Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS KASUS: PRIVATISASI PT INDOSAT, TBK

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Bisnis dan Negara

Kelompok 6
Oleh :
ADINDA NADYA P (1706976226)
ALIF NAUFAL (1706976232)
ALMER SAD (1706055866)
SITI ALYA FAHLENA (1706079121)
DIANA MARSYA A (1706976264)
FEBRIANA ULI R (1706055595)
IVANA CALLISTA B (1706024160)
MICHELLE OWIN (1706055790)
NOVITA SARI (1706976346)

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BUMN yang didirikan oleh Pemerintah Indonesia memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan
yang bersifat ekonomi dan sosial. Tujuan yang bersifat ekonomi yaitu BUMN berfungsi sebagai
pengelola sektor-sektor bisnis agar tidak dikuasai oleh pihak tertentu. Sedangkan tujuan yang
bersifat sosial, BUMN melakukan perekrutan tenaga kerja, dimana berkaitan dengan kebijakan
pemerintah dalam memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi yang berada disekitar
lokasi BUMN. Dengan adanya BUMN diharapkan dapat terjadi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Semenjak tahun 1969, BUMN berperan aktif dalam menunjang pembangunan nasional.
Namun sayangnya pada zaman Orde Baru, BUMN tidak menunjukkan kinerja yang baik. Laba
yang diperolehnya masih sangat rendah dibanding modal yang ditanamkan. Pada saat yang sama,
pemerintah juga sedang berusaha untuk melunasi pinjaman luar negeri. Salah satu upaya yang
dilakukan pemerintah dalam meningkatkan pendapatan negara yaitu dengan melakukan privatisasi
BUMN. Privatisasi ini merupakan salah satu rekomendasi yang ditawarkan oleh IMF. Indonesia
mendapatkan bantuan finansial dari IMF berkat permintaan bantuan yang diajukan oleh Presiden
Soeharto untuk menangani krisis moneter 1997. Sebagai gantinya, IMF memberikan klausul atau
rekomendasi dan syarat melalui Letter of Intent (Lol) kepada Indonesia. Lol berisikan rekomendasi
dan syarat-syarat kesepakatan jangka panjang dan jangka pendek. Dimana salah satu kesepakatan
jangka panjangnya adalah privatisasi perusahaan-perusahaan milik negara.
Salah satu privatisasi yang mencuri perhatian dalam Negeri Indonesia, yaitu privatisasi
kasus PT Indosat, Tbk pada tahun 2002. Indonesia menjual sahamnya kepada investor asing yaitu
perusahaan milik Singapura (STT Telecom) sebesar 42% kepemilikan. Hal tersebut menimbulkan
pro dan kontra. Dimana, pihak yang kontra menyatakan bahwa penjualan tersebut akan
membahayakan kepentingan nasional, karena Indosat merupakan perusahaan operator satelit dan
komunikasi yang dipandang sebagai hajat hidup orang banyak yang sesuai konstitusi seharusnya
dikuasai oleh negara. Sementara, pihak yang pro menyatakan bahwa privatisasi tersebut akan
menguntungkan perekonomian, karena dapat menciptakan persaingan bagi industri telekomunikasi
di dalam negeri. Dengan begitu, dalam jangka pendek privatisasi akan menambahkan setoran ke
APBN yang mengalami defisit. Hal ini sesuai dengan kondisi krisis ekonomi serta tuntutan syarat
yang sudah ditetapkan oleh IMF dalam memberikan bantuan finansial kepada Pemerintah
Indonesia.
1.2 Periodisasi dan Kronologis Kasus
Indosat didirikan pada tahun 1967 oleh America Cable & Radio Corporation, anak
perusahaan telekomunikasi multinasional Amerika Serikat, International Telephone and Telegraph
(ITT) sebagai sebuah perusahaan penanaman modal asing pertama di Indonesia. Indosat
menyediakan layanan telekomunikasi internasional lewat satelit internasional. Dalam
perjalanannya, Indosat kemudian menjadi perusahaan asing pertama yang akhirnya dimiliki
nasional. Pada 1980 Indosat diambil oleh Pemerintah Indonesia seharga US$ 43,8 juta dan sejak
itu Indosat berubah statusnya menjadi salah satu BUMN telekomunikasi, yang menjadi satu-
satunya provider sambungan langsung internasional. Lalu, PT Indosat Tbk menjadi BUMN yang
dapat memberikan keuntungan bagi negara. Hingga tahun 1993, kinerja perusahaan menunjukan
pertumbuhan produksi dan pendapatan yang sangat pesat. Indosat juga merupakan satu-satunya
perusahaan telekomunikasi yang memegang hak internasional.
Pada tahun 1994 memperdagangkan sahamnya atau disebut dengan cara Initial Public
Offering (IPO) yaitu bentuk penjualan saham BUMN melalui Bursa Efek atau pasar modal,
sasaran pembeli adalah masyarakat luas. PT Indosat Tbk memperdagangkan sahamnya ke Bursa
Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan New York Stock Exchange. Penjualan saham ini secara
tidak langsung membuat PT Indosat memasuki tahap divestasi.
Pada awal tahun 2000, Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi sektor telekomunikasi,
yaitu dengan membuka kompetisi pasar bebas di bidang tersebut. Maka dari itu Telkom tidak lagi
memonopoli telekomunikasi Indonesia. Disisi lain, pada tahun 2001 Indosat mendirikan PT
Indosat Multi Media Mobile (IM3). Ia menjadi pelopor GPRS dan multimedia di Indonesia.
Pada tahun yang sama Indosat memegang kendali penuh PT Satelit Palapa Indonesia
(Satelindo).
Sayangnya, pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94% saham Indosat
ke STT (Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd). Dengan demikian, Indosat kembali
menjadi Perusahaan Milik Asing. Penjualan saham ini dilakukan dengan tujuan untuk menutupi
defisit anggaran APBN. Selain itu, divestasi 41,94% saham PT Indosat ini hanya menghasilkan
dana Rp. 5,6 triliun. Kontroversi muncul karena privatisasi ini seperti mengejar target dan
dilakukan secara tergesa gesa yang mengutamakan nilai pembayaran daripada kestrategisan. Disisi
lain STT yang mengambil alih Indosat adalah anak perusahaan Temasek, BUMN milik Singapura,
yang juga memiliki anak perusahaan Singapore Telecom (SIngtel) yang menguasai 35% saham
Telkomsel, salah satu operator seluler terbesar di Indonesia juga merupakan anak perusahaan PT
Telkom yang notabene adalah perusahaan telekomunikasi besar di Indonesia. Dengan penguasaan
Indosat dan Telkomsel, berarti pemerintah Singapura telah menguasai sistem telekomunikasi di
Indonesia. Sebagai pemegang saham tertinggi mereka bisa saja menyadap atau mengontrol
segala bentuk informasi dan telekomunikasi yang dilakukan oleh rakyat Indonesia. Selain itu,
menurut KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha), Pemerintah Singapura dituding telah
melakukan beberapa perilaku kegiatan usaha yang kurang sehat, diantaranya : Kekuatan dalam
mempengaruhi harga di industri seluler, penetapan harga tarif percakapan yang kelewat mahal,
dan tingkat keuntungan yang kelewat tinggi. Semua perilaku perusahaan Indosat dan Telkomsel
ini akhirnya diduga mengakibatkan laba bersih perusahaan Telkomsel yang melonjak drastis dari
Rp 2,79 triliun menjadi Rp 9,71 triliun pada akhir Juni 2007.
Selain menguasai Indosat, Temasek juga menguasai beberapa perusahaan di bawahnya.
Bahkan beberapa diantaranya memiliki bisnis di sektor bernilai strategis, seperti PT Satelindo
yang menguasai kepemilikan satelit Palapa, operator SLI, dan PT Lintasarta yang menjadi
penyedia jaringan antar bank. Pemerintah Indonesia sampai saat ini masih berupaya untuk
membeli kembali saham Indosat agar pemerintah bisa kembali memegang saham mayoritas
dan menjadikan Indosat sebagai BUMN.
BAB II
ANALISIS

2.1 Peran Pasar


Pada privatisasi PT Indosat, Tbk terjadi perubahan dalam peran pasar. Penguasaan sumber
daya berupa modal dalam bentuk saham mengalami perpindahan kekuasaan. Mulanya negara yang
menguasai sumber daya (modal), kemudian beralih ke sektor swasta yang memiliki kepemilikan
atas perusahaan tersebut. Dalam hal ini yaitu STT (Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd).
Setelah mengalami privatisasi, PT Indosat, Tbk menyediakan tempat bagi pemilik modal untuk
berinvetasi dan mengembangkan perusahaan tersebut. Dalam privatisasi ini, pasar memiliki kuasa
untuk mengatur negara dengan mempengaruhi tingkah laku pelaku pasar, salah satunya yaitu
dalam menentukan harga.
Privatisasi ini dilakukan dengan harapan agar dapat berdampak positif bagi perusahaan,
seperti semakin efektif dan efisien dalam menjalankan kegiatannya. Dalam privatisasi PT Indosat
Tbk ini, keterlibatan pihak swasta mampu memberikan kontribusi pada manajemen perusahaan
secara keseluruhan sehingga berdampak kepada peningkatan keuntungan dan pendapatan
perusahaan. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui grafik pendapatan dan keuntungan PT Indosat
Tbk, setelah mengalami privatisasi oleh pihak asing dimana sebelum mengalami privatisasi yaitu
pada tahun 1990-1999, PT Indosat Tbk. memiliki pendapatan Rp68,3 miliar sampai dengan
Rp548,19 miliar dalam kurun waktu tersebut. Setelah mengalami privatisasi yaitu pada tahun
2004-2014, PT Indosat Tbk. memiliki pendapatan Rp780 miliar sampai Rp24,08 miliar dalam
kurun waktu tersebut.

2.2 Peran Negara


Pemerintah berperan dalam pelaksanaan privatisasi BUMN yang dalam kasus ini adalah
PT Indosat, Tbk. Privatisasi pertama dilakukan pada tahun 1994 dengan menggunakan metode
penawaran umum (floatation) yaitu dengan penawaran saham secara umum di Bursa Efek. Pada
tahun 2002 PT Indosat, Tbk kembali melakukan privatisasi, namun kali ini dengan menggunakan
metode penempatan langsung (direct placement) yaitu dengan menjual saham mayoritas milik
pemerintah kepada mitra strategis yang telah dipilih melalui proses tender yaitu Singapore
Technologies Telemedia (STT). Pada tahun 2002 tersebut, pemerintah Indonesia berhasil
melepaskan saham Indosat sebesar 41,94%.
Studi terhadap privatisasi PT. Indosat Tbk menunjukkan bahwa alasan yang paling
mendasar dari kebijakan privatisasi di Indonesia adalah hanya untuk menutupi kebutuhan defisit
anggaran tambahan pemerintah tahun 2002-2003 sebesar Rp. 6.2 triliun. Dalam divestasi
434.250.000 saham Seri B itu dengan harga Rp 12.950 per saham, pemerintah meraup dana Rp
5,62 triliun. Selain itu, pemerintah melakukan privatisasi sebagai upaya untuk menyelamatkan
negara yang pada awal tahun 2000 tengah mengalami kesulitan finansial karena terkena dampak
dari krisis finansial global yang terjadi pada tahun 1996-1999 (Widiati, 2005). PT Indosat, Tbk
dipilih oleh pemerintah sebagai sebagai BUMN yang diprivatisasi karena pada saat itu, tidak
banyak BUMN yang berada dalam kondisi ‘sehat’, dan membuka kepemilikan saham untuk non-
pemerintah. PT Indosat, Tbk saat itu juga sedang dalam performa yang baik, sehingga akan dapat
menghasilkan keuntungan untuk negara apabila di privatisasi dibandingkan dengan BUMN
lainnya. Pada akhirnya, pemerintah melihat bahwa privatisasi yang dilakukan terhadap PT. Indosat
mampu meningkatkan kinerja perusahaan yang tercermin dari meningkatnya aspek pendapatan dan
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Dari tahun 2004 hingga tahun 2014 terdapat
peningkatan pendapatan dari Rp 780 miliar menjadi Rp 24,08 triliun. Sedangkan dari aspek
keuntungan bersih, terdapat peningkatan dari Rp 90 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 672 miliar
pada tahun 2014. Dampak positif lain sebagai hasil dari privatisasi adalah peningkatan kredibilitas
pemerintah dalam menjalankan bisnis. Hal ini kemudian akan menumbuhkan kepercayaan bahwa
pemerintah memiliki niat untuk meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan
milik negara.
Privatisasi menurut Irianto (2004:1) terbagi menjadi dua perspektif, yaitu perspektif makro
dan mikro. Privatisasi dari perspektif makro bermakna sebagai sebuah kebijakan yang menggeser
peran pemerintah dalam ekonomi, dari campur tangan pemerintah kepada orientasi pasar.
Sementara privatisasi dalam perspektif mikro bermakna perpindahan kepemilikan dan kontrol
perusahaan milik negara (BUMN) pada sektor privat (swasta). Implikasinya, privatisasi pada PT
Indosat, Tbk secara teoritis telah memenuhi makna dari perspektif makro dan mikro tersebut.
Perspektif makro terpenuhi karena privatisasi pada Indosat oleh pemerintah merupakan bagian dari
reformasi telekomunikasi yang merupakan pemenuhan kesepakatan pada lembaga keuangan
internasional khususnya IMF dan Bank Dunia. Sementara perspektif mikro dipenuhi karena
penjualan 41,94% saham kepada STT merupakan wujud berpindahnya kepemilikan pemerintah
kepada industri swasta.
2.3 Keterkaitan Peran Pasar dan Negara dengan Ideologi Sosial Demokrat
Apabila dikaitkan dengan ideologi yang dipelajari sebelumnya, Cara pemerintah Indonesia
pada saat itu melakukan privatisasi PT Indosat, Tbk menyerupai cara yang dilaukan negara-negara
yang menganut ideologi sosial demokratis yang menganut sistem ekonomi campuran (Mixed
Economy). Pada negara yang menganut sistem ekonomi campuran (Mixed Economy), mekanisme
pengaturan aset ada yang dikuasai oleh individu dan ada yang dikuasai oleh masyarakat/negara.
Oleh karena itu negara yang menganut ekonomi campuran ditandai oleh ciri-ciri antara lain:
a. Kedua sektor ekonomi hidup berdampingan
b. Interaksi ekonomi terjadi di pasar
c. Persaingan dalam sistem campuran diperbolehkan
d. Adanya Campur Tangan Pemerintah
Alasan perlunya campur tangan pemerintah:
a. Mencegah perusahaanperusahaan besar turut mempengaruhi kebijaksanaan politik dan ekonomi
b. Mencegah organisasi buruh (gabungan) menekan pengusaha dalam menentukan harga barang
Sistem ekonomi di Indonesia sering digolongkan dalam sistem ekonomi campuran, karena
kenyataannya hak milik individu diakui tetapi sepanjang penggunaannya tidak menganggu hak-
hak masyarakat/negara. Oleh karena itu dalam mekanisme pengaturan ekonomi ada bentuk campur
tangan pemerintah. Implikasinya pada kasus ini adalah sebagian besar saham dari PT Indosat
dijual ke pihak asing, namun Indonesia masih memiliki saham sebesar 14,29% sehingga masih
adanya campur tangan pemerintah dalam perusahaan.
Pemerintah berperan sebagai regulator. Privatisasi pada PT Indosat Tbk ini pun tidak
terlepas dari bidang telekomunikasi yang masih dianggap sebagai salah satu sektor strategis yang
menjadikan keterlibatan pemerintah merupakan sesuatu yang sangat penting. Pemerintah dapat
mengimbangi harga yang ditentukan oleh pasar dengan kemampuan daya beli masyarakat.
Pemerintah tetap dapat melakukan pengawasan dan pengaturan selama adanya kegiatan privatisasi
ini. Walau begitu, peran yang pemerintah punya tetap terbatas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada zaman Orde Baru, laba yang diperoleh BUMN sangat rendah dibanding modal yang
ditanamkan dan juga harus melunasi pinjaman luar negeri. Oleh karena itu, IMF memberikan
bantuan finansial kepada Indonesia dengan syarat dilakukannya privatisasi. Hal ini adalah salah
satu upaya pemerintah menyelamatkan negara yang tengah mengalami kesulitan finansial karena
terkena dampak dari krisis finansial global yang terjadi pada tahun 1996-1999. Privatisasi Indosat
berawal dari Indosat yang merupakan perusahaan asing pertama yang akhirnya dimiliki nasional.
Kemudian, pada tahun 1994 memperdagangkan sahamnya yang secara tidak langsung membuat
PT Indosat, Tbk memasuki tahap divestasi. Namun, pada tahun 2002 Indonesia menjual sahamnya
kepada investor asing yaitu perusahaan milik Singapura (STT Telecom) sebesar 41,94%
kepemilikan dengan tujuan untuk menutupi defisit anggaran APBN. Di sisi lain, saham Telkomsel
sebesar 35% juga dikuasai oleh anak perusahaan Singapore Telecom. Dengan penguasaan Indosat
dan Telkomsel, berarti pemerintah Singapura telah menguasai sistem telekomunikasi di Indonesia.
Peran pasar dalam kasus privatisasi PT Indosat, Tbk yaitu menyediakan tempat bagi
pemodal untuk menanam saham pada perusahaan yang melakukan divestasi dan mengembangkan
perusahaan tersebut, memberikan peluang bagi perusahaan untuk berkembang, menciptakan
persaingan antara perusahaan yang bergerak di bidang yang sama, dan mempengaruhi tingkah laku
pelaku pasar dalam hal ini dengan cara menentukan harga.
Sedangkan, negara berperan dalam hal melakukan privatisasi pada PT Indosat, Tbk
dengan menggunakan metode penawaran umum (floatation), lalu menggunakan metode
penempatan langsung (direct placement). Privatisasi ini dilakukan oleh pemerintah untuk
menutupi defisit APBN tahun 2002 dan untuk melunasi utang luar negeri.
Kaitannya dengan ideologi sosial demokrat adalah cara privatisasi yang dilakukan
pemerintah Indonesia sama dengan negara-negara yang menganut ideologi sosial demokratis.
Meskipun sebagian besar saham dari PT Indosat, Tbk dijual ke pihak asing, namun Indonesia
masih memiliki saham sebesar 14,29% sehingga negara masih memiliki peran di dalam
perusahaan. Peran negara sebagai regulator mengimbangi harga yang ditentukan oleh pasar dengan
kemampuan daya beli masyarakat dan juga berperan dalam pengawasan dan pengaturan.
Privatisasi yang dilakukan terhadap PT. Indosat berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan
yang tercermin dari meningkatnya aspek pendapatan dan keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan. Selain itu, adanya peningkatan kredibilitas pemerintah dalam menjalankan bisnis.
DAFTAR PUSTAKA

Aditua, S. (2015). Pengendalian Negara atas BUMN Sektor Telekomunikasi Pasca-Privatisasi.


Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 219-222.

Hendri. 2008. Konsekuensi Privatisasi. https://news.detik.com/opini/d-882691/konsekuensi-


privatisasi. Diakses pada tanggal 4 November 2018. Pukul 20.55
Irianto, Gugus, A critical enquiry into privatisation of state-owned enterprises: the case of PT
Semen Gresik (Persero) TBK. Indonesia, PhD thesis, School of Accounting and Finance,
University of Wollongong, 2004. http://ro.uow.edu.au/theses/522
Kamasan, Agung. 2009. “Privatisasi BUMN di Indonesia: Kasus Pengambilalihan Saham PT.
Indosat Tbk Oleh Temasek Holding Pada Tahun 2002”. Tesis. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik. Universitas Indonesia. Depok
Lubis, Coki. 2016. Satelit, Krisi Ekonomi, dan Privatisasi. http://telusur.metrotvnews.com/news-
telusur/akW4LVqK-satelit-krisis-ekonomi-dan-privatisasi. Diakses pada tanggal 3
November 2018. Pukul 19:25
Noll, A. M. (2000). Telecomunication Privatisation: Mixed Progress. 21-23.

Perkasa, Surya. 2016. Satelit Merah Putih. http://telusur.metrotvnews.com/infografik-


telusur/GbmAqLPb-satelit-merah-putih. Diakses pada tanggal 3 November 2018. Pukul
21:05
Sitio, W. L. (2014). Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan BUMN Sebelum dan Setelah
Privatisasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Supriyanto. (2009). MEMAHAMI CARA BEKERJA SISTEM PEREKONOMIAN . Jurnal


Ekonomi dan Pendidikan, 192-205.

Tarmidi, Lepi T. Krisis Moneter Indonesia:Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran. Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan: Maret 1999.
Widiati, K. E. (2005). Analisis terhadap privatisasi PT Indosat. Jurnal Bisnis dan Manajemen
UGM, 268-291.

https://www.bphn.go.id/data/documents/privatisasi_badan_usaha_milik_negara.pdf.
Diakses pada tanggal 5 November 2018. Pukul 17:35

Anda mungkin juga menyukai