Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Belajar
Semester 1
Dosen Pengampu : Octo Dendy Andriyanto, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh
Alhamdulillah, puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya kepada saya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Konsep Belajar Menurut
William Kaye Estes” dengan lancar dan tepat waktu.
Tak lupa juga kami ucapkan kepada Bapak Octo Dendy Andriyanto, S.Pd.,
M.Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teori Belajar yang senantiasa
membimbing dan mengajari saya sehingga tugas ini dapat terselesaikan dan
terkumpul dengan baik.
Tugas makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah teori
belajar di Universitas Negeri Surabaya. Semoga makalah ini yang telah kami buat
bisa bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta
saran dari semua pihak yang membaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan karya saya ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kami semua. Aamiin ya robbal ‘alamiin.
Terima Kasih.
Penyusun.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
William Kaye Estes adalah salah satu tokoh yang mempunyai jasa di
bidang teori kognisi dan belajar fudamental yang memiliki beberapa asumsi yang
berhubungan dengan penerapan dalam proses belajar mengajar. Lalu dari
beberapa asumsi yang dimiliki oleh beliau terbentuk suatu konsep teoritis utama.
Estes menyederhanakan pendapatnya dengan mengelompokkan semua respon
yang ada dalam dua kategori, yaitu respon yang menghasilkan hasil tertentu dan
respon yang tidak menghasilkan sama apapun sama sekali. Dalam makalah ini
kami akan membahas mengenai teori belajar yang dikemukakan oleh William
Kaye Estes, atau yang lebih dikenal dengan teori Estes.
1
2
3
4
1. Generalisasi
Generalisasi dari situasi belajar awal ke situasi belajar lainnya dapat
dengan mudah dijelaskan dengan teori sampling stimulus. Transfer terjadi
sepanjang dua situasi memiliki elemen stimulus yang sama. Jika banyak dari
elemen yang sebelumnya dikondisikan ke respon A1 ada didalam situasi
belajar yang baru, probabilitas respon A1 akan muncul ke dalam situasi baru
itu akan cukup tinggi. Kita bisa mengambil contoh dalam dunia olahraga
misalnya pada saat pelatih pertama kali mengajarkan teknik menendang bola
kaki bagian dalam dengan bermain, pada pertemuan selanjutnya pelatih
mengajarkan teknik menendang bola menggunakan kaki bagian dengan dril.
Namun atlit masih terbawa dalam teknik yang salah pada saat pertama kali
pelatih memberikan latihan.
2. Pelenyapan
Estes menjelaskan problem pelenyapan dengan cara yang pada
dasarnya sama dengan yang dilakukan Guthrie karena dalam pelenyapan satu
percobaan biasanya diakhiri setelah subjek melakukan sesuatu selain A1,
elemen stimulus yang sebelumnya dikondisikan ke A1 pelan-pelan akan
kembali lagi ke A2. Hukum untuk pelenyapan adalah sama. Apa yang
dinamakan pelenyapan muncul setiap kali kondisi disusun sedemikian rupa
sehingga elemen stimulus digeser dari respon A1 ke respon A2. Sebagai contoh
pelatih akan mencoba memberikan teknik menendang bola menggunakan kaki
bagian dalam dengan metode bermain dan secara pelan-pelan pelatih akan juga
akan memberikan teknik dalam menendang bola dengan kaki bagian dalam
dengan dril.
7
3. Pemulihan Spontan
Merupakan munculnya kembali respon yang dikondisikan setelah
respon itu mengalami pelenyapan. Dengan kata lain pemulihan spontan
dijelaskan dengan mengasumsikan bahwa proses pelenyapan (pergeseran
elemen dari A1 ke A2) pada awalnya tidak pernah komplet. Misalnya pelatih
sudah memberikan teknik menendang bola menggunakan kaki bagian dalam
dengan cara dril, namun teknik menendang bola menggunakan kaki bagian
dalam dengan metode bermain masih ada sisa-sisa teknik yang melekat pada
atlit.
4. Pencocokan Probabilitas
informasi ini disimpan dalam memori. Kemudian ketika diberi kesempatan untuk
memberi respon, maka orang itu akan mengamati situasi untuk menentukan
respon. Orang itu biasanya akan memilih untuk memberikan respon yang
menghasilkan hasil yang paling berharga atau bernilai. Estes menyebutkan
sebagai Scanning mode of decision making. Secara umum, model ini mengklaim
bahwa setiap situasi pengambilan kepuusan, suatu organisme akan menggunakan
informasi apapun yang tersimpan didalam memori yang berkaitan dengan
hubungan respon hasil dan akan merespons dengan cara tertentu untuk
mendapatkan hasil yang paling menguntungkannya. (R Hergenhah dan Matthew
H. Oson, 2008:263-264).
Dalam hal ini konsep belajar yang dikemukakan oleh William Kaye Estes
berkenaan dengan teoritis utama didalam penelitiannya. Konsep belajar yang telah
dijelaskan sebelumnya dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran oleh guru
terhadap muridnya. Berikut ini adalah penjabaran lebih lanjut mengenai
penerapan teorinya :
Semisal ada seorang pemain karawitan yang memukul alat yang bernama
demung dengan tangan kiri atau biasa disebut dengan kidal, suatu ketika
pemain karawitan tersebut akan dilatih menggunakan alat pemukul
demung dengan tangan kanan, dengan dilatih oleh pelatih disertai dengan
penjelasan keuntungan apabila memainkan alat karawitan dengan tangan
kanan. Secara tidak langsung ketentuan seorang pelatih dan keuntungan di
dalam melakukannya merupakan sebuah stimulasi baru, maka pemain
karawitan akan memproses penggunaan tangan kanan sebagai suatu
respon yang akan disimpan dalam memori.
10
Dalam seni tembang seorang guru memberikan materi tentang suatu lagu
daerah. Untuk mempelajarinya, maka seorang siswa harus memahami
dasar-dasar mengenai tangga nada dan lirik yang disampaikan oleh guru
itu sendiri. Namun, ada tahapannya. Yang pertama murid harus menguasai
tangga nada sebelum mempelajari liriknya. Jadi, tahapan tersebut harus
dilakukan sesuai urutannya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal.
Dalam pembelajaran bahasa jawa mahasiswa ditekankan untuk setidaknya
menguasai tentang pemahaman aksara jawa. Selain itu, mahasiswa juga
harus menguasai aksara devanagari (aksara sansekerta). Karena ada suatu
kesamaan dalam penulisan diantara dua jenis aksara tersebut, membuat
mahasiswa lebih mudah mempelajari penulisannya. Sehingga hal tersebut
membawa dampak positif terhadap pembelajaran mahasiswa.
Dalam pementasan seni ludruk, beberapa pemain memiliki tujuan agar
penonton dapat terhibur dengan lawakannya. Oleh karena itu, mereka
melakukan tindakan secara spontanitas karena diyakini dapat lebih
menghibur penonton.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
William Kaye Estes membagi hasil penelitiannya menjadi beberapa aspek
penting, yang mana aspek- aspek tersebut berkaitan erat dengan proses stimulus-
respon di dalam metode pembelajaran guru dan murid. Sehingga metode yang di
kemukakan oleh beliau akan menunjang dalam proses pembelajaran itu sendiri.
Dengan demikian, teori tersebut juga bisa diterpkan dalam model pembelajaran
bahasa jawa.
3.2 Saran
1. Diharapkan bagi calon pendidik untuk menggunakan metode pembelajaran
william kaye estes terhadap objek didiknya karena dapat membantu proses
belajar mengajar secara optimal.
2. Diharapkan bagi pembaca untuk dapat menggambil manfaat dari
pengetahuan mengenai teori belajar william kaye estes.
11
DAFTAR PUSTAKA
12