Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SODOMI DAN PELECEHAN SEKSUAL

Oleh:

Nama: JUNAIDI RAHMAN


Nim: 1500024191
Kelas: A

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AHYMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1. LatarBelakang
Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasang laki-laki dan perempuan sebagai
nikmat yang Allah berikan kepada manusia itu sendiri.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan biologis dari manusia itu (tentunya dalam lingkaran
pernikahan), hikmah dari penciptaan manusia yang berpasang-pasang ini juga supaya
manusia mampu mempertahankan peradaban manusia dari kepunahan. Sehingga dalam
prakteknya, fitrah manusia memiliki kecenderungan menyukai lawan jenis, dan memang
seperti itulah yang Allah kehendaki.
Manusia memang makhluk yang unik, ada-ada saja penyelewengan yang dilakukan
manusia. Dari menentang perintah Allah hingga menyelewengkan fitrah sebagai seorang
manusia yang sempurna. Salah satunya yang akan kami bahas dalam makalah kami ini
adalahLiwath (Homo). Apa pengertian Liwath, pelecehan seksual bagaimana
HukumnyadanSanksinya, apa bahaya dari Liwath, kami mencoba menguraikannya dalam
makalah ini.
2. Rumusan masalah
a. Apa pengertian pelecehan seksual dan sodomi??
b. Apa hukum sodomi dan pelecehan seksual?
3. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian sodomi dan pelecehan seksual
b. Untuk mengetahui hukum sodomi dan pelecehan seksual
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sodomi dan Hukumnya Menurut Agama Islam


1. Pengertian
Pengertian Liwath (Sodomi) atau seksual analisme ialah pemakaian anus untuk
bersenggama. Dalam ensiklopedi agama dan filsafat, Liwath (Sodomi) dalam bahasa Arab
artinya melakukan jima (persetubuhan) melalui lubang dubur yang dilakukan oleh sesama
pria.
Dalam al-Quran perilaku liwath disebut dengan kata fahisyah. Firman Allah surah al-
A’raf : 80.
Dan (Kami juga Telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
Berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum kamu?”
Menurut Muhammad Ali al-Shabuni,kata fahisyah diartikan pelampiasan nafsu seks
laki-laki kepada sesama jenisnya melalui dubur. Pengertian ini sama dengan pengertian
Liwath (Sodomi) dalam referensi yang sudah disebutkan.
Muhammad Ali al-Sabuni menjelaskan bahwa kaum yang pertama kali melakukan
liwath (sodomi) adalah kaum Nabi Luth as yang tinggal di daerah Sodom. Keburukan paling
besar dan tiada taranya dari kaum Nabi Luth as. setelah kemusyrikan adalah sodomi. Karena
itu, Nabi Luth as mengecam mereka setelah menegaskan ketulusan dan kebebasan
motivasinya dari segala kepentingan duniawi.
Kaum Nabi Luth as. itu diberi gelar oleh Nabi Luth as. dengan “qoumun adun”.
Kata‘adun adalah bentuk jamak dari kata adiy yaitu yang melampaui batas haq/kewajaran
dengan melakukan kebatilan, pelampauan batas yang menjadi penutup ayat ini
mengisyaratkan bahwa kelakuan kaum Nabi Luth as. itu melampaui batas fitrah
kemanusiaan, sekaligus menyia-nyiakan potensi mereka yang seharusnya ditempatkan pada
tempatnya yang wajar, guna kelanjutan jenis manusia.
2. Hukum Sodomi
Syari’at Islam memandang bahwa perbuatan homoseks itu haram, dan para ulama
juga telah sepakat tentang keharamannya. Mereka hanya berbeda pendapat mengenai
hukuman yang layak diberlakukan kepada pelaku.
Perbuatankaum homo, baik gay atau lesbian merupakankejahatansehingganegara
Indonesia pun mengaturhukumanuntukparapelakunya yang diancamdenganpidanapenjara
paling lama lima tahunmenuruthukumpidana di Indonesia (pasal 292 KUHP).
Berikut beberapa pendapat dari para ulama mengenai hukuman palaku homoseks:
a) Imam Syafi’i, pasangan homoseks dihukum mati berdasarkan hadits Nabi:
َ ‫طِِفَا ْقتُلُ ْواِفَا ِع ُل‬
ِ‫ِِوِال َم ْفعُ ْو ُلِِبِ ِه‬ َ ‫ع َم َلِِقَ ْو ِمِِلُ ِْو‬
َِ ِِ‫ِِو َجدْت ُ ُم ْوهُِِيَ ْع َم ُل‬
َِ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa orang yang menjumpaiberbuathomosekssepertipraktekkaumLuth,
makabunuhlahsipelakudan yang diperlakukan (pasangannya)”
Menurut al-Mundziri, khalifah Abu Bakardan Ali
pernahmenghukummatiterhadappasanganhomoseks.
b) Al-Auza’I, Abu Yusuf, hukumannya disamakan dengan hukuman zina, yakni hukuman
dera dan pengasingan untuk yang belum kawin, dan dirajam untuk pelaku untuk pelaku yang
sudah kawin. Hal iniberdasarkanhaditsNabi:
ِ َ‫ِِالر ُج َلِِفَ ُه َماِزَِانِي‬
ِِِِِ‫ان‬ َّ ‫َىِالر ُج ُل‬
َّ ‫إذَاِأَت‬
“Apabilaseorangpriaberhubunganseksdenganprialain, makakedua-
duanyaadalahberbuatzina”
c) Abu Hanifah, pelakuhomoseksdikenakanta’zir, sejenishukuman yang bertujuanedukatif,
danberatringanhukumanta’zirdiserahkankepadapengadilan.
Hukumanta’zirdijatuhkankepadakejahatanataupelanggaran yang
tidakditentukanmacamdankadarhukumannyaolehnash al-Qur’an danHadits.
Berdasarkan pendapat di atas, menurut Asy-Syaukani sebagaimana dikutip oleh Sayid
Sabiq bahwa pendapat pertamalah yang kuat karena berdasarkan nash shahih yang jelas
maknanya, sedangkan pendapat kedua dianggap lemah karena memakai qiyas, padahal ada
nashnya dan sebab hadits yang dipakainya
lemah.Demikianjugapendapatketigadianggaplemahkarenabertentangandengannash yang
telahmenetapkanhukumanmati (hukuman had), bukanhukumanta’zir.
Untukpelaku lesbian menurutSayyidSabiq, bahwa lesbian dihukumta’ziryaituhukuman
yang beratringannyadiserahkankepadapengadilan.Jadihukuman lesbian
lebihringanbiladibandingkan gay.Menurutnya lesbian mendapathukuman yang
lebihringandibandingkan gay, karenaresikoataubahaya lesbian jugalebihringan. Hal
inidisebabkankarena lesbian
melakukanhubunganseksdengancaramenggesekansajatanpamemasukanalatkelaminnya,
berbedadengan gay. Lesbian jugadisamakansepertihalnyaseorangpriabersentuhanlangsung
(pacaran) denganwanitabukanistrinyatanpamemasukanalat vital kedalam
vagina.SehinggamenurutSayidSabiqperbuatan Lesbian bukanmerupakanzina, tapitetap haram
danmendapathukumanta’zir.
B. Pengertian Pelecehan Seksual dan Hukumnya
1. Pengertian
Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang
dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran hingga
menimbulkan reaksi negatif: rasa malu, marah, tersinggung dan sebagainya pada diri orang
yang menjadi korban pelecehan.
Pelecehan seksual terjadi ketika pelaku mempunyai kekuasaan yang lebih dari pada korban.
Kekuasaan dapat berupa posisi pekerjaan yang lebih tinggi, kekuasaan ekonomi, "kekuasaan"
jenis kelamin yang satu terhadap jenis kelamin yang lain, jumlah personal yang lebih banyak,
dsb.
Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, meliputi: main mata, siulan nakal,
komentar yang berkonotasi seks, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di
bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan
dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual sampai
perkosaan.Pelecehan juga dapat berupa komentar/perlakuan negatif yang berdasar pada
gender, sebab pada dasarnya pelecehan seksual merupakan pelecehan gender, yaitu pelecehan
yang didasarkan atas gender seseorang, dalam hal ini karena seseorang tersebut adalah
perempuan.
Seperti: " Tugas perempuan kan di belakang....", "Tidak jadi dinikahi, karena sudah tidak
perawan lagi....".
Pelaku kekerasan seksual yang biasanya merupakan keluarga dekat, misalnya: teman
dekat, kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka agama, atasan, dan
sebagainya.Menurut data statistik kejahatan seksual WHO 1993, 60-78% pelaku tindak
kekerasan seksual adalah orang yang dikenal korban. Dalam banyak kasus lainnya, perkosaan
dilakukan oleh orang-orang yang baru dikenal dan semula nampak sebagai orang baik-baik
yang menawarkan bantuan, misalnya mengantarkan korban ke suatu tempat.Pelecehan
seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, seperti di bus, pabrik, supermarket, bioskop,
kantor, hotel, trotoar, dsb baik siang maupun malam.
Pelecehan seksual di tempat kerja seringkali disertai dengan janji imbalan pekerjaan
atau kenaikan jabatan. Bahkan bisa disertai ancaman, baik secara terang-terangan ataupun
tidak. Kalau janji atau ajakan tidak diterima bisa kehilangan pekerjaan, tidak dipromosikan,
dimutasikan, dsb. Pelecehan seksual bisa juga terjadi tanpa ada janji atau ancaman, namun
dapat membuat tempat kerja menjadi tidak tenang, ada permusuhan, penuh tekanan,
dsb.Hampir semua korban pelecehan seksual adalah perempuan tidak memandang status
sosial ekonomi, usia, ras, pendidikan, penampilan fisik, agama, dsb.
2. Hukum pelecehan seksual
Pakar fikih Dr. Nirwan Syafrin mengatakan, “pelecehan seksual adalah bentuk
kejahatan berat, karena pelecehan seksual, apalagi pemerkosaan sama saja dengan merusak
kehormatan seseorang. Sementara, Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga kehormatan,
selain keharusan menjaga agama dan keturunan.” Ia bahkan mengutip surah Al-Maidah:33
untuk menghukum kaum yang suka melecehkan seperti ini.
‫ِيه ْم َوأَ ْر ُجلُ ُهم‬
ِ ‫صلَّبُواْ أ َ ْو تُقَ َّط َع أَ ْيد‬
َ ُ‫سادا أَن يُقَتَّلُواْ أ َ ْو ي‬َ َ‫ض ف‬ ِ ‫سعَ ْونَ فِي األ َ ْر‬ْ َ‫سولَهُ َوي‬ ِ ‫إِنَّ َما ج ََزاء الَّ ِذينَ يُح‬
ّ َ‫َاربُون‬
ُ ‫للاَ َو َر‬
‫عذَاب ع َِظيم‬ ِ ‫ض ذَ ِلكَ لَ ُه ْم ِخ ْزي فِي ال ُّد ْنيَا َولَ ُه ْم فِي‬
َ ‫اآلخ َر ِة‬ ِ ‫“م ْن ِخالف أَ ْو يُن َف ْواْ ِمنَ األ َ ْر‬Sesungguhnya
ِّ pembalasan
terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di
muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka
dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu
(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan
yang besar.” (QS; al-Maidah [5]: 33) Jadi, secara hukum, pelecehan seksual itu tidak bisa
dianggap perkara ringan, karena menyangkut kehormatan seseorang. Dan, Indonesia akan
terhindar dari berkembangnya kasus pelecehan seksual manakala hukum Allah itu
ditegakkan. Masalahnya, sebagian orang terlanjur apriori, sehingga tidak melihat ketegasan
hukum Islam yang telah terbukti efektif mengatasi berbagai macam persoalan sosial di
masyarakat. Pencegahan Menariknya, meski banyak wanita dan kaum perempuan mendapati
pelecehan di mana-mana, namun ketika disodorkan hukum Islam untuk melindungi harga-diri
mereka, mereka buru-buru menolak beramai-ramai dan alergi. Para pejabat, pemangku
kepentingan negara ini bahkan masih belum rela jika disebut hukum Islam. Jika pengelola
Negara masih alergi terhadap Islam, maka sebaiknya para Muslimah harus mampu memiliki
komitmen diri menerapkan Islam pada diri sendiri. Ada beberapa tips untuk para Muslimah.
Pertama, berbusanalah sesuai ajaran Islam. Soal busana dalam Islam bukan soal remeh
apalagi sekedar selera. Berbusana adalah soal iman dan kehormatan diri. Maka Islam
memberi ancaman berat kepada wanita mengaku Muslimah tapi berpakaian tidak sesuai
ajaran Islam. Oleh karena itu setiap kepala keluarga harus benar-benar bisa mengarahkan istri
ِ ‫يَا أَيُّهَا النَّ ِب ُّي قُل ِّأل َ ْز َو‬
َ ِ‫اجكَ َوبَنَاتِكَ َون‬
dan anak-anak perempuannya untuk selalu menggunakan jilbab. ‫سا‬
‫ا ْل ُمؤْ ِم ِنين‬
‫غفُورا َّر ِحيما‬ َّ َ‫علَي ِْهنَّ ِمن َج َال ِبيبِ ِهنَّ ذَ ِلكَ أ َ ْدنَى أَن يُ ْع َر ْفنَ فَ َال يُؤْ ذَ ْينَ َوكَان‬
َ ُ‫للا‬ َ َ‫“ََ يُ ْدنِين‬
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS:Al Ahzab [33]: 59).
Ironisnya, di negeri ini kecantikan seorang wanita selalu diidentikkan dengan keindahan
wajah, kulit, rambut. Untuk yang ini bahkan harus dilombakan. Sementara para orangtua
tidak memiliki perhatian serius masalah aurat pada anak-anak perempuan mereka. Kedua,
selalulah ditemani muhrim ketika hendak melakukan urusan-urusan di luar rumah, terutama
ketika membutuhkan waktu panjang dan perjalanan jauh. Kecuali bisa dipastikan aman,
seperti ke sekolah, mengajar atau sebagainya. Namun dalam situasi seperti ini, ditemani
muhrim akan jauh lebih baik dan menentramkan. Maka dari itu, seorang Muslimah harus
benar-benar memperhitungkan aktivitas yang akan dilakukannya. Apakah keluar rumahnya
itu memang sangat penting atau biasa-biasa saja. Jika jelas makan waktu lama sampai harus
pulang malam, maka meminta bantuan muhrim untuk menemani adalah langkah bijaksana.
Ketiga, hindari pamer wajah yang dapat mengundang fitnah, khususnya dari lawan jenis. Hari
ini banyak wanita memasang foto secara tidak selektif, apalagi menabrak batasan syariat
sama saja membuka diri untuk direspon keliru oleh orang lain. Bagaimana tidak, semua mata
lelaki bisa melihat. Ini tentu sangat tidak menguntungkan bagi siapa pun juga. Ini biasanya
awal pintu masuk pelecehan seksual. Keempat, berikan kecantikan dan dandanan kita hanya
kepada suami semata, bukan orang lain. Apalagi kemapa teman-teman di jejaring sosial.
Hanya suami yang boleh melihat dan menikmati kecantikan kita sebagai wanita. Di tempat
kita yang terjadi malah terbalik. Banyak wanita berhias ketika keluar rumah, sementara di
rumah biasa-biasa saja. Kelima, hindari wangi-wangian di luar rumah, kecuali untuk suami.
Islam menyuruh umatnya bersijap rapi, harum dan bersih. Karenanya, kaum Adam
disunnahkan menggunakan wewangian saat ke masjid. Sebagaimana Rasulullah Saw
bersabda: ِ‫يح َها‬ ِ ‫تِِ َعلَىِقَ ْومِِ ِليَ ِجد‬
ِ ‫ُواِم ْن‬
ِ ‫ِِر‬ ْ ‫تِِفَ َم َّر‬ َ ‫سلَّ َمِِأَيُّ َماِا ْم َرأَةِِا ْست َ ْع‬
ْ ‫ط َر‬ َ ‫ِِو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ‫ىَِللاُِِ َعلَ ْي ِه‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِِِ‫َِِللا‬ َ ‫ِِاْل َ ْش َع ِري ِِِقَا َلِِقَا َل‬
ُ ‫ِِر‬ ْ ‫َع ْن‬

َ ‫ )رواهِالنسائي(فَ ِه‬Artinya: Dari Abu Musa al-Asy’ari berkata: “Rasulullah Saw bersabda:
ِِ‫يِِزَ انِ َية‬
“Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian keluar rumah dan berjalan
melewati satu kaum sehingga mereka dapat mencium baunya, maka ia adalah wanita pezina.”
(HR: an-Nasa’I). Keenam, jika pun terpaksa harus keluar maka harus meminta izin keluarga,
suami atau orang-orang terdekat dengan kita dengan catatan handphone harus aktif selalu,
sehingga kalau terjadi sesuatu di perjalanan, keluarga bisa segera mengambil tindakan cepat
dan tepat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ø Sodomi (liwath) adalah hubungan seksual melalui anus atau dubur. Dan hukumnya dilarang
oleh agama
Ø Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang
dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran hingga
menimbulkan reaksi negatif: rasa malu, marah, tersinggung dan sebagainya pada diri orang
yang menjadi korban pelecehan. Hukumnya dilarang baik menurut agama maupun negara
B. Saran
Sebagai orang muslim seharusnya harus dapat menjaga dari perbuatan yang
dilarang, agar mendapatkan keridoan Alloh SWT. Selanjutnya demi terbentuknya makalah
yang lebih baik untuk masa mendatang kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun
DAFTAR PUSTAKA

ü Muhammad Ali al-Sabuni, Shofwah al-Tafasir, (Beirut Lebanon: Dar al-Fikr, t.th).
ü Imam Muwafiquddin ibn Qudamah, Al-Mughni, (Beirut Lebanon: Darul Kutub al-Alamiyyah,
t.th).
ü Marzuki Salabah, Perilaku Seks Menyimpang dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam,
(Jakarta: UII Press, 2001).
ü Mochtar Efendy, Ensiklopedi Agama Filsafat, (Surabaya: Universitas Sriwijaya, 2001).
ü http://rumaysho.com/faedah-ilmu/perlakuan-islam-terhadap-pelaku-homoseksual-dan-lesbian-
578
ü http://islamind.blogspot.com/2011/12/hukuman-pelaku-
liwathsodomi_17.html?showComment=1350479205605#c384017856349311729

Anda mungkin juga menyukai