Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses pelindian merupakan proses pelarutan yang mana dalam
keberlangsungannya membutuhkan bijih dengan ukuran tertentu agar proses
tersebut dapat berjalan dengan optimal.
Uji penggerusan adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui waktu
grinding yang dibutuhkan untuk mencapai 80% lolos screen pada ukuran
tertentu (P80), biasanya dilakukan untuk screen 75 micron atau ukuran screen
lainnya yang disesuaikan dengan derajad liberasi bijih atau pertimbangan
lainnya.
Uji penggerusan pada praktikum ini dilakukan untuk sampel dengan berat
1 kg.

1.2. Tujuan Praktikum


a) Mengetahui prosedur uji penggerusan
b) Mengetahui prinsip kerja proses crushing dan grinding
c) Mengetahui pengaruh ukuran bijih dengan derajad liberasi dan
hubungan terhadap proses pelindian
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Kosep Dasar


Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir sehingga menjadi
lebih kecil dari ukuran semula. Selain untuk mereduksi ukuran butir,
kominusi juga untuk meliberasi bijih, yaitu proses melepaskan mineral
bijih dari ikatannya yang merupakan gangue mineral. Kominusi atau
pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses PBG yang
bertujuan untuk :
1. Membebaskan/meliberasi (to liberate) mineral berharga dari material
pengotornya.
2. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan
kebutuhan pada proses berikutnya.
3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak
dengan zat lain, misalnya reagen flotasi.
Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu :
1. Peremukan/pemecahan (crushing)untuk proses kering
2. Penggerusan/penghalusan (grinding)untuk proses basah dan kering
Disamping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan,
bisa terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap pertama/primer (primary stage)
2. Tahap kedua/sekunder (secondary stage)
3. Tahap ketiga/tersier (tertiary stage)
4. Kadang-kadang ada tahap keempat/kwarter (quaternary stage)

2.2. Faktor yang Mempengaruhi


Faktor yang mempengaruhi dalam crushing dan grinding:
a) Ukuran umpan
b) Kecepatan pengumpanan
c) Sifat fisik material
d) Kapasitas alat
e) Cara kerja alat
f) Variasi setting alat
g) Jumlah grinding media
h) Ukuran grinding media
i) Sifat fisik grinding media
j) Gaya yang bekerja
k) Waktu grinding
l) Perbandingan volume total grinding mill dengan material
Faktor yang mempengaruhi dalam ayakan:
a) Teknik mengayak
b) Kondisi lubang ayakan
c) Waktu mengayak
d) Kecepatan pengumpanan
e) Ketebalan umpan
f) Ukuran butir umpan
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Peralatan dan Perlengkapan


Alat:
a) Jaw Crusher
b) Rod Mill
c) Grinding mill
d) Stopwatch
e) Cawan
f) Set ayakan (28#, 48#, 100#, 150#, 200#, 270#, pan)
g) Kuas
Bahan:
a) 500gram bijih

3.2. Prosedur Praktikum


a) Menyiapkan sampel bijih sebanyak 500 gram
b) Meremuk sampel dengan menggunakan laboratory jaw crusher
sampai 100% lolos 5 mm
c) Meremuk kembali sampel dengan menggunakan laboratory jaw
crusher sampai 100% lolos 3 mm
d) Membersihkan laboratory mill beserta grinding media (ball) mill
e) Memasukkan sampel ke dalam grinding mill, lalu memasukkan
grinding media atau rod mill sebanyak 8 buah
f) Mempesiapkan kondisi grinding mill untuk siap dijalankan.
g) Melakukan proses grinding selama 15 menit
h) Bila waktu yang ditentukan sudah terpenuhi, mengambil sampel
dari dalam mill, dan melakukan sizing kering dengan ukuran sieve
28#, 48#, 100#, 150#, 200#, 270#, pan
i) Memastikan sampel diayak dengan baik dan menimbang sampel
yang diperoleh pada fraksi ukuran tertentu
j) Hitung kumulatif lolos pada 75 mikron atau -200#

3.3. Gambar peralatan


1. Jaw crusher
Jaw crusher digunakan untuk menghancurkan
berbagai material,terutama batuan jenis
pertambangan seperti batu granit, kokas, batu
bara,bijih mangan, bijih besi, ampelas, melebur
aluminium, oksida, kalsiumkarbida menyatu,
batu kapur, kuarsit, paduan, dll.

2. Grinder Mill
Rod mill dengan media penggerus berupa batang-
batang baja. Grinding merupakan proses
pengecilan ukuran. Berbeda dengan crusher, pada
proses grinding memanfaatkan gaya shearing
stress sehingga dihasilkan ukuran material yang
halus. Material penggiling yang digunakan serta
proses berlangsungnya grinding disesuaikan
denga ukuran yang diinginkan dan derajat
liberasinya.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1. Tabulasi Data


Tabel 4.1
Perhitungan % kumulatif lolos grinding I
Grinding Pertama Waktu (menit) 15
Ukuran Lubang Ayakan (#) Berat Produk (gram) Kumulatif % Lolos (%)
28 # 0 0
48 # 0 0
100 # 1 0,218435998
150 # 6,9 1,507208388
200 # 89 19,44080384
270 # 187,4 40,93490607
pan 173,5 37,8986457
Jumlah 457,8

Tabel 4.2
Perhitungan % kumulatif lolos grinding II
Grinding Kedua Waktu (menit) 10
Ukuran Lubang Ayakan (#) Berat Produk (gram) Kumulatif % Lolos (%)
28 # 0 0
48 # 0 0
100 # 0 0
150 # 6,2 1,354895105
200 # 3,7 0,808566434
270 # 420,3 91,84877622
pan 27,4 5,987762238
Jumlah 457,6

4.2. Perhitungan Data


Membandingkan % kumulatif lolos grinding I (15 menit) dengan grinding
II (10 menit)
Grinding
Jumlah
Grinding P80(%) Waktu (menit)
I 78,83355177 10
II 97,83653846 15

Grafik p80
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Analisis Data


Proses crushing dan grinding di lakukan untuk mereduksi ukuran
mineral sehingga mineral dapat terliberasi dari mineral pengotornya. Uji
penggerusan adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui waktu grinding
yang dibutuhkan untuk mencapai 80% lolos pada ukuran tertentu (P80)
pada ukuran 75 mikron atau -200#.
Pada pengujian, proses grinding I dilakukan dengan waktu 15
menit menghasilkan kumulatif % lolos -200# sebesar 78,83%. Kemudian
dilanjutkan dengan proses grinding II dilakukan dengan waktu 20 menit
menghasilkan kumulatif % lolos -200# sebesar 97,83%.
Dengan hasil dari kedua data di atas dapat dilakukan perhitungan
menggunakan regresi untuk menentukan waktu yang dibutuhkan agar
tercapai passing 80 (P80) dari produk. Dari hasil perhitungan
menggunakan regresi di butuhkan waktu grinding selama 10,5 menit.

5.2. Aplikasi

BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
 Proses kominusi, yaitu proses pengecilan ukuran bijih dengan cara
peremukan dan penggerusan sehingga mineral berharga dapat
terlepas dari mineral gangue dan mempermudah proses konsentrat.
Mekanisme peremukan yang terjadi pada material adalah abrasi,
kompresi, dan impact. Peremukan dilakukan melalui dua tahapan,
yaitu tahap pertama (dengan Jaw Crusher, Gyratory Crusher), dan
tahap kedua (Cone Crusher, Roll Crusher).
 Pada praktikum, primary crushing menggunakan jaw crusher
dengan mekanisme kerja seperti rahang manusia, dengan satu jaw
bergerak meremukkan. Pada secondary crushing dengan roll
crusher, yang cara kerjanya berdasarkan rotasi yang
mengakibatkan materi terjepit dan teremukkan.

6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai