Staf Peneliti Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H. Juanda 98, Bogor,
e-mail: ddnursyamsi@telkom.net
ABSTRAK
Percobaan kalibrasi di lapang telah dilaksanakan di tanah Ultisol Deli Serdang, Sumatera Utara
untuk mempelajari faktor-faktor tanah yang berpengaruh terhadap ketersediaan K, memilih
metode ekstraksi, menentukan batas kritis, dan menghitung kebutuhan pupuk K untuk kedelai.
Percobaan mengunakan rancangan acak kelompok, lima tingkat takaran K, sembilan ulangan,
dan menggunakan kedelai sebagai tanaman indikator. Takaran kalium yang digunakan terdiri
atas: 0, 20, 40, 80, dan 160 kg K/ha dari pupuk KCl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa C-
organik dan kapasitas tukar kation tanah merupakan faktor tanah utama yang berpengaruh
terhadap ketersediaan K di tanah-tanah Ultisol. Pemupukan K nyata meningkatkan hasil biji
kering kedelai di lokasi Tanjung Gusti dimana hasil tanaman meningkat dari 0.81 menjadi 1.99
t/ha akibat pemberian 80 kg K/ha atau terjadi peningkatan sekitar 146%. Pengekstrak HCl 25%
ditemukan sebagai metode ekstraksi K yang sesuai untuk menduga kadar K tanah Ultisol dalam
kaitannya dengan penghitungan kebutuhan pupuk K untuk kedelai. Kelas ketersediaan hara
kalium tanah Ultisol untuk kedelai berdasarkan pengekstrak HCl 25% adalah rendah (< 340),
sedang (340-1150) dan tinggi (>1150 ppm K2O). Kebutuhan pupuk untuk mencapai hasil
maksimum adalah 210, 190, dan 150 kg KCl/ha, sedangkan untuk mencapai hasil optimum
hanya 85, 2, dan 0 kg KCl/ha masing-masing untuk kelas K tanah rendah, sedang, dan tinggi.
ABSTRACT
Field experiments were conducted in Ultisols of Deli Serdang, North Sumatera to study soil
factors that effect on soil potassium availability, select extraction method, determine the critical
level of soil potassium, and calculate potassium fertilizer requirement for soybean. The
experiments used randomized block design, five treatments of potassium levels, nine replications,
and used soybean as plant indicator. The levels of potassium treatment were 0, 20, 40, 80, and
160 kg K/ha from KCl fertilizer. The result showed that soil organic-C and cation exchange
capacity were found out as the main soil factors that effect on soil K availability in Ultisols. The
fertilization of K significantly increased grain yield in Tanjung Gusti where the grain yield
increased from 0.81 to 1.99 t/ha (about 146%) by use of 80 kg K/ha. HCl 25% was selected
extraction method to estimate K fertilizer requirement in Ultisols for soybean. The availability
class of soil K for soybean was low (< 340), medium (340-1150) and high status (> 1150 ppm
K2O extracted by HCl 25%). K fertilizer requirement to attend maximum yield were 210, 190,
and 150 kg KCl/ha while to attend optimum yield were only 85, 2, and 0 kg KCl/ha for low,
medium, and high status of soil potassium respectively.
71
72 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)
Tabel 1. Sifat-sifat tanah lapisan atas (0-20 cm) di lokasi percobaan lapang
ekstraksi K yang dicoba dalam penelitian organik dan kadar unsur hara tanah
ini adalah: Mehlich, HCl 25%, NH4OAc pH rendah. Selain itu curah hujan di lokasi
4,8, NH4OAc pH 7,0, Olsen, Bray 1, dan penelitian termasuk tinggi sehingga
Bray 2. pencucian unsur hara terutama hara yang
Batas kritis hara K tanah kelarutannya tinggi (N dan K) di dalam
ditentukan dengan metode analisis tanah juga tinggi.
keragaman yang dimodifikasi (Nelson dan Menurut kriteria Puslittan (1983),
Anderson, 1977). Prosedurnya adalah tanah ini mempunyai tingkat kesuburan
dengan menyusun pasangan data (nilai yang rendah dengan faktor pembatas
uji tanah dan respon tanaman) menurut utama sifat-sifat kimia tersebut di atas.
peningkatan nilai uji tanah. Selanjutnya Tanah ini berpotensi untuk dikembangkan
data dikelompokkan menurut perubahan menjadi lahan pertanian asal faktor-
respon tanaman (%Y) lalu perbedaan faktor pembatas tersebut di atas
antara dua kelompok %Y yang berurutan ditanggulangi terlebih dahulu. Tanah
diuji dengan uji t-student satu arah. Ultisol yang berada di lahan kering dapat
Pengelompokkan tersebut dicoba-coba dikembangkan untuk pertanian tanaman
hingga perbedaan antara dua kelompok pangan, seperti: jagung, kedelai,
berurutan nyata. kacang-kacangan, umbi-umbian, padi
Penghitungan dosis pupuk gogo, dan lain-lain (Subagyo et al.,
menggunakan kurva respon umum dari 2000).
setiap kelas hara dengan menggunakan
Kadar K potensial (HCl 25%)
analisis regresi. Persamaan garis
berkorelasi positip sangat nyata dengan
regresinya adalah: Y = a + bX + cX2,
Kdd, dan kedua bentuk K tersebut
dimana: a, b, c = koefisien regresi, X =
berkorelasi positip sangat nyata dengan
dosis pupuk K (kg K/ha), dan Y = hasil
C-organik, N-organik dan KTK tanah tapi
biji kering (t/ha). Selanjutnya kurva
tidak berkorelasi dengan sifat tanah
respon umum dari masing-masing kelas
lainnya (Tabel 3). Apabila kadar K
uji tanah dibuat dalam satu grafik. Dosis
potensial dan dapat dipertukarkan
optimum (takaran pupuk K untuk
dianggap sebagai indikasi ketersediaan K
mencapai hasil optimum) dihitung dengan
tanah maka tampak bahwa C-organik dan
asumsi bahwa hasil optimum tercapai
KTK tanah merupakan faktor tanah
pada saat 90% hasil maksimum.
utama yang berpengaruh terhadap
ketersediaan K di tanah-tanah Ultisol.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan organik merupakan sumber
muatan tergantung pH (pH dependent
Faktor tanah yang berpengaruh
charge) dan perannya menonjol terutama
terhadap ketersediaan K
di tanah-tanah yang didominasi oleh
Tanah Ultisol dari lokasi penelitian
mineral liat kaolinit (1:1) dan oksida
bertekstur liat, mempunyai kisaran pH
seperti tanah Ultisol. Hal ini terbukti
agak masam hingga masam, kadar C-
dengan adanya korelasi positip yang
organik, hara N, P, Ca, dan Mg tanah
sangat nyata dengan KTK tanah (Tabel
rendah. Demikian pula KTK dan KB serta
3). Tapak jerapan yang bermuatan
Al dan Hdd tanah semuanya rendah.
negatif ini berperan dalam memegang
Kadar K potensial (HCl 25%) dan Kdd kation K agar tidak mudah tercuci
(NH4OAc pH 7,0) juga termasuk rendah sehingga dapat tersedia bagi tanaman.
(Tabel 2). Tingkat pelapukan bahan Fenomena ini berbeda dengan di tanah
organik yang tinggi dan bahan induk Vertisol yang didominasi oleh mineral liat
yang miskin menyebabkan kadar C- smektit (2:1) dimana peran terhadap KTK
76 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)
yang lebih menonjol berasal dari sumber positip nyata antara kadar liat dan KTK
muatan permanen (permanent charge). tanah (Nursyamsi dan Sutriadi, 2005).
Hal tersebut ditandai oleh adanya korelasi
Tabel 2. Kisaran sifat-sifat tanah lapisan atas contoh tanah Ultisol dari Deli Serdang
Sifat tanah Metode/Ekstraktan Satuan Kisaran nilai
Kadar liat Pipet % 47 + 20
pH H2O Air (1 : 2,5) - 5,2 + 0,5
Bahan organik
C-organik Kurmies % 0,94 + 0,32
N-total Kjedahl % 0,07 + 0,02
P-potensial HCl 25% mg P2O5/100g 27 + 20
K-potensial HCl 25% mg K2O/100g 8 + 4
P tersedia Bray-1 ppm P2O5 46,1 + 0,4
Nilai tukar kation
Cadd NH4OAc pH 7,0 me/100g 4,18 + 2,07
Mgdd NH4OAc pH 7,0 me/100g 1,12 + 1,19
Kdd NH4OAc pH 7,0 me/100g 0,16 + 0,11
KTK NH4OAc pH 7,0 me/100 g 8,88 + 5,01
KB NaCl % 48 + 29
Kemasaman
Aldd KCl 1N me/100g 0,04 + 0,17
Hdd KCl 1 N me/100g 0,09 + 0,12
Tabel 3. Matrik korelasi antar sifat-sifat tanah lapisan atas contoh tanah Ultisol dari Deli Serdang
Kadar pH
Kode K-HCl Kdd C-org N-org Cadd Mgdd KTK KB Aldd Hdd
liat H2O
K-HCl 1,000 0,969** 0,091 -0,388 0,683** 0,633** 0,252 0,376 0,552** -0,175 0,366 0,327
** *
Kdd 1,000 -0,003 0,281 0,627 0,503 0,420 0,400 0,288 0,385 0,171 0,177
Liat 1,000 -0,417 0,320 0,314 0,148 -0,050 0,365 -0,278 0,027 -0,152
pH H2O 1,000 0,184 0,076 0,671** 0,746** 0,045 0,899** -0,439* -0,192
** ** * **
C-org 1,000 0,953 0,655 0,437 0,573 0,284 0,097 -0,005
N-org 1,000 0,605** 0,413 0,654** 0,130 0,168 -0,015
** ** **
Cadd 1,000 0,855 0,795 0,773 0,228 0,070
Mgdd 1,000 0,585** 0,633** 0,110 -0,042
KTK 1,000 0,585** 0,332 0,235
KB 1,000 0,085 0,188
Aldd 1,000 0,414
Hdd 1,000
N = 20; r0.05 = 0,423; r0.01 = 0,537
Tabel 4. Pengaruh pemupukan K terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 60 HST dan hasil biji
kering kedelai pada tanah Ultisol Deli Serdang
Angka pada kolom yang sama bila diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% menurut DMRT.
Tabel 5. Korelasi antara kadar K tanah terekstrak beberapa metode ekstraksi dan persen hasil
kedelai pada Ultisol Deli Serdang
Kadar K (ppm K2O) Kadar P (ppm) Persen hasil
Lokasi Mechlich NH4OAc NH4OAc HCl Olsen Bray 1 Bray 2 Brang Biji
pH 4,8 pH 7,0 25% kasan
Sei Putih 1 437 149 28 710 663 469 517 29 83
Sei Putih 2 560 206 40 970 943 637 906 66 80
Sei Putih 3 487 182 31 1030 817 465 680 93 87
Dolok Masehul 1 48 20 9 1280 177 103 152 89 91
Dolok Masehul 2 77 29 6 1270 243 143 216 73 99
Dolok Masehul 3 71 26 6 1310 191 131 172 97 93
Tanjung Gusti 1 178 68 18 350 345 267 302 94 83
Tanjung Gusti 2 161 59 18 330 329 245 268 100 49
Tanjung Gusti 3 79 28 9 160 250 139 178 98 42
Koef. korelasi (r)
Brangkasan -0,533 -0,492 -0,450 -0,133 -0,480 -0,541 -0,444
Biji 0,100 0,108 -0,008 0,824** 0,083 0,063 0,121
Tabel 6. Persamaan regresi pada berbagai kelas hara K dan takaran pupuk K untuk tanaman
kedelai di tanah Ultisol Deli Serdang.
Takaran pupuk (kg KCl/ha)
Kelas hara K a b c R2
Maksimum Optimum
Rendah 1,1837 0,0116 -3 x10-5 0,8073 210 85
Sedang 1,7201 0,0017 -7 x10-6 0,9427 190 2
Tinggi 1,7285 0,0006 -2 x10-6 0,7095 150 0
80 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)
Hasil (t/ha)
1.50
1.00
0.50
0.00
0 100 200 300 400
Dosis KCl (kg/ha)
Gambar 1. Kurva respon tanaman kedelai terhadap pemberian K di tanah Ultisol Deli Serdang