Anda di halaman 1dari 28

PANCASILA MENJADI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumus Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Pengertian Pancasila........................................................................... 3
2.2 Pengertian Ilmu .................................................................................. 5
2.3 Pancasila menjadi Dasar Pengembangan Ilmu .................................. 6
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 9
3.1 Pancasila sebagai Nilai Dasar Pengembangan Ilmu .......................... 9
3.2 Menanya Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu ............................................................................... 11
3.3 Menggali Sumber Historis , Sosiologis , Politis tentang Pancasila
sebagai Dasar Pengembangan Ilmu ....................................................... 12
3.4 Membangun tentang Dinamika Pancasila sebagai Dasar
Pengembangan Ilmu ............................................................................... 22
3.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu untuk Masa Depan ............................................... 23
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 26
4.2 Saran ................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................................................... 27

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak dulu, ilmu pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivitas
berpikir manusia. Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata berbeda
makna, ilmu dan pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui
merupakan definisi pengetahuan, sedangkan ilmuadalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode tertentu.
Sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai peristiwa
disekitarnya, berbanding lurus dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Na
mun dalam perkembangannya, timbul gejala dehumanisasi atau penurunan derajat
manusia. Hal tersebut disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh manusia,
baik itu suatu teori maupun materimenjadi lebih bernilai ketimbang
penggagasnya. Itulah sebabnya, peran Pancasila harusdiperkuat agar bangsa
Indonesia tidak terjerumus pada pengembangan ilmu pengetahuan yangsaat ini
semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
Nilai-nilai Pancasila sesungguhnya telah tertuang secara filosofis-ideologis
dankonstitusional di dalam UUD 1945 baik sebelum amandemen maupun setelah
amandemen. Nilai-nilai Pancasila ini juga telah teruji dalam dinamika kehidupan
berbangsa pada berbagai periodekepemimpinan Indonesia. Hal ini
sebenarnya telah menjadi kesadaran bersama bahwa Pancasilamerupakan tatanan
nilai yang digali dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia, yaitu kelimasila
yang merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan
pengamalannyaharus mencakup semua nilai yang terkandung di dalamnya. Hanya
saja perlu diakui bahwa meskitelah terjadi amandemen hingga ke-4, namun dalam
implementasi Pancasila masih banyak terjadidistorsi dan kontroversi yang
menyebabkan praktek kepemimpinan dan pengelolaan bangsa dan Negara cukup
memprihatinkan.
Bukti-bukti empiris menunjukkan hampir semua inovasi teknologi
merupakan hasil darisuatu kolaborasi, apakah itu kolaborasi antar-pemerintah,
antar-universitas, antar-perusahaan,antar-ilmuwan, atau kombinasi dari semuanya.

1
Aktivitas ini pun relatif belum terfasilitasi dengan baik dalam beberapa kebijakan
pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah defenisi dari pancasila dan pengembangan ilmu?
2. Apa maksud dari pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu ?
3. Apa alasan diperlukannya pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu ?
4. Bagaimana menggali sumber historis, sosiologis, politis tentang
pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia ?
5. Bagaimana membangun argument tentang dinamika dan tantangan
pancasila sebagai dasarnilai pengembangan ilmu ?
6. Bagaimana mendskripsikan esensi dan urgensi pencasila sebagai dasar
nilai pengembangan ilmu untuk masa depan ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
2. Untuk mendefenisikan apa itu pancasila dan ilmu
3. Untuk mengetahui pengaruh nilai kerakyatan sebagai dasar
pengembanagan ilmu
4. Untuk mengetahui pengaruh nilai kerakyatan sebagai dasar
pengembangan ilmu
5. Untuk mengetahui manfaat nilai keadilan sebagai dasar pengembangan
ilmu

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pancasila


1. Dari Segi Etimologi
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta (bahasa Brahmana India) yang
artinya
a) Panca : Lima
b) Sila / syila : Batu sendi, ulas, atau dasar

Jadi Pancasila artinya lima batu sendi

2. Dari segi Terminologi

Istilah “Pancasila” di dalam “Falsafah Negara Indonesia” mempunyai


pengertian sebagai nama dari 5 dasar negara RI, yang pernah diusulkan oleh Bung
Karno atas petunjuk Mr. Moh. Yamin pada tanggal 1 Juni 1945, yaitu pada saat
bangsa Indonesia sedang menggali apa yang akan dijadikan dasar negara yang
akan didirikan pada waktu itu. Lima dasar negara yang diberikan nama Pancasila
oleh Bung Karno, ialah :

1) Kebangsaan
2) Prikemanusiaan
3) Mufakat
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan YME

3. Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli

 Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti
sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik.
Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman
atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.

3
 Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia
sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai
pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
 Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian
abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah
bangsa Indonesia.

4. Pancasila Sebagai Ideologi Negara


 Pancasila merupakan Dasar Falsafah Negara atau Ideologi Negara,
karena memuat norma-norma yang paling mendasar untuk
mengukur dan menentukan keabsahan bentuk-bentuk
penyelenggaraan negara serta kebijaksanaan- 2 kebijaksanaan
penting yang diambil dalam proses pemerintahan (Soerjanto
Poespowardojo, 1991:44).

 Abdurrahman Wahid (1991:163) menyatakan Pancasila sebagai


falsafah negara berstatus sebagai kerangka berpikir yang harus
diikuti dalam menyusun undang-undang dan produk hukum yang
lain, dalam merumuskan kebijakan pemerintah dan dalam
mengatur hubungan formal antar lembaga-lembaga dan perorangan
yang hidup dalam kawasan negara ini.
 Pancasila sebagai dasar negara Indonesia (Kaelan, 2010 :40-41)
memiliki konsekuensi segala peraturan perundang-undangan
dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Dengan lain perkataan
Pancasila merupakan sumber hukum dasar Indonesia, sehingga
seluruh peraturan hukum positif Indonesia diderivasikan atau
dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Kemudian Pancasila sebagai

4
dasar kehidupan kebangsaan dan kenegaraan adalah merupakan
Identitas Nasional Indonesia (Kaelan, 2010 :39).

2.2 Pengertian Ilmu


 Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh
(Bakhtiar,2005)
a) Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun itu menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun
menurut bangunannya dari dalam.
b) Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
c) Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
d) Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang
dikaji.
e) Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan
yang disistemasikan dan suatu pendekatan terhadap seluruh dunia empiris
yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada
prinsipnya dapat diamati oleh pancaindrea manusia. Lebih lanjut ilmu
didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada
ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika…
maka”.
f) Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat
dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan
hokumhukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan
pengalaman praktis.

5
 Pengertian Ilmu yang terdapat pada Jurnal Filsafat Vol. 21, Nomor 2,
Agustus 2011
a) Kaidah-kaidah ilmu pengetahuan itu dikatakan oleh Robert Merton adalah
universalisme, komunalisme, disinterestedness dan skeptisisme yang
terarah (Wibisono, 2009:2).
b) Van Peursen (1985) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat
sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari
ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
c) Francis Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyan Knowledge is
Power yang mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap
kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat
menentukan. Karena itu, implikasi yang timbul adalah bahwa ilmu yang
satu sangat erat hubungannya dengan ilmu yang lain, serta semakin
kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu
terapan atau praktis.

2.3 Pancasila menjadi Dasar Pengembangan Ilmu

a) Notonagoro (dalam Edwin dkk., 2006:164)


Menyatakan bahwa dalam keseharian pengetahuan yang dimiliki seorang
manusia tidak menjamin keberadaannya sebagai pelaksana aktif atas
pengetahuan tentang nilai-nilai Pancasila yang dimilikinya. Oleh karena
itu, dibutuhkan rasa atau kemauan untuk mengaplikasikan pengetahuan
nilai-nilai Pancasila. Sebab hanya dengan kemauan, kemampuan tersebut
dapat berguna bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.
b) (Kaelan, 1993:178)
Untuk merealisasikan pengamalan Pancasila dalam upaya mengatasi
persoalan kebangsaan di Indonesia, maka pengamalan Pancasila dapat
dilakukan di jalur pendidikan.
1) Pertama, dengan memberikan pengetahuan, pengetahuan biasa,
pengetahuan ilmiah dan pengetahuan filsafat tentang Pancasila. Hal
ini sangat penting terutama bagi para pemimpin, dan ilmuwan.

6
2) Kedua, dengan kesadaran, melalui sikap yang sadar dan
mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam diri sendiri akan
membantu seseorang untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
3) Ketiga, dengan ketaatan, yaitu selalu dalam keadaan sedia untuk
memenuhi wajib lahir dan batin, lahir berasal dari luar misalnya
dari pemerintah, batin dari diri sendiri.
4) Keempat, kemampuan yang cukup kuat, pendorong untuk
melakukan perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila.
5) Kelima, mawas diri, yakni dengan selalu menilai diri sendiri
apakah dirinya berbuat baik atau buruk dalam melaksanakan
Pancasila.

c) Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu menurut cara pandang


Daoed Joesoef adalah sebagai tuntunan dan pertimbangan nilai dalam
pengembangan iptek. Oleh karena itu, Pancasila memiliki metode tertentu
dalam memandang, memegang kriteria tertentu dalam menilai sehingga
menuntunnya untuk membuat pertimbangan tertentu tentang gejala,
ramalan, dan anjuran tertentu mengenai langkah-langkah praktikal
(Joesoef, 1987: 1, 15).
d) Kuntowijoyo dalam konteks pengembangan ilmu menengarai bahwa
kebanyakan orang seringmencampuradukkan antara kebenaran dan
kemajuan sehingga pandanganseseorang tentang kebenaran terpengaruh
oleh kemajuan yang dilihatnya.Kuntowijoyo menegaskan bahwa
kebenaran itu bersifat non-cumulative (tidakbertambah) karena kebenaran
itu tidak makin berkembang dari waktu ke waktu.Adapun kemajuan itu
bersifat cumulative (bertambah), artinya kemajuan itu selaluberkembang
dari waktu ke waktu. Agama, filsafat, dan kesenian termasuk dalam
kategori non-cumulative, sedangkan fisika, teknologi, kedokteran
Koesnadi, 1987: xii termasuk dalam kategori cumulative (Kuntowijoyo,
2006: 4).

7
e) Koesnadi Hardjasoemantri, yang menyatakan bahwa Pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu pengetahuan untuk
dipergunakan sebagai asas dan pendirian hidup, sebagai suatu pangkal
sudut pandangan dari subjek ilmu pengetahuan dan juga menjadi objek
ilmu pengetahuan atau hal yang diselidiki (Koesnadi, 1987: xii).

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

1. Konsep Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat
mengacu pada beberapa jenis pemahaman. Pertama, bahwa setiap ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Kedua, bahwa
setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai- nilai
Pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri. Ketiga, bahwa
nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di
Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara
berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia. Keempat, bahwa setiap
pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia
sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian
ilmu).
Keempat pengertian Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu
sebagaimana dikemukakan di atas mengandung konsekuensi yang berbeda-beda.
Pengertian pertama bahwa iptek tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila mengandung asumsi bahwa iptek itu sendiri
berkembang secara otonom, kemudian dalam perjalanannya dilakukan adaptasi
dengan nilai-nilai Pancasila.
Pengertian kedua bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia
harus menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal mengandaikan
bahwa sejak awal pengembangan iptek sudah harus melibatkan nilai-nilai
Pancasila. Namun, keterlibatan nilai-nilai Pancasila ada dalam posisi tarik ulur,
artinya ilmuwan dapat mempertimbangkan sebatas yang mereka anggap layak
untuk dilibatkan.
Pengertian ketiga bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu
normatif bagi pengembangan iptek mengasumsikan bahwa ada aturan main yang

9
harus disepakati oleh para ilmuwan sebelum ilmu itu dikembangkan. Namun,
tidak ada jaminan bahwa aturan main itu akan terus ditaati dalam perjalanan
pengembangan iptek itu sendiri. Sebab ketika iptek terus berkembang, aturan
main seharusnya terus mengawal dan membayangi agar tidak terjadi kesenjangan
antara pengembangan iptek dan aturan main.
Pengertian keempat yang menempatkan bahwa setiap pengembangan iptek
harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri sebagai proses
indegenisasi ilmu mengandaikan bahwa Pancasila bukan hanya sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu, tetapi sudah menjadi paradigma ilmu yang berkembang di
Indonesia. Untuk itu, diperlukan penjabaran yang lebih rinci dan pembicaraan di
kalangan intelektual Indonesia, sejauh mana nilai-nilai Pancasila selalu menjadi
bahan pertimbangan bagi keputusan-keputusan ilmiah yang diambil.

2. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Apakah Anda menyadari bahwa kehadiran ilmu pengetahuan dan


teknologi di sekitar kita ibarat pisau bermata dua, di satu sisi iptek memberikan
kemudahan untuk memecahkan berbagai persoalan hidup dan kehidupan yang
dihadapi, tetapi di pihak lain dapat membunuh, bahkan memusnahkan peradaban
umat manusia. Contoh yang pernah terjadi adalah ketika bom atom yang
dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia Kedua. Dampaknya
tidak hanya dirasakan warga Jepang pada waktu itu, tetapi menimbulkan
traumatik yang berkepanjangan pada generasi berikut, bahkan menyentuh nilai
kemanusiaan secara universal. Nilai kemanusiaan bukan milik individu atau
sekelompok orang atau bangsa semata, tetapi milik bersama umat manusia.

Pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat ditelusuri


ke dalam hal-hal sebagai berikut :
Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa
Indonesia dewasa ini seiring dengan kemajuan iptek menimbulkan perubahan
dalam cara pandang manusia tentang kehidupan. Hal ini membutuhkan renungan

10
dan refleksi yang mendalam agar bangsa Indonesia tidak terjerumus ke dalam
penentuan keputusan nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap
lingkungan hidup berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup
manusia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral
bagi para ilmuwan dalam pengembangan iptek di Indonesia.
Ketiga, perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan
politik global ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia,
seperti spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa
keadilan. Oleh karena itu, diperlukan orientasi yang jelas untuk menyaring dan
menangkal pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kepribadian bangsa Indonesia.

3.2 Menanya Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Dasar Nilai


Pengembangan Ilmu

Pernahkah terpikir oleh Anda bahwa tidak ada satu pun bangsa di dunia ini
yang terlepas dari pengaruh pengembangan iptek, meskipun kadarnya tentu saja
berbeda-beda. Kalaupun ada segelintir masyarakat di daerah-daerah pedalaman di
Indonesia yang masih bertahan dengan cara hidup primitif, asli, belum
terkontaminasi oleh kemajuan iptek, maka hal itu sangat terbatas dan tinggal
menunggu waktunya saja. Hal ini berarti bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh
pengembangan iptek yang terlepas dari nilai-nilai spiritualitas, kemanusiaan,
kebangsaan, musyawarah, dan keadilan merupakan gejala yang merambah ke
seluruh sendi kehidupan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, beberapa alasan Pancasila diperlukan sebagai dasar nilai
pengembangan iptek dalam kehidupan bangsa Indonesia meliputi hal-hal sebagai
berikut. Pertama, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik dengan
dalih percepatan pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat perlu mendapat perhatian yang serius. Penggalian
tambang batubara, minyak, biji besi, emas, dan lainnya di Kalimantan, Sumatera,
Papua, dan lain-lain dengan menggunakan teknologi canggih mempercepat

11
kerusakan lingkungan. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka generasi
yang akan datang, menerima resiko kehidupan yang rawan bencana lantaran
kerusakan lingkungan dapat memicu terjadinya bencana, seperti longsor, banjir,
pencemaran akibat limbah, dan seterusnya.

Kedua, penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan


iptek dapat menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan iptek
yang berpengaruh pada cara berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung
pragmatis. Artinya, penggunaan benda-benda teknologi dalam kehidupan
masyarakat Indonesia dewasa ini telah menggantikan peran nilai-nilai luhur yang
diyakini dapat menciptakan kepribadian manusia Indonesia yang memiliki sifat
sosial, humanis, dan religius. Selain itu, sifat tersebut kini sudah mulai tergerus
dan digantikan sifat individualistis, dehumanis, pragmatis, bahkan cenderung
sekuler.

Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di


berbagai daerah mulai digantikan dengan gaya hidup global, seperti: budaya
gotong royong digantikan dengan individualis yang tidak patuh membayar pajak
dan hanya menjadi free rider di negara ini, sikap bersahaja digantikan dengan
gaya hidup bermewah-mewah, konsumerisme; solidaritas sosial digantikan
dengan semangat individualistis; musyawarah untuk mufakat digantikan dengan
voting, dan seterusnya

3.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila


sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia

1. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


diIndonesia

Sumber historis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di


Indonesia dapat ditelusuri pada awalnya dalam dokumen negara, yaitu
PembukaanUndang-Undang Dasar 1945. Alinea keempat Pembukaan UUD
1945berbunyi:

12
”Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah negara
Indonesiayang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesiadan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa,dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaianabadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itudalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatususunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkepada Ketuhanan Yang Maha Esa, … dan
seterusnya”.

Kata “Mencerdaskan kehidupan bangsa” mengacu pada pengembangan


iptek melalui pendidikan. Amanat dalam Pembukaan UUD 1945 yang terkait
denganmencerdaskan kehidupan bangsa itu haruslah berdasar pada nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan seterusnya, yakni Pancasila. Proses
mencerdaskan kehidupan bangsa yang terlepas dari nilai-nilai
sipiritualitas,kemanusiaan, solidaritas kebangsaan, musyawarah, dan keadilan
merupakanpencederaan terhadap amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yang merupakan dokumen sejarah bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu belum banyak dibicarakan
pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia.Hal ini dapat dimaklumi, mengingat
parapendiri negara yang juga termasuk cerdik cendekia atau intelektual bangsa
Indonesia pada masa itu mencurahkan tenaga dan pemikirannya untuk
membangun bangsa dan negara. Segelintir rakyat Indonesia yang mengenyam
pendidikan di masa penjajahan itulah yang menjadi pelopor bagi kebangkitan
bangsa sehingga ketika negara Indonesia merdeka diproklamirkan, mereka merasa
perlu mencantumkan aspek kesejahteraan dan pendidikan ke dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi :
“Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan melindungi segenap tanah tumpah darah Indonesia”.

Sila-sila Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang


Dasar1945 jelas merupakan bagian dari amanat para pendiri negara untuk

13
mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan dan memajukan kesejahteraan
bangsa dalam arti penguatan perekonomian bangsa dan pengembangan
ilmupengetahuan yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa
Indonesiaagar setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Soekarno dalam rangkaian kuliah umum Pancasila Dasar Falsafah
Negara pada 26 Juni 1958 sampai dengan 1 Februari 1959 Pancasila sebagai
blueprint dalam pernyataan Soekarno kurang lebih mengandung pengertian yang
sama dengan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek karena sila-sila
Pancasila sebagai cetak biru harus masuk ke dalam seluruh rencana pemikiran dan
tindakanbangsa Indonesia.
Konsep Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pernah
dikemukakan oleh Prof. Notonagoro, yang menyatakan bahwa Pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu pengetahuan untuk
dipergunakan sebagai asas dan pendirian hidup, sebagai suatu pangkal sudut
pandangan dari subjek ilmu pengetahuan dan juga menjadi objek ilmu
pengetahuan atau hal yang diselidiki (Koesnadi, 1987: xii)

Daoed Joesoef dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Pancasila,


Kebudayaan,dan Ilmu Pengetahuan menyatakan bahwa Pancasila adalah gagasan
vital yang berasal dari kebudayaan Indonesia, artinya nilai-nilai yang benar-benar
diramu dari sistem nilai bangsa Indonesia sendiri. Konsep Pancasila sebagai dasar
nilai pengembangan ilmu menurut cara pandang Daoed Joesoef adalah sebagai
tuntunan dan pertimbangan nilai dalam pengembangan iptek.
Prof. Dr. T. Jacob menegaskan bahwa Pancasila seharusnya dapat
membantu dan digunakansebagai dasar etika ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia. Untuk itu,lima prinsip besar yang terkandung dalam Pancasila cukup
luas dan mendasaruntuk mencakup segala persoalan etik dalam ilmu pengetahuan
danteknologi, yaitu
1) Monoteisme;
2) Humanisme dan solidaritas karya Negara
3) Nasionalisme dan solidaritas warga negara;
4) Demokrasi dan perwakilan;

14
5) Keadilan sosial
Penjabaran sila-sila Pancasila ke dalam sistem etika ilmiah dikemukakan
Jacob sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, melengkapi ilmu pengetahuan
dengan menciptakan perimbangan antara yang irasional dan
rasional, antara rasa dan akal. Sila pertama ini, menempatkan
manusia dalam alam semesta sebagai bagiannya, bukan sebagai
pusat dan tujuan, serta menuntut tanggung jawab sosial dan
intergenerasional dari ilmuwan dan teknologi.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberi arah dan
mengendalikan ilmu pengetahuan.Ilmu pengetahuan dikembalikan
pada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan.
c. Sila Persatuan Indonesia, melengkapi universalisme dan
internasionalisme dalam sila-sila yang lain sehingga supra-sistem
tidak mengabaikan sistem dan subsistem di bawahnya. Aspek
universal dan lokal harus dapat hidup secara harmonis dengan tidak
saling merugikan.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaandalam Permusyawaratan/Perwakilan,
mengimbangi autodinamika iptek, serta mencegah teknologi
berevolusi sendiri dengan leluasa.Percobaan, penerapan, dan
penyebaran ilmu pengetahuan harus mencerminkan semangat
demokratis dan perwakilan rakyat harus dapat
memusyawarahkannya sejak dari kebijakan penelitian sampai ke
penerapan massal hasil-hasilnya.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menekankan
ketiga keadilan Aristoteles (distributif, legalis, dan
komutatif)dalam pengembangan, pengajaran, penerapan
iptek.Keadilan sosial jugamenjaga keseimbangan antara individu
dan masyarakat.

Contoh penerapan Pancasila sebagai etika ilmiah, antara lain hormat terhadap

15
hayat (penerapan Pancasila). Sikap ilmiah yang didasarkan pada moralitas
Pancasila merupakan upaya pengendalian pengembangan iptek, sekaligus sebagai
faktor penyeimbang antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan spiritual.
Koentowijoyo dalam artikelnya, Pancasila sebagai Orientasi Pengembangan
Humaniora di Indonesia bertitik tolak dari kesadaran bahwa manusia hidup
ditengah-tengah tiga lingkungan, yaitu lingkungan material, lingkungan sosial,dan
lingkungan simbolik. Pancasila sebagai kerangka kesadaran normatif humanisasi
dapat merupakandorongan ke arah dua hal penting:
1) Pertama, universalisasi, yaitu melepaskansimbol-simbol dari keterkaitan
dengan struktur, terutama penggunaan simboluntuk kepentingan sebuah
kelas sosial, baik yang datang dari kubu pasarbebas maupun dari negara
perencana.

2) Kedua, transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan


manusia, kebebasan spiritual untuk melawan dehumanisasi dan
subhumanisasi manusia yang datang dariteknologi dan ilmu pengetahuan
(Koentowijoyo, 1987: 101).

Simposium dan Sarasehan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu


Pengetahuandan Pembangunan Bangsa merupakan upaya untuk menempatkan
kedudukan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek.
Prof. Dr. Muladi menegaskan bahwa kedudukan Pancasila sebagai
commondenominator values, artinya nilai yang mempersatukan seluruh
potensikemanusiaan melalui counter values and counter culture. Pancasila
merupakan refleksi penderitaan bangsa-bangsa di dunia secara riil sehingga
mengandung nilai-nilai agama yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa dan
nilai-nilai universal HAM.
Dengan demikian, pengembangan ilmu dan teknologi seharusnya dikaitkan
dengan nilai-nilai Pancasila sebagai common denominator values,yakni nilai-nilai
yang disepakati bersama-sama oleh bangsa Indonesia,sekaligus sebagai kerangka
acuan bersama.

16
Prof. Dr. M. Sastrapratedja dalam artikelnya yang berjudul, Pancasila
sebagaiOrientasi Pembangunan Bangsa dan Pengembangan Etika Ilmu
Pengetahuan menegaskan ada dua peran Pancasila dalam pengembangan iptek,
yaitu
1) Pancasila merupakan landasan dari kebijakan pengembangan
ilmupengetahuan,
2) Pancasila sebagai landasan dari etika ilmupengetahuan dan teknologi. Hal
pertama yang terkait dengan kedudukanPancasila sebagai landasan
kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan mencakup lima hal sebagai
berikut.
 Pertama bahwa pengembangan ilmu pengetahuan harus menghormati
keyakinan religius masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu yang
tidak sejalan dengan keyakinan religious, tetapi tidak harus
dipertentangkan karena keduanya mempunyai logika sendiri
 Kedua, ilmu pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan
dan dituntun oleh nilai-nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan.
 Ketiga, iptek merupakan unsur yang “menghomogenisasikan” budaya
sehingga merupakan unsur yang mempersatukan dan memungkinkan
komunikasi antarmasyarakat.Membangun penguasaan iptek melalui
sistem pendidikan merupakan sarana memperkokoh kesatuan dan
membangun identitas nasional.
 Keempat, prinsip demokrasi akan menuntut bahwa penguasaan iptek
harus merata ke semua masyarakat karena pendidikan merupakan
tuntutan seluruh masyarakat.
 Kelima, kesenjangan dalam penguasaan iptek harus dipersempit terus
menerus sehingga semakin merata, sebagai konsekuensi prinsip keadilan
sosial (Sastrapratedja, 2006: 52--53).

Hal kedua yang meletakkan Pancasila sebagai landasan etika pengembangan


iptek dapat dirinci sebagai berikut.
a) Pengembangan iptek terlebih yang menyangkut manusia haruslah
selalu menghormati martabat manusia, misalnya dalam rekayasa

17
genetik;
b) Iptek haruslah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik sekarang
maupun di masa depan;
c) Pengembangan iptek hendaknya membantu pemekaran komunitas
manusia, baik lokal, nasional maupun global
d) Iptek harus terbuka untuk masyarakat; lebih-lebih yang memiliki
dampak langsung kepada kondisi hidup masyarakat;
e) Iptek hendaknya membantu penciptaan masyarakat yang semakin
lebih adil (Sastrapratedja, 2006: 53).

Pada 1965, Emil Salim memperkenalkan untuk pertama kalinya istilah


ekonomi Pancasila dan memublikasikan dua karangan tentang ekonomi Pancasila,
yaitu pertama dalam bentuk monografi yang diterbitkan LEKNAS (Lembaga
Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional); yang kedua dalam satu bab khusus buku
yang diterbitkan LEKNAS untuk peserta Lemhanas (Lembaga Pertahanan
Nasional). Istilah ekonomi Pancasila dari Emil Salim, kemudian berkembang
dalam seminar-seminar tentang ekonomi Pancasila yang diselenggarakan sekitar
tahun 1981.
Mubyarto menegaskan bahwa teori ekonomi neo-klasik tidak mampu
mendistribusikan kue ekonomi secara merata, dan tidak mendukung terhadap
gagasan keadilan sosial (TarliNugroho, tt: 4--5).
Landasan nilai yang mencuat dalam pemikiran Mubyartotentang ekonomi
Pancasila, terutama terletak pada kata kunci keadilan sosial,sebab yang dapat
merasakan ketimpangan tersebut adalah masyarakat luas.Kesenjangan antara
kelompok elit (The have) dan kelompok masyarakatawam,wong alit (The have
not) tercermin dalam kehidupan masyarakat.
Mubyarto menjelaskan ada lima ciri ekonomi Pancasila, yaitu:
1) Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan
moral;
2) Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah kemerataan sosial
(egalitarianism);
3) Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional

18
yang tangguh yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi;
4) Koperasi merupakan saka guru perekonomian dan merupakan bentuk
paling konkret dari usaha bersama;
5) Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat
nasional dan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk
menjamin keadilan sosial(Nugroho, tt: 9).

2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan


Ilmu di Indonesia

Sumber sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek


dapatditemukan pada sikap masyarakat yang sangat memperhatikan
dimensiketuhanan dan kemanusiaan sehingga manakala iptek tidak sejalan
dengannilai ketuhanan dan kemanusiaan, biasanya terjadi penolakan.
Contohnya, penolakan masyarakat atas rencana pembangunan pusat
pembangkit listriktenaga nuklir di semenanjung Muria beberapa tahun yang
lalu.Penolakanmasyarakat terhadap PLTN di semenanjung Muria didasarkan pada
kekhawatiran atas kemungkinan kebocoran Pembangkit Listrik Tenaga Nuklirdi
Chernobyl Rusia beberapa tahun yang lalu.Trauma nuklir berkaitan dengan
keselamatan reaktor nuklir dan keluaran limbah radioaktif yang termasuk kedalam
kategori limbah beracun. (Sumber: Suara Merdeka, 8 Desember 2006).
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat peka terhadap isu-isu ketuhanan dan
kemanusiaan yang ada di balik pembangunan pusat tenaga nuklir tersebut.Isu
ketuhanan dikaitkan dengan dikesampingkannya martabat manusia sebagai hamba
Tuhan Yang Maha Esa dalam pembangunan iptek. Artinya,pembangunan fasilitas
teknologi acapkali tidak melibatkan peran sertamasyarakat sekitar, padahal
apabila terjadi dampak negatif berupa kerusakan fasilitas teknologi, maka
masyarakat yang akan terkena langsung akibatnya. Masyarakat terlebih peka
terhadap isu kemanusiaan di balik pembangunan dan pengembangan iptek karena
dampak negatif pengembangan iptek, seperti limbah industri yang merusak
lingkungan, secara langsung mengusik kenyamanan hidup masyarakat.

19
3. Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di
Indonesia
Sumber politis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia
dapat dirunut ke dalam berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para
penyelenggara negara. Dokumen pada masa Orde Lama yang meletakkan
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan atau orientasi ilmu, antara lain dapat
dilihat dari pidato Soekarno ketika menerima gelar Doctor Honoris Causa di
UGM pada 19 September 1951, mengungkapkan hal sebagai berikut:
“Bagi saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan
untuk mengabdi kepada praktik hidup manusia, atau praktiknya bangsa, atau
praktiknya hidup dunia kemanusiaan.Memang sejak muda, saya ingin mengabdi
kepada praktik hidup manusia, bangsa, dan dunia kemanusiaan itu.Itulah
sebabnya saya selalu mencoba menghubungkan ilmu dengan amal,
menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan sehingga pengetahuan ialah
untuk perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan. Ilmu dan amal harus
wahyu-mewahyui satu sama lain. Buatlah ilmu berdwitunggal dengan amal.
Malahan, angkatlah derajat kemahasiswaanmu itu kepada derajat mahasiswa
patriot yang sekarang mencari ilmu, untuk kemudian beramal terus menerus di
wajah ibu pertiwi” (Ketut, 2011).
Dengan demikian, Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pada
zaman Orde Lama belum secara eksplisit dikemukakan, tetapi oleh Soekarno
dikaitkan langsung dengan dimensi kemanusiaan dan hubungan antara ilmudan
amal.
Pada zaman Orde Baru, Presiden Soeharto menyinggung masalah
Pancasilasebagai dasar nilai pengembangan ilmu ketika memberikan sambutan
padaKongres Pengetahuan Nasional IV, 18 September 1986 di Jakarta
sebagaiberikut:

“Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabdikan kepada manusia dan


kemanusiaan, harus dapat memberi jalan bagi peningkatan martabat manusia
dan kemanusiaan.Dalam ruang lingkup nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi
yang ingin kita kuasai dan perlu kita kembangkan haruslah ilmu pengetahuan dan

20
teknologi yang bisa memberi dukungan kepada kemajuan pembangunan nasional
kita. Betapapun besarnya kemampuan ilmiah dan teknologi kita dan betapapun
suatu karya ilmiah kita mendapat tempat terhormat pada tingkat dunia, tetapi
apabila kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat membantu
memecahkan masalah- masalah pembangunan kita, maka jelas hal itu merupakan
kepincangan, bahkan suatu kekurangan dalam penyelenggaraan ilmu
pengetahuan dan teknologi” (Soeharto, 1986: 4).
Demikian pula halnya dengan zaman Orde Baru, meskipun
Pancasiladiterapkan sebagai satu-satunya asas organisasi politik dan
kemasyarakatan,tetapi penegasan tentang Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmudi Indonesia belum diungkapkan secara tegas. Penekanannya
hanya pada iptek harus diabdikan kepada manusia dan kemanusiaan sehingga
dapatmemberi jalan bagi peningkatan martabat manusia dan kemanusiaan.
Pada era Reformasi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam
sambutanpada acara silaturrahim dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
(AIPI)dan masyarakat ilmiah, 20 Januari 2010 di Serpong. SBY menegaskan
sebagai berikut:
“…….Strategi yang kita tempuh untuk menjadi negara maju, developed country,
adalah dengan memadukan pendekatan sumber daya alam, iptek, dan budaya
atau knowledge based, Resource based and culture based development”
(Yudhoyono, 2010).
Habibie dalam pidato 1 Juni 2011 menegaskan bahwa penjabaran Pancasila
sebagai dasar nilai dalam berbagai kebijakan penyelenggaraan Negara merupakan
suatu upaya untuk mengaktualisasikan Pancasila dalamkehidupan (Habibie, 2011:
Berdasarkan pemaparan isi pidato para penyelenggara negara tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa sumber politis dari Pancasila sebagai dasar
nilaipengembangan iptek lebih bersifat apologis karena hanya
memberikandorongan kepada kaum intelektual untuk menjabarkan nilai-nilai
Pancasilalebih lanjut.

21
3.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

1) Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Dasar Pengembangan


Ilmu
Pancasila sebagai pengembangan ilmu belum dibicarakan secara eksplisit
oleh para penyelenggara negara sejak orde Lama sampai era Reformasi.
Para penyelenggara negara pada umumnya hanya menyinggung masalah
pentingnya keterkaitan antara pengembangan ilmu dan dimensi
kemanusiaan (humanism). Kajian tentang Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu baru mendapat perhatian yang lebih khusus dan
eksplisit oleh kaum intelektual di beberapa perguruan tinggi, khususnya
Universitas Gadjah Mada yang menyelenggarakan Seminar Nasional
tentang Pancasila sebagai pengembangan ilmu, 1987 dan Simposium dan
Sarasehan Nasional tentang Pancasila sebagai Paradigma Ilmu
Pengetahuan dan Pembangunan Nasional, 2006. Namun pada kurun waktu
akhir-akhir ini, belum ada lagi suatu upaya untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai Pancasila dalam kaitan dengan pengembangan Iptek di
Indonesia.
2) Argumen tentang Tantangan Pancasila sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu
Ada beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai dasar
pengembangan iptek di Indonesia:
a. Kapitalisme yang sebagai menguasai perekonomian dunia,
termasuk Indonesia. Akibatnya, ruang bagi penerapan nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu menjadi terbatas.
Upaya bagi pengembangan system ekonomi Pancasila yang pernah
dirintis Prof. Mubyartopada 1980an belum menemukan wujud
nyata yang dapat diandalkan untuk menangkal dan menyaingi
system ekonomi yang berorientasi pada pemilik modal besar.
b. Globalisasi yang menyebabkan lemahnya daya saing bangsa
Indonesia dalam pengembangan iptek sehingga Indonesia lebih

22
berkedudukan sebagai konsumen dari pada produsen dibandingkan
dengan negara negara lain.
c. Konsumerisme menyebabkan negara Indonesia menjadi pasar bagi
produk teknologi negara lain yang lebih maju ipteknya. Pancasila
sebagai pengembangan ilmu baru pada taraf wacana yang belum
berada pada tingkat aplikasi kebijakan negara.
d. Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri, yaitu: workability
(keberhasilan), satisfaction (kepuasan), dan result (hasil) (Titus,
dkk., 1984) mewarnai perilaku kehidupan sebagian besar
masyarakat Indonesia.

3.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai


Pengembangan Ilmu untuk Masa Depan

1. Esensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Hakikat Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dikemukakan
Prof.Wahyudi Sediawan dalam Simposium dan sarasehan Pancasila sebagai
Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa, sebagai berikut:
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan kesadaran bahwa
manusia hidup di dunia ibarat sedang menempuh ujian dan hasil ujian
akanmenentukan kehidupannya yang abadi di akhirat nanti. Salah satu ujiannya
adalah manusia diperintahkan melakukan perbuatan untuk kebaikan, bukanuntuk
membuat kerusakan di bumi.Tuntunan sikap pada kode etik ilmiah
dankeinsinyuran, seperti: menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan,
dankesejahteraan masyarakat; berperilaku terhormat, bertanggung jawab, etisdan
taat aturan untuk meningkatkan kehormatan, reputasi dan
kemanfaatanprofessional, dan lain-lain, adalah suatu manifestasi perbuatan
untukkebaikan tersebut. Ilmuwan yang mengamalkan kompetensi teknik
yangdimiliki dengan baik sesuai dengan tuntunan sikap tersebut berarti menyukuri
anugrah Tuhan (Wahyudi, 2006: 61--62).
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan,
baikbersifat universal maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di

23
Indonesia. Asas kemanusiaan atau humanisme menghendaki agar perlakuan
terhadap manusia harus sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, yaitu memiliki
keinginan, seperti kecukupan materi, bersosialisasi, eksistensinya
dihargai,mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam lingkungannya,
bekerjasesuai kemampuannya yang tertinggi (Wahyudi, 2006: 65). Hakikat
kodratmanusia yang bersifat mono-pluralis,sebagaimana
dikemukakanNotonagoro, yaitu terdiri atas jiwa dan raga (susunan kodrat),
makhluk individudan sosial (sifat kodrat), dan makhluk Tuhan dan otonom
(kedudukan kodrat)memerlukan keseimbangan agar dapat menyempurnakan
kualitaskemanusiaannya.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia memberikan landasan esensial
bagikelangsungan Negara Kesatauan Republik Indonesia (NKRI).Untuk
itu,ilmuwan dan ahli teknik Indonesia perlu menjunjung tinggi asas
PersatuanIndonesia ini dalam tugas-tugas profesionalnya. Kerja sama yang
sinergisantarindividu dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing
akanmenghasilkan produktivitas yang lebih tinggi daripada
penjumlahanproduktivitas individunya (Wahyudi, 2006: 66). Suatu pekerjaan atau
tugasyang dikerjakan bersama dengan semangat nasionalisme yang tinggi
dapatmenghasilkan produktivitas yang lebih optimal.
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan memberikan arahan asa kerakyatan, yang
mengandung arti bahwa pembentukan negara republik Indonesia ini adalah oleh
dan untuk semua rakyat Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hakdan
kewajiban yang sama terhadap negara. Demikian pula halnya denganilmuwan dan
ahli teknik wajib memberikan kontribusi sebasar-besarnyasesuai kemampuan
untuk kemajuan negara. Sila keempat ini juga memberiarahan dalam manajemen
keputusan, baik pada tingkat nasional, regionalmaupun lingkup yang lebih sempit
(Wahtudi, 2006: 68). Manajemenkeputusan yang dilandasi semangat musyawarah
akan mendatangkan hasilyang lebih baik karena dapat melibatkan semua pihak
dengan penuh kerelaan.
Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memberikan
arahanagar selalu diusahakan tidak terjadinya jurang (gap) kesejahteraan di

24
antarabangsa Indonesia.Ilmuwan dan ahli teknik yang mengelola industri
perluselalu mengembangkan sistem yang memajukan perusahaan,
sekaligusmenjamin kesejahteraan karyawan (Wahyudi, 2006: 69).
Selama ini,pengelolaan industri lebih berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi, dalamarti keuntungan perusahaan sehingga cenderung mengabaikan
kesejahteraankaryawan dan kelestarian lingkungan.Situasi timpang ini disebabkan
oleh polakerja yang hanya mementingkan kemajuan perusahaan.Pada akhirnya,
polatersebut dapat menjadi pemicu aksi protes yang justru merugikan
pihakperusahaan itu sendiri.

2. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, meliputi hal-
halsebagai berikut:
a. Perkembangan ilmu dan teknologi di Indonesia dewasa ini tidak
berakarpada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga
ilmupengetahuan yang dikembangkan di Indonesia sepenuhnya
berorientasipada Barat (western oriented).
b. Perkembangan ilmu penge tahuan di Indonesia lebih berorientasi
padakebutuhan pasar sehingga prodi-prodi yang “laku keras” di
perguruantinggi Indonesia adalah prodi-prodi yang terserap oleh pasar
(duniaindustri).
c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
belummelibatkan masyarakat luas sehingga hanya menyejahterakan
kelompokelite yang mengembangkan ilmu (scientist oriented).

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima sila
Pancasila merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan
ilmupengetahuan dan teknologi.Beberapa terminologi yang dikemukakan
parapakar untuk menggambarkan peran Pancasila sebagai rujukan
bagipengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain Pancasilasebagai
intellectual bastion (Sofian Effendi); Pancasila sebagai commondenominator
values (Muladi); Pancasila sebagai paradigma ilmu.
Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu bagi
mahasiswaadalah untuk memperlihatkan peran Pancasila sebagai rambu-
rambunormatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.Selain
itu,pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia harus berakar pada
budayabangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan partisipasi masyarakat luas.

4.2 Saran
Dalam menyikapi perkembangan iptek yang sangat cepat dan luas,
hendaknya bangsa Indonesia harus memahami dan menjadikan pancasila sebagai
titik acuan ketika mengembangkan iptek maupun memakai suatu iptek. Dengan
menerapkan pancasila dalam setiap iptek. Maka diharapkan bangsa Indonesia
memiliki iptek yang berlandaskan pancasila.

26
DAFTAR PUSTAKA

Restidikti. 2016 .Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :


Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kamus besar Bahasa Indonesia.Edisi 3.


Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. (2008). Kamus Tesaurus Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen


Pendidikan Nasional. Amroeni Drajat. (2006). Filsafat IslamBuat

Aiken, H. D.. 2009. Abad Ideologi, Yogyakarta: Penerbit Relief

Bakry, Noor Ms. 2010. Pendidikan Pancasila. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi. 2013. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta:
Departeman Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.

Edwin, Ferry, dkk, 2006, Prof. Notonagoro & Pancasila: Analisis Tekstual &
Kontekstual, UGM Press, Yogyakarta. Gie, The Liang, 1997

Effendi , Sofian.2015.”Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Pengetahuan Kuntowijoyo.2014.”Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu Pengetahuan”.

Hariyono. 2014. Ideologi Pancasila Roh Progresif Nasionalisme Indonesia.


Malang: Intans Publishing Kaelan, & Zubaidi, Ahmad.

Al-Hakim, Suparlan, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks


Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang

Kaelan. 2005. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Van Peursen, 1985, Susunan Ilmu Pengetahuan, Gramedia, Yogyakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai