Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

TAHUN AKADEMIK 2014-2015


FAKULTAS TARBIYAH
Nama : Tri Aurillia .H
Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Biologi
Semester/Jurusan : VI / IPA Biologi C
Dosen Penguji : Ipin Aripin, M.Pd

SOAL TAKE HOME

Jawaban !

1. Sebagai seorang pendidik pasti tidak akan terlepas dengan istilah evaluasi, tes, asesment, dan
pengukuran. Istilah tersebut terkadang membuat bingung kita dikarenakan kurangnya
pengetahuan tentangnya. Pendidik mempersepsikan evaluasi, asesment, tes, dan pengukuran
sebagai sesuatu yang sama padahal makna dari keempat istilah tersebut sebenarnya berbeda.
Bahkan, tertukarnya makna dari istilah tersebut merupakan hal yang jamak ditemui di dunia
pendidikan terutama pada kalangan guru. Untuk menentukan hasil pembelajaran yang baik
maka dibutuhkan alat ukur (tes) yang tepat dan handal. Tepat dan handalnya alat ukur itu
diperlukan pengetahuan yang baik tentang evaluasi, tes, asesment, dan pengukuran sehingga
mutlak dibutuhkan oleh pendidik.
Tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi memiliki perbedaan arti dan fungsi seperti yang
sudah dikemukakan di atas. Namun semuanya tak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan
sebab semuanya memiliki keterkaitan yang erat.
Menurut Zainul dan Nasution (2001) Hubungan antara tes, pengukuran, asesment dan
evaluasi adalah sebagai berikut. Evaluasi belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar
apabila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran yang menggunakan tes
sebagai alat ukurnya. Akan tetapi tentu saja tes hanya merupakan salah satu alat ukur yang
dapat digunakan karena informasi tentang hasil belajar tersebut dapat pula diperoleh tidak
melalui tes, misalnya menggunakan alat ukur non tes seperti observasi, skala rating, dan lain-
lain. Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa guru mengukur berbagai kemampuan
siswa. Apabila guru melangkah lebih jauh dalam menginterpretasikan skor sebagai hasil
pengukuran tersebut dengan menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai atas dasar
pertimbangan tertentu, maka kegiatan guru tersebut telah melangkah lebih jauh menjadi
evaluasi. Untuk mengungkapkan hubungan antara asesmen dan evaluasi, Gabel (1993)
mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses pemberian penilaian terhadap data atau
hasil yang diperoleh melalui asesment.
Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian merupakan suatu
kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan dilakukan secara berurutan dan
berjenjang yaitu dimulai dari proses pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi.
Sedangkan proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan
kegiatan penilaian.
Tes adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur. Tes merupakan alat utama yang
digunakan untuk melalui proses pengukuran penilaian dan evaluasi. Pengukuran dan
penilaian juga merupakan dua proses yang bekesinambungan. Pengukuran dilaksanakan
terlebih dahulu yang menghasilkan skor dan dari hasil pengukuran kita dapat melaksanakan
penilaian. Antara penilaian dan evaluasi sebenarnya memiliki persamaan yaitu keduanya
mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, disamping itu juga alat yang
digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat
kualitatif. Pada hakikatnya keduanya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang
nilai suatu objek. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya.
Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen
atau aspek saja, seperti prestasi belajar. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam
konteks internal. Ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencangkup semua komponen dalam
suatu sistem dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal tetapi juga pihak eksternal.
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes
merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih membatasi pada
gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik,
sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Keputusan penilaian tidak hanya
didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan hasil pengamatan dan
wawancara.
2. Taksonomi Bloom Revisi : Merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan (ada
yang menyebutnya sebagai perilaku intelektual) yang dalam garis besar terbagi menjadi tiga
ranah atau kawasan (domain), yaitu ranah kognitif (berkaitan dengan kognisi atau penalaran,
pemikiran dalam bahasa pendidikan Indonesia disebut “cipta”), ranah afektif (berkaitan
dengan afeksi atau “rasa”), dan ranah psikomotor (berkaitan dengan psikomotor atau gerak
jasmani, jiwani, gerak-gerik jasmani yang terkait dengan jiwa).
Dalam revisi ini, Anderson tetap mempertahankan klasifikasi hirarkis ranah kognitif
dalam enam tingkatan yang telah dibuat Bloom sebelumnya sekalipun dengan nomen yang
sedikit berbeda. Misalnya dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata
benda menjadi kata kerja. Selain itu, masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis,
dari urutan terendah ke yang lebih tinggi.
Taksnomi Marzano : Taksonomi ini dikembangkan untuk menjawab keterbatasan
dari taksonomi Bloom, telah digunakan secara luas serta sesuai dengan situasi terkini. Model
kecakapan berpikir yang dikembangkan Marzano memadukan berbagai faktor yang
berjangkauan luas, yang mempengaruhi bagaimana siswa berpikir, dan menghadirkan
teori yang berbasis riset untuk membantu para guru memperbaiki kecakapan berpikir para
siswanya.
Perbedaan Taksonomi Bloom dan Taksnomi Marzano :
a. Secara umum Marzano membagi urutan taksonomi pada ranah kognitif sebagai berikut:
1. Penarikan Kembali : Mengingat kembali eksekusi
2. Pemahaman : Sintesa keterwakilan
3. Analisis : Kecocokan pengklasifikasian, analisis kesalahan,
generalisasi dan penyelidikan
4. Pemanfaatan Pengetahuan : Pengambilan keputusan, pemecahan masalah,
pertanyaan, percobaan, dan penyelidikan
b. Bloom membagi urutan taksonomi pada ranah kognitif sebagai berikut:
1. Remembering (mengingat)
2. Understanding (memahami)
3. Applying (mengaplikasikan)
4. Analyzing (menganalisis)
5. Evaluating (mengevaluasi)
6. Creating (menghasilkan)
4. Tipe soal C2 (Memahami) : 3 soal
1) Di antara individu sejenis tidak pernah ditemukan yang sama persis untuk semua sifat. Hal
ini terjadi karena adanya perbedaan…
a. Lingkungan
b. Induknya
c. Jenisnya
d. Lingkungan dan gen
e. Gen dan plasma nutfah
2) Keanekaragaman ekosistem ditunjukkan oleh adanya perbedaan komponen berikut ini,
kecuali…
a. Sumber energi primer
b. Jenis produsennya
c. Produktifitasnya
d. Jenis konsumennya
e. Komponen biotiknya
3) Keanekeragaman hayati dapat hilang oleh berbagai sebab. Di bawah ini yang bukan
merupakan penyebab hilangnya keanekaragaman hayati, adalah…
a. Keseimbangan lingkungan
b. Pencemaran air dan tanah
c. Pengenalan species baru
d. Perubahan iklim global
e. Hilangnya habitat suatu makhluk hidup

Tipe soal C3 (Menerapkan) : 2 soal


4) Berikut bukan merupakan kegiatan yang dapat menganggu keanekaragaman hayati, yaitu…
a. Penangkapan ikan dengan peledak
b. Memelihara hewan langka
c. Mengeksploitasi terumbu karang semaksimal mungkin
d. Menanam pepohonan di halaman
e. Membuka lahan dengan membakar hutan
5) Dua makhluk hidup menempati daerah yang sama dapat disebut spesies apabila…
a. Habitat dan warna rambutnya sama
b. Warna dan bentuk rambutnya sama
c. Jenis makanan dan cara makannya sama
d. Cara reproduksi dan jumlah anaknya sama
e. Dalam perkawinan menghasilkan turunan fertile

Tipe soal C4 (Menganalisis) : 2 soal


6) Keanekaragaman gen dalam spesies terjadi antara…
a. Bunga mawar, bunga krisan, dan bunga matahari
b. Ikan mas, ikan lele, dan ikan gurame
c. Burung kakaktua raja, burung nuri, dan burung kakaktua jambul kuning
d. Burung merpati hitam, burung merpati putih, dan burung merpati abu-abu
e. Ular sanca, ular sendok, dan ular hijau
7) Kelompok mana yang menunjukkan keanekaragaman jenis dalam famili?
a. Ayam bekisar dan ayam ras
b. Beruang putih dan beruang cokelat
c. Kelapa hijau dan kelapa gading
d. Kelapa dan aren
e. Badak bercula satu dan badak bercula dua

Tipe soal C5 (Mengevaluasi) : 2 soal

8) Variasi tanaman pisang yang menunjukkan variasi individu dalam satu spesies terdapat
pada…

a. Pisang mas, pisang raja, pisang ambon


b. Pisang mas, pisang raja, pisang kluthuk
c. Pisang mas murli, pisang raja lini, pisang mas lumut
d. Pisang raja lini, pisang raja nangka, pisang raja pendopo
e. Pisang mas sloka, pisang kluthuk wulung, pisang raja lini
9) Upaya pelestarian keanekaragaman hayati harus mulai dilakukan dari sekarang. Berikut ini
yang bukan alasan mengapa upaya pelestarian harus dilakukan adalah…
a. Semakin berkurangnya jumlah suatu spesies
b. Terganggunya habitat
c. Rusaknya suatu ekosistem
d. Rendahnya kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian suatu organism
e. Keanekaragaman hayati memiliki nilai komersial tinggi

Tipe soal C6 (Mencipta) : 1 soal


10) Salah satu cara penataan lingkungan yaitu dengan melakukan penghijauan, misalnya
dengan membuat kebun tanaman dapur dan tanaman herbal. Berikut ini yang termasuk
tanaman herbal yaitu…
a. Jeruk nipis dan cabai merah
b. Lengkuas dan serai
c. Tomat dan cabai rawit
d. Sambiloto dan belimbing wuluh
e. Bayam dan seledri

5. Soal Essay !
1) Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu?
Jelaskan! Dan mengapa produksi HCL yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
gesekan pada dinding lambung dari usus halus sehingga menimbulkan rasa nyeri?
Jawab :
Proses mekanis, yaitu pengubahan makanan dari bentuk kasar menjadi bentuk halus atau
kecil dengan bantuan gerakan alat-alat pencernaan. Sedangkan proses kimiawi, yaitu
pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan dengan mengubah
makanan yang bermolekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil.
Karena didalam lambung kita sudah terdapat HCL apabila kita mengonsumsi makanan
yang mengandung HCL maka produksi HCL didalam lambung meningkat itu akan
menyebabkan lambung sakit. Skor 25 !
2) Jelaskan model mozaik cair sebagai struktur membrane plasma dan fungsi glikolipid pada
membrane plasma ! Mengapa membrane plasma juga perlu melakukan transport aktif?
Apakah transport pasif saja tidak cukup?
Jawab :
Model mozaik cair membran sel menyatakan bahwa protein tersebar dan masing–masing
terselip atau terbenam di fosfolipid bilayer. Molekul protein dan lemak itu tidak statis,
melainkan senantiasa bergerak. Dapat dibayangkan molekul lemak sebagai “benda cair” yang
diatasnya dan didalamnya terdapat molekul protein yang “berenang–renang”. Itulah sebabnya
disebut membran mozaik cair.
Karbohidrat yang berikatan dengan lemak (glikolipid) merupakan struktur penting dari
membran sel. Selain itu glikolipid menyusun struktur antigen golongan darah yang dapat
menimbulkan reaksi imunologis.Peran dan fungsi glikolipid antara lain sebagai sumber energi
cadangan, sebagai komponen yang menyusun permukaan luar membran sel, melindungi isi
sel, mengatur keluar masuk molekul dan sebagai reseptor.
Karena molekul seperti glukosa/asam amino tidak bisa melewati membran semipermeabel
dengan transpor pasif (difusi/osmosis). Supaya bisa lewat maka diperlukan energi pengaktifan
(ATP) melibatkan ion Na, K, & protein kotransfer agar zat tersebut bisa melewati membran.
Itulah yang disebut transpor aktif. Hal ini misalnya terjadi saat pengangkutan air dari korteks
ke silinder pusat melalui endodermis. Skor 25 !
3) Buatlah skema perjalanan glukosa sehingga menghasilkan ATP !
Reaksi terang dalam grana menghasilkan ATP dan menguraikan air, melepas O2 dan
membentuk NADPH dengan mentransfer electron dari air ke NADP+. Siklus Kelvin dalam
stroma membentuk gula dan CO2, dengan menggunakan ATP untuk energi dan NADPH untuk
pereduksi. Siklus Kelvin merupakan jalur metabolisme dalam stroma kloroplas. Suatu enzim
(rubisko) menggabungkan CO2 dengan ribulosa bisfosfat (RUBP), gula berkarbon lima.
Kemudian, dengan menggunakan electron dari NADPH dan energy dari ATP, siklus ini
mensintesis gula berkarbon-tiga gliseral dehida 3-fosfat.
Proses glikolisis terjadi pada semua organisme. Proses ini berfungsi untuk menukarkan
glukosa menjadi piruvat dan akan menghasilkan ATP tanpa menggunakan oksigen. Glikolisis
dimulai dengan satu molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada rantainya
(C6H12O6) dan akan dipecahkan menjadi dua molekul piruvat yang masing-masing memiliki
3 atom karbon (C3H3O3) yang merupakan hasil akhir bagi proses ini. Glikolisis berlangsung
di sitosol, merupakan proses pemecahan molekul glukosa yang memiliki 6 atom C menjadi
dua molekul asam piruvat yang memiliki 3 atom C. Reaksi yang berlangsung di sitosol ini
menghasilkan 2 NADH dan 2 ATP.
Sepanjang proses glikolisis ini akan terbentuk beberapa senyawa, seperti Glukosa 6-fosfat,
Fruktosa 6-fosfat, Fruktosa 1,6-bisfosfat, Dihidroksi aseton fosfat, Gliseraldehid 3-fosfat, 1,3-
Bisfosfogliserat, 3-Fosfogliserat, 2-Fosfogliserat, Fosfoenol piruvat dan piruvat. Selain itu,
proses glikolisis ini juga akan menghasilkan molekul ATP dan NADH (di mana 1 NADH
menghasilkan 3 ATP). Sejumlah 4 molekul ATP dan 2 molekul NADH (6 molekul ATP) akan
dihasilkan dan pada tahap awal proses ini memerlukan 2 molekul ATP. Sebagai hasil akhir, 8
molekul ATP akan terbentuk. Skor 50 !
6. Syarat soal yang bermutu adalah bahwa soal harus sahih (valid), dan handal. Sahih
maksudnya bahwa setiap alat ukur hanya mengukur satu dimensi/aspek saja. Handal
maksudnya bahwa setiap alat ukur harus dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat,
cermat, dan ajeg. Untuk dapat menghasilkan soal yang sahih dan handal, penulis soal harus
merumuskan kisi-kisi dan menulis soal berdasarkan kaidah penulisan soal yang baik (kaidah
penulisan soal bentuk objektif atau pilihan ganda, uraian, atau praktik).
Linn dan Gronlund (1995: 47) menyatakan bahwa tes yang baik harus memenuhi tiga
karakteristik, yaitu: validitas, reliabilitas, dan usabilitas. Validitas artinya ketepatan
interpretasi hasil prosedur pengukuran, reliabilitas artinya konsistensi hasil pengukuran, dan
usabilitas artinya praktis prosedurnya. Di samping itu, Cohen dkk. (1992: 28) juga
menyatakan bahwa tes yang baik adalah tes yang valid artinya mengukur apa yang hendak
diukur. Nitko (1996 : 36) menyatakan bahwa validitas berhubungan dengan interpretasi atau
makna dan penggunaan hasil pengukuran peserta didik. Messick (1993: 13) menjelaskan
bahwa validitas tes merupakan suatu integrasi pertimbangan evaluatif derajat keterangan
empiris yang mendasarkan pemikiran teoritis yang mendukung ketepatan dan kesimpulan
berdasarkan pada skor tes. Adapun validitas dalam model Rasch adalah sesuai atau fit dengan
model (Hambleton dan Swaminathan, 1985: 73).
Messick (1993: 16) menyatakan bahwa validitas secara tradisional terdiri dari: (1)
validitas isi, yaitu ketepatan materi yang diukur dalam tes; (2) validitas criterion-related,
yaitu membandingkan tes dengan satu atau lebih variabel atau kriteria, (3) valitidas prediktif,
yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan alat lain yang dilakukan kemudian; (4) validitas
serentak (concurrent), yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan dua alat ukur lainnya yang
dilakukan secara serentak; (5) validitas konstruk, yaitu ketepatan konstruksi teoretis yang
mendasari disusunnya tes. Linn dan Gronlund (1995 : 50) menyatakan bahwa validitas terdiri
dari: (1) konten, (2) test-criterion relationship, (3) konstruk, dan (4) consequences, yaitu
ketepatan penggunaan hasil pengukuran. Sedangkan menurut Oosterhof (190 : 23) yang
mengutip berdasarkan "Standards for Educational and Psychological Testing, 1985" yang
didukung oleh Ebel dan Frisbie (1991 : 102-109), serta Popham (1995 : 43) bahwa tipe
validitas adalah validitas: (1) content, (2) criterion, dan (3) construction.
Di samping validitas, informasi tentang reliabilitas tes sangat diperlukan. Nitko (1999:62)
dan Popham (1995:21) menyatakan bahwa reliabilitas berhubungan dengan konsistensi hasil
pengukuran. Pernyataan ini didukung oleh Cohen dkk, yaitu bahwa reliabilitas merupakan
persamaan dependabilitas atau konsistensi (Cohen dkk : 192 : 132) karena tes yang memiliki
konsistensi/reliabilitas tinggi, maka tesnya adalah akurat, reproducible; dan gereralizable
terhadap kesempatan testing dan instrumen tes yang sama. (Ebel dan Frisbie (1991 : 76).
Faktor yang mempengaruhi reliabilitas yang berhubungan dengan tes adalah: (1) banyak
butir, (2) homogenitas materi tes, (3) homogenitas karakteristik butir, dan (4) variabilitas
skor. Reliabilitas yang berhubungan dengan peserta didik dipengaruhi oleh faktor: (1)
heterogenitas kelompok, (2) pengalaman peserta didik mengikuti tes, dan (3) motivasi
peserta didik. Sedangkan faktor yang mempengaruhi reliabilitas yang berhubungan dengan
administrasi adalah batas waktu dan kesempatan menyontek (Ebel dan Frisbie, 1991: 88-93).
Menurut Darsono (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas alat evaluasi atau
alat ukur adalah :
a. Jumlah soal (item soal): Alat evaluasi yang terdiri dari soal yang jumlahnya lebih banyak
cenderung lebih reliabel dibandingkan dengan soal yang jumlahnya lebih sedikit
b. Homogenitas: Alat evaluasi yang terdiri dari soal yang lebih homogen cenderung lebih
reliabel dibandingkan dengan soal yang heterogen, maksudnya adalah soal-soal tersebut
bertipe sejenis dan berjenjang setingkat
c. Waktu penyelesaian soal : Waktu untuk menyelesaikan soal harus tepat, tidak kurang dan
juga tidak berlebihan
d. Keseragaman kondisi : Untuk syarat ini setiap tes dalam evaluasi perlu disusun standart
untuk administrasi pelaksanannya
e. Tingkat kesukaran
7. Teori tes klasik : Merupakan teori pengukuran dalam bidang psikologi yang memfokuskan
kajiannya pada skor murni, selain itu disebut teori tes klasik karena asumsinya dijelaskan
secara matematis atau tubuh yang terkait dengan psikometri teori yang memprediksi
psikologis hasil pengujian seperti kesulitan item atau kemampuan uji-takers. Secara umum,
tujuan dari teori tes klasik adalah untuk memahami dan meningkatkan keandalan dari tes
psikologi.
Kelemahan utama teori tes klasik adalah bahwa alat ukur yang disusun berdasarkan teori
tes klasik itu terikat kepada semua sampel (sample bound). Jika seperangkat tes diberikan
kepada kelompok subyek yang rendah kemampuannya akan merupakan tes yang sukar, dan
apabila diberikan kelompok subyek yang tinggi kemampuannya akan merupakan tes yang
mudah. Oleh karena itu upaya-upaya yang dilakukan para ahli adalah untuk membebaskan
alat ukur itu dari keterikatanya kepada sampel (sample-free), seperti diketahui alat ukur fisik,
misalnya alat ukur panjang, alat ukur berat, semuanya tidak terikat kepada sampel.
Teori tes modern : Merupakan teori tentang cara mengukur tes. Tes ini adalah tes baru yang
ada, belum banyak yang mengetahui tentang teori tes modern.
Teori tes yang mendasarkan diri pada sifat-sifat atau kemampuan yang laten, yang
mendasari kinerja atau respon subyek terhadap butir soal tertentu. Karena itu teori ini disebut
menggunakan model sifat laten. Nama yang lebih popular adalah teori respon butir soal atau
item respon theory (IRT).
Suatu asumsi-asumsi yang umum digunakan secara luas oleh model-model IRT ialah
bahwa hanya satu kemampuan yang diukur oleh butir-butir soal yang merupakan seperangkat
tes. Hal ini disebut asumsi unidimensionalitas. Suatu konsep lain yang langsung berkaitann
dengan unidimensionalitas adalah ketidaktergantungan lokal. Asumsi lain yang dibuat dalam
semua model IRT adalah bahwa fungsi karakteristik butir soal tertentu merefleksikan butir
soal tertentu merefleksikan hubungan yang sebenarnya antara variable-variable yang tidak
dapat di observasi dengan variable-variabel yang dapat di observasi yaitu respon terhadap
butir soal.

Anda mungkin juga menyukai