Anda di halaman 1dari 5

Hubungan Karmaphala, Punarbhava, dan Moksa dalam Teks Bhagavadgita

Karmaphala

1. Bhagavadgita III.8
niyatam kuru karma tvam
karma jyāyo hyakarmanah,
śarīra-yātrāpi ca te na
prasiddhyed akarmanah.

Artinya:

Bekerjalah seperti yang telah ditentukan, sebab berbuat lebih baik daripada tidak
berbuat, dan bahkan tubuhpun tak akan berhasil terpelihara tanpa berkarya.

Penjelasan:

Ambil dan lakukan tugas atau kerja yang ada di hadapan kita, ini bisa dilakukan bila
bekerja tanpa motif akan hasil, tapi bekerja untuk Tuhan, karena hasil senantiasa
menyertai. Dalam hal ini kita menghindari berdiam diri (malas tak bekerja) yang
mengakibatkan tubuhpun menjadi lemah, sakit-sakitan yang ibarat mesin tanpa
dihidupkan atau dipanaskan menjadi macet dan rusak.

2. Bhagavadgita III.35
śreyān sva-dhanno vigunah
para-dharmāt sv-anusthitāt,
sva-dharme nidhanam sreyah
para-dharmo bhayāvahah.

Artinya:

Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tidak sempurna dari pada
dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik; lebih baik mati dalam tugas sendiri
daripada dalam tugas orang lain yang sangat berbahaya.

Penjelasan:

Tentang tugas dan kewajiban dalam Hindu secara umum telah dinyatakan sebagai
empat tahapan hidup (Catur Asrama). Pedoman ini sudah cukup menuntun kita ke jalan
yang benar dalam mengisi dan menempuh hidup asalkan kita tidak ke luar jalur /rel.
Sebagai contoh dimasa Brahmacari berkonsentrasilah untuk belajar dan menimba
ilmu, tidak melakukan hal-hal lainnya apalagi yang negatif. Lakukan tugas kewajiban
dengan fokus dan semangat.

Punarbhava

1. Bhagavadgita VI.45
prayatnād yatamānas tu
yogī samśuddha-kilbisah,
aneka-janma-samsiddhas
tato yāti parām gatim.

Artinya:

Yogì yang berusaha terus sekuat hati menghapuskan segala dosa dengan sungguh-
sungguh, yang disempurnakan melalui berbagai kelahiran, kemudian ia mencapai
tujuan tertinggi.

Penjelasan:

Seorang yogipun secara terus menerus berusaha dengan sungguh-sungguh


memperbaiki diri dengan berbuat kebajikan walaupun melalui banyak kematian dan
kelahiran, apalagi kita sebagai orang biasa semestinya kesempatan lahir menjadi
manusia dipergunakan sebaik-baiknya untuk berbuat kebajikan untuk mencapai
kesempurnaan.

2. Bhagavadgita VIII.16
ā-brahma-bhuvanāl lokāh
punar āvartino ‘rjuna,
mām upetya tu kaunteya
punar janma na vidyate.

Artinya:

Dari alam Brahmà selanjutnya ke bawah, wahai Arjuna, semuanya mengalami


kelahiran kembali, tetapi setelah mencapai Aku, wahai putra Kunti (Arjuna), ia tak
akan lahir kembali.

Penjelasan:

Kenyataannya pada jaman ini proses Punarbhava itu masih dominan, karena amat
sedikit orang yang berminat sampai pada tingkatan di alam Tuhan karena jalannya amat
sulit dan sukar bagaikan berjalan di muka tajamnya pisau cukur (Upanisad menyatakan
demikian). Maka punarbhava tak perlu dipusingkan karena itu siklus (kelahiran dan
kematian) yang mesti di jalani dengan berusaha berbuat baik sehingga sedikit demi
sedikit mencapai kesempurnaan. Pencapaian sampai pada alam Brahma ke bawah tetap
mengalami kelahiran kembali.

Moksa

1. Bhagavadgita II.53

śruti-vipratipannā te
yadā sthāsyati niścalā,
samādhāv acalā buddhis
tadā yogam avāpsyasi.

Artinya:

Bila pikiranmu yang dibingungkan oleh apa yang didengar tak tergoyahkan lagi dan
tetap dalam samàdhi, kemudian engkau akan mencapai yoga (realisasi diri).

Penjelasan:

Sloka ini menyatakan keadaan seseorang (yogi) yang telah melewati atau lulus dalam
melaksanakan tahapan yoga sebelumnya (Yama & Nyama Bratha, Asana, Pranayama,
Pratyahara, Dharana, dan Dhyana) dan telah masuk atau mencapai tahapan terakhir
yaitu Samadhi (Realisasi Diri) atau Moksa.

2. Bhagavadgita II.72
esā brāhmī sthitih pārtha
nainām prāpya vimuhyati,
sthitvāsyām anta-kāle ‘pi
brahma-nirvānam rcchati.

Artinya:

Inilah tingkat kesucian, wahai Partha, dia yang telah sampai ditingkat ini, walau maut
tiba, tiada bingung lagi dan mencapai nirvana bersatu dengan Brahman.

Penjelasan:

Tingkat kesucian yang dinyatakan di sini adalah seseorang yang telah mencapai
tingkatan yoga yang terakhir yaitu Samadhi (Moksa). Orang yang telah sampai keadaan
ini baru bisa mengatasi dualisme (dalam pikiran, hati dan jiwa merasakan sama);
senang-susah, untung-rugi, panas-dingin, menang-kalah, sehat-sakit, gelap-terang,
hidup-mati, dsb. Orang yang telah mencapai keadaan inilah disebut Moksa baik
semasih memakai badan ataupun setelah meninggalkan badan.
Kesimpulan hubungan Karmaphala, Punarbhava, dan Moksa adalah bahwa baik
punarbhava ataupun moksa sama-sama datangnya dari karmaphala. Baik buruk
perbuatan kita semasih hidup menentukan kelahiran kita selanjutnya apakah di alam
sorga atau neraka, dan setelah waktunya habis di alam sana kita akan lahir kembali
sebagai tumbuhan, hewan, atau manusia. Tuhan memberikan kita kebebasan memilih,
tapi hampir semua kitab suci menyatakan untuk selalu berusaha berbuat baik. Dengan
demikian kita bisa mendekatkan diri ke arah Tuhan, karena sifat Tuhan itu adalah
kebaikan, kesucian, kebijaksanaan, dan kebahagiaan. Dan sifat-sifat itulah sangat perlu
kita usahakan latih dan praktekkan dalam kehidupan sehari-hari, maka sedikit demi
sedikit akan terbuka jalan ke arah kesadaran Tuhan yang ada di dalam diri yaitu
Realisasi Diri /Moksa. Jadi Hubungan Karmapala,Punarbhawa dan Moksa sangat Erat
saling keterkaitan bahwa setiap perbuatan baik maupun buruk pasti akan di terima pada
saat Punarbhawa sampai akhirnya sampai ke tujuan terakhir yaitu moksa terbebas dari
karma dan punarbhawa. Bila sudah terbebas dari belenggu karma dan punarbhawa
maka sudah lepas dari segala keterikatan maka seseorang sudah mencapai Moksa.

Anda mungkin juga menyukai