PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Sehubungan dengan masalah tersebut referat ini memiliki tujuan sebagai
berikut:
1
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami salah satu gangguan pada bidang
orthopedi, khususnya pada penyakit sindrom emboli lemak.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Sindrom emboli lemak.
b. Mengetahui penyebab Sindrom emboli lemak.
c. Memahami etiologi dan patofisiologi Sindrom emboli lemak.
d. Memahami manifestasi klinis dari Sindrom emboli lemak.
e. Mengetahui penatalaksanaan Sindrom emboli lemak.
f. Mengetahui asuhan keperawatan pasien Sindrom emboli lemak.
1.4 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta memperkaya
khasanahmengenai ilmu orthopedi, khususnya pada Sindrom emboli lemak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Emboli adalah suatu kondisi di mana aliran darah terhambat akibat
benda asing (embolus), seperti bekuan darah, udara, lemak, ketuban dan
kolestrol. Benda asing yang berada di dalam aliran darah akan ikut
bersirkulasi sampai terhambat pada salah satu pembuluh darah. Hambatan
ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak lancar dan jaringan tubuh
kekurangan oksigen sehingga menyebabkan kegagalan fungsi organ.
Emboli lemak adalah sebuah proses dimana jaringan lemak masuk
ke dalam aliran darah. Istilah emboli lemak menunjukan gambaran klinis
yang spesifik akibat trauma khususnya fraktur yang mengenai orang
dewasa dan jarang ditemukan pada anak-anak. Emboli lemak merupakan
komplikasi yang fatal dan menyebabkan kematian sebesar 20% dari seluruh
kematian akibat fraktur.
2.2 Epidemiologi
Sindrom emboli lemak sering terjadi pada pria dari pada wanita.
Pada anak-anak usia 0 sampai 9 tahun jarang terjadi. Rentang usia yang
paling sering terkenaa sindrom emboli lemak yaitu usia 10 sampai 39 tahun.
2.3 Etiologi
Sindrom emboli lemak paling sering terjadi pada fraktur tertutup, fraktur
dan multiple fraktur dari tulang panjang, pelvis, dan tulang rusuk. Tetapi
ada banyak penyebab lain, yaitu :
Prosedur ortopedi
Cedera jaringan lunak yang besar
Luka bakar yang parah
Biopsi sumsum tulang
3
Sedot lemak
fatty liver
Terapi kortikosteroid berkepanjangan
Pankreatitis akut
Osteomyelitis
Kondisi menyebabkan infark tulang, terutama penyakit sel sabit
2.5 Patofisiologi
Emboli berasal dari lemak sumsum tulang dan jaringan
lemak,kemudian melalui robekan vena masuk ke sirkulasi dan paru-paru,
bersama gelembung-gelembung lemak melewati kapiler paru masuk ke
sirkulasi sistemik dan menuju ke otak, ginjal, jantung dan kulit. Menurut
penelitian menyatakan bahwa lemak netral merupakan sumber emboli
kecil, yang merupakan penyebab utama gangguan metabolisme lemak.
Pada trauma yang luas terjadi penurunan karbohidrat dan lemak secara
cepat, berupa lipolisis pada jaringan lemak dan sejumlah besar asam lemak
bebas. Akibatnya sejumlah besar asam lemak bebas ditranspor kesirkulasi
hati dimana terjadi sintesis dan sekresi lipoprotein dengan densitas rendah.
Lipoprotein hati mengalami agregasi/ konjugasi dengan kalsium dan
kolesterol, menarik trombosit dan menyebabkan perlambatan aliran darah
dan terbentuk emboli. Proses ini menunjukkan asidosis dan respirasi
metabolik. Emboli pada arteri paru tidak hanya menyebabkan obstruksi
aliran darah, tetapi juga merusak dinding pembuluh darah, yang
menyebabkan hemoragik multiple dengan fokus kecil yang menimbulkan
hemoptisis, edema paru dan dispnea. Emboli lemak kemudian masuk ke
4
sirkulasi sistemik. Patogenesis sindrom emboli lemak melibatkan obstruksi
mekanik pada pulmo dan vaskular sistemik.
Pada obstruksi mekanik pada paru terjadi diakibatkan oleh
peningkatan tekanan intramedular setelah trauma sehingga sumsum lemak
keluar melalui sinusoid menuju pulmo dan membentuk sumbatan pada
kapiler pulmo. Teori biokimia menyatakan bahwa asam lemak bebas yang
ada di sirkulasi akibat fraktur mengandung toksin dan menyerang
pneumosit dan sel endotel pulmo yang mengakibatkan perdarahan
interstisial, edema, dan pneumonitis kimiawi yang dapat disertai dengan
syok, hipovolemi dan sepsis yang mengakibatkan pengurangan lairan darah
ke hepar, hal ini memperburuk efek toksik asam lemak bebas.
5
2.6 Pathway
6
7
2.7 Gejala Klinis
Terdapat periode laten dari 24 sampai 72 jam antara cedera dan onset
gejala. Kemudian akan timbul :
Sesak napas dan nyeri dada. Tergantung pada tingkat keparahan dan
dapat berkembang menjadi kegagalan pernapasan dengan takipnea,
peningkatan sesak napas dan hipoksia.
Demam ( suhu lebih dari 38,3°C) dengan denyut nadi irregular.
Ruam ptekie biasanya di bagian anterior lengan, leher, mukosa
mulut dan konjungtiva. Ruam bersifat sementara dan menghilang
setelah 24 jam.
8
Ruam ptekie pada tubuh bagian atas anterior, karakteristik sindrom emboli
lemak
9
Gejala sistem saraf pusat ( mulai dari sakit kepala ringan sampai dengan
disfungsi serebral yang signifikan seperti gelisah, disorientasi, kejang,
pingsan atau koma).
Renal ( oliguria, hematuria atau anuria)
2.8 Diagnosis
Terdapat kriteria diagnostik untuk sindrom emboli lemak, yaitu :Kriteria
diagnosis Gurd’s dan Wilson membagi menjadi kriteria mayor dan kriteria
minor.
1. Kriteria mayor
insufisiensi pernapasan
keterlibatan cerebral
ruam ptekie
2. Kriteria minor
Takikardi
Demam (suhu >39°C)
Kebingungan
PO2 <8 kPa
Pernapasan > 35x/menit, terlepas dari sedasi
Retina : terdapat “exudat cotton wall” dan perdarahan kecil, terkadang
globul lemak terlihat pada pembuluh darah retina
Penyakit kuning
Renal : oliguria, hematuria, anuria
Trombositopenia
Anemia
Makroglobulinemia lemak
Infiltrat alveolar difus pada foto thorak
10
1. Pemeriksaan sitologi urin, darah dan dahak dapat mendeteksi
gelembung-gelembung lemak yang bebas atau yang di dalam
makrofag. Tes ini memiliki sensitivitas rendah dan hasilnya dapat
negative.
2. Rontgen dada terdapat infiltrat atau konsolidasi pada paru dan
adanya dilatasi sisi kanan jantung
tingkat kesadaran.
11
Gambar CT menunjukkan perubahan hipodens minimal di wilayah periventricular
4. Analisis gas darah akan menunjukkan hipoksia, PO2 biasanya kurang dari 8
kPa (60 mmHg) dan hipokapnia.
5. Trombositopenia, penurunan hematokrit terjadi 24 sampai 48 jam dan
dihubungkan dengan perdarahan intraalveolar. Kadar kalsium berkurang.
6. Pemeriksaan MRI otak dapat membantu dalam diagnosis serebral emboli
lemak.
2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sindrom emboli lemak untuk memastikan oksigenasi
arteri yang baik. Laju aliran tinggi oksigen diberikan untuk
mempertahankan tekanan oksigen arteri dalam batas normal. Pembatasan
asupan cairan dan penggunaan diuretik dapat meminimalkan akumulasi
cairan di paru-paru selama sirkulasi dipertahankan.
Di sisi lain, pemeliharaan volume intravaskular sangat penting karena
syok dapat memperburuk cedera paru yang disebabkan oleh sindrom emboli
lemak. Albumin telah direkomendasikan untuk resusitasi volume di
samping larutan elektrolit, karena tidak hanya mengembalikan volume
12
darah, tetapi juga mengikat asam lemak dan dapat menurunkan tingkat
cedera paru. Ventilasi mekanis dan tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP)
mungkin diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi arteri.
Terapi medikasi : Kortikosteroid dosis tinggi efektif dalam mencegah
perkembangan sindrom emboli lemak. Dosis yang lebih rendah mungkin
juga efektif. Terapi bedah : Stabilisasi bedah Prompt patah tulang panjang
mengurangi risiko sindrom emboli lemak.
2.11 Prognosis
Tingkat kematian dari sindrom emboli lemak adalah 5 sampai 20%.
Bahkan kegagalan pernapasan yang terkait dengan emboli lemak jarang
menyebabkan kematian.
Defisit neurologis dan koma dapat berlangsung selama beberapa hari
atau minggu. Berkurangnya residu mungkin termasuk perubahan
kepribadian, kehilangan memori dan disfungsi kognitif.
2.12 Pencegahan
Imobilisasi awal patah tulang tampaknya menjadi cara yang paling efektif
untuk mengurangi kejadian dari kondisi ini.
BAB III
13
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Fokus pengkajian pada pasien dengan emboli lemak adalah :Pada saat
periode laten dari 24 sampai 72 jam antara cedera dan onset gejala. Perhatikan
apakah ada beberapa gejala yang timbul, seperti:
Sesak napas dan nyeri dada. Tergantung pada tingkat keparahan dan dapat
berkembang menjadi kegagalan pernapasan dengan takipnea, peningkatan
sesak napas dan hipoksia.
Demam ( suhu lebih dari 38,3°C) dengan denyut nadi irregular.
Ruam ptekie biasanya di bagian anterior lengan, leher, mukosa mulut dan
konjungtiva. Ruam bersifat sementara dan menghilang setelah 24 jam.
Gejala sistem saraf pusat ( mulai dari sakit kepala ringan sampai dengan
disfungsi serebral yang signifikan seperti gelisah, disorientasi, kejang,
pingsan atau koma).
Renal ( oliguria, hematuria atau anuria)
Adanya manifestasi klinis sindroma emboli lemak pada sistema saraf
pusat sangat sulit dibedakan dengan gangguan murni akibat terjadinya cedera
kepala, akan tetapi dengan anamnesis dan pemeriksaan yang teliti dapat
dibedakan antara keduanya.
14
Pasien dapat dicurigai terjadi fat emboli dengan dasar : adanya riwayat
multiple fraktur, penurunan kesadaran tiba-tiba 48 jam setelah kejadian tanpa
adanya riwayat cedera kepala ataupun riwayat pernah terjadi gangguan neurologis
sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya penurunan GCS, petechiae
yang timbul dalam distribusi di daerah thorax dan axilla (petechiae in vest
distribution), relatif takikardia, dan terjadi peningkatan suhu.
15
SLKI :
- Dyspnea : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5
- Penggunaan otot bantu nafas : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan
ke 4
- pemanjangan fase ekspirasi : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke
5
- frekuensi napas membaik: Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5
- kedalaman napas membaik : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5
SIKI :
MANAJEMEN JALAN NAPAS
2.1 Monitor bunyi napas tambahan
2.2 monitor sputum
2.3 pertahankan kepatenan jalan napas
2.4 posisikan semi fowler atau fowler
2.5 lakukan fisioterapi dada bila perlu
2.6 berikan oksigen jika perlu
2.7 lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
2.8 ajarkan teknik batuk efektif
Kode : D.0010
SLKI :
- Frekuensi Nadi menurun : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5
- Tekanan darah : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4
- Frekuensi napas : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5
- Tingkat kesadaran : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5
SIKI :
Pertolongan Pertama
16
3.1 Identifikasi keamanan penolong pasien dan lingkungan
3.2 identifikasi respon pasien dengan AVPU
3.3 Monitor TTV
3.4 Lakukan RICE pada cidera otot ekstremitas
3.5 Kolaborasi pemberian obat-obatan
Kode :D.0017
SLKI :
- Tingkat Kesadaran : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5
- Tekanan Intra Kranial : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4
- Gelisah : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5
- Nilai rata-rata tekanan darah: Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke
5
SIKI :
MANAJEMEN PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
4.1 Identifikasi penyebab peningkatan TIK
4.2 Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
4.3 Monitor MAP
4.4 Monitor ICP jika tersedia
4.5 Monitor intake dan output cairan
4.6 Berikan posisi semi fowler
D. Evaluasi
Pasien tidak akan mengalami disfungsi pernafasan atauKesulitan
pernafasan.
17
AGD pasien dalam rentang normal.
BAB IV
PENUTUP
18
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
19
CRITICAL CARE NURSING
[RN,_MS,_CCRN,_Sheree_Comer]_Critical_Care_Nursing(BookFi.org)
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.
20