Kelompok 6:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "William Kaye Estes" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pembelajaran. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang teori belajar dari William Kaye Estes itu
sendiri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurhidaya selaku Dosen Mata Kuliah Psikologi
Pembelajaran karena telah membimbing kami sehingga Makalah ini bisa terselesaikan
dengan baik.
Kami berharap semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan yang luas kepada
pembaca dan menerima kritik dan saran secara terbuka.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….…………………4
BAB II ISI …………………………………………………………………………………….5
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………….19
KESIMPULAN ……………………………………………………………………...19
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….20
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
William Kaye Estes seorang tokoh dalam bidang psikologi yang lahir pada tahun 1919
mengawali karir profesionalnya di Indiana University. Kemudian, ia pindah ke Stanford
University, lalu ke Rockfeller University, dan mengakhiri karirnya di Harvard University
hingga mendapat gelar emeritus. Pada tahun 1997, Estes mendapat penghargaan tertinggi dari
National Science Foundation, yaitu Medal of Science. Penghargaan ini diberikan berkat
jasanya bagi teori kognisi dan belajar fundamental yang mengubah bidang psikologi
eksperimental dan memicu perkembangan ilmu kognitif kuantitatif.
Estes melakukan berbagai eksperimen dalam menguji teorinya. Hingga akhirnya, ia mendapat
kesimpulan bahwa elemen stimulus yang dijadikan sampe pada satu percobaan tertentu
dikondisikan dengan cara all-or-none.
Estes juga memandang teori sampling stimulus (SST) sebagai perluasan matematis dari teori
transfer elemen identik Thorndike. Teori Thorndike merupakan yang yang dikembangkan
untuk membuat prediksi yang tepat tentang transfer training dari satu situasi ke situasi
lainnya berdasarkan elemen-elemen stimulus yang sama untuk keduanya. Dalam SST, belajar
terjadi secara sekaligus atau tidak sama sekali dan hanya dibutuhkan kontinguitas antara
stimulus dan respon tertentu.
BAB II
ISI
WILLIAM KAYE ESTES
Estes, lahir pada 1919, mengawali karier profesionalnya di Universityof Indiana. Ia pindah ke
Stanford University dan kemudian ke Rocketeller University, dan mengakhiri kariernya di
Harvard di mana dia mendapat gelar profesor emeritus. Pada 1997 Estes dianugerahi Medal
of Science, yang merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh National Science
Foundation. Penghargaan itu diberikan berkat jasanya "bagi teori kognisi dan belajar
fundamental yang mengubah bidang psikologi eksperimental dan memicu perkembangan
ilmu kognitif kuantitatif. Metode modeling kuantitatif dan penekanannya pada ketepatan dan
ketelitian telah menjadi standar bagi ilmu psikologi modern”
Estes terkenal berkat pengembangan tori belajar statistiknva. Teorinya in dapat dianggap
sebagai upaya untuk mengkuantifikasikan tori belajar Guthrie. Teori Guthrie kelihatannya
cukup sederhana: Respon menjadi terkait dengan stimuli dalam satu percobaan saja. Namun
ketika seseorang menanyakan tentang sifat dari belajar secara lebih detail, ia akan segera
menyadari teori itu jauh lebih kompleks ketimbang yang diduga. Estes meneliti kompleksitas
ini dan menawarkan model untuk membahasnva secara efektif.
Apa yang menentukan apakah respons A1 atau A2 yang terjadi dalam satu percobaan belajar?
Bagaimana teori Estes dapat mendamaikan klaimnya tentang belajar all-or-none (secara
sekaligus atau tidak sama sekali) dengan fakta bahwa performa atau kinerja itu bersifat
probabilistic bahwa respons A1 terkadang tidak muncul bahkan setelah beberapa
percobaanbelajar yang sukses?
Pn = Pn
• Dari asumsi 2 dan 3, semua elemen adalah elemen A1 (dengan probabilitas p) atau
elemen A2 (dengan probabilitas q). Dan, ini adalah 100% elemen dalam situasi itu
P + q = 1,00
Sehingga
p= 1,00 – q
• Dari asumsi 5, elemen yang tak dikondisikan ke A1 pada setiap percobaan n
(direfleksikan dalam q) pasti merupakan elemen yang tidak di prakondisikan ke A1
sebelum percobaan pertama dan yang tidak dikondisikan pada A1 pada percobaan
sebelumnya. Pada setiap percobaan n, probabilitas elemen itu tidak di prakondisikan
pada percobaan 1 adalah (1- P1). Demikian pula, pada setiap percobaan n, probabilitas
elemen tidak dikondisikanke A, pada percobaan sebelumnya adalah (1 - θ)n-1.
Probabilitas dua kejadian itu akan terjadi bersama (yakni, probabilitas bahwa satu
elemen tidak diprakondisikan dan belumdikondisikan) adalah hasil matematis dari
probabilitas individualnya. Jadi,
Pn = 1 - (1 - P.) (1 - 0) n-1
Contoh ini mungkin membantu. Misalnya, kita punya dua pembelajar, yang satu mulai
dengan P1 = θ dan θ = 0,05. Yang kedua juga memulai P1 = 0 tetapi mampu mengambil
sampel stimuli lebih banyak dalam lingkungan belajar. Untuk pembelajar kedua, θ =
0,20.Untuk pembelajar pertama,
Pada percobaan 1, P1 = 1 - (1) (1 - 0,05)0 = 0
Pada percobaan 2, P2 = 1 - (1) (1 - 0,05)1 = 0,05
Pada percobaan 3, P3 = 1 - (1) (1 - 0,05)2 = 0,10
dan performa mendekati 100% (Pn = 1,00) setelah sekitar 105 percobaan, dengan asumsi
Setiap percobaan berhenti dalam respons A1
Untuk pembelajar kedua,
Pada percobaan 1, P1 = 1 - (1) (1 - 0,20)0 = 0
Pada percobaan 2, P2 = 1 - (1) (1 - 0,20)1 = 0,20
Pada percobaan 3, P3 = 1 - (1) (1 - 0,20)2 = 0,36
dan performa (kinerja) mendekati 100% (Pn= 1,00) setelah sekitar 23-25 percoban, dan
dengan asumsi percobaan berakhir dalam respons A1.
Rumus vang menghasilkan kurva akselerasi belajar negatif dengan asymptote 1 yang dapat
bervariasi dari kasus ke kasus. Kurva belajar yang dihasilkan oleh rumus Estes pada dasarnya
sama dengan yang dihasilkan oteh rumus Hull.
Menurut Estes, negatively accelerated learning curve (kurva akselerasi belajar negatif)
teriadi karena percobaan-percobaan dalam eksperimen belajar biasanya berakhir dengan
respons A1 dan akibatnya, makin banyak elemen yang dikondisikan ke A1. Namun ada
tingkat perolehan yang makin menurun. Misalnya situasi di mana, pada awal
eksperimen,respons A1 sangat tidak mungkin terjadi (misal, pengkondisian kedipan mata),
kita melihat bahwa hampir semua elemen di S akan dikondisikan ke A2 (tidak berkedip
ketika cahaya disajikan). Tetapi, misalnya kedipan terjadi pada akhir percobaan 1. Dalam
kasus ini, semua elemen yang dijadikan sampel pada percobaan itu (θ) digeser dari A2 ke A1.
Pada percobaan selanjutnya, segelintir elemen akan dikondisikan ke A1, namun sebagian
besar masih dikondisikan ke A2.
Seperti yg telah kita lihat, pergeseran dari A2 ke A1 inilah yang merupakan proses belajar.
Dalam percobaan berikutnya, semakin banyak elemen yang mudah dikondisikan ke A1 dan
karenanya jumlah elemen yang dikondisikan ke respons A2 yang ada dalam θ pada setiap
percobaan adalah sedikit. Maka dapat dilihat bahwa setelah belajar terus berlangsung, tingkat
belajar menurun. Ketika semua elemen dalam S dikondisikan ke A1, tak ada lagi belajar yang
dapat terjadi, dan probabilitas terjadinya respons A1 adalah 1. Tingkat akselerasi pergeseran
negatif dari elemen stimulus ini ditunjukkan dalam Gambar :
GENERALISASI
Generalisasi dari situasi belajar awal ke situasi belajar lainnya dapat dengan
mudah,dijelaskan dengan teori sampling stimulus. Estes mengunakan pendapat soal transfer
yang sama dengan pendapat Thorndike dan Guthrie. Yakni, transfer terjadi sepanjang dua
situasi memiliki elemen stimulus yang sama. Jika banyak dari elemen yang sebelumnya
dikondisikan ke respons A1 ada di dalam situasi belajar yang baru, probabilitas respons A1
akan muncul dalam situasi baru itu akan cukup tinggi. Jika di dalam situasi baru tidak ada
elemen yang pada sebelumnya dikondisikan ke A1 probabilitas munculnya respons A1
adalah nol.
PELENYAPAN
Estes menjelaskan problem pelenyapan dengan cara yang pada dasarnya sama dengan yang
dilakukan Guthrie. Karena dalam pelenyapan satu percobaan biasanya diakhiri setelah subjek
melakukan sesuatu selain A1, elemen stimulus yang sebelumnya dikondisikan ke A1 pelan-
pelan akan kembali lagi ke A2. Hukum untuk akuisisi dan pelenyapan adalah sama. Dalam
sistem Estes, bahkan tidak ada gunanya berbicara soal pelenyapan. Apa yang dinamakan
pelenyapan muncul setiap kali kondisi disusun sedemikian rupa sehingga elemen stimulus
digeser dari respons A1 ke respons A2.
PEMULIHAN SPONTAN
Pemulihan spontan adalah munculnya kembali respons yang dikondisikan setelah respons itu
mengalami pelenyapan. Untuk menjelaskan pemulihan spontan, Estes sedikit memperluas
gagasannya mengenai S.
Karena kejadian-kejadian semacam ini adalah sementara, maka semua itu mungkin
merupakan bagian dari S pada satu waktu tetapi bukan bagian dari S pada waktu yang lain.
Demikian pula, ketika kejadian itu adalah bagian dari S, kejadian itu dapat diambil sebagai
sampel oleh subjek; ketika bukan bagian dari S, maka kejadian itu tak bisa diambil. Dengan
kata lain, hanya elemen-elemen yang ada dalam S sajalah yang dapat diambil sampelnya
sebagai dari θ.
Dalam kondisi di atas, adalah mungkin bahwa selama training respons A1 menjadi
dikondisikan ke banyak elemen sementara. Pergeseran hanya terjadi untuk elemen stimulus
yang dijadikan sampel; maka jika elemen tertentu telah dikondisikan ke respons A1 selama
trainings dan kemudian elemen itu tidak ada selama pelenyapan, maka statusnya akan tetap
sama, yakni terkait dengan A1.
kesimpulannya, jika subjek diletakkan kembali ke dalam situasi eksperimental beberapa saat
setelah pelenyapan, sebagian dari elemen itu mungkin akan hadir dan karenana cenderung
menimbulkan respons A1. Jadi, pemulihan spontan dijelaskan dengan mengasumsikan bahwa
proses pelenyapan (pergeseran elemen dari A1 ke A2) pada awalnya tak pernah komplet.
PENCOCOKAN PROBABILITAS
Eksperimen pencocokan probabilitas tradisional adalah menggunakan sinyal cahaya yang
diikuti dengan satu atau dua cahaya lain. Ketika sinyal cahaya menyala, subjek percobaan
menduga cahaya mana dari dua cahaya lain yang akan muncul. Eksperimenter menata situasi
sedemikian rupa sehingga cahaya datang dengan pola sesuai keinginannya, seperti cahaya
dari kiri sebanyak 75% dari waktu, dan cahaya dari kanan 25% nya; atau cahaya dari kiri
100% waktu, dan cahaya dari kanan tak menyala sama sekali. Hasil dari aransemen ini
biasanya adalah subjek percobaanakan menebak frekuensi cahaya mana yang akan muncul
sesuai dengan yang disusun oleh eksperimenter; misalnya, jika cahaya kanan muncul 80%
dari waktu, subjek akan memprediksi bahwa cahaya itu akan muncul 80% dari waktu
percobaan. In dinamakan pencocokan probabilitas.
Untuk menjelaskan hasil ini, kita perlu menambahkan ke teori Estes simbol-simbol untukdua
kejadian stimulus baru itu:
E1= cahaya kiri menyala
E2 = cahaya kanan menyala
Dalam kasus ini, respons A, adalah memprediksi E1 dan respons A2 memprediksi E2. Dalam
analisis pencocokan probabilitas Estes, tebakan aktual subjek adalah tidak
relevan.Diasumsikan bahwa ketika E1 terjadi, ia menyebabkan subjek memberikan respons
A, implisit,dan ketika E2 terjadi, ia menyebabkan subjek memberikan respons A2 implisit.
Jadi, menurut Estes, kejadian itu sendiri bertindak sebagai "penguat“. Situasi eksperimental
ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Perlu dua simbol tambahan untuk analisis pencocokan probabilitas Estes:
π = probabilitas kejadian E1
1- π = probabilitas kejadian E2
Perlu dua simbol tambahan untuk analisis pencocokan probabilitas Estes:
π = probabilitas kejadian E1
1- π = probabilitas kejadian E2
Pada satu percobaan di mana E1 terjadi semua elemen yang diambil dari S pada percoba itu
menjadi dikondisikan ke A1 dan pada percobaan di mana E2 terjadi, sampel elemen akan
dikondisikan ke A2.
Seperti sebelumnya, probabilitas respons A1 pada percobaan tertentu (P n) adalah sama
dengan proporsi elemen dalam S yang dikondisikan ke A1 dan probabilitas respons A2
adalah sama dengan proporsi dari elemen yang tidak dikondisikan ke A1 atau (1 - P n). θ sama
dengan proporsi elemen yang dijadikan sampel pada setiap percobaan, dan sekali lagi, nilai
ini tetap sama di sepanjang eksperimen. Probabilitas respons A1 setelah percobaan n
dirumuskan sebagai berikut:
Pn = π - (π – P1) (1 - θ)n-1
Karena (1 - θ) kurang dari 1, dengan n semakin besar, persamaan ini menghasilkan kurva
berakselerasi negatif dengan asymptote π.
Proses ini ditunjukkan pada gambar diatas. P(Cn+1|Nn) dibaca sebagai “probabilitas
pembelajar akan memberi respons benar pada percobaan n+1, dengan catatan mereka salah
pada percobaan n.” P(Cn) adalah probabilitas pembelajar memberi respons benar pada
percobaan n.
TRAINING 1A 1B TES 2A 2B
STIMULI STIMULI
Elemen- 1 Besar Besar Kecil
elemen 2 Merah Merah Biru
sampling 3 Kotak Bulat Bulat
RESPONS “A” “B” PREDIKSI (66% “A”) (33% “A”)
Ini adalah demonstrasi yang langsung tentang bagaimana ide elemen identic Thorndike bisa
digunakan dalam SST untuk memprediksi generalisasi, dan prediksi untuk problem belajar
sederhana seperti ini hasilnya lumayan akurat.
Salah satu kontribusi utama dari studi matematika untuk proses belajar adalah studi ini
memberikan deskripsi fenomena secara tepat. Tetapi, model matematika tidak banyak
memberi informasi baru tentang sifat dari proses belajar. Belakangan ini ada banyak rumus
matematika yang bermacam-macam untuk mendeskripsikan fenomena belajar yang berbeda-
beda. Model matematika memang belum mengalami sintesis yang berarti, namun ia menjadi
ciri dari pendekatan baru untuk bidang ini.
Kontribusi
Apabila matematika SST dengan rumus Hull dibandingkan, kita dapat melihat bahwa
pendekatan Estes ternyata cukup sederhana. Rumus Estes hanya menggunakan dua faktor
yang mengombinasikan prinsip-prinsip teori probabilitas yang logis.
Namun, dalam SST, logika probabilitas dan sampling-lah yang menimbulkan prediksi teori
ini, termasuk kurva belajar atau kurva pelenyapan. Demikian pula, teori probabilitaslah yang
menghasilkan penjelasan penilaian kategoris dalam model array yang lebih baru. Jadi, kita
melihat pendekatan Estes sebagai pendekatan “Top-Down”, dimulai dengan beberapa prinsip
fundamental dan menghasilkan berbagai macam prediksi perilaku yang tepat.
Teori Estes dianggap mudah untuk diperluas ke teori belajar pada manusia dan diperluas ke
jenis-jenis belajar yang lebih kompleks, seperti klasifikasi dan belajar konsep, dan karenanya
dia meletakkan dasar-dasar untuk ilmu kognitif selanjutnya,
Kritik
Namun, Teori Estes juga tetap menerima kritik. Teori Estes dianggap kurang ambisius
dibanding teori belajar yang lainnya. Seperti Teori Thorndike yang dimulai dengan
menjelaskan mekanisme yang mendasari proses belajar dan diperluas ke praktik pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model dalam Teori Belajar William Kaye Estes merupakan sebuah upaya untuk
menjadikan ide-ide tertentu Guthrie agar lebih akurat, mengubah sebagian teori
Guthrie yang bersifat umum dan berorientasi praktis menjadi sebuah model yang
sesuai untuk studi laboratorium.
Perlu di ingat bahwa Guthrie memandang belajar sebuah keahlian sebagai
pengkondisian atas banyak hubungan stimulus-respons. Teori Belajar William Kaye
Estes menyederhanakan pendapat ini dengan mengelompokkan semua respons yang
ada ke dalam dua kategori, yaitu respons yang menghasilkan hasil tertentu dan
respons yang tidak.
Teori Belajar William Kaye Estes memandang belajar bukan hanya pengkondisian
atas banyak hubungan stimulus-respons.
Akan tetapi, terdapat hubungan antara response-outcome yang mana kemudian Estes
membagi respons yang ada ke dalam dua kategori. Yaitu respons yang menghasilkan
hasil tertentu dan respons yang tidak menghasilkan
DAFTAR PUSTAKA
Hergenhanh, B.R. & H. Olson, Matthew. 2017. Theory of Learning. Jakarta. Penerbit
KENCANA.