Anda di halaman 1dari 5

RUBRIK PTKMR

PEMERIKSAAN
KESEHATAN PEKERJA RADIASI
DI PTKMR

Maria Evalisa dan Zubaidah Alatas


Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi – BATAN
• Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta – 12440
• PO Box 7043 JKSKL, Jakarta – 12070

Aplikasi radiasi di berbagai bidang disertai Tujuan utama pengawasan kesehatan


dengan risiko kesehatan bagi para pekerjanya. pekerja radiasi adalah untuk mengkaji kebugaran
Berbagai efek radiasi baik yang termasuk sebagai para pekerja pada awal dan selama melakukan
efek deterministik maupun stokastik telah cukup pekerjaan yang berkaitan dengan sumber radiasi.
dikenal. Untuk mencegah dan mengurangi efek Dokter yang bertugas harus mempunyai
radiasi tersebut harus dilakukan upaya proteksi pengetahuan yang cukup mengenai efek radiasi
dalam setiap aplikasi radiasi, antara lain upaya pada kesehatan manusia sehingga mampu
berupa pengawasan terhadap kesehatan para menginformasikan kepada pekerja dan
pekerja radiasi. manajemen mengenai risiko yang mungkin
terjadi pada tempat kerja, termasuk yang terkait
Pengawasan terhadap kesehatan pekerja
dengan dosis radiasi yang melebihi batas yang
radiasi merupakan tanggungjawab dari bagian
telah ditentukan. Beberapa pengawasan khusus
pelayanan kesehatan kerja yang berfungsi untuk:
kemungkinan dibutuhkan pekerja, bergantung
1. mengkaji kesehatan pekerja pada jenis pekerjaan dan status kesehatan pekerja.
2. membantu memastikan kompatibilitas awal Pengawasan khusus yang dimaksud bertujuan
dan selanjutanya antara kesehatan para untuk menentukan kebugaran pekerja:
pekerja dan kondisi tempat kerja a. dalam menggunakan peralatan pelindung
pernapasan
3. membuat dokumentasi mengenai informasi
penting dan bermanfaat yang mencakup: b. dalam menggunakan sumber radiasi
terbuka pada kasus pekerja dengan
a. paparan radiasi akibat kecelakaan atau
penyakit kulit atau kerusakan pada kulit
penyakit akibat kerja
c. dengan kelainan psikologis
b. evaluasi statistik timbulnya penyakit yang
kemungkinan berhubungan dengan
kondisi bekerja Pekerja yang harus mengunakan alat
c. pengkajian kesehatan masyarakat dari proteksi pernapasan dalam melakukan
manajemen proteksi radiasi pada fasilitas pekerjaannya, sebagai contoh saat berada dalam
dimana paparan radiasi pengion akibat tempat kerja terkontaminasi, akan butuh untuk di
kerja dapat terjadi lakukan pemeriksaan terhadap fungsi paru secara
berkala. Pekerja dengan penyakit kulit dapat tetap
d. aspek penyelidikan medikolegal
bekerja dengan sumber radiasi terbuka selama
tingkat aktivitas radionuklida rendah dan
mengikuti ketentuan keselamatan kerja yang telah

88 Buletin Alara, Volume 7 Nomor 3, April 2006, 88 – 92


RUBRIK PTKMR

ditentukan seperti menutup bagian tubuh yang kesehatan yang berbahaya. Pemberitahuan seperti
mungkin berisiko kerusakan. Mungkin diperlukan ini perlu dilakukan baik diminta ataupun tidak
pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk oleh pekerja yang terpapar.
memastikan bahwa penyakit tidak tersebar ke
daerah kulit yang tanpa pelindung. Untuk pekerja Dosis di Atas Nilai B yang Diizinkan:
dengan kelainan psikologis, perhatian utama Ketika paparan yang diterima secara nyata
adalah apakah pekerja tersebut dapat berbahaya lebih besar dari nilai batas tetapi di bawah dosis
bagi dirinya sendiri atau bagi teman kerja, ambang efek deterministik, dokter pekerja
khususnya pada area dengan laju dosis radiasi diharuskan memeriksa dan berkomunikasi dengan
yang tinggi. pekerja, serta menentukan apakah indikator
biologis seperti jumlah limfosit dan aberasi
Manajemen Medis Pekeja yang Terpapar kromosom diperlukan untuk konfirmasi perkiraan
Radiasi Akibat Kecelakaan dosis. Sampel darah harus diambil segera untuk
Pekerja radiasi berpotensi menerima keperluan pemeriksaan khusus tetapi umumnya
paparan radiasi dengan dosis yang tidak tidak diperlukan tindakan lebih lanjut.
diinginkan baik melebihi atau tidak melampaui
nilai batas dosis yang diizinkan, sebagai akibat Dosis pada atau di Atas Dosis Ambang
dari suatu kecelakaan ataupun karena tata kerja Efek Deterministik:
yang salah. Segera setelah terpapar radiasi Jika dosis eksternal yang dikaji untuk
berlebih, manajemen harus melaksanakan seluruh tubuh atau organ diperkirakan di sekitar
penyidikan untuk menentukan dosis yang dosis ambang efek deterministik, tindakan
diterima pekerja. Jika dosis telah diketahui, terapeutik harus dilakukan. Sebagai dasar untuk
kerusakan atau kontaminasi yang akan terjadi, keputusan tersebut, pekerja yang terpapar radiasi
kemudian harus diinformasikan kepada bagian berlebih perlu diperiksa secara klinik dan
pelayanan kesehatan kerja. penemuan abnormalitas atau simptom yang ada
Tindakan terhadap pekerja yang terpapar harus dicatat. Pemeriksaan hematologi akan perlu
radiasi berlebih bergantung pada tingkat dosis. dilakukan dengan tujuan untuk memonitor
Berdasarkan pada tingkat dosis yang diterima, kondisi klinik akibat paparan radiasi. Jika
paparan dibagi atas 3 kategori yaitu: paparan cukup parah yang berisiko mengarah
a. dosis yang mendekati atau tepat di bawah pada sindroma radiasi akut, maka pekerja perlu
nilai batas untuk segera dibawa ke rumah sakit yang
dilengkapi dengan fasilitas untuk tindakan khusus
b. dosis di atas nilai batas tetapi di bawah
yang diperlukan.
dosis ambang efek deterministik pada
organ tertentu Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi
c. dosis pada atau di atas dosis ambang efek merupakan suatu kegiatan yang mutlak perlu
deterministik dilakukan pada setiap fasilitas yang
memanfaatkan radiasi pengion. International
Dosis Mendekati Nilai Batas Dosis yang Atomic Energy Agency telah memberikan
Diizinkan: pedoman untuk pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan ini dalam publikasi Basic Safety
Dosis yang diterima pekerja bila mendekati Standards atau Standar Keselamatan Dasar yang
nilai batas dosis, tidak perlu penyelidikan atau diterbitkan pada tahun 1996. Di Indonesia,
terapi khusus, dan petugas kesehatan kerja perlu beberapa ketentuan hukum yang berkaitan
memberikan penjelasan kepada pekerja bahwa dengan pemeriksaan kesehatan juga telah berlaku,
paparan yang diterima tidak menimbulkan efek yaitu:

Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi di PTKMR (Z. Alatas dan M. Evalisa) 89


RUBRIK PTKMR

1. Undang-Undang No. 10 Tahun 1997 tentang Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi


Ketenaganukliran dimaksud untuk mengetahui status kesehatan dan
kebugaran pekerja radiasi. Dengan pemeriksaan
2. Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2000
kesehatan pekerja radiasi ini ingin dipantau
tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap
kondisi kesehatan pekerja radiasi baik sebelum,
Pemanfaatan Radiasi Pengion
selama maupun sesudah masa kerja. Di samping
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. itu, pemeriksaan kesehatan ini berguna pula
172/MENKES/PER/III/1991 tentang untuk menyesuaikan penempatan pekerja dengan
Pengawasan Kesehatan Pekerja Radiasi kondisi kesehatannya.
4. Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka- Pemeriksaan kesehatan sebelum masa kerja
BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan akan memberikan informasi tentang kondisi
Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. pekerja radiasi pada saat akan mulai bekerja serta

Gambar peralatan analisis sampel klinik

90 Buletin Alara, Volume 7 Nomor 3, April 2006, 88 – 92


RUBRIK PTKMR

penyakit apa saja yang pernah diderita. Masukkan Keselamatan dan Metrologi Radiasi – BATAN.
ini selanjutnya untuk menentukan apakah Lab KKL memberikan pelayanan pemeriksaan
seseorang berdasarkan kesehatannya dapat kesehatan rutin pada pekerja radiasi yang
bekerja sebagai pekerja radiasi. Pemeriksaan meliputi:
selama masa kerja pada prinsipnya dilakukan 1. Pemeriksaan fisik
secara berkala minimal sekali dalam setahun.
Pemaparan terhadap radiasi dan peristiwa 2. Pemeriksaan sinar-X, khusus PA
kontaminasi internal dapat saja terjadi tanpa 3. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
diketahui oleh si pekerja radiasi, karena itu
diperlukan usaha untuk mendeteksi akibat yang 4. Pemeriksaan laboratorium:
ditimbulkannya. Bila dicurigai terjadi penyinaran a. Darah : Hb, hematokrit, eritrosit, leukosit,
dengan dosis berlebih yang diduga berpotensi trombosit, limfosit absolut, monosit
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan absolut, laju endapan darah, segmen
pekerja radiasi maka di luar pemeriksaan absolut, MCHC, MCV, dan MCH
kesehatan secara rutin, dapat dilakukan b. Fungsi ginjal : ureum dan kreatinin
pemeriksaan kesehatan tambahan. Pemeriksaan c. Asam urat
kesehatan rutin meliputi pengambilan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan d. Fungsi hati: SGOT, SGPT, Albumin dan
laboratorium. Sedangkan pemeriksaan kesehatan Bilirubin direct
tambahan yang perlu dilakukan pada kasus e. Gula darah
paparan radiasi berlebih atau dosis tinggi, antara f. Lemak: kolesterol total, HDL, LDL, dan
lain aberasi kromosom dan jumlah sel sperma. trigliserida
Laboratorium Keselamatan, Kesehatan, dan g. Urin rutin
Lingkungan (Lab KKL) merupakan laboratorium
pengujian yang mengkhususkan diri pada
pengujian terhadap Keselamatan dan Kesehatan Selain itu juga terdapat pelayanan
Pekerja Radiasi, Daerah Kerja Radiasi, Sarana pemeriksaan kesehatan tambahan atau khusus
Proteksi Radiasi, dan Lingkungan. Lab KKL bila pekerja terpapar radiasi berlebih yaitu
bernaung di bawah pengelolaan Pusat Teknologi pemeriksaan jumlah sel sperma dan aberasi

Peralatan utama untuk pemeriksaan


aberasi kromosom

Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi di PTKMR (Z. Alatas dan M. Evalisa) 91


RUBRIK PTKMR

kromosom. Pemeriksaan aberasi kromosom DAFTAR PUSTAKA:


bentuk disentrik dilakukan pada sel darah limfosit 1. IAEA, ILO, and WHO. Health Sueveillance of Persons
untuk memprediksi risiko efek radiasi pada Occupationally Exposed to Ionizing Radiation:
tubuh. Dengan demikian pemeriksaan aberasi Guidance for Occupational Physicians. Safety Reports
Series No. 5. IAEA, Vienna. 1998.
kromosom sangat penting untuk keperluan
proteksi radiasi bagi para pekerja radiasi. 2. IAEA, FAO, ILO, NEA/OECD, PAHO, and WHO.
Semakin tinggi frekuensi aberasi kromosom International Basic Safety Standards for Protection
against Ionizing Radiation and for Safety of Radiation
disentrik yang dijumpai, semakin besar tingkat Sources. Safety Series No. 115. IAEA, Vienna. 1996.
kerusakan yang terjadi pada tubuh sebagai
konsekuensi dari dosis radiasi yang diterima. 3. Undang-Undang No. 10 Tahun 1007 tentang
Ketenaganukliran.
Kisaran dosis radiasi yang dapat menginduksi
pembentukan aberasi kromosom antara 25 cGy – 4. Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2000 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan
800 cGy (sinar γ dan X). Kebolehjadian
Radiasi Pengion.
terbentuknya disentrik sekitar 2,22 ± 10-4/cGy.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
172/MENKES/PER/III/1991 tentang Pengawasan
Untuk mendapatkan layanan dapat menghubungi Kesehatan Pekerja Radiasi.

Divisi Jasa Teknologi Kostranda, 6. Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka-


BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja
PTKMR- BATAN Terhadap Radiasi.
Jl. Cinere Pasar Jumat Kotak Pos 7043 JKSKL,
Jakarta 12070 7. IAEA. Cytogenetic Analysis for Radiation Dose
Assessment. A Manual. Technical Reports Series No.
e-mail: djkt.PTKMR@inbox.com 405. IAEA, Vienna. 2001.
Telp. : (021) 7513906 ext.154 dan
(021) 7654241 ext.101
Fax. : (021) 7657950 dan
(021) 7654184 ext.102

92 Buletin Alara, Volume 7 Nomor 3, April 2006, 88 – 92

Anda mungkin juga menyukai