Anda di halaman 1dari 34

masalah

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME

G U R U P E N D I DI K A N J A S M A NI D I E R A

G L OB A L I S A S I

DISUSUN S EBAGAI K EG I A TA N PENUNJANG

DALAM KEGIA TAN PENILAIAN KINERJA GURU


Oleh:

L U L U S B U D I P R A S E T Y O , S.Pd. N I P .

197911282008011006

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

DINAS PENDIDIKAN
S E KO LA H STANDAR NASIONAL

Jalan Raya Sumberarum K M 15 No.678 Dander,Bojonegoro

Website :www.smpn1dander.sch.id e-mail :

smpn1dander.678@gmail.com

T A H U N 2017
HALAMAN PENGESAHAN

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI

OLAHRAGADAN KESEHATAN

JUDUL : PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN

J A SM AN I DI E R A GL O B A L I S A S I
Diajukan oleh :

Nama : L U L U S B U D I P R A S E T Y O , S.Pd.

Unit Kerja : SMP N E G E R I 1 D A N D E R

Telah diteliti dan dinyatakan layak untuk dapat dipublikasikan di Perpustakaan SMP Negeri 1

Dander.

Mengetahui Kepala Bojonegoro, 24 April 2017 Penulis

Sekolah

Dra. WIWIK S U H A R T I , M.M. NIP. L U L U S B U D I P R A S E T Y O , S.Pd. NIP.

19600209 198603 2 012 197911282008011006


MAKALAH

1. Judul : P E N G E M B A N G A N P R O F E S I O N A L I S M E

G U R U P E N D I DI K A N J A S M A N I D I E R A G LO B A L I S A S I

2. Identitas Penulis

: Nama : L U L U S B U D I P R A SE T Y O , S.Pd. :

N I P 197911282008011006

Golongan/ Ruang Jabatan : Penata / III-c : Guru Dewasa

Unit Kerja : SMP N E G E R I 1 D A N D E R

Kabupaten Bojonegoro
Petugas Pustaka Penulis

H. W I K N Y O S U M A R K O , M.Si. L U L U S B U D I P R A S E T Y O , S.Pd.

NIP. 19621104 198403 1 008 NIP. 197911282008011006

Mengetahui

Kepala SMP N E G E R I 1 D A N D E R

Kabupaten Bojonegoro

Dra. WIWIK S U H A R T I , M.M.

NIP. 19600209 198603 2 012


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subchanahu Wa

Ta’ala yang telah mem-berikan berkah dan rahmatNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “ PENGEMBANGAN

PROFESIONAL ISME GURU PENDIDIKAN JASMANI DI E R A

GLOBALISASI ” .

Tujuan penyusunan makalah ini adalah

untuk memberikan informasi pada para guru pada umumnya, dan guru Pendidikan

Jasmani pada khususnya tentang tantangan yang paling besar pada era

globalisasi yang mana arus informasi yang semakin cepat, semakin akurat,

dan semakin beragam. Guru pendidikan jasmani merupakan salah satu

komponen utama dalam proses pendidikan harus berusaha memahami tantangan


dan masalah yang akan dihadapi oleh guru pendidikan jasmani pada masa

depan merupakan upaya yang baik dalam rangka untuk mengembangkan

profesionalisme guru pendidikan jasmani pada masa mendatang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang

telah turut membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga bantuan dan kebaikan

rekan-rekan yang telah membantu dapat diterima sebagai amal kebaikan di sisi

Allah Subchanahu Wa Ta’ala .

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian tindakan kelas ini masih

memiliki banyak kekurangan, namun demikian penulis berharap semoga laporan

penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Bojonegoro, 24 April 2017

Penulis,

L U L U S B U D I P R A S E T Y O , S.Pd.

NIP. 197911282008011006
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada tahun 1998 Holton mengatakan bahwa globalisasi adalah

satu kesatuan dunia atau komunitas manusia yang di dalamnya secara

regional, nasional, dan elemen-elemen l okal diikat bersama dalam satu

kesatuan yang saling mendukung (dalam Hong F, 2003). Globalisasi yang

termanifestasikan dalam strukturnya melibatkan semua jaringan dengan

tatanan global yang seragam dalam pola hubungan yang sifatnya penetratif,

kompetitif, rasional dan pragmatis (Semiawan C R , 1997) dalam berbagai

bidang kehidupan, terutama dalam dimensi kebugaran, kesehatan, ekonomi

dan budaya. Konsekuensinya adalah di dalam berbagai penyiapan sumber


daya manusia (SD M) harus bersifat realistis karena globalisasi menjadi

tantangan yang terkait dengan daya saing dan prakarsa, yaitu kemampuan-

kemampuan yang belum menjadi ciri budaya bangsa Indonesia, yang

mementingkan keselarasan dan keserasian (Semiawan C R , 1997).

Dalam menghadapi tantangan masa depan, perencanaan

pengembangan profesional guru pendidikan jasmani dan lembaga pendidikan

tenaga kependidikan ( L P T K ) harus diubah dari yang berwawasan mikro

menjadi berwawasan makro, antisipatif, ekstrapolatif, dan strategik

(Depdikbud, 1995). Pendekatan makro berarti memperluas cakupan

wawasan dalam perencanaan pendidikan tenaga kependidikan dengan

meletakkan sistem pendidikan sebagai subsistem yang lebih luas, yaitu

sistem pembangunan ekonomi. Antisipatif berarti bahwa perencanaan

pendidikan tenaga kependidikan, termasuk guru pendidikan jasmani,

bertumpu kepada tantangan-tantangan yang akan terjadi di masa depan, baik

yang bersifat internal ataupun eksternal. Eksploratif berarti bahwa dalam

perencanaan pendidikan guru pendidikan jasmani harus bertumpu kepada

kenyataan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai pada saat sekarang

beserta permasalahannya. Memperhatikan ketiga pendekatan tersebut di


atas, maka pendekatan strategik harus digunakan untuk memilih alternatif

rancangan yang paling menguntungkan dan efisien dalam mencapai peran

dan target yang telah ditetapkan (Depdiknas, 1995).

Ditinjau dari sudut profesi keguruan, tantangan yang paling besar

pada era globalisasi adalah adanya arus informasi yang semakin cepat,

semakin akurat, dan semakin beragam. Guru pendidikan jasmani merupakan

salah satu komponen utama dalam proses pendidikan. Oleh sebab itu,

berusaha memahami tantangan dan masalah yang akan dihadapi oleh guru

pendidikan jasmani pada masa depan merupakan upaya yang baik dalam

rangka untuk mengembangkan profesionalisme guru pendidikan jasmani pada

masa mendatang.

Permasalahan yang dihadapi guru pendidikan jasmani dewasa ini dan

pada masa yang akan datang adalah dapatkah guru pendidikan jasmani
mengangkat harkat dan martabat profesinya sehingga guru pendidikan

jasmani menjadi orang yang dapat digugu dan ditiru ?


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Profesionalisme G ur u

1. Pengertian Profesionalisme Guru

Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris-

Indonesia, “profession berarti pekerjaan” 1 .Arifin dalam buku Kapita

Selekta Pendidikan mengemukakan bahwa profession mengandung arti

yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan

keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus 2.

Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru


Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

disebutkan pula bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang

artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh

seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan

tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang

diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah

suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.

Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang

yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan

prosedur berlandaskan intelektualitas.


terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya 5 .

b. Kompetensi Kepribadian.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)

butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi

kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan

berakhlak mulia.

c. Kompetensi Profesioanal.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)

butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional

adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan.

d. Kompetensi Sosial.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)

butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi social

adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,


sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik,

dan masyarakat sekitar.

Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip

pernyataan Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru

dikatakan efektif dalam mengajar apabila ia memiliki potensi atau

kemampuan untuk mendatangkan hasil belajar pada murid-muridnya.

Untuk mengatur efektif tidaknya seorang guru, Mitzel menganjurkan

cara penilaian dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product.

Dengan demikian seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang

effektif apabila ia dari segi: presage, ia memiliki “personality


attributes” dan “teacher knowledge” yang diperlukan bagi

pelaksanaan kegiatan mengajar yang mampu mendatangkan hasil

belajar kepada murid. Dari segi process, ia mampu menjalankan

(mengelola dan melaksanakan) kegiatan belajar-mengajar yang dapat

mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi product ia dapat

mendatangkan hasil belajar yang dikehendaki oleh masing-masing

muridnya.

Dengan penjelasan di atas berarti latar belakang pendidikan atau

ijazah sekolah guru yang dijadikan st andar unsur presage, sedangkan

ijazah selain pendidikan guru berarti nilainya di bawah standar.

Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria


yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya sebagai

berikut:

1. Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan)

yang terdiri dari unsur sebagai berikut:

a. Latar belakang pre-service dan in-service guru.

b. Pengalaman mengajar guru.

c. Penguasaan pengetahuan keguruan.

d. Pengabdian guru dalam mengajar.

2. Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan

melaksanakan proses belajar mengajar) terdiri dari:


a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan

Proses Pembelajaran (RPP).

b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di

dalam kelas.

c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas.

3. Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang

terdiri dari hasil-hasil belajar murid dari bidang studi yang

diajarkan oleh guru tersebut.

Dalam prakteknya meramalkan mutu seorang guru di s ekolah

atau di madrasah tentunya harus didasarkan kepada e ffektifitas

mengajar guru tersebut sesuai dengan tuntutan kurikulum

sekarang yang berlaku, dimana guru dituntut kemampu annya


untuk merumuskan dan mengintegrasikan tujuan, bahan, metode,
No. Kompetensi Konsep Sub Indikator

Kompetensi
(1) (2) (3) (5)

adalah guru (4)

yang

memilki

kompetansi

yang

dipersyaratkan

untuk

melakukan

tugas

pendidikan dan

pengajaran

1.2 Menguasai bahan pelajaran. a. Mampu menjelaskan materi

pelajaran dengan

baik.

b. Mampu menjawab

soal/pertanyaan dari siswa.

1.3. Melaksanakan/ mengelola proses belajar-mengajar. a. Mampu membangkitkan

motivasi kepada siswa.


b. Mampu memberikan apersepsi kepada siswa.

c. Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi.

d. Mampu memberi pujian kepada siswa.

e. Mampu menggunakan alat bantu pengajaran.

f. Mampu mengatur dan mengubah suasana kelas.

g. Mampu memberikan teguran bagi siswa.

h. Mampu mengaturan murid.


No. Kompetensi Sub Indikator

Konse Kompetensi
(5)
p
(4) i. Mampu memberi reward dan

(1) (2) (3) sanksi pada siswa.

1.4 Menilai kemajuan proses belajar-mengajar. a. Mampu membuat dan

mengkoreksi soal.

b. Mampu memberi-kan

hasil penilaian (raport).

c. Mampu mengadakan

remedial.
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Percepatan Arus Informasi

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi

demikian cepat sehingga menimbulkan perubahan besar dalam arus informasi.


Perubahan itu tidak hanya dalam hal semakin canggihnya jenis, sifat, dan

volume informasi yang dapat diterima dan disimpan, tetapi juga percepatan

serta ketepatan informasi yang diolah dan ditransferkan. Semuanya itu, sangat

mempengaruhi corak dan prospek proses pendidikan, peran guru, dan

perencanaan pendidikan guru pendidikan jasmani.

Berkembangnya komunikasi dan teknologi modern, sumber informasi,

dan ilmu pengetahuan, maka nilai dan sikap menjadi lebih kompleks. Selain

orang tua dan guru, banyak sumber informasi lain yang dapat diperoleh oleh

siswa melalui berbagai media (cetak, pandang, dengar, ataupun yang

campuran), disengaja ataupun tidak disengaja, yang menjadi masukan

(input) siswa dalam proses belajarnya, seperti: mendengarkan radio,

televisi, komunikasi langsung dengan teman, komunikasi langsung dengan

sumber pengetahuan yang lain (perpustakaan, musium, internet, dan lain-

lain)(Nurhadi MA, 1995).

Tantangan bagi pengembangan peran guru pendidikan jasmani

adalah bagaimana dapat membiasakan siswa untuk memahami sumber-sumber

informasi, mencari, menyeleksi, dan mengintegrasikan informasi yang

diperoleh dari sumber lain dengan yang diperoleh dari guru ataupun yang
berasal dari luar, untuk dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan
Keenam, perencanaan pendidikan guru pendidikan jasmani pada

masa mendatang dituntut tidak hanya berorientasi kepada upaya untuk

memberikan kesempatan memperoleh pendidikan, tetapi bagaimana dapat

memberikan layanan pendidikan yang bermutu pada masa mendatang

(Lawson, 2003).

Ketujuh, pendidikan guru pendidikan jasmani memerlukan biaya

yang mahal, sementara itu keuntungan baliknya baru dapat diperoleh

beberapa tahun lagi (Nurhadi, 1997). Investasi di bidang pendidikan pada

masa depan akan dituntut seefisien mungkin. Ini berarti, walaupun

pendekatan tuntutan akan tenaga kerja dipergunakan dalam perencanaan

pendidikan guru pendidikan jasmani di jenjang pendidikan tinggi, perlu

estimasi besaran nilai balik dari investasi yang telah dilakukan perlu

dipertimbangkan.
BAB IV

PENUTUP

Guru pendidikan jasmani merupakan salah satu komponen utama

dalam proses pendidikan. Oleh sebab itu, berusaha memahami tantangan dan

masalah yang akan dihadapi oleh guru pendidikan jasmani pada masa depan
merupakan upaya yang baik untuk mengembangkan profesionalisme guru

pendidikan jasmani di era globalisasi.

Peningkatan peranan dan pengembangan profesionalisme guru

pendidikan jasmani, di samping bergantung kepada program yang dibuat dan

dilaksanakan oleh pemerintah ataupun masyarakat, pada akhirnya lebih banyak

bergantung kepada inisiatif dan kemauan guru itu sendiri untuk

meningkatkannya. Tanpa kemauan dan penghayatan yang kuat serta kecintaan

yang mendalam terhadap profesi yang ditekuninya, maka hampir dapat

dipastikan akan susah terjadinya perkembangan suatu profesionalisme.

Untuk mengantisiPasi permasalahan yang dihadapi guru pendidikan

jasmani di era globalisasi agar dapat mengangkat harkat dan martabat profesinya,

maka upaya untuk meningkatkan peranan dan pengembangan profesionalisme

guru pendidikan jasmani, merupakan upaya yang perlu dilakukan secara bersama-

sama baik oleh unsur pemerintah, masyarakat, ataupun individu guru

pendidikan jasmani itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Barrette G T . 2003. Sport and Integration Social. Paper in International Conference

on Sport and Sustainable Development, Yogyakarta.

Bart Crum. 2003. Physical Education and School Sport and the Multiformity

of Movement Culture. Paper in International Conference on Sport

and Sustainable Development, Yogyakarta.

Depdikbud. 1995. Program-Program Prioritas Pembangunan Pendidikan Dalam

Repelita V I , Jakarta.

Fasli Jalal. 1997. Identifikasi dan Pengembangan Indikator Kualitas Sumber Daya

manusia Dalam Kaitannya Dengan Pemberdayaan Pendidikan Jasmani

dan Olahraga di Lembaga Pendidikan. Makalah disampaikan pada

Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Bandung.

Ginanjar Kartasasmita. 1994. Pembangunan Sumber Daya Manusia. Disampaiakan


pada Rapat Kerja Depdikbud pada Rapat Kerja Depdikbud Tahun

1994, Jakarta.

Hong F. 2003. Into The Future: Asian Sport and Globalization. Paper in

International Conference on Sport and Sustainable

Development, Yogyakarta.

Lawson H A . 2003. Empowering People and Advancing Community Development:

The Social Work of Sport, Exercise, and Physical Education

Programs. Paper in International Conference on Sport and Sustainable

Development, Yogyakarta.

Nurhadi MA. 1995. Masalah dan Tantangan Pendidikan Bagi Perencanaan

Pengembangan Guru dan Lembaga Pendidikan Guru. Disampaikan

pada Seminar Tentang Guru dan Pendidikan Guru, Singaraja Bali.

Rusli Lutan. 2001. Pencarian Konsep dan Wilayah Bookman Old Style

Tubuh Ilmu Keolahragaan. Program Pendidikan Olahraga,

Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Semiawan C R . 1997. Keterkaitan Antara Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan ( L P T K ) Dengan Sekolah, Model Alternatif

Program Kemitraan Pengembangan Pendidikan Guru


pada EraGlobalisasi. Konsorsium Ilmu Pendidikan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.

Sumantri HM. 1997. Anak Perempuan Dalam Program Olahraga D i Sekolah.

Makalah disampaiakan pada Konferensi Nasional Pendidikan

Jasmani dan Olahraga, Bandung.

Tengah D P . 1995. Guru Sekolah Suatu Kajian Emperik Terhadap Permasalahan

Guru. Makalah disampaikan dalam Seminar Guru Dan Pendidikan

Guru, Masalah dan Tantangan Pada Abad K e 21, S T K I P , Singaraja.

Tirta N. 1997. Profesionalisme Guru (Suatu Tantangan Perubahan). Makalah

Studium General/Seminar Dalam Rangka Dies Natalis I V dan Wisuda

V I I S T K I P , Singaraja.

Anda mungkin juga menyukai