Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN

PERILAKU MEROKOK PADA


REMAJA DI SMA
Shifa Nurzahra Zaki // 03015182 // Pembimbing: dr. Dewi Hastuty, Sp.S

F A K U L T A S K E D O K T E R A N U N I V E R S I T A S T R I S A K T I
•  GATS (Global Adult Tobacco Survey) 2011 à
25,2% penduduk usia 15-24 tahun di Indonesia
merokok.(2)
•  RISKESDAS à umur ≥15 tahun yang merokok dan
mengunyah tembakau meningkat dari 34,7% (2010)
à 36,3% (2013)  (3)  
•  RISKESDAS (2013)  (3)    à  perilaku merokok
pada remaja:
perokok setiap hari
usia 15-19 tahun 11,2 % lebih tinggi dari
usia 10-14 tahun, yaitu 0,5%.(3)  
•  RISKESDAS (2013)    à  perokok kadang-
kadang tertinggi di Indonesia usia 15-19 tahun.
(3)  
•  Perilaku merokok à kenakalan remaja,
meningkat setiap tahun(4)
•  Kenakalan remaja à kegagalan pemenuhan
tugas perkembangan pada masa perkembangan
remaja, yaitu kontrol diri(5)  
•  Penyebab perilaku merokok à faktor internal
dan eksternal(6)
ex: faktor Internal à kontrol diri (self-control) (7)

pengertian kontrol diri:


mekanisme yang dapat membantu mengatur dan
mengarahkan perilaku(6)
Individu(8)

kontrol diri rendah kontrol diri tinggi


melakukan resiko & menyadari akibat & efek
melanggar aturan tanpa jangka panjang dari
memikirkan efek jangka perbuatan menyimpang  
panjangnya
•  Penelitian Runtukahu, dkk. mengenai
“hubungan kontrol diri dengan perilaku
merokok kalangan remaja di SMKN 1 Bitung”
à terdapat hubungan negatif.(7)
•  Kontrol diri à kuesioner berdasarkan teori
Averill. Perilaku merokok à kuesioner
berdasarkan teori Aritonang.(7)
•  Davies, dkk. di Belanda tentang kontrol diri
dan remaja merokok à terdapat hubungan
negatif.(9)
•  Wilson dan MacLean di AS à “hubungan
kontrol diri dengan dimensi ketergantungan
nikotin”   à hubungan positif (10)
•  Glover Nilsson Smoking Behavioral
Questionnaire (GNSBQ): alat ukur tervalidasi
dan banyak digunakan dalam penelitian
internasional untuk mengukur perilaku
merokok.(11)    
•  Self Control Scale (SCS) dari Tangney, dkk:
alat ukur tervalidasi untuk kontrol diri(12)  
Belum ada yang meneliti kontrol diri
dengan perilaku merokok dengan
GNSBQ & SCS di Indonesia
↑ prevalensi
merokok pada Perbedaan hasil
remaja 15-19 tahun penelitian

Penelitian:
Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku
Merokok pada Remaja di SMA
Apakah terdapat hubungan
kontrol diri dengan perilaku
merokok pada remaja di SMA?
Tujuan khusus
Tujuan umum 1.  Mengetahui karakteristik usia
Menambah pengetahuan & jenis kelamin perilaku
mengenai hubungan kontrol merokok pada remaja
diri dengan perilaku 2.  Mengetahui distribusi kontrol
diri dan perilaku merokok
merokok pada remaja
pada remaja
3.  Mengetahui ada tidaknya
hubungan kontrol diri dengan
perilaku merokok pada remaja
Terdapat hubungan kontrol diri
dengan perilaku merokok pada
remaja.
Ilmu Pengetahuan
menambah informasi

Profesi & Institusi


Manfaat informasi bagi dokter, guru
& institusi à penyuluhan &
pendidikan bahaya merokok
Masyarakat
me(+) pengetahuan dan informasi
à menurunkan perilaku merokok
Masa Remaja(9)
ü  periode transisional
ü  masa perubahan
Remaja ü  masa usia bermasalah
(adolescence) ü  masa mencari identitas diri
ü  usia menyeramkan (dreaded)
ü  ambang menuju kedewasaan
Tumbuh ke arah ü  masa “sturm und drang” (topan
kematangan (fisik & dan badai)
sosial-psikologis) (9) ü  masa penuh emosi, kadang
emosinya meledak-ledak karena
adanya pertentangan nilai-nilai
Remaja
BKKBN
WHO 10-24 tahun &
10-19 tahun(10) Permenkes RI belum menikah(11)
No. 25, 2014
10-18 tahun(11)
Perkembangan Fisik (Struktur Otak) Masa Remaja(4)
Belum selesai
berkembang hingga Semakin
usia 18-25 th tebal à ↑
Fungsi: kendali diri, memroses
penalaran, informasi.
keputusan

Berkembang lebih awal


Fungsi: emosi
Masa remaja:
Ketika fungsi eksekutif frontal masih
berkembang, amygdala lebih mudah melanda
sumber daya kontrol diri à emosi dan
pengambilan risiko pada remaja cenderung ↑ (12)
Perkembangan Psikososial Remaja(13)

Remaja awal Remaja akhir


(early) Remaja pertengahan (late)
12-14 tahun (middle) dimulai 18 tahun
15-17 tahun
Kontrol Diri(14)
ü  kontrol yang kuat (effortful control)
ü  tekad (willpower)
ü  kontrol eksekutif, disiplin diri (self-discipline)
ü  pengaturan diri (self-regulation)
ü  kekuatan ego
ü  penundaan gratifikasi (delay of gratification)
Tangney, et al.
Kontrol diri à kemampuan untuk
mengesampingkan atau mengubah respons
batin seseorang, mencegah kecenderungan
perilaku yang tidak diinginkan, dan menahan
diri dari melakukan perilaku tersebut.(16)
Kontrol Diri

Value based decision making(17)

Mengatur dorongan perilaku, emosi, dan atensi


untuk mencapai tujuan jangka panjang (long
term goals)(14)
Mahoney & Thoresen
Individu dengan kontrol diri ↑ sangat
memerhatikan cara-cara yang tepat untuk
berperilaku dalam situasi yang bervariasi,
cenderung akan mengubah perilakunya sesuai
dengan permintaan situasi sosial, lebih
fleksibel, bersifat hangat, dan terbuka.(18)
Self Discipline

Aspek Deliberate/ Non-Impulsive


Kontrol Diri(19)
(Tangney, et al.) Healthy habits

Work ethic

Reliability
Faktor Internal

Faktor yang
mempengaruhi
Kontrol Diri(18,21)
Faktor Eksternal
Perilaku Merokok

Levy
CDC Aktivitas membakar dan
telah menghisap satu menghisap rokok serta dapat
batang rokok dalam 30 menimbulkan asap yang
hari sebelumnya.(23) dapat terhisap oleh orang-
orang disekitarnya.(24)
(Riskesdas 2013)
Faktor yang mempengaruhi
perilaku merokok

Attitude towards behavior Percieved


Subjective norm
(sikap penilaian terhadap (norma subjektif)(27) behavioral
suatu objek)(26) control (kontrol
diri) (27)
Tahap-tahap Perilaku Merokok(24)
Leventhal & Clearly
Maintenance   Self-­‐
Prepatory
of  smoking regulating

Becoming  a  
Initiation
smoker
Kontrol diri ↑ (18) Kontrol diri ↓ (18)

-­‐  Dapat  mengendalikan  perilaku -­‐  Tidak  dapat  mengendalikan  perilaku


-­‐  Mampu  mengendalikan  emosi -­‐  Tidak  mampu  mengendalikan  emosi
-­‐  Lebih  8leksibel -­‐  Tidak  8leksibel
-­‐  Bersifat  hangat  dan  terbuka -­‐  Bersifat  tertutup

Kebiasaan pola hidup sehat, Cenderung berperilaku buruk bagi


Kecil kemungkinan berperilaku merokok(19) kesehatan à merokok(19)

Gaya hidup berefek buruk yang


berlangsung lama(15)
Penelitian 1(7) Penelitian 2(30) Penelitian 3(27) Penelitian 4(29)
Peneliti Runtukahu GC, Wilson SJ, MacLean RR Fauzia WN Davies LEM, Kuipers
Sinolungan J, Opod H MAG, Junger M
Lokasi penelitian SMKN 1 Bitung Pennsylvania, AS SMAN 1 Tuban Belanda

Studi penelitian Cross-sectional Cross sectional Cross-sectional Cross sectional


Subjek penelitian 316 siswa kelas X 282 peserta 68 remaja putra kelas 191 remaja usia 15 –
X dan XI 20 tahun
Variabel yang Variabel bebas: Variabel bebas: Variabel bebas: Variabel bebas:
diteliti - Kontrol diri - Kontrol diri - Subjective norm - Kontrol diri
- Percieved behavioral - Fungsi kognitif
Variabel tergantung: Variabel tergantung: control
- Perilaku merokok - Dimensi Variabel tergantung:
ketergantungan nikotin Variabel tergantung: - Merokok
- Intensi berperilaku - Konsumsi alkohol
tidak merokok - Ketidaksetaraan pend
Penelitian 1(7) Penelitian 2(30) Penelitian 3(27) Penelitian 4(29)

Lama waktu Januari-April 2015 2013 2015 2017


studi

Hasil Terdapat hubungan negatif Kontrol diri memiliki Percieved Kontrol diri
kontrol diri dengan perilaku korelasi positif dengan behavioral control berhubungan negatif
merokok perilaku merokok dalam memiliki pengaruh dengan merokok
konsistensi pola merokok yang rendah
terhadap berperilaku
tidak merokok
Kerangka Konsep

Kontrol diri Perilaku merokok

Faktor sosiodemografi:
ü  Usia
ü  Jenis kelamin
DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi Cara dan Alat Hasil Skala Referensi
Operasional
Variabel tergantung

Perilaku Telah merokok Cara: wawancara 1.  Merokok Nominal Glover, et al


Merokok kurang lebih 1 & kuesioner 2.  Tidak merokok (31)

batang rokok dalam


30 hari sebelumnya Alat: Ketergantungan
Glover perilaku merokok:
Nilsson <12: Ringan
Smoking 12-22: Sedang
Behavioral 23-33: Berat
Questionnaire >33: Sangat berat
(GN-SBQ)
Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Hasil Skala Referensi

Variabel bebas

Kontrol Diri Kemampuan untuk Cara: 1. 36-94: Kontrol Ordinal Tangney, et al.
(16)
mengesampingkan atau Kuesioner diri rendah
mengubah respons 2. 95-123: Kontrol
batin seseorang, Alat: diri sedang
mencegah Self-Control 3. 124-180: Kontrol
kecenderungan perilaku Scale (SCS) diri tinggi
yang tidak diinginkan,
dan menahan diri dari
melakukan perilaku
tersebut

Jenis Kelamin Perbedaan antara Wawancara 1.  Laki-laki Nominal Depkes RI(11)
perempuan dan laki- dan kuesioner 2.  Perempuan
laki secara biologis
sejak seseorang lahir
DEFINISI OPERASIONAL

Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Hasil Skala Referensi

Variabel bebas

Usia Lama waktu hidup Wawancara dan 1.  15 Nominal Depkes RI(11)
sejak dilahirkan kuesioner 2.  16
3.  17
Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian
Analitik-Deskriptif SMA Labschool Kebayoran
dengan rancangan Agustus-September 2018
cross-sectional
Populasi
Seluruh siswa-siswi kelas X dan XI yang termasuk
kriteria inklusi dari populasi tersebut di SMA Labschool
Kebayoran

Sampel
Bagian dari populasi yang termasuk kriteria inklusi
Kriteria Inklusi: Kriteria Eksklusi:
1.  Siswa dan siswi kelas X dan XI
SMA Labschool Kebayoran Tidak hadir saat pembagian
berusia 15, 16, 17 tahun kuesioner penelitian
2.  Dapat berkomunikasi dengan
baik

Teknik pengambilan sampel


Stratified random sampling à simple random sampling
Besar sampel
Rumus  populasi  infinit   Rumus  populasi  finit  

n0 = Zα2 x p x q / d2 n = n0 /(1 + n0/N)

•  n0 = besar sampel optimal yang dibutuhkan


•  n = besar sampel yang dibutuhkan
•  zα = pada tingkat kemaknaan 95% besarnya
untuk populasi yang finit
1,96
•  n0 = besar sampel dari populasi
•  p = prevalensi perilaku merokok pada remaja
yang infinit
15-19 tahun = 11,2% (3)
•  N = total populasi siswa-siswi
•  q = prevalensi yang tidak merokok = 1-p
SMA Labschool Kebayoran kelas
•  d = akurasi dari ketepatan pengukuran,
X dan XI
ditetapkan sebesar 5%
Besar sampel
Rumus  populasi  infinit   Rumus  populasi  finit  

n0 = Zα2 x p x q / d2 n = n0 /(1 + n0/N)

n0 = (1,96)2 x 0,112 x 0,888/(0,05)2 n = 153/ ( 1 + 153/514)


= 3,84 x 0,112 x 0,888/0,0025 = 117,8 (118)
= 152,764426 (153)

Sampel ditambah drop out


15% N1= n + 15%n = 136
Instrumen Penelitian
Kuesioner yang terdiri dari
3 komponen:

1.  Identitas Pasien


2.  Self Control Scale (SCS)
3.  Glover Nilsson Smoking
Behavioral Questionnaire
(GN-SBQ)
Analisis Univariat Analisis Bivariat
Mendeskripsikan variabel Dilakukan terhadap dua
bebas dan variabel tergantung variabel yang diduga
dengan tabel distribusi yang berhubungan atau
konfirmasinya dalam bentuk berkorelasi à Chi Square
presentase.
Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan program
Statistics Program for Social
Science (SPSS) for Mac versi
23.0
Responden  
memenuhi   Informed   Pengumpulan  
kriteria  inklusi  &   Consent data  responden
eksklusi

Kuesioner   Tidak  
Merokok  
GN-­‐SBQ Merokok  
Pengumpulan  
data
Kuesioner  
SCS

Pengolahan  
data
Analisis  
data Alur Kerja
Penelitian  
ü Permintaan persetujuan tertulis (informed consent)
untuk ikut serta sebagai subyek penelitian secara
sukarela.

ü Data yang diperoleh akan dijamin kerahasiaannya


dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Dilaksanakan  pada  bulan   Dari  136  sampel  yang  
Agustus-­‐September  2018 terpilih

Di  SMA  Labschool  
Kebayoran Merokok Tidak  merokok

Hasil  pengumpulan  data  


dianalisis  dengan   GNSBQ SCS
SPSS  versi  23  for  Mac (Glover  Nilsson  Behavioral   (Self  Control  Scale)
Questionnaire)
17 tahun
1.5%

16 tahun
34.6% Perempuan
41.9%

Laki-laki
58.1%

15 tahun
64%
Merokok Ketergantungan kuat
Ketergantungan ringan
30.1% 31.7%
34.1%

Tidak merokok
69.9%
Ketergantungan sedang
34.1%
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN: USIA
•  Usia perilaku merokok terbanyak: 15 tahun
•  Riskesdas menguatkan hasil peneliti, usia 15-19 tahun
merupakan prevalensi tertinggi perokok kadang-kadang.
•  Wijayanti E, Dewi C, dan Rifqatussa’adah : kelompok
berisiko merokok à remaja usia ≥15 tahun.
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN: Jenis Kelamin
•  laki-laki : perempuan yang merokok = 38:3
•  Riskesdas: presentase perokok laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan mendukung hasil peneliti
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN: Kontrol Diri
•  Kontrol diri terbanyak: Kontrol diri sedang
•  Runtukahu GC, Sinolungan J, dan Opod H: kontrol diri
terbanyak: kontrol diri sangat tinggi (48%)
•  Remaja memiliki kontrol impuls yang sebanding atau bahkan
lebih baik daripada beberapa orang dewasa dalam konteks
netral. Dalam konteks emosional, kontrol impuls remaja dapat
menyerupai anak-anak maupun dewasa à akibat korteks
prefrontal yang masih belum matang pada remaja.
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN: Perilaku Merokok
•  Perilaku merokok:
-41 berperilaku merokok, 95 tidak berperilaku merokok.

•  Dari 41 orang yang merokok, ketergantungan perilaku merokok:


14 ketergantungan ringan
14 ketergantungan sedang
13 ketergantungan berat
à Tahap maintenance of smoking. Merokok menjadi salah satu bagian dari
cara self regulating
PEMBAHASAN
Hubungan usia dengan perilaku merokok
•  p = 0,501, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia
dan perilaku merokok.
•  Pangestu AW, Cahyo K, dan Kusumawati A, didapatkan hasil p
= 0,371 à mendukung
•  Masa remaja adalah sebagai ambang masa dewasa, remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status
dewasa yaitu merokok, minuman keras, sex, dan obat-obatan.
PEMBAHASAN
Hubungan usia dengan perilaku merokok
•  Edinburgh Transitions:
1.  Terdapat hubungan antara usia dengan perilaku merokok. Prevalensi orang
yang merokok meningkat seiring berjalannya usia.
2.  64% perokok pada usia 12 tahun masih merokok setahun kemudian dan
69% 5 tahun kemudian.

  Hasil penelitian: distribusi usia responden pada penelitian


ini tidak merata, dengan perbedaan jumlah usia 15:16:17
tahun adalah 87:47:2. à perbedaan jauh, kurang efektif
PEMBAHASAN
Hubungan jenis kelamin dengan perilaku
merokok
•  p = 0,000, terdapat hubungan yang bermakna
•  Wijayanti E, Dewi C, dan Rifqatussa’adah à p
= 0,019  à  mendukung
 
PEMBAHASAN
Hubungan jenis kelamin dengan perilaku merokok
Remaja laki-laki lebih banyak yang merokok
daripada remaja perempuan. Bagi remaja terutama
remaja laki-laki, merokok merupakan simbol atas
kekuasaan, kejantanan, dan kedewasaan, lebih berani
mengambil resiko seperti merokok.
PEMBAHASAN
Hubungan kontrol diri dengan perilaku merokok
•  p = 0,000, terdapat hubungan kontrol diri dengan perilaku
merokok
•  semakin tinggi kontrol diri, maka semakin rendah perilaku
merokok, begitu juga sebaliknya
•  Runtukahu GC, Sinolungan J, dan Opod H à mendukung
(p=0,000), hubungan negatif kuat
•  Davies LM, Kuipers MAG, Junger M, Kunst AE à
mendukung
PEMBAHASAN
Hubungan kontrol diri dengan perilaku
merokok
•  kontrol diri tinggi lebih mahir daripada rekan
impulsif mereka dalam mengatur impuls
perilaku, emosional, dan perhatian mereka
untuk mencapai tujuan jangka panjang.
PEMBAHASAN
Hubungan kontrol diri dengan perilaku merokok
•  Faktor yang mempengaruhi kontrol diri, menurut vanDellen:
1.  pribadi atau individu: tuntutan sebelumnya/kapasitas u/ kontrol diri
2.  pengaruh sosial atau interpersonal
3.  pengaruh lingkungan: temptation, distraction
Menurut gufron dan risnawita:
1.  Internal à usia dan kognitif
2.  Eksternal à keluarga: mengajarkan mengendalikan perilaku
& sikap disiplin
PEMBAHASAN
Hubungan kontrol diri dengan perilaku
merokok
•  Moffitt et al  à  kebijakan, intervensi, dan praktik
budaya yang ditujukan untuk memperkuat kontrol
diri dapat meningkatkan kesejahteraan populasi
umum dan bukan hanya sekelompok kecil
individu yang mengalami gangguan berat.
PEMBAHASAN
Hubungan kontrol diri dengan perilaku merokok
•  Wilson SJ dan MacLean RR à korelasi positif
kontrol diri dengan perilaku merokok
•  Wulaningsih à remaja yang memiliki kontrol diri
yang tinggi tetap tidak mampu mengatur perilakunya.
Hal ini dikarenakan perilaku tersebut sudah menjadi
suatu kebutuhan dan kebiasaan bagi remaja, dan sulit
untuk dihilangkan.
PEMBAHASAN
Hubungan kontrol diri dengan perilaku merokok
•  Terdapat hubungan kontrol diri dengan ketergantungan perilaku
merokok secara bermakna (p = 0,013)
•  Runtukahu GC, Sinolungan J, dan Opod H à mendukung (p =
0,000)
•  Penyebab ketergantungan perilaku merokok: ketergantungan
nikotin, waktu paruh terminal singkat untuk mengurangi gejala
withdrawal nikotin (menurunnya konsentrasi, mudah lelah, cepat
marah, dll), non nikotin (pemandangan, bau, dan sensasi merokok
memiliki efek pengkondisian (conditioning) perilaku pada otak)
KETERBATASAN PENELITIAN

Jadwal jam belajar & ujian, guru yang


mengajar, penelitian hanya saat jam
pelajaran BK (1 jam) à tergesa-gesa

Tidak menyertakan variabel lain (biologis,


psikologis, iklan rokok, pola asuh orang
tua)
ü  Perilaku merokok terbanyak: remaja laki-laki, berusia
15 tahun.
ü  Presentase kontrol diri yang terbesar adalah kontrol diri
sedang (68,4%)
ü  Responden yang berperilaku merokok: 41 responden
(30,1%) & yang tidak berperilaku merokok: 95
responden (69,9%)
ü  Presentase ketergantungan perilaku merokok terbesar:
ketergantungan ringan & sedang, masing-masing 34,1%
ü  Tidak terdapat hubungan usia dengan perilaku
merokok dengan nilai p = 0,501.
ü  Terdapat hubungan jenis kelamin dengan
perilaku merokok dengan nilai p = 0,000.
ü  Terdapat hubungan kontrol diri dengan perilaku
merokok dengan nilai p = 0,000.
SARAN

Bagi profesi:
•  tenaga pendidikan: penyuluhan, edukasi,
sanksi untuk yang merokok, bersikap tegas,
memastikan acara sekolah bebas rokok
•  tenaga kesehatan: penyuluhan, edukasi,
penatalaksanaan tepat u/ yang ketergantungan
SARAN

Bagi masyarakat: diharapkan menambah wawasan


•  bagi remaja: meningkatkan kontrol diri
•  bagi orang tua: edukasi sejak usia 5-6 tahun hingga SMA,
mengingatkan bahaya merokok, tidak mencontohkan perilaku
merokok, kenali pola asuh orang tua yang baik, kenali lingkungan
sekitar anak dan teman-temannya.
•  universal: diharapkan mendukung bisnis yang tidak menjual rokok
pada remaja, perbanyak restoran & tempat umum bebas rokok
SARAN

Bagi peneliti selanjutnya


Meneliti faktor lain (biologis, psikologis,
pengetahuan, sikap, pola asuh orang tua, iklan
rokok)
Referensi
1.  Rachmat  M,  Thaha  RM,  Syafar  M.  Perilaku  Merokok  Remaja  Sekolah  Menengah  Pertama.  
Jurnal  Kesehatan  Masyarakat  Nasional.  Juni  2013;7(11):502  doi.10.21109/kesmas.v7i11.363  
2.  World  Health  OrganizaQon,  Regional  Office  for  South  East  Asia.  Global  Adult  Tobacco  Survey:  
Indonesia  Report  2011.  Available  at:  
hYp://www.searo.who.int/tobacco/data/gats_indonesia_2011.pdf.  Accessed  May,  14  2018  
3.  Kementrian  Kesehatan  RI,  Badan  PeneliQan  dan  Pengembangan  Kesehatan.  Riset  Kesehatan  
Dasar  (RISKESDAS)  2013.  2013.  Available  at:  
hYp://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.  
Accessed  May  14,  2018.  
4.  Santrock  JW.  Perkembangan  Masa  Hidup  Jilid  I.  13th  ed.  Sallama  N,  editor.  Jakarta:  Erlangga;
2011.p.361-­‐380  
5.  Aroma  IS,  Suminar  DR.  Hubungan  Antara  Tingkat  Kontrol  Diri  Dengan  Kecenderungan  
Perilaku  Kenakalan  Remaja.  Jurnal  Psikologi  Pendidikan  dan  Perkembangan.  Juni  2012;1(2):
2-­‐3  
Referensi
6.  Rachmat  M,  Thaha  RM,  Syafar  M.  Perilaku  Merokok  Remaja  Sekolah  Menengah  
Pertama.  Jurnal  Kesehatan  Masyarakat  Nasional.  Juni  2013;7(11):503  
7.  Runtukahu,  GC,  Sinolungan  J,  Opod  H.  Hubungan  Kontrol  Diri  Dengan  Perilaku  Merokok  
Kalangan  Remaja  di  SMKN  1  Bitung.  Jurnal  e-­‐Biomedik(eBm).  Januari-­‐April  2015;3(1):89  
8.  Ulhaq  MZ,  Komolohadi  RAR.  Hubungan  Antara  Kontrol  Diri  Dengan  Perilaku  Merokok  
Pada  Siswa  Siswi  SMAN  1  Parakan.  Available  at:  
hYp://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-­‐
publikasi-­‐00320158.pdf.  Accessed  May  14,  2018  
9.  Davies  LM,  Kuipers  MAG,  Junger  M,  Kunst  AE.  The  Role  of  Self-­‐control  and  CogniQve  
FuncQoning  in  EducaQonal  InequaliQes  in  Adolescent  Smoking  and  Binge  Drinking.  BMC  
Public  Health.  2017;17:714  doi.10.1186/s12889-­‐017-­‐4753-­‐2    
10.  Wilson  SJ,  MacLean  RR.  AssociaQons  between  Self-­‐Control  and  Dimensions  of  NicoQne  
Dependence:  A  Preliminary  Report.  AddicQve  behaviors.  2013;38(3):1812-­‐1815.  doi:
10.1016/j.addbeh.2012.11.004.  
Referensi
11.  Center  for  Substance  Abuse  Treatment.  DetoxificaQon  and  Substance  Abuse  Treatment.  Rockville  
(MD):  Substance  Abuse  and  Mental  Health  Services  AdministraQon  (US);  2006.  (Treatment  
Improvement  Protocol  (TIP)  Series,  No.  45.)  [Table],  Figure  4-­‐11:  The  Glover-­‐Nilsson  Smoking  
Behavioral  QuesQonnaire  (GN-­‐SBQ).  Available  at:  
hYps://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK64116/table/A85671/.  Accessed  May  14,  2018  
12.  Unger  A,  Bi  C,  Xiao  Y,  Ybarra  O.  The  Revising  of  The  Tangney  Self-­‐Control  Scale  for  Chinese  Students.  
Available  at:  
hYps://www.researchgate.net/publicaQon/301897058_The_revising_of_the_Tangney_Self-­‐
Control_Scale_for_Chinese_students.  Accessed  May  20,  2018  
13.  Herlina.  Bibliotherapy:  Mengatasi  Masalah  Anak  dan  Remaja  melalui  Buku.  Available  at:  
hYp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196605162000122-­‐HERLINA/PERKEMBANGAN
%20MASA%20REMAJA.pdf.  Accessed  May  18,  2018  
14.  World  Health  OrganizaQon.  Adolescent  Health.  Available  at:  
hYp://www.who.int/topics/adolescent_health/en/.  Accessed  April  28,  2018  
15.  Pusat  Data  dan  Informasi  Kementerian  Kesehatan  RI.  InfoDATIN:  Situasi  Kesehatan  Reproduksi  
Remaja.  Available  at:  
hYp://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdaQn/infodaQn/infodaQn%20reproduksi
%20remaja-­‐ed.pdf.  Accessed  April  28,  2018  
Referensi
16.  Somerville  L,  Jones  RM,  Casey  BJ.  A  Time  of  Change:  Behavioral  and  Neural  Correlates  of  
Adolescent  SensiQvity  to  AppeQQve  and  Aversive  Environmental  Cues.  Brain  Cogn.  Februari  
2010;72(1):124.  doi.10.1016/j.bandc.2009.07.003  
17.  Batubara  JRL.  Adolescent  Development  (Perkembangan  Remaja).  Sari  Pediatri.  Juni  
2010;12(1):26-­‐27  
18.  Duckworth  AL.  The  Significance  of  Self-­‐Control.  NaQonal  Academy  of  Sciences.  Feb  
2011;108(7):2639-­‐2640  doi.10.1073/pnas.1019725108  
19.  MoffiY  et  al.  A  Gradient  of  Childhood  Self-­‐Control  Predicts  Health,  Wealth,  and  Public  Safety.  
NaQonal  Academy  of  Sciences.  Feb  2011;108(7):2693-­‐2698;  doi.10.1073/pnas.1010076108  
20.  Berkman  ET,  Hutcherson  CA,  Livingston  JL,  Kahn  LE,  Inzlicht  M.  Self-­‐Control  as  Value-­‐Based  
Choice.  Current  DirecQons  in  Psychological  Science.2017;26(5):422–428  
Referensi
21.  Ghufron  MN,  Risnawita  R.  Teori-­‐teori  Psikologi.  1st  ed.  Jogyakarta:  Ar-­‐Ruzz  Media;2010.p.
22-­‐23  
22.  Brevers  D,  Foucart  J,  Verbanck  P,  Turel  O.  ExaminaQon  of  The  Validity  and  Reliability  of  the  
French  Version  of  the  Brief-­‐Control  Scale.  Can  J  Behav  Sci.  Oktober  2017;49(4):  243–250.  doi:
10.1037/cbs0000086  
23.  Heatherton  TF.  Neuroscience  of  Self  and  Self-­‐RegulaQon.  Annu  Rev  Psychol.  2011;  62:363–
390.  doi:10.1146/annurev.psych.121208.131616  
24.  Tarullo  AR,  Bradovic  J,  Gunnar  MR.  Self-­‐Control  and  the  Developing  Brain.  Available  at:  
hYps://web.stanford.edu/group/sparklab/pdf/Tarullo,%20Obradovic,%20Gunnar
%20(2009,%200-­‐3)%20Self-­‐Control%20and%20the%20Developing%20Brain.pdf.  Accessed  
May  29,  2018  
25.  Mustafa  H.  Perilaku  Manusia  Dalam  PerspekQf  Psikologi  Sosial.  Jurnal  Administrasi  Bisnis.  
2011;7(2):143-­‐156  
 
Referensi
26.  Mee  S.  Correlates  of  smoking  behavior  among  older  adolescents.  Available  at  
hYps://rucore.libraries.rutgers.edu/rutgers-­‐lib/26098/.  Accessed  April  28,  2018  
27.  NasuQon  IK.  Perilaku  Merokok  Pada  Remaja.  Available  at:  
hYp://library.usu.ac.id/download/s/132316815.pdf.  Accessed  April  28,  2018  
28.  World  Health  OrganizaQon,  Regional  Office  for  South  East  Asia.  Global  Youth  Tobacco  Survey  
(GYTS):  Indonesia  Report  2014.  Available  at:  hYp://www.searo.who.int/tobacco/documents/
ino_gyts_report_2014.pdf.    Accessed  May,  14  2018  
29.  Faridah  F.  Analisis  Faktor-­‐Faktor  Penyebab  Perilaku  Merokok  Remaja  di  SMK  “X”  Surakarta.  
Jurnal  Kesehatan  Masyarakat  (e-­‐Journal).  2015;3(3):889-­‐891.  Available  at:  
hYps://media.neliQ.com/media/publicaQons/18627-­‐ID-­‐analisis-­‐faktor-­‐faktor-­‐penyebab-­‐
perilaku-­‐merokok-­‐remaja-­‐di-­‐smk-­‐x-­‐surakarta.pdf.  Accessed  July  14,  2018  
30.  Fikriyah  S,  Febrijanto  Y.  Faktor-­‐faktor  yang  Mempengaruhi  Perilaku  Merokok  pada  Mahasiswa  
Laki-­‐Laki  di  Asrama  Putra.  Jurnal  STIKES.  Juli  2012;5(1):99-­‐109  
Referensi
31.  RochayaQ  AS,  Hidayat  E.  Faktor-­‐faktor  yang  Mempengaruhi  Perilaku  Merokok  Remaja  di  
Sekolah  Menengah  Kejuruan  Kabupaten  Kuningan.  Jurnal  Keperawatan  Soedirman  (The  
Soedirman  Journal  of  Nursing).  Maret  2015;10(1):1-­‐11  
32.  Sagitania.  Intensi  Merokok  Siswa  SMP.  Jurnal  Psikologi  Insight.  April  2017;1(1):98  
33.  Fauzia  WN.  Faktor  Penentu  Intensi  Berperilaku  Tidak  Merokok  Pada  Remaja  Putra  di  SMA  
Negeri  1  Tuban  Tahun  2015.  Jurnal  Promkes.  Desember  2015;3(2):134-­‐145  
34.  Daly  M,  Baumeister  RF,  Delaney  L,  et  al.  Self-­‐control  and  Its  RelaQon  to  EmoQons  and  
Psychobiology:  Evidence  from  a  Day  ReconstrucQon  Method  Study.  J  Behav  Med.  
2014;37:81.  hYps://doi.org/10.1007/s10865-­‐012-­‐9470-­‐9  
35.  Kementrian  Pendidikan  dan  Kebudayaan  RI,  Badan  Pengembangan  dan  Pembinaan  Bahasa.  
2016.  Available  at:  hYps://kbbi.kemdikbud.go.id.  Accessed  July,  4  2018  
Referensi
36.  Sastroasmoro  S,  Ismael  S.  Dasar-­‐dasar  Metodologi  PeneliQan  Klinis.  5th  Ed.  Jakarta:  Sagung  
Seto;2014.p.55-­‐57  
37.  Neolaka  A.  Metode  PeneliQan  dan  StaQsQk.  1st  Ed.  Bandung:  PT  Remaja  Rosdakarya:;
2014.p.94  
38.  Dahlan  MS.  Seri  Evidence  Based  Medicine:  Langkah-­‐langkah  Membuat  Proposal  PeneliQan  
Bidang  Kedokteran  dan  Kesehatan.  2nd  Ed.  Jakarta:  Sagung  Seto;  2017.p.38-­‐41  
39.  Dahlan  MS.  StaQsQk  untuk  Kedokteran  dan  Kesehatan:  DeskripQf,  Bivariat,  dan  MulQvariat,  
Dilengkapi  Aplikasi  Menggunakan  SPSS.  6th  Ed.  Jakarta:  Epidemiologi  Indonesia;2014.p.
164-­‐187  
40.  WijayanQ  E,  Dewi  C,  Rifqatussa’adah.  Faktor-­‐faktor  yang  Berhubungan  dengan  Perilaku  
Merokok  Remaja  Kampung  Bojong  Rawalele,  JaQmakmur,  Bekasi.  Global  Medical  and  
Health  CommunicaQon.  Desember  2017;5(3):194  

 
Referensi
41.  Casey  BJ,  Caudle  K.  The  Teenage  Brain:  Self  Control.  Curr  Dir  Psychol  Sci.  2013  Apr  1;  22(2):  
82–87.  doi:  10.1177/0963721413480170  
42.  Pangestu  AW,  Cahyo  K,  KusumawaQ  A.  Faktor-­‐faktor  yang  Berhubungan  dengan  Perilaku  
Merokok  Shisha  pada  Siswa  SMA  X  di  Kota  Semarang.  Jurnal  Kesehatan  Masyarakat  (e-­‐
Journal).  Januari  2017;5(1):495    
43.  Amos  A,  Angus  K,  Bostock  Y,  Fidler  J,  HasQngs  G.  A  Review  of  Young  People  and  Smoking  in  
England.  Public  Health  Research  ConsorQum.  2009.  Available  at:  
hYps://www.research.ed.ac.uk/portal/files/8472628/PHRC_A7_08_Final_Report.pdf.  
Accessed  January  4,  2019  
44.  Teen  Smoking.  2010.  Available  at:  
hYps://www.researchgate.net/profile/Colin_Mendelsohn/publicaQon/
260317502_Mendelsohn_C_Teenage_smoking_MedicineToday_20101130-­‐37/links/
00b7d530c6d540d116000000/Mendelsohn-­‐C-­‐Teenage-­‐smoking-­‐
MedicineToday-­‐201011-­‐30-­‐37.pdf.  Accessed  January  4,  2019  
Referensi
46.  Control.  Available  at  
hYps://dukespace.lib.duke.edu/dspace/bitstream/handle/10161/612/
D_VanDellen_Michelle_a_200805.pdf;sequence=1.  Accessed  January  4,  2019  
47.  Wulaningsih  R.  Hubungan  Antara  Persepsi  Pola  Asuh  Orang  Tua  dan  Kontrol  Diri  Remaja  
terhadap  Perilaku  Merokok  di  Pondok  Pesantren.  Jurnal  Psikologi  Klinis  dan  Kesehatan  
Mental;  3(1):19-­‐24  
48.   Why  People  Smoke.  Available  at:;  
hYps://bpac.org.nz/bpj/2009/february/docs/bpj19_smoking_pages_48-­‐55.pdf.  Accessed:  
January  14,  2019  
Thank You
for Your Attention

 Shifa Nurzahra Zaki // 03015182

Anda mungkin juga menyukai