dengan kebutuhan peserta didik untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan daerah.

Langkah awal penyusunan muatan lokal, meliputi (1) identifikasi keadaan dan
kebutuhan lingkungan/daerah, (2) identifikasi potensi daya dukung internal dan
eksternal, (3) identifikasi materi pembelajaran muatan lokal sesuai dengan
kebutuhan dan potensi satuan pendidikan, dan (4) kerjasama dengan pihak.

1. Identifikasi Kondisi dan Kebutuhan Daerah


Kegiatan identifikasi ini dilakukan untuk mendata dan menelaah
berbagai kondisi dan kebutuhan daerah. Data dapat diperoleh dari berbagai
pihak yang terkait seperti Pemerintah Daerah dan dunia usaha/industri.
Pengumpulan data untuk identifikasi kondisi dan kebutuhan daerah
dapat dilakukan melalui wawancara atau pemberian kuesioner kepada
responden. Dalam melakukan wawancara atau menyusun kuesioner data
yang akan dikumpulkan dapat berupa:

6
a) Kondisi sosial (hubungan kemasyarakatan antar-penduduk,
kerukunan antarumat beragama, dan sebagainya.)
b) Kondisi ekonomi (mata pencaharian penduduk, rata-rata
penghasilan, dsb.)
c) Aspek budaya (etika sopan santun, kesenian daerah, bahasa yang
banyak digunakan, dan sebagainya.)
d) Kekayaan alam (pertambangan, perikanan, perkebunan, dan
sebagainya.)
e) Makanan khas daerah (gado-gado Jakarta, asinan Bogor, gudeg
Yogya, rendang Padang, dan sebagainya.)
f) Prioritas pembangunan daerah (busway, pusat perbelanjaan,
pengentasan kemiskinan, dan sebagainya)
g) Kepedulian masyarakat akan konservasi dan pengembangan daerah
h) Jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menunjang kebutuhan daerah (sebagai kota jasa, kota perdagangan,
dan kota pariwisata), seperti kemampuan berbahasa asing,
keterampilan komputer, dan lain-lain.
2. Identifikasi Potensi Satuan Pendidikan
Kondisi satuan pendidikan baik negeri maupun swasta di berbagai
daerah sangat bervariasi. Oleh karena itu, untuk menentukan muatan lokal
yang akan dilaksanakan, setiap satuan pendidikan harus melakukan
identifikasi terhadap potensi masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk
mendata dan menganalisis daya dukung yang dimiliki. Kegiatan yang
dilaksanakan adalah analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan
yang ditekankan pada kebutuhan peserta didik yang harus memperhatikan:
a) Lingkungan, sarana dan prasarana,
b) Ketersediaan sumber dana,
c) Sumber daya manusia (pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta
didik),
d) Dukungan Komite Sekolah dan masyarakat setempat,
e) Dukungan unsur lain seperti dunia usaha/industri, Kemungkinan
perkembangan sekolah.
3. Identifikasi Jenis Muatan Lokal

7
Berdasarkan kajian berbagai sumber, satuan pendidikan dapat memilih
atau menentukan jenis muatan lokal yang memungkinkan untuk
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan potensi satuan
pendidikan. Penentuan jenis muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
a) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik (fisik,
psikis, dan sosial);
b) Ketersediaan pendidik yang diperlukan;
c) Ketersediaan sarana dan prasarana;
d) Ketersediaan sumber dana;
e) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
f) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
g) Diperlukan oleh lingkungan sekitar.
Berbagai jenis muatan lokal yang dapat dikembangkan misalnya:
a) Kesenian daerah
b) Tata busana, tata boga, perawatan tubuh, dan sejenisnya
c) Elektronika
d) Kewirausahaan dan industri kecil
e) Pendayagunaan potensi kelautan
f) Lingkungan hidup
g) Pembinaan karakter
h) Komputer
i) Bahasa Asing
4. Kerjasama dengan Unsur Lain
Pengembangan muatan lokal bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh
karena itu, satuan pendidikan harus mempersiapkan berbagai hal untuk
memperlancar pengembangan muatan lokal yang akan dilaksanakan pada
satuan pendidikan masing-masing.
Satuan pendidikan dan komite sekolah mempunyai wewenang penuh
dalam menentukan jenis muatan lokal yang akan dilaksanakan. Tim
pengembang kurikulum yang sudah dibentuk di setiap satuan pendidikan,
bertanggung jawab dalam pengembangan muatan lokal. Dalam hal ini, perlu
dipertimbangkan pula masukan dari guru yang akan mengampu mata
pelajaran muatan lokal.

8
Di samping itu, satuan pendidikan perlu menjalin kerjasama dengan
unsur-unsur lain, seperti Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/
Kabupaten/ Kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP),
Perguruan Tinggi, dan instansi/lembaga lain misalnya dunia usaha/industri,
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan
Dinas lain yang terkait. Dalam kerjasama ini masing-masing unsur memiliki
peran, tugas, dan tanggung jawab tertentu.

2.4 Pengertian Muatan Lokal

Setelah melaksanakan langkah awal penyusunan muatan lokal, satuan


pendidikan dapat menentukan muatan lokal yang akan dilaksanakan.
Pengembangan muatan lokal memerlukan penanganan secara profesional dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya. Dengan demikian, muatan lokal dapat
mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, serta memperhatikan
keseimbangan dengan kurikulum satuan pendidikan masing-masing.

1. Rambu-rambu Pengembangan Muatan Lokal


Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan muatan
lokal:
a) Satuan Pendidikan yang mampu menyusun Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar serta silabusnya dapat melaksanakan muatan
lokal sendiri sesuai dengan yang diprogramkan.
b) Satuan Pendidikan yang belum mampu menyusun Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus muatan lokal
sendiri, dapat bekerjasama dengan satuan pendidikan lain terdekat
yang masih dalam satu wilayah. Apabila beberapa dalam satu
wilayah belum mampu mengembangkan muatan lokal, maka yang
bersangkutan dapat meminta bantuan Dinas Pendidikan setempat.
c) Materi pembelajaran muatan lokal hendaknya sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan
pengetahuan dan cara berpikir, emosi, dan sosial. Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik
dan tidak mengganggu penguasaan mata pelajaran lain.

9
d) Program pembelajaran muatan lokal hendaknya dikembangkan
secara kontekstual dengan melihat kedekatan dengan peserta didik
yang meliputi kedekatan secara fisik dan psikis.
e) Materi pembelajaran hendaknya memberikan keluwesan bagi
pendidik dalam memilih metode pembelajaran dan sumber belajar
seperti buku, sarana lain, dan narasumber.
f) Materi pembelajaran muatan lokal yang diajarkan harus bersifat
utuh dalam arti mengacu kepada suatu tujuan pembelajaran yang
jelas dan memberi makna kepada peserta didik.
g) Pengalokasian waktu untuk materi pembelajaran muatan lokal perlu
memperhatikan jumlah minggu efektif untuk muatan lokal pada
setiap semester.
2. Penentuan Mata Pelajaran Muatan Lokal
Berdasarkan hasil identifikasi dan kerjasama yang telah dilakukan
dalam langkah awal, satuan pendidikan dapat menentukan jenis mata
pelajaran muatan lokal. Kegiatan pembelajaran dirancang agar materi
pembelajaran muatan lokal dapat memberi bekal pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku kepada peserta didik. Dengan demikian, peserta
didik memiliki wawasan yang luas tentang keadaan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan
nasional.
3. Penyusunan SK dan KD
Seperti mata pelajaran lain, muatan lokal harus memiliki dokumen
lengkap yang meliputi SK, KD, Silabus, RPP, dan Penilaian. Semua
dokumen ini harus disiapkan oleh satuan pendidikan/pendidik. Penyusunan
SK dan KD adalah langkah awal agar muatan lokal dapat dilaksanakan di
sekolah. Penyusunan SK dan KD dapat dilakukan bersama instansi lain,
misalnya SMK, PLS, Dunia Usaha/Industri, atau Dinas terkait.
Sebagai contoh, jika sebuah sekolah menentukan muatan lokal yang
berkaitan dengan kewirausahaaan atau kepariwisataan, maka dapat
bekerjasama dengan SMK, Dinas perdagangan, atau Dinas pariwisata. Jika
muatan lokal berkaitan dengan keterampilan atau kerajinan, maka dapat
bekerjasama dengan PLS/kursus-kursus. SK dan KD muatan lokal yang

10
lengkap diawali dengan latar belakang, tujuan, Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar, serta arah pengembangan.
4. Pengembangan Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu. Komponen silabus minimal memuat Identitas
sekolah, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran,
Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber
Belajar. Silabus yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip
pengembangan silabus, yaitu ilmiah, relevan, sistematis, konsisten,
memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh.
Langkah-langkah pengembangan silabus meliputi:
1) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran,
3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran,
4) Kompetensi,
5) Menentukan Jenis Penilaian,
6) Menentukan Alokasi Waktu, dan
7) Menentukan Sumber Belajar.
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan menjadi RPP, selanjutnya
dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing pendidik.
Silabus mata pelajaran muatan lokal harus dikaji dan dikembangkan secara
berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi, hasil belajar,
evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi RPP. Format
silabus muatan lokal tidak berbeda dengan format silabus mata pelajaran
lainnya.
5. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah silabus selesai dibuat, guru merencanakan pelaksanaan
pembelajaran untuk setiap kali tatap muka. Perencanaan ini dikenal dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Komponen RPP minimal
memuat SK, KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran,
Kegiatan Pembelajaran, Metode Pembelajaran, dan Sumber Belajar.
6. Pengembangan Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta

11
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian
pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian
hasil karya berupa tugas, projek dan atau produk, penggunaan portofolio,
dan penilaian diri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian muatan lokal:
a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
b) Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan hal yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
muatan lokal, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti bahwa semua indikator harus ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dimiliki dan yang belum dimiliki, serta untuk
mengetahui kesulitan peserta didik.
d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedial bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di
bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta
didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar
yang ditempuh dalam proses pembelajaran muatan lokal.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
observasi lapangan, maka penilaian harus diberikan pada proses
(keterampilan proses), contohnya, teknik wawancara dan
produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi
yang dibutuhkan.

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelaksanaan muatan lokal dimaksudkan untuk mempertahankan kelestarian


serta melakukan usaha pembaruan atau modernisasi sehingga dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan pembangunan daerah, sekaligus mencegah terjadinya
depopulasi daerah itu dari tenaga produktif.

Sehingga untuk menyusun muatan lokal, maka harus dilakukan identifikasi


keadaan dan kebutuhan lingkungan/daerah setempat serta melakukan identifikasi
potensi daya dukung terhadap kebutuhan itu sendiri. Selanjutnya adalah
mengidentifikasi materi pembelajaran muatan lokal sesuai dengan kebutuhan dan
potensi satuan pendidikan. Satuan pendidikan juga perlu melakukan kerja sama
dengan pihak lain untuk memperlancar pengembangan muatan lokal yang akan
dilaksanakan pada satuan pendidikan masing-masing

3.2 Saran

Makalah ini diharapkan dapat dikembangkan lagi dan dapat dijadikan sebagai
pengetahuan dasar tentang muatan lokal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Sri. . Bahan Ajar Perencanaan Pembelajaran. (Online) (h t t p : / / f i l


e . u p i . e d u/ Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/196
609301997032-SRI_HANDAYANI/BahanAjarPerencanaanPemb_BUKUA
JAR.pdf), diakses pada 18 September 2019.

Hasan, Fahrurrazi. 2012. Tujuan Muatan Lokal Dalam Kurikulum Nasional.


(online) (h t t p : / / v a r o e l p o e . b l o g s p o t . c o m ) /2012/06/tujuan-
muatan-lokal-dalam-kurikulum.html.), diakses pada 18 September 2019.

Manis. 2019. Pengertian Muatan Lokal, Tujuan, Fungsi, Ruang Lingkup dan
Pelaksanaan Muatan Lokal (Mulok) Lengka. (online) (h t tp s : / / w w w . p e
l a j a r a n . c o . i/2019/20/pengertian-muatan-lokal-tujuan-fungsi-ruang-
lingkup-dan-pelaksanaan-muatan-lokal-mulok.html), diakses pada 18
September 2019.

14

Anda mungkin juga menyukai