Anda di halaman 1dari 14

RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN

ASUHAN KEBIDANAN III (NIFAS)


Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir

DISUSUN OLEH :

Nama : Neta Afriyanti


NIM : 16140206
Kelas : F.14.3

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI D4 BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS RESPTI YOGYAKARTA
2016/2017
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan III (Nifas)


Kode Bidang Studi : Bd. 303
Beban Studi : 3 SKS ( T : 2, P : 1)
Sasaran : Mahasiswa DIII kebidanan ( Semester III )
Tempat : Universitas Respati Yogyakarta
Tahun Ajaran : 2016/2017
Pertemuan Ke :4
Waktu : 2x50 menit
Pokok Bahasan : Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir

I. Standar Kompetensi
Dengan mata kuliah ini mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan pendekatan manajemen kebidanan.
II. Kompetensi Dasar
Pada akhir perkuliahan mahasiswa mampu memahami tentang respon orang tua
terhadap bayi baru lahir
III. Indikator
1. Mahasiswa mampu menjelaskan respon orang tua terhadap bounding attachment.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan respon ayah dan keluarga terhadap bayi baru lahir.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan respon orang tua terhadap sibling rivally.
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu memahami respon orang tua
terhadap bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan respon orang tua terhadap bounding attachment.
b. Menjelaskan respon ayah dan keluarga terhadap bayi baru lahir.
c. Menjelaskan respon orang tua terhadap sibling rivally.
V. Materi Pembelajaran
1. Respon orang tua terhadap bounding attachment.
2. Respon ayah dan keluarga terhadap bayi baru lahir.
3. Respon orang tua terhadap sibling rivally.
VI. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VII. Media dan alat
1. LCD
2. Laptop
3. Whiteboard
4. Spidol
VIII. Kegiatan Pembelajaran
Tahap
Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa Media Metode
kegiatan
Pendahuluan 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam LCD Ceramah
(2 menit) salam 2. Mendengarkan dan Laptop Tanya
2. Apersepsi menjawab jawab
pembelajaran 3. Menangggapi dan
tentang respon menjawab
orang tua terhadap 4. Mendengarkan
bayi baru lahir
3. Menjelaskan
pokok bahasan
4. Menjelaskan
tujuan
pembelajaran
Penyajian 1. Penyajian materi Mendengarkan Lcd Ceramah
( 6 menit) a. Menjelaskan Laptop Tanya
respon orang Spidol jawab
tua terhadap Whiteboard
bounding
attachment
b. Menjelaskan
respon ayah dan
keluarga
terhadap bayi
baru lahir
c. Menjelaskan
respon orang
tua terhadap
sibling rivally
d. Memberikan Mengajukan
kesempatan kesempatan bertanya
kepada
mahasiswa
untuk bertanya
Penutup 1. Mengajukan Menjawab dan Lcd Ceramah
( 2 menit) pertanyaan secara menanggapi Laptop Tanya
lisan seputar Spidol jawab
materi yang telah Whiteboard
diberikan
2. Bersama-sama Menanggapi dan
dengan mendengarkan
mahasiswa
menyimpulkan
materi pelajaran
yang telah
diberikan
3. Memberikan tugas
kepada mahasiswa
dalam bentuk
rangkuman pada
mata kuliah
selanjutnya
4. Menutup
pertemuan dan Menjawab salam
mengucapkan
salam

IX. Evaluasi
1. Prosedur : Tanya Jawab
2. Jenis : Lisan
3. Soal :

a. Apa itu Bounding attachment?

Bounding attachment / keterikatan awal / ikatan batin adalah suatu proses

dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang

tua yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan

emosiaonal dan saling membutuhkan.

b. Tahap-tahap Bounding attachment apa saja?

 Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,

berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.

 Bounding (keterikatan)

 Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan

individu lain

c. interaksi yang menyenangkan tersebut dapat berupa?

Touch (Sentuhan)

Eye to Eye Contact (Kontak Mata)

Odor (Bau Badan)

Body Warm (Kehangatan Tubuh)

Voice (Suara)

Entrainment (Gaya Bahasa)

Biorhythmicity (Irama Kehidupan)


d. Penyebab sibling rivaly

Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:


1. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka,
sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
2. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau
mendengarkan dari orang tua mereka.
3. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh
kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
4. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat
mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama
lain.
5. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai
pertengkaran.
6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau
memulai permainan dengan saudara mereka.
7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang
berlebihan dalam keluarga adalah normal.
9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan
anggota keluarga.
10. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
12. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi
pada mereka.
X. Referensi

Buku Utama
1. Eny Retna Ambarwati, 2008, Asuhan Kebidanan Nifas.
2. Suhermi, 2009, Perawatan Masa Nifas.
3. Saleha Siti, 2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
LAMPIRAN MATERI

RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR

A. BOUNDING ATTACMENT
Bounding attachment / keterikatan awal / ikatan batin adalah suatu proses dimana
sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat
saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosiaonal dan saling
membutuhkan. Proses ikatan batin antara ibu dengan bayinya ini diaawali dengan kasih
sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat dimulai sejak kehamilan.
Ikatan batin antara bayi dan orangtuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan
psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.
Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antara lain :
1. Keterkaitan atau ikatan batin ini tidak dimulai saat kelahiran.tetaoi siibu telah
memelihara bayinya selama kehamilan, baik siibu maupun siayah telah
berangaan-angan tentang bayi mereka kelak.hal ini bisa menjadi perasaan
positif,negative, netral.
2. Kelahiran merupakan sebuah moment didalam kontinum keterkaitan ibu dengan
bayinya ketika sibayi bergerak keluar dari dalam tubuhnya.
3. Hubungan antara ibu dan bayi adalah suatu simbiosis yang saling membutuhkan
Rasa cinta menimbulkan ikatan batin / ketrikatan.
Untuk memperkuat ikatan ibu dengan bayi (marshall kalus)menyarankan ibu agar
menciptakan waktu berduaan bersama bayi untuk saling mengenal lebih dalam dan
menikmati kebersamaan yang disebut babymoon
Cara melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain:
1. Pemberian ASI ekslusif
Dengan pemberian ASI segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami
kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan
rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
2. Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu
dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan
badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan
psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung,
merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari.
3. Kontak mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa
lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak
waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru
lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.
4. Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting.
Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat.
Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur.
Tahap-tahap bounding attachment
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2. Bounding (keterikatan)
3. Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan individu lain
Hambatan bounding attachment
1. Kurang support sistem
2. Ibu dengan risiko
3. Bayi dengan risiko
4. Kehadiaran bayi yang tidak diinginkan

B. REPON AYAH DAN KELUARGA


Respon dari ayah dan ibu kepada bayinya berbeda-beda hal ini dapat disebabkan
pengalaman mereka dalam mengasuh anak dan meliputi keseluruhan reaksi emosi,
mulai dari tingkatan kebahagiaan tapi dapat juga berupa kesedihan yang mendalam.
Situasi yang bahagia didapatkan apabila kelahiran tersebut diinginkan dan di harapkan
sebaliknya bila kelahiran tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan maka
respon mereka menjadi tidak bahagia dan kecewa.
Bila respon dari orangtua tidak bahagia maka bidan perlun memahami apa yang
sedang terjadi dan memfasilitasi proses yang sehat sehingga respon orangtua terhadap
anaknya menjadi baik.
Perilaku orangtua yang mempengaruhi adanya ikatan kasih saying adalah :
a. Perilaku memfasilitasi, meliputi:
1) Menatap, mencari cirri khas anak
2) Kontak mata
3) Memberikan perhatian
4) Menganggap anak sebagai individu yang unik
5) Menganggap anak sebagai anggota keluarga
6) Memberiakan senyuman
7) Berbicara / bernyanyi
8) Menunjukan kebanggaan pada anak
9) Mengajak anak pada acara keluarga
10) Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak
11) Bereaksi positif terhadap perilaku anak.
b. Perilaku penghambat :
1) Menjauh dari anak, tidak mempedulikan kehadirannya, menghindar, menolak
untuk menyentuh anak.
2) Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak
memberikan nama pada anak.
3) Mengannggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai
4) Tidak menggenggam jarinya
5) Terburu- buru dalam menyusui
6) Menunjukan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.
Bila kehamilan dan kelahiran diinginkan dan diharapkan oleh orang tua maka orang tua
terutama ayah akan memperlihatkan perilku yang memfasilitasi terjalainnya ikatan
batin yang baik begitu juga sebaliknya. Bila kehamilan dan kelahiran tersebut tidak
diinginkan maka orang tua cenderung berperilaku menghambat sehingga ikatan kasih
saying tidak akan terjadi
Adapun interaksi yang menyenangkan tersebut dapat berupa :
1. Touch (Sentuhan)
Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan
ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perabaan digunakan
untuk membelai tubuh, dan mungkin bayi akan dipeluk di lengan ibu, gerakan
dilanjutkan sebagai usapan lembut untuk menenangkan bayi, bayi akan merapat
pada payudara ibu, menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan
antara keduanya.
2. Eye to Eye Contact (Kontak Mata)
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak
mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan
rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.
Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian kepada suatu obyek, satu jam setelah
kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik
orang dewasa pada usia kira-kira 4 bulan. Dengan demikian perlu diperhatikan
dalam praktek kesehatan, adanya faktor-faktor yang dapat menghambat proses
tersebut, misalnya untuk pemberian salep atau tetes mata pada bayi dapat ditunda
beberapa waktu sehingga tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi.
3. Odor (Bau Badan)
Indra penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih
memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola bernapasnya
berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi bersama dengan semakin dikenalnya
bau itu, si bayi pun berhenti bereaksi. Pada akhir minggu pertama, seorang bayi
dapat mengenali ibunya dari bau tubuh dan air susu ibunya. Indra penciuman bayi
akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada waktu
tertentu.
4. Body Warm (Kehangatan Tubuh
Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan dapat langsung meletakkan
bayinya di atas perut ibu, baik setelah tahap kedua dari proses melahirkan atau
sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini memberi banyak manfaat baik
bagi ibu maupun si bayi yaitu terjadinya kontak kulit yang membantu agar bayi
tetap hangat.
5. Voice (Suara)
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan
menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut, ibu menjadi tenang
karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam
rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan
membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara -suara itu terhalang
selama beberapa hari oleh cairan amniotik dari rahim yang melekat pada telinga.
Banyak penelitian memperlihatkan bahwa bayi-bayi baru lahir bukan hanya
mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja, dan mereka
nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada
yang lain contoh suara detak jantung ibu.
6. Entrainment (Gaya Bahasa)
Bayi yang baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang
dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum
ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu
yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain
itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk
komunikasi yang efektif.
7. Biorhythmicity (Irama Kehidupan)
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya
seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah
menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan
menggunakan tanda keadaan bahaya bayi, untuk mengembangkan respon bayi dan
interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.
.
C. SIBLING RIVAl
Pengertian
1. Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk
kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan.
Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah
kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan
perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu
yang lebih.
2. Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-
laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai
dua anak atau lebih.
3. Sibling Rivalry merupakan suatu perasaan cemburu atau menjadi pesaing dengan bayi
atau saudara kandung yang baru dilahirkan.
Perasaan cemburu inipun dapat timbul terhadap sang ayah. Kenyataannya semua anak
akan merasa terancam oleh kedatangan seorang bayi baru meskipun dengan derajat yang
berbeda-beda, baik selama kehamilan maupun setelah kelahiran. Anak-anak yang lebih
tua yang telah membentuk semacam independensi dan katan batin yang kuat biasanya
tidak begitu merasa ternancam oleh kedatangan bayi baru dari pada anak-anak yang
belum mencapai kekuatan ikatan batin yang sama; anak-anak yang berusia 3 tahun atau
lebih akan cenderung menunggu-nunggu kelahiran adiknya sedangkan anak-anak yang
lebih muda dari itu mungkin merasa cemas dalam proses pembentukan ikatan batin.
Jika anak yang lebih tua merasakan aman didalam kedudukannya dalam keluarga
maka ia akan merasa bebas untuk memberikan / mengikuti perubahan dalam keluarganya
tetapi jika ia merasa terancam akan kedudukannya maka perasaan saudara kandung
sebagai pesaing / rival yang akan muncul. Apabial hal ini berlanjut dapat mnegakibatkan
sifat kakak berubah setelah adiknya lahir dapat menyakiti atau memusuhi adiknya.
Hal terpenting untuk meminimalkan masalah yang akan datang anak perlu
dipersiapkan untuk menerima saudaranya yang baru lahir dimulai sejak masa kehamilan,
ini ditujukan untuk meneruskan jaminan bahwa anak yang lebih tua masih mendapatkan
kasih sayang walaupun hadir adiknya nanti.
Hal yang dapat dilakukan :
1. Informasikan kehamilan, dengan mempekenalkan kakaknya kepada bayi didalam
kandungan, libatkan dia dalam kehamilan seperti : mengantar ke dokter, belanja
baju bayi dll.
2. Perluas lingkup sosial anak pertama
3. Jujurlah soal perubahan fisik dan mental seperti gampang lelah, disertai minta
maaf karena tidak bisa mengendongnya sesuka hati
4. Dihari-hari pertama kelahiran bayi bersikaplah sewajarnya seperti biasanya dan
libatkan ia dalam menyambu tamu dan tugas- tugas ringan perawatan bayi.
Perasaan cemburu inipun dapat timbul terhadap sang ayah. Kadang-kadang para
ayah menjadi cemburu terhadap hubungan antara ibu/ istrinya dengan anak-anak mereka
sendiri, bayi adalah produk dari hubungan mereka dan semestinya memperkaya
hubungan itu. Meskipun demikian kadang para ayah merasa ditinggalkan terutama bila
ibu dan bayi adalah pusat perhatian dalam keluarga, sehingga muncullah perasaan
“disingkirkan” pada diri sang ayah.
Untuk mencegah kecemburuan sang ayah ini agar diupayakan keterlibatan ayah
dalam merawat bayi karena merawat dan mengasuh bayi dewasa ini bukan hanya tugas
seorang ibu, ayah diupayakan sebanyak mungkinterlibat dalam proses mengasuh bayi
seperti memberi makan, menganti popok, menidurkan bayi dll.
PenyebabSiblingRivalry
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
1. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin
menunjukkan pada saudara mereka.
2. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari
orang tua mereka.
3. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan
anggota keluarga baru/ bayi.
4. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses
kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
5. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai
permainan dengan saudara mereka.
7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam
keluarga adalah normal.
9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
10. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
12. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada
mereka.
Segi Positif Sibling Rivalry
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi positifnya,
antara lain:
1. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa
keterampilan penting.
2. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
3. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.

Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi
fasilitator.
Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry,
sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:

1. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.


2. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
3. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.
5. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
6. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu
sama lain.
7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga
adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka
sendiri.
10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan
kekerasan fisik.
11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk
anak-anak.
12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama
lain.
13. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua sehari-
hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling
bagus.

Anda mungkin juga menyukai