Anda di halaman 1dari 6

DRAMA KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Suatu hari di Jln. Baypass terjadi kecelakaan, seorang gadis yang mengendarai sepeda
motor menabrak tiang pembatas jalan. Gadis itu mengalami luka pada daerah tangan dan
kakinya dan ia langsung dilarikan ke Rumah Sakit sambil meraung-raung kesakitan.
Pasien : aduh....aduh sakit sekali.
Perawat : sabar... ya mbak. Sakitnya hanya sebentar nanti setelah diobati
pasti sakitnya hilang.
Selang beberapa menit kemudian, keluarga gadis itu datang dengan wajah yang cemas
dan tegang.
Eka : dedi dimana Arin...?
Dedi : m.... nggak tahu aku juga. Coba kita cari di ruang UGD mungkin
dia disana.
Sesampainya di ruang UGD, Eka dan Dedi melihat Arin yang masih meraung-
raung kesakitan, lalu mereka menghampiri Arin.
Eka : Arin....gimana keadaanmu? Apanya yang sakit dan luka?
Arin : Aduh...semua badanku terasa sakit dari tangan, siku, lutut, kaki...
aduh sakit sekali.
Perawat : tolong ya mas-mas ini tunggu diluar biar kami bisa mengobati
pasien dengan cepat.
Eka & Dedi : Baiklah sus.....
Setelah Arin, selesai diobati ia dipindahkan ke ruangan perawatan. Setelah tiga hari
kemudian perawat datang ke ruangan Arin dirawat untuk mengganti balutan lukanya.
Perawat : Selamat siang mbak, saya perawat Ayu akan mengganti balutan
lukanya mbak. Oh ya mbak gimana rasanya setelah beberapa hari
dirawat disini?
Arin : Rasanya nyaman kok... udah agak mendingan rasa sakitnya, tapi
saya pingin cepet pulang soalnya udah kangen sama papa &
mama.
Eka : Iya nih sus... kapan adik saya bisa pulang? Soalnya biayanya
tidak mendukung nih.... udah kere gitu deh...
perawat : Kalau soal itu tergantung dari kesembuhan adiknya mas......
baiklah mbak saya akan mulai mengganti balutan lukanya mbak.
Arin : Nggak sakit kan sus... ih aku takut....
Dedi : Udah...udah nggak apa-apa kok.
Eka : kok pakai diganti segala balutannya? Biarin aja je sus kan nggak
usah repot-repot jadinya.
Perawat : Tujuan dari penggantian balutan luka untuk mencegah terjadinya
Infeksi serta memberikan rasa nyaman pada adik mas.
Dedi : oh...begitu toh...hahaha aku baru tahu nih
Perawat kemudian melakukan prosedur pelaksanaan penggantian balutan luka sambil
menjelaskan langkah demi langkah kepada pasien.
Perawat : Mbak balutan luka mbak akan dibuka terus dibersihkan setelah itu
Diberi betadine dan ditutup kembali dengan has kemudian
diplester.
Arin : Udah selesai ya sus... aduh udah bosen nih.....
Perawat : Udah...udah selesai kok mbak perawatannya. Jadi mbak bisa
istirahat.
Eka : Kok cepet banget sih..... kayak kilat
Dedi : Iya nih kayak kilat... cepet banget....
Perawat : Baiklah mas dan mbak perawatan lukanya telah selesai. Jadi
mbak bisa istirahat agar lekas sembuh.
Setelah perawatan selesai, perawat meninggalkan ruangan itu dan drama kami
pun berakhir. Terima kasih atas perhatiannya.
A. Gambaran Suku sunda

Asal Usul Suku Sunda


Suku Sunda dikenal dengan Tatar Pasundan meliputi wilayah bagian barat pulau Jawa
dimana sebagian besar wilayahnya masuk provinsi Jawa Barat dan Banten. Berasal dari akar
kata sund atau suddha dalam bahasa Sanskerta yang berarti bersinar, terang dan putih.
(Williams, 1872:1128, Eringa, 1949:289). Karakter masyarakat sunda sudah dijalankan
sejak zaman kerajaan. Berupa cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas
diri), dan pinter (cerdas) menjadi jalan menuju keutamaan hidup.
Ciri utama dari daratan Sunda berupa busur kepulauan gunung api bagaikan background.
Lereng bukit hingga aliran sungai sangat indah dipandang. Hal ini membuat tanah sunda
lebih subur dan baik untuk bercocok tanam. Mata pencaharian cukup beragam dari sektor
perkebunan, perdagangan dan pertanian.

Suku Sunda

Suku Sunda – Indonesia adalah bangsa majemuk yang memiliki keanekaragaman suku dan
budaya. Kekayaan tersebut menjadikan negara ini memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika
yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Dari Sabang sampai Merauke suku dan budaya
Indonesia tersebar.

Salah satunya ialah Suku Sunda yang merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat
pulau Jawa. Suku Sunda merupakan suku kedua terbesar di Indonesia yang mencakup wilayah
provinsi Jawa Barat, Jakarta, Banten dan Lampung.

Tidak begitu heran jika orang-orang sunda lebih banyak dijumpai sekalipun di perantauan.
Jumlah populasinya menginjak 34 juta jiwa pada tahun 2003 dapat diartikan bahwa suku ini
mendominasi wilayah Indonesia.

Begitu banyak nilai-nilai adat yang diwariskan nenek moyang. Termasuk adat istiadat yang
akhirnya menjadi sebuah ‘kebiasaan’ di suatu daerah. Suku Sunda memiliki ragam budaya
yang menjadi identitas mereka. Mayoritas suku ini beragama Islam namun ada juga sebagian
kecil yang beragama Kristen, Hindu bahkan Sunda Wiwitan.

Fakta Menarik Tentang Suku Sunda

Suku Sunda lumayan terkenal dan banyak ciri khas yang dimiliki oleh suku Sunda ini. Jika
orang mendengar istilah-istilah yang akan dijelaskan dibawah ini mereka pasti langsung bisa
menebak bahwa itu dimiliki oleh Suku Sunda. Nah dari pada penasaran langsung saja simak
ulasan berikut:

1. Tari Jaipong yang Populer

Ketika masyarakat perkotaan lebih menikmati tari modern seperti boyband dan girlband
masyarakat suku Sunda sangat memegang erat budaya yang sudah turun temurun dari nenek
moyang. Salah satunya tari Jaipong yang sangat terkenal di penjuru nusantara. Tari Jaipong ini
lebih sering dijumpai saat acara besar.

Tari Jaipong pun turut dipertontonkan di mancanegara. Ciri gerakan yang lincah dan bunyi
khas gendangnya membuat tari ini disukai banyak orang. Tarian ini pernah dibawakan di Irak
untuk tampil dalam Festival Internasional Babylon.

2. Dikenal Istilah “Pamali” atau Larangan


Pamali bisa diartikan sebagai pantangan dari hal-hal yang menurut tradisi tak boleh dilakukan
dengan cara sengaja. Jika hal tersebut dilakukan akan menyebabkan datangnya malapetaka atau
kejadian tidak baik bagi yang melanggar. Di Sunda dikenal pula kalimat ceuk kolot baheula
mah (kata orang dahulu mah) yang biasa mendahului kalimat larangan.

Di sisi lain, sebagian masyarakat menggunakan kata pamali sebagai cara menakut-nakuti anak
kecil. Pada zaman dahulu hal ini dilakukan supaya mereka tidak berani menentang perintah
orang tua. Sebagai contoh : Ulah kaluar imah sareupna yang bermakna jangan keluar rumah
saat menjelang malam atau magrib. Mitosnya berupa bisa diculik setan.

Suku Batak

Pandangan tersebut sebenarnya juga diajarkan dalam agama Islam untuk menahan anak-anak
di waktu magrib karena saat itu setan-setan berkeliaran dan anak-anak dianggap mudah untuk
dirasuki. Jika sesaat malam sudah berlalu maka anak-anak baru boleh dilepas.

Masyarakat sunda dahulu pun dikenal erat memegang kewajiban dalam agama Islam
khususnya. Bahwa saat magrib, anak-anak lebih baik melakukan aktivitas ibadah seperti salat
magrib berjama’ah maupun baca tulis Al-Qur’an di musala.

3. Aksara Sunda

Masyarakat suku Sunda sudah mengenal aksara ini sejak abad ke-14 untuk menuliskan bahasa
yang digunakan. Disebut juga aksara Ngalagena dan menjadi salah satu peninggalan budaya
yang sangat berharga.

Bukti peninggalan sejarah aksara sunda ini ditemukan pada Prasasti Kawali (Prasasti Astana
Gede) yang dibuat untuk mengenang Prabu Niskala Wastukencana yang memerintah di
Kawali, Ciamis pada 1371-1475.

Namun seiring berkembangnya waktu aksara sunda mulai sedikit diketahui anak zaman
modern. Tapi kabar baiknya, masih ada masyarakat yang bersedia menjaga ciri khas suku
Sunda dengan memperkenalkan aksara tersebut lewat internet maupun mengajar secara
langsung.

Baca Juga: Suku Asmat

4. “Si Cepot” Yang Mendunia

Siapa yang tidak mengenal sebutan Si Cepot? Ya, dia adalah sosok paling populer di dunia
Wayang Golek. Berasal dari Tanah Pasundan dan menyebar mulai dari daerah Cirebon hingga
wilayah Banten. Pertunjukannya memakai boneka kayu sebagai properti. Kata golek memiliki
dua makna yaitu kata kerja berarti mencari dan kata benda berarti boneka kayu.

Pada umumnya, pola pagelaran menggunakan alur cerita pewayangan seperti cerita Ramayana
dan Mahabharata dengan menggunakan bahasa Sunda. Maestro Wayang Golek, Alm. Asep
Sunarya merupakan master wayang golek. Beliau amat terampil memainkan pewayangan
beserta olah vokal yang disuarakan.
Suku Bali

Si Cepot pernah beraksi di Amerika dan beberapa negara Asia termasuk ASEAN. Sehingga
namanya melanglang buana dikenal masyarakat luar negeri. Hal ini pun sekaligus
memperkenalkan kekayaan Indonesia melalui kesenian suku Sunda.

Setiap suku memiliki beragam sejarah hingga kebudayaan yang menakjubkan. Oleh karena itu,
tentu berkaitan erat dengan bagaimana masyarakat menjaga persatuan agar tidak berpecah
belah. Hal tersebut dapat dengan cara melestarikan budaya setiap suku.

Saling menghormati maupun saling menghargai seperti halnya yang diterapkan di suku Sunda
dalam membangun hubungan kekerabatan antar sesama manusia. Tatar Pasundan yang
mengedepankan “silih asih, silih asah, dan silih asuh” memiliki makna harus saling
mengasihi, saling mengasah atau mengajari dan saling mengasuh

https://www.romadecade.org/suku-sunda/#

Anda mungkin juga menyukai