Paruhum Tambunan
Universitas Jayabaya
Paruhumtbn6@gmail.com
ABSTRAK
Jaringan tegangan menengah merupakan komponen yang penting dalam
penyaluran energi listrik. Suatu penyulang dapat dikatakan andal apabila penyulang
tersebut tidak pernah mengalami mengalami gangguan, sehingga bisa secara terus-
menerus menyalurkan tenaga listrik sampai ke pelanggan. Perlengkapan hubung
tegangan menengah 20 kV gardu distribusi pasangan dalam adalah kubikel.
Kerusakan pada peralatan kubikel jaringan tegangan menengah 20 kV dapat
berdampak kerugian bagi pihak penyalur. Tegangan kerja PLN di sisi distribusi satu
fasa adalah 11,54 kV. Salah satu gangguan umum adalah timbulnya korona yang
merupakan suatu gejala kelistrikan dimana terjadi ionisasi di udara sekitar konduktor
karena kuatnya medan listrik disekitarnya. Dari proses tersebut terjadilah pelepasan
muatan yang dapat mengakibatkan kegagalan isolasi pada udara. Akibatnya fatal
karena bisa menimbulkan kerusakan fisik pada peralatan di dalam kubikel dan
menyebabkan rugi-rugi daya. Gardu D375P memiliki RH = 80%, Ev = 4,07 kV dan P
loss 3,96 kW dimana Gardu D375P Ev nya < 11,54 kV, maka kubikel terkena korona.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka Inspeksi Gardu Distribusi lebih sering
dilakukan sehingga akan mengalami peningkatan kualitas pelayanan, sehingga perlu
dilakukan upaya pemeliharaan baik secara preventif maupun korektif agar dapat
beroperasi dengan keandalan yang tinggi.
energy. A feeder can be said to be reliable if the feeder has never experienced
Damage to the 20 kV medium voltage network cubicle equipment can result in losses
for the distributor. Voltage work PLN with distribution one in phase is 11,54 kV. One
of the problems common is the emergence of the corona that is a phenomenon where
ionizing elctricity happened in the air about conductor the strong electric field around.
From this process the release of charge occurs which can result in failure of insulation
in the air. The result is fatal because it can cause physical damage to the equipment
inside the cubicle and cause power losses. The D375P substation has RH = 80%, Ev
= 4.07 kV and P loss is 3.96 kW where the D375P Ev substation is <11.54 kV, then the
cubicle is exposed to corona. Over time, the Distribution Station Inspection will be
conducted more frequently so that service quality will improve, so preventive and
2.2.6 Efek Korona pada Peralatan Komunikasi , Kontrol dan Alat Ukur
Gangguan korona pada suatu material, dapat menimbulkan arus transien. Arus
transien ini mungkin saja dapat mengalir ke peralatan elektronik yang berada di sekitar
daerah terjadinya korona. Arus transien yang dihasilkan oleh korona mempunyai sifat
sebagai berikut: memiliki rise time yang sangat singkat dan frekuensi pengulangan
yang sangat tinggi. Selain itu arus transien ini juga memiliki amplitudo yang cukup
untuk meniru, mengganggu, memalsukan atau mengakhiri suatu sinyal elektrik.
Biasanya peralatan komunikasi, kontrol dan alat ukur menggunakan sinyal-sinyal
elektrik saat pengoperasiannya, sehingga dengan adanya korona sinyal-sinyal yang
terdapat pada peralatan tersebut bisa menjadi rusak atau memberikan informasi yang
salah.
gv (2.10)
Dimana,
Ev = tegangan pemunculan korona (kV)
mo = Tetapan kekasaran penghantar/elektroda (0,8 untuk kabel)
r = Jari – jari (cm)
S = Jarak antara kawat penghatar (cm)
gv = Medan listrik visual kritis (kV/cm), gradien pada medan listrik untuk
mempengaruhi collision pada molekul bebas disekitar penghantar
g0 = medan listrik pengrusak (kV/cm) dimana g0= Vb = 10 kV/cm
𝛿 = faktor densitas
r = jari-jari penghantar (cm)
g0 adalah kemampuan udara untuk menahan tegangan kerja, sebagai acuan untuk
gradien potensial, tegangan tembus dapat digunakan untuk mencari gradien visual
pengrusak.yang digunakan untuk mencari tegangan pemunculan korona, dimana
korona akan muncul apabila tegangan kerja sistem (E) melebihi tegangan pemunculan
korona(Ev). Untuk rugi – rugi daya yang didapat dari korona adalah : [7]
𝑟
Ploss = 241 . (f + 25) .√𝑠 . (En – Ev )2 .10-5 (2.11)
dimana,
Ploss = Rugi daya akibat korona (kW)
En = Tegangan kerja pada penghantar fasa ke netral (kV)
Ev = Tegangan pemunculan korona (kV)
f = frekuensi kerja pada penghantar (f)
Kerapatan uap air merupakan massa uap air per satuan volume udara yang
mengandung uap air tersebut. (kelembaban mutlak)
ρ=M/V (2.12)
dari Hukum Gas Ideal, dimana
pV=nRT (2.13)
maka didapatkan kerapatan uap air, yakni
𝑝 .𝑀
ρ = (2.14)
𝑅 .𝑇
dimana:
ρ = kerapatan uap air (kg m-3)
M = massa uap air (kg)
𝑚
n = 𝑀 = jumlah mol m / Mv dan Mv [18.016 untuk uap (H2O)]
dimana:
ea = kelembaban aktual atau tekanan uap air parsial / tekanan parsial uap air jenuh
es = kapasitas udara untuk menampung uap air/tekanan uap jenuh / tekanan saturasi
Massa jenis udara relatif adalah perbandingan antara massa jenis udara standar dan
massa jenis udara jenuh sehingga,
ρ(udara relatif) = ρ(udara standar)/ρ(uap air jenuh) (2.16)
sedangkan factor densitas atau factor kerapat partikel udara adalah,
𝛿 = ρ(udara) / ρ(SATP) (2.17)
dimana,
𝛿 = rapat partikel udara relatif pada saat pengukuran
ρ(uap air jenuh) = masa jenis uap air jenuh dalam udara (kg/cm3)
ρ(udara standar) = masa jenis udara standar (1,2 kg/cm3 pada 760 mmhg 270C)
ρ(udara relatif) = masa jenis relati udara saat pengukuran (kg/cm3)
ρ(SATP) = 1 (faktor densitas pada SATP = Standard ambient temperature and
preasure)
Tabel 2.1 Data Pelanggan Gardu D375P
Data Perbaikan Gardu
Nomor Gardu D375P
Penyulang Sejahtera
Alamat Jl. H Fachrudin No.8 Kp Bali, Tanah Abang
Area Menteng
Merk Kubikel Schneider, EGA
Kubikel Outgoing, D323P, D146
Teknik analisa dalam pengambilan data dijelaskan pada diagram gambar 2.2
Gambar 2.2 Diagram Alir Pengujian dan Analisis Data
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perhitungan Kerugian Energi Perbaikan Tahanan Isolasi Kubikel 20 kV
Pada pembahasan ini akan menghitung kerugian energi ketika penggantian
kubikel 20 kV pada gardu D375P. Data yang digunakan pada pembahasan ini pada
Tabel 4.1 dan 4.4. Untuk menghitung kerugian energi penggantian kubikel 20 kV pada
Gardu D375P dengan tegangan √3 phasa sebesar 20.000 Volt.
dimana:
M = 18 kg (Mv = 18.016 untuk uap H2O )
R = 0.082 Latm K-1 mol -1 (Tetapan gas umum )
Pada kabel penghantar 20 kV (XLPE 240 mm2) memiliki 3 fasa dimana pada
= 3,96 kW
Tabel 4.7 Data Hasil Perhitungan Rugi Daya Korona
No Data Hasil Perhitungan Gardu
D375P
1. es 30ºC = 0,0425 bar
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan bahwa penanggulangan efek
korona bisa dilakukan dengan mengurangi kelembaban udara yaitu memaksimalkan
kerja heater, mainhole tidak berair dan indoor kabel tidak berlubang. Meminimalisir
gangguan korona sebelum beroperasi akan mengurangi dampak kerugian dan proses
terjadinya korona lebih cepat, sedangkan setelah beroperasi bertujuan ke pencegahan,
perbaikan dan megatasi gangguan akibat korona.
Pemeliharaan secara berkala dan rutin sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
keandalan dalam mendistribusikan jaringan listrik ke pelanggan. Petugas lapangan saat
pemeriksaan peralatan listrik dalam gardu listrik harus dikerjakan minimal 2 orang dan
melengkapi diri dengan perlengkapan K3 untuk meningkatkan keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bosco, Don. (2008). Analisis dan simulasi tegangan awal terbentuknya korona
pada model kubikel. Indonesia: Jurusan Teknik ElektroFakultas Teknik
Universitas Indonesia.
[2] F.W. Peek. (1915). Dielecric Phenomena in High
Voltage
Engineering,USA:McGraw-Hill.
[3] Grainger, Stevenson. (1994). Power Sistem Analysis. USA : McGraw-Hill.
[4] SPLN 52-3. (1983). Pengoperasian Kubikel 20 KV (Pengertian dan Fungsi
Kubikel). Jakarta
[5] Turan Gonen. (1986). Electric Power Distribution Sistem Engineering. USA:
McGraw-Hill.
[6] PT.PLN (Persero). (2010). Buku 4 Standar Konstruksi Gardu Distribusidan Gardu
Hubung Tenaga Listrik. Indonesia : Jakarta
[7] V. K. M.S. Naidu. (1995). High Voltage Enginering. Singapore: Mc Graw-Hill.