Anda di halaman 1dari 3

HUKUM AKSI REAKSI

Oleh: I Wayan Widnyana*

“Jika suatu benda memberikan gaya pada benda lain maka benda yang dikenai gaya
akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang diterima dari benda
pertama tetapi arahnya berlawanan”.

Hukum di atas adalah bunyi dari Hukum Aksi Reaksi. Sering disebut sebagai Hukum
Newton III. Hukum Aksi Reaksi menjelaskan bahwa setiap benda atau entitas selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh, ketika majalah Media Hindu ini
diletakkan di atas meja, majalah tersebut sesungguhnya memberikan tekanan kepada
meja. Karena diberikan tekanan, meja juga tidak mau kalah. Meja membalas dengan
memberikan dorongan dengan gaya yang besarnya sama dengan tekanan yang
diterimanya. Dengan kata lain, ketika majalah memberikan aksi kepada meja, maka
meja juga memberikan reaksi kepada majalah.

Hukum Aksi Reaksi berlaku bagi semua entitas di alam semesta. Tanpa ada
perkecualian. Apakah pembaca pernah belajar fisika atau tidak, jago fisika atau
teramat sulit memahami fisika, pembaca pasti harus tunduk pada hukum ini. Karena ia
merupakan hukum alam.

Dalam ajaran Hindu, hukum alam disebut dengan RTA. Salah satu rta adalah Hukum
Karmaphala. Hukum Aksi Reaksi tidak lain adalah Hukum Karmaphala. Sebagai
hukum alam, hukum karmaphala juga berlaku bagi siapa pun. Pembaca percaya atau
pun tidak, Pembaca orang Hindu atau pun non-Hindu, Hukum Karmaphala tetap
berlaku. Tanpa pandang bulu.

Karma berasal dari urat kata “Kr”, yang berarti kerja atau perbuatan. Phala atau yang
lebih sering disebut pahala berarti hasil atau buah. Jadi, karmaphala berarti setiap
perbuatan akan selalu mendatangkan hasil atau buah. Kerja dan hasil tidak bisa
dipisahkan. Tidak berdiri sendiri-sendiri. Ibarat sisi-sisi dari sekeping koin. Selalu
berdampingan dan tak terpisahkan. Yang satu ada karena adanya yang lain.

Konsep karmaphala mengajarkan kepada kita tentang optimisme. Juga mengajarkan


kepada kita tentang arti tanggung jawab. Mengajarkan optimisme, karena berarti
tidak ada kerja yang sia-sia. Sekecil apa pun perbuatan atau kerja yang kita lakukan,
pasti akan ada ganjarannya. Jika kita melakukan suatu kebaikan, sekalipun orang lain
tidak menyadari atau bahkan tidak peduli, suatu saat hasilnya pasti akan terlihat.
Demikian juga sebaliknya, sekalipun orang tidak tahu, setiap perbuatan buruk kita
--cepat atau lambat-- pasti akan mendapatkan ganjarannya. Hal ini dinyatakan dalam
kitab Sarasamuscaya.

Apapun yang ditabur dan dibiakkan di waktu lalu,


di kemudian hari akan dipanen sesuai bibitnya.
Demikian juga karma, apapun yang ditabur,
maka karma seperti itulah yang akan dihasilkannya
(Saramuscaya 361)

Karena itu, tetaplah berbuat kebajikan walaupun tidak ada yang memperdulikan. Di
tempat kerja, sekalipun atasan seolah tidak peduli dengan prestasi yang Pembaca
berikan, tetaplah bekerja sebaik mungkin. Tetap tunjukkan prestasi. Jangan kendur.
Karena apa yang dilakukan tidak akan sia-sia. Hasil pasti akan menampakkan diri.
Tinggal menunggu waktu. Saramuscaya telah memberikan jaminan.

Karmaphala mengajarkan kepada kita akan artinya tanggung jawab. Karena siapa
yang menabur, dia juga yang akan menuai. Hasil dari perbuatan kita, pasti kita yang
akan menikmatinya. Tidak ada yang namanya dosa turunan. Seperti contoh di awal
tulisan ini, saat majalah menekan meja maka meja akan membalas ke majalah. Bukan
kepada Pembaca yang sedang membaca majalah Media Hindu. Jadi, apa yang dialami
saat ini, seluruhnya adalah akibat dari karma yang telah dilakukan di masa lalu. Baik
yang dilakukan secara sadar atau pun tidak sadar. Juga merupakan akibat dari karma
pada kehidupan kita terdahulu. Sekalipun kita tidak ingat, karena diliputi awidya.

Mau tidak mau, segala perbuatan masa lalu itu pasti akan dinikmati oleh
yang berbuat.
Baik ataupun buruk yang kita lakukan di waktu lalu, karmanya tidak
akan pernah kesasar dalam mencari pelaku.
Keadaannya bagaikan anak lembu yang tidak akan pernah kesasar
mengenali induknya, walaupun dalam kawanan yang berjumlah ribuan
sekalipun
(Sarasamuscaya 353)

Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini, terangkai erat pada
perbuatan masa lalu.
Bajik ataukah jahat perbuatan masa lalu itu, karmanya pasti akan
diperoleh secara adil, tidak ditambahi atau dikurangi.
(Saramuscaya 355)

Visi atau tujuan hidup manusia Hindu adalah moksa dan jagadhita. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka kita harus berbuat atau bekerja. Bekerja atau melakukan karma
adalah satu-satunya cara. Tidak ada cara lain. Bhagawadgita dengan tegas
mengatakan hal tersebut.

na karmanam anarambhan
naishkarmyam puruso ‘snute
na cha samnyasanad eva
siddhim samadhigacchati
(Bhagawadgita III-4 )

Artinya :
tanpa bekerja, orang tidak akan mencapai kebebasan
juga ia tak akan mencapai kesempurnaan
karena menghindari kegiatan kerja

niyatam kuru karma tvam


karma jyayo hy akarmanah
Sarirayatra ‘pi cha te
na prasiddhyed akarmanah
(Bhagawadgita III-8 )
Artinya :
bekerjalah seperti yang telah ditentukan,
sebab bekerja lebih baik daripada tidak bekerja,
bahkan tubuhpun tidak akan berhasil terpelihara tanpa berkarya

Bekerja yang bagaimanakah yang akan mengantarkan kita sampai pada visi hidup?
Resep yang diberikan oleh Bhagawadgita adalah bekerja tanpa pamrih. Bekerja tanpa
memikirkan dan terikat dengan hasil. Bekerja sebagai salah bentuk persembahan
kepada Brahman. Mengikatkan diri pada hasil kerja berarti menambah utang karma.
Utang karma berarti menjauhkan diri dari tujuan hidup.

karmany eva dhikaras te


ma phalesu kadacana
ma karma phala hetur bhur
ma te sango ‘stv akarmani
(Bhagawadgita II-47)

Artinya:
berbuatlah hanya demi kewajibanmu,
bukan demi hasil perbuatan itu,
jangan sekali-kali pahala menjadi motifmu,
jangan pula hanya berdiam diri tanpa kerja

tasmad asaktah satatam


karyam karma samachara
asakto hy acharan karma
param apnoti purushah
(Bhagawadgita III-19)

Artinya:
oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja
sebagai kewajiban tanpa terikat (pada akibatnya)
sebab dengan melakukan kerja yang bebas dari keterikatan,
orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama

Hasil atau pahala adalah dampak dari kerja atau karma. Dia tidak bisa dikontrol. Hasil
yang telah terlanjur jelek tidak bisa diubah menjadi lebih baik ataupun lebih buruk.
Yang bisa dikontrol adalah proses kerja. Artinya, jika menginginkan hasil yang lebih
baik, ubahlah proses kerjanya sehingga menghasilkan hasil yang lebih baik. Ayo
bekerja dan fokuslah pada proses kerja. Proses kerja yang baik akan membawa hasil
yang baik...... Namaste.

*Praktisi pendidikan, tinggal di Cileunyi-Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai