Anda di halaman 1dari 108

Referat

GAMBAR RADIOLOGI
CONGESTIVE HEART FAILURE

Oleh:
Istiqomah, S.Ked
Shopia Mabella, S.Ked
Siti Aminah Multazamiyah, S.Ked

Preseptor :
dr. Silman Hadori, Sp.Rad.,MH.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

“GAMBAR RADIOLOGI CONGESTIVE HEART FAILURE”

Yang diajukan oleh:

1. Istiqomah, S.Ked 19360061


2. Shopia Mabella, S.Ked 19360070
3. Siti Aminah Multazamiyah, S.Ked 19360073

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Studi


Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati Bandar Lampung.

Mengetahui:

dr. Silman Hadori, Sp.Rad.,MH.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas referat ini dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi yang
berjudul ”GAMBARAN RADIOLOGI CONGESTIVE HEART FAILURE”.
Kami menyadari bahwa penulisan referat ini tidak akan selesai tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. dr. Silman Hadori, Sp.Rad.,MH.Kes selaku pembimbing referat kami yang
telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran yang
sangat berharga kepada kami selama menyusun referat ini.
2. Teman-teman bagian Radiologi yang telah banyak membantu dan
mendukung kami hingga akhirnya tersusunlah referat ini.
3. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan referat ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa dalam referat ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun tentunya sangat kami harapkan. Semoga segala bantuan berupa
nasehat, motivasi, masukan dan budi baik semua pihak akan mendapat rahmat,
karunia dan pahala yang diridhoi oleh Allah SWT. Dan semoga referat ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak, khususnya di bagian Ilmu Radiologi. Aamiin.

Bandar Lampung, Mei 2019


Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3


2.1 Anatomi Jantung 3
2.2 Fisiologi Jantung 8
2.3 Definisi Congestive Heart Failure (CHF) 10
2.4 Epidemiologi 11
2.5 Klasifikasi 13
2.6 Etiologi 16
2.7 Faktor Resiko 19
2.8 Gejala dan Tanda 19
2.9 Patofisiologi 21
2.10 Diagnosis 26
2.11 Penatalaksanaan 29
2.12 Komplikasi 31
2.13 Prognosis 32

BAB III GAMBARAN RADIOLOGI 33


3.1 Radioposisi 33
3.2 Radianatomi 46
3.3 Radiopatologi 61

BAB IV KESIMPULAN 73

DAFTAR PUSTAKA

iv

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Gagal jantung 16

Tabel 2. Gejala dan Tanda Gagal Jantung 20

Tabel 3. Densitas Foto X-Ray 33

Tabel 4. Keuntungan & Kerugian Penggunaan Foto X-Ray 34

Tabel 5. Kelebihan dan Kekurangan USG Thorax 41

Tabel 6. Scan Parameter 45

Tabel 7. Struktur yang dinilai pada Foto Thoraks 47

Tabel 8. Abnormalitas Foto Toraks yang umum ditemukan


pada Gagal Jantung 67

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Struktur Anatomi Jantung Bagian Dalam 3

Gambar 2. Pandangan Inferior Bagian Melintang dari Rongga


Thoraks menunjukan Jantung di Mediastinum 4

Gambar 3. Pandangan Anterior Jantung di Rongga Thoraks 5

Gambar 4. Sirkulasi Jantung dan Pembuluh Darah 9

Gambar 5. Patofisiologi Gagal Jantung 24

Gambar 6. Posisi Pasien (PA) 36

Gambar 7. Posisi Pasien (AP) 38

Gambar 8. Posisi Pasien (Lateral) Diafragma dikatakan


Mendatar 39

Gambar 9. Posisi Probe pada USG Thorax 42

Gambar 10. Posisi Probe Lateral pada USG Thorax 42

Gambar 11. Posisi Probe 42

Gambar 12. Gambar Posisi Pasien CT-Scan Thorax 44

Gambar 13. Gambar Posisi Pasien MRI Thorax 46

Gambar 14. Radioanatomi Foto Thorax PA 48

Gambar 15. Batas-batas Jantung 49

Gambar 16. Gamabar Radioanatomi FotoThorak PA 49

Gambar 17. Radioanatomi FotoThorak Lateral Kiri 50

Gambar 18. Radigrafi Toraks Lateral Mediastinum 51

Gambar 19. Cara Pengukuran CTR 52

Gambar 20. Gambar USG Jantung Normal 53

Gambar 21. CT-Scan Jantung Potongan Axial A 54

Gambar 22. CT-Scan Jantung Potongan Axial B 55

vi

Gambar 23. CT-Scan Jantung Potongan Coronal 56

Gambar 24. CT-Scan Jantung Potongan Sagital 56

Gambar 25. MRI Jantung Potongan Axial 57

Gambar 26. MRI Jantung Potongan Sagital 58

Gambar 27. MRI Jantung Potongan Parasagital 59

Gambar 28. MRI Jantung Potongan Sagital 60

Gambar 29. Cardiomegaly All Camber 62

Gambar 30. Cardiomegali dengan Perihilar yang Terlihat


Kabur 63

Gambar 31. Peribronchial cuffing tampak seperti gambaran donat


kecil pada bronkus 63

Gambar 32. Garis kerley A, Garis Kerley B, dan Kerley C 64

Gambar 33. Garis kerley B tampak berupa garis putih horizontal


yang pendek-pendek pada bagian basal paru 64

Gambar 34. Efusi Pleura Tampak pada Thorax PA 65

Gambar 35. Ilustrasi Gambaran Foto Thorax Pasien CHF 66

Gambar 36. Congestive Heart Failure 66

Gambar 37. USG paru menunjukkan garis B multiple pada kasus


edema paru kardiogenik. Jika pola seperti ini ditemukan
pada banyak lokasi di anterior dan lateral dada, hal ini
merupakan diagnosis sindrom interstitial 68

Gambar 38. Pola sonografi tipikal dari sindrom difus alveolar


interstitial (kiri) dan radiografi dada (kanan) pada kasus
edema paru kardiogenik akut. Pada gambaran sonografi
kedua sisi, adanya artefak beberapa ekor komet yang
saling berdekatan (minimal 3 per scan dan pada semua
area dada) dapat dengan mudah di bedakan.
Gambar-gambar tersebut menunjukkan pola
sonografi B+ sesuai dengan temuan radiologi dari
edema paru. 69

Gambar 39. CT-Scan CHF 71

vii

Gambar 40. MRI CHF 72

viii

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan terkini memperlihatkan, penyakit kardiovaskular telah

menjadi suatu epidemi global yang tidak membedakan pria maupun wanita, serta

tidak mengenal batas geografis dan sosio-ekonomis.1

Gagal jantung merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang

progresif dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di negara maju

maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi gagal jantung terus

meningkat bersamaan dengan bertambah-nya usia. Gagal jantung dapat terjadi

pada semua usia tergantung pada penyebabnya. Gagal jantung didefinisikan

sebagai suatu kondisi patologis, dimana jantung sebagai pompa tidak mampu lagi

memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk

metabolisme jaringan tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung

masih cukup tinggi.2

Dari 4,8 juta penduduk Amerika, sekitar 400.000 penduduk yang

terdiagnosa terkena penyakit gagal jantung kongestif per tahunnya. Sekitar 1,5-

2% orang dewasa di Amerika Serikat menderita CHF (Congestif Heart Failure),

terjadi 700.000 perawatan di rumah sakit per tahun. Di Inggris, sekitar 100.000

pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun karena gagal jantung, dan hal ini

merupakan 5% dari total perawatan medis yang ada dan menghabiskan lebih dari

1% dana perawatan kesehatan di negara tersebut.1

1
2

Di Indonesia, sekitar 3-20 per 1000 orang pada populasi mengalami gagal

jantung, dan prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia yaitu 100 per

1000 orang pada usia di atas 65 tahun. Gagal jantung merupakan penyakit

tertinggi pertama berdasarkan kunjungan pasien rawat inap di bangsal perawatan

penyakit jantung pada tahun 2012.1

Prevalensi gagal jantung berdasarkan yang terdiagnosis dokter atau gejala

sebesar 0,3%, dimana prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter

tertinggi di Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), Jawa Tengah

(0,18%) sedangkan prevalensi gagal jantung di Sulawesi Utara (0,14%).3

Risiko terjadinya gagal jantung semakin meningkat sepanjang waktu.

Menurut data WHO 2013, 17,3 juta orang meninggal akibat gangguan

kardiovaskular, mewakili 30% dari semua kematian global. Dari kematian ini,

diperkirakan 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung. Angka insidensi gagal

jantung prevalensinya semakin meningkat.4


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Jantung

Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh darah

yang terdiri dari arteri yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang

mengalirkan darah menuju jantung. Jantung manusia terletak dirongga

dada sebelah kiri.5

Gambar 1. Stuktur Anatomi Jantung Bagian Dalam6

Jantung adalah organ dengan empat berangka dan berotot yang

terletak pada rongga dada, dibawah perlindungan tulang rusuk, dan sedikit

ke kiri sternum. Jantung berada didalam kantung yang berisi cairan yang

longgar, yang disebut dengan perikardium. Keempat ruangan jantung yaitu

atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan. Atrium duduk

berdampingan diatas ventrikel. Atrium dan ventrikel dipisahkan satu sama

3
4

lain dengan katup satu arah. Sisi kanan dan kiri jantung dipisahkan oleh

dinding jaringan yang disebut dengan septum.6

Jantung relatif kecil, kira-kira berukuran sama seperti kepalan

tangan yang tertutup. Sekitar 12 cm (5 inci) untuk panjangnya, 9 cm (3,5

inci) untuk lebarnya dan 6 cm (2,5 inci) untuk tebalnya, dengan massa

rata-rata 250 g pada perempuan dewasa dan 300 g pada pria dewasa. Hati

bertumpu pada diagfragma, berada didekat garis garis tengah rongga

toraks. Jantung terletak pada mediastinum, sebuah wilayah yang anatomis

dan memanjang dari sternum ke kolom vertebra, dari yang pertama tulang

rusuk ke diagfragma, dan diantara paru-paru. Sekitar dua pertiga massa

jantung terletak pada sebelah kiri garis tengah tubuh. Ujung apeks

terbentuk oleh ujung ventrikel kiri (ruang bawah jantung) dan terletak

diatas digfragma yang mengarah kearah anterior, inferior, dan ke kiri.

Dasar jantung berlawanan dengan apeks dan posteriornya aspek yang

terbentuk oleh atria (bilik atas) jantung, kabanyakan atrium kiri. Seperti

pada gambar dibawah ini:6

Gambar 2. Pandangan Inferior Bagian Melintang dari Rongga Toraks


Menunjukkan Jantung di Mediastinum6
5

Batas-batas jantung yaitu:

1. Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior

(VCI).

2. Kiri : ujung ventrikel kiri.

3. Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri.

4. Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis.

5. Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjangm

diafragma sampai apeks jantung.

6. Superior : apendiks atrium kiri. 7

Gambar 3. Pandangan Anterior Jantung di Rongga Toraks6

Posisi jantung terletak diantara kedua paru-paru dan berada di

tengah-tengah dada, bertumpu pada diagfragma thoracis. Selaput yang

membungkus jantung disebut dengan perikardium yang terdiri dari lapisan

fibrosa dan serosa.6


6

Jantung terbungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium.

Dinding jantung terdiri atas 3 lapisan:

1. Lapisan paling dalam yaitu endokardium, terdiri atas endotel

skuamosa selapis dan selapis tipis jaringan ikat subendotel yang

ditemui pembuluh darah dan serat purkinje.

2. Lapisan tengah yaitu miokardium, merupakan lapisan paling tebal

yang terdiri atas serat-serat otot jantung.

3. Lapisan paling luar yaitu epikardium, terdiri atas mesotel skuamosa

berlapis dan jaringan ikat subepikardium yang mengandung pembuluh

darah koroner saraf dan jaringan lemak dan membran fibrosa yang

kuat yang melekat ke partisi jaringan ikat yang memisahkan paru,

perlekatan ini menambatkan jantung sehingga jantung berada tetap

pada posisinya didalam dada dan kantung bagian dalam dilapisi oleh

suatu membran yang mengeluarkan cairan perikardium encer, yang

menghasilkan pelumas untuk mencegah gesekan ketikan jantung

berdenyut. 8

Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan

keempat katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan

menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat

katup ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan

ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan

arteri pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan

ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta.
7

Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet anterior dan posterior.

Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet).7

Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf

simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus

melalui preksus jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA

dan AV, serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis

berasal dari trunkus toraksik dan servikal atas, mensuplai kedua atrium

dan ventrikel. Walaupun jantung tidak mempunyai persarafan somatik,

stimulasi aferen vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan dipersepsi

sebagai nyeri.7

Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner

kanan berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus

pulmonalis dan apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan

sampai mencapai lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien

arteri berlanjut sebagai arteri posterior desenden/ posterior decendens

artery (PDA) disebut dominan kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus

aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri anterior desenden kiri/ left

anterior descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks. LAD turun di

anterior dan inferior ke apeks jantung.7

Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke

atrium kanan. Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada

atrium kanan, secara morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan

dalam celah atrioventrikuler.7


8

2.2 Fisiologi Jantung

Jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah dengan

bantuan sejumlah katup. Untuk menjamin kelangsungan sirkulasi, jantung

berkontraksi secara periodik. Otot jantung berkontraksi terus menerus

tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia merupakan

kontraksi miogenik, yaitu kontraksi yang diawali kekuatan rangsang dari

otot jantung itu sendiri.5

Secara sederhana, fungsi utamanya adalah untuk distribusi oksigen

dan nutrisi (misalnya glukosa, asam amino) ke semua jaringan tubuh,

pengangkutan karbondioksda dan produk limbah metabolik (misalnya

urea) dari jaringan ke paru-paru dan organ eksretoris, distribusi air,

elektrolit dan hormon di seluruh sel tubuh, dan juga berkontribusi terhadap

infrastruktur sistem kekebalan tubuh dan termoregulasi. 7

Jantung merupakan organ tunggal, namun kedua sisi jantung

berfungsi sebagai dua pompa terpisah. Darah memasuki jantung dan

mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan kemudian masuk ke

dalam sirkulasi pulmoner. Setelah membawa oksigen dari paru, darah

mengalir ke atrium kiri melalui vena pulmonal dan kemudian ke ventrikel

kiri. Ventrikel kiri kemudian memompa aliran darah yang kaya akan

oksigen ke seluruh tubuh melalui aorta. Bagian kiri jantung mengalirkan

darah keseluruh tubuh dengan resistensi yang lebih besar. Sehingga

tekanan pompa bagian kiri harus lebih tinggi. Hal ini menghasilkan

tekanan yang lebih besar.5


9

Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke

jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah

dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru

tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah yang biru tersebut melepaskan

karbondioksida, mengalami oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini

menjadi berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri

melalui keempat vena pulmonalis.7

Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri,

dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi

maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium

kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun

saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan

darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula

dengan kedua ventrikel.7

Gambar 4. Sirkulasi Jantung dan Pembuluh Darah7


10

2.3 Definisi Congestive Heart Failure (CHF)

Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari

struktur atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan

jantung untuk memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh. Ciri penting dari definisi ini adalah gagal didefinisikan

relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh dan penekanan arti kata gagal

ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan.9

Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami

kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel – sel

tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan

peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak

untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku

dan menebal. Dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa

dengan kuat.10

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung

gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun

tekanan pengisian cukup. Gagal jantung juga adalah sindrom klinis, di

tandai oleh sesak napas dan fatik baik saat istirahat atau saat aktivitas yang

disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.3

Gagal jantung kongestif adalah kegagalan ventrikel kiri dan kanan

dari jantung yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk memberikan

cardiac output yang cukup untuk jaringan, menyebabkan terjadinya

kongesti pulmonal dan sistemik.11


11

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung

memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

jaringan terhadap oksigen dan nutrien. Gagal jantung kongestif adalah

keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung

tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume

diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering

digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.12

2.4 Epidemiologi

Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama

pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti

Indonesia. Sindroma gagal jantung ini merupakan masalah yang penting

pada usia lanjut, dikarenakan prevalensi yang tinggi dengan prognosis

yang buruk.9

Pada penelitian epidemiologi, ditemukan lebih dari 20 juta kasus

yang terdiagnosis gagal jantung diseluruh dunia dan terdapat 2% pada

negara berkembang. Menurut data American Heart Association terdapat

5,3 juta orang menderita gagal jantung di Amerika Serikat, 660.000 kasus

baru terdiagnosis tiap tahunnya dengan perbandingan insiden 10/1000

populasi pada usia lebih dari 65 tahun.2

Prevalensi gagal jantung meningkat dan diperkirakan akan terus

meningkat hingga beberapa dekade ke depan dengan meningkatnya usia.

Gagal jantung muncul pada 1% individu dengan usia 55–64 tahun dan
12

meningkat sampai 10% pada individu dengan usia di atas 85 tahun.

Kurang lebih 80% dari semua kasus gagal jantung muncul pada pasien

dengan usia di atas 65 tahun.4

Dari tahun 1990-1999, jumlah kasus yang dirawat dengan

diagnosis primer gagal jantung meningkat dari 810.000 menjadi lebih dari

1.000.000 kasus. Sedangkan, jumlah perawatan dengan gagal jantung

sebagai diagnosis primer atau sekunder meningkat dari 2,4 juta menjadi

3,6 juta. Pada tahun 2001, sekitar 53.000 pasien meninggal dengan gagal

jantung sebagai penyebab primer dan angka ini terus meningkat secara

stabil.13

Jenis penyakit gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya

adalah Congestive Heart Failure atau gagal jantung kongestif. Di Eropa,

tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun.

Kasus ini meningkat 11,6% pada manula dengan usia 85 tahun ke atas.

Gagal jantung merupakan salah satu penyebab kematian dan

ketidakmampuan bekerja yang paling umum diberbagai Negara industri

dan merupakan sindrom yang paling umum dalam praktek klinik. Menurut

American Heart Association, di Amerika Serikat lebih dari 4,6 juta pasien

yang menderita penyakit ini, dan menjadi penyebab kematian beberapa

ratus ribu pasien setiap tahunnya. Seiring dengan perubahan pola hidup

dan peningkatan kesejahteraan, diperkirakan angka terjadinya akan terus

meningkat.14

Di Indonesia, data mengenai penyakit jantung, termasuk gagal

jantung memang belum banyak diketahui. Departemen Kesehatan


13

melaporkan bahwa jumlah kasus gagal jantung di rumah sakit di Indonesia

mencapai 13.396 kasus yang dirawat di rumah sakit dan 16.431 pasien

yang dirawat jalan. Gagal jantung telah menjadi masalah kesehatan di

seluruh dunia.13

2.5 Klasifikasi

Gagal jantung (heart failure) adalah kumpulan sindroma klinis

yang kompleks yang diakibatkan oleh gangguan struktur ataupun fungsi

dan menyebabkan gangguan pengisian ventrikel atau pemompaan

jantung.15

2.5.1 Berdasarkan tingkat keparahannya

1. Gagal jantung akut (acute heart failure)

Gagal jantung akut (acute heart failure) adalah serangan cepat

dari gejala-gejala atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang

abnormal. Gagal jantung akut dapat berupa acute de novo (serangan

baru dari gagal jantung akut tanpa ada kelainan jantung sebelumnya)

atau dekompensasi akut dari gagal jantung kronik. Disfungsi yang

terjadi pada gagal jantung dapat berupa disfungsi sistolik atau

disfungsi diastolik.15

2. Gagal jantung kronis (chronic heart failure)

Gagal jantung kronis (chronic heart failure) juga didefinisikan

sebagai sindroma klinik yang komplek disertai keluhan gagal

jantung berupa sesak, fatik baik dalam keadaan istirahat maupun

beraktifitas.15
14

2.5.2 Berdasarkan lokasi terjadinya

1. Gagal jantung kiri

Gagal jantung kiri adalah suatu keadaan dimana ventrikel kiri

jantung tidak dapat memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh

menyebabkan tubuh kekurangan darah yang mengandung oksigen.

Ventrikel kiri secara mekanis mengalami kelebihan beban/melemah,

mengalami dispnea dan ortopnea akibat dari kongesti paru. 15

Manifestasi klinis yang terjadi yaitu:

a) Dispnea

Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan

mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa

pasien dapat mengalami ortopnu pada malam hari yang

dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND).

b) Batuk

c) Mudah lelah

Terjadi karena curah jantung yang kurang, yang

menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta

menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi

karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas

dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.

d) Kegelisahan dan kecemasan

Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat

kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak

berfungsi dengan baik. 15


15

2. Gagal jantung kanan

Gagal jantung kanan adalah suatu keaadan yang terjadi Jika

abnormalitas yang mendasari mengenai ventrikel kanan secara

primer seperti stenosis katup paru atau hipertensi paru sekunder

terhadap tromboembolisme paru sehingga terjadi kongesti vena

sistemik. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu

mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat

mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari

sirkulasi vena. 15

Manifestasi klinis dari gagal jantung kanan yang tampak

meliputi :

a) Kongestif jaringan perifer dan viseral.

b) Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema

pitting, penambahan berat badan.

c) Hepatomegali/pembesaran pada hepar dan nyeri tekan pada

kuadran kanan atas abdomen, terjadi akibat pembesaran vena

di hepar.

d) Anorexia dan mual.

Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga

abdomen.

e) Nokturia.

Buang air kecil berlebihan pada malam hari.

f) Kelemahan15
16

Tabel 1. Klasifikasi Gagal Jantung16

2.6 Etiologi

Etiologi gagal jantung adalah penyakit yang mendasari timbulnya

gagal jantung kongestif. Dalam penelitian yang dilakukan Ardini (2007),

etiologi terbanyak dari penderita gagal jantung adalah penyakit jantung

iskemik baik pada usia lanjut maupun usia dewasa. Berdasarkan kekerapan

etiologi gagal jantung pada usia lanjut adalah penyakit jantung iskemik

sebagai etiologi terbanyak, penyakit jantung hipertensif, kardiomiopati,

penyakit jantung valvular, penyakit jantung rhematik, penyakit jantung

pulmonik dan penyakit jantung kongenital. Pada usia dewasa didapatkan

bahwa penyakit jantung iskemik juga menjadi etiologi terbanyak

kemudian disusul penyakit jantung valvular, kardiomiopati, penyakit

jantung rhematik, penyakit jantung kongenital, penyakit jantung

hipertensif dan yang terakhir penyakit jantung pulmonik.9


17

Penyakit jantung didapat yang menyebabkan gagal jantung antara

lain abnormalitas metabolik (hipoksia berat dan asidosis) dapat

menyebabkan gagal jantung pada bayi baru lahir, fibroelastosis

endokardial menyebabkan gagal jantung pada bayi, miokarditis viral

sering terjadi pada anak lebih dari satu tahun, karditis rematik akut dapat

menyebabkan gagal jantung pada usia anak sekolah, penyakit katup

jantung rematik berupa regurgitasi mitral atau regurgitasi aorta

menyebabkan gagal jantung pada anak yang lebih tua dan dewasa,

kardiomiopati dilatasi tipe idiopatik, kardiomiopati yang berhubungan

dengan distrofi muskular, dan kardiomiopati doxorubicin. Insidensi gagal

jantung pada anak usia sekolah terbanyak disebabkan oleh demam rematik

akut.17

Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh:

1. Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang

mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis

koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.

2. Aterosklerosis koroner

Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran

darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat

penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)

biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan

penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal


18

jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut

jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

3. Hipertensi sistemik atau pulmonal

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.

4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara

langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas

menurun.

5. Penyakit jantung lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.

Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang

masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung

untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif

konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload.

6. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan

dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal:

demam), hipoksia dan anemia diperlukan peningkatan curah jantung

untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia

juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis

respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat

menurunkan kontraktilitas jantung. 12


19

2.7 Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya gagal jantung yang paling sering adalah

usia lanjut, 75% pasien yang dirawat dengan gagal jantung berusia 65-

75%.15

Di Indonesia, terjadi perkembangan ekonomi secara cepat,

kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup, peningkatan

konsumsi kalori, lemak dan garam, peningkatan konsumsi rokok,

Akibatnya terjadi peningkatan insiden obesitas, hipertensi, dan penyakit

vaskular yang berujung pada peningkatan insiden gagal jantung. Faktor

resiko yang dapat di modifikasi adalah seperti gaya hidup contohnya

mengurangi kadar kolesterol lebih dari 200 mg%, perokok aktif ,hipertensi

dan penurunan aktivitas. Sedangkan yang non modifikasi yang tidak dapat

di kontrol. Contohnya: usia, ras, jenis kelamin, dan riwayat keluarga.10

2.8 Gejala dan Tanda

Gagal jantung (heart failure) merupakan sindroma klinis komplek

yang disebabkan gangguan struktur dan fungsi jantung sehingga

mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompakan darah sesuai

dengan kebutuhan tubuh. Kondisi ini ditandai dengan gangguan

hemodinamik berupa penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan

pengisian ventrikel. Keluhan napas pendek, sesak napas terkait dengan

aktivitas, mudah lelah serta kaki membengkak merupakan gejala yang

sering dikeluhkan pada anak-anak. Pada bayi dan anak, gagal jantung
20

dapat disebabkan oleh penyakit jantung kongenital maupun didapat

dengan overload volume atau tekanan atau dari insufisiensi miokard. 17

Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur

pasien, beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang

jantung yang terlibat, apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta

derajat gangguan penampilan jantung.12

Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan:

1. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal

dyspnea.

2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual,

muntah, asites, hepatomegali, dan edema perifer.

3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk

sampai delirium. 12

Tabel 2. Gejala dan Tanda Gagal Jantung16


21

2.9 Patofisiologi

Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya

melibatkan satu sistem tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat

kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu memompa memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai dengan satu respon

hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan

patologik berupa penurunan fungsi jantung. Salah satu respon

hemodinamik yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian

(filling pressure) dari jantung atau preload. Respon terhadap jantung

menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang bertujuan untuk

meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan pembuluh

darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan

aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan

air dan garam oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik.12

Penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa

(pump function) dengan kontraktilias otot jantung (myocardial function).

Pada beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal

jantung sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada otot jantung intrinsik.

Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung intrinsik tetapi secara

klinis tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung yang

ringan. Pada awal gagal jantung akibat CO yang rendah, di dalam tubuh

terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin

aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya


22

merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah

yang adekuat.12

Penurunan kontraktilitas ventrikel akan diikuti penurunan curah

jantung yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan penurunan

volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme

kompensasi neurohumoral. Vasokonstriksi dan retensi air untuk sementara

waktu akan meningkatkan tekanan darah sedangkan peningkatan preload

akan meningkatkan kontraktilitas jantung melalui hukum Starling. Apabila

keadaan ini tidak segera teratasi, peninggian afterload, peninggian preload

dan hipertrofi dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung

sehingga terjadi gagal jantung yang tidak terkompensasi.12

Dilatasi ventrikel menyebabkan disfungsi sistolik (penurunan fraksi

ejeksi) dan retensi cairan meningkatkan volume ventrikel (dilatasi).

Jantung yang berdilatasi tidak efisien secara mekanis (hukum Laplace).

Jika persediaan energi terbatas (misal pada penyakit koroner) selanjutnya

bisa menyebabkan gangguan kontraktilitas. Selain itu kekakuan ventrikel

akan menyebabkan terjadinya disfungsi ventrikel. Pada gagal jantung

kongestif terjadi stagnasi aliran darah, embolisasi sistemik dari trombus

mural, dan disritmia ventrikel refrakter.12

Disamping itu keadaan penyakit jantung koroner sebagai salah satu

etiologi CHF akan menurunkan aliran darah ke miokard yang akan

menyebabkan iskemik miokard dengan komplikasi gangguan irama dan

sistem konduksi kelistrikan jantung. Beberapa data menyebutkan

bradiaritmia dan penurunan aktivitas listrik menunjukan peningkatan


23

presentase kematian jantung mendadak, karena frekuensi takikardi

ventrikel dan fibrilasi ventrikel menurun. WHO menyebutkan kematian

jantung mendadak bisa terjadi akibat penurunan fungsi mekanis jantung,

seperti penurunan aktivitas listrik, ataupun keadaan seperti emboli sistemik

(emboli pulmo, jantung) dan keadaan yang telah disebutkan diatas. 12

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan

kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih

rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik

dijelaskan dengan persamaan CO= HR X SV dimana curah jantung adalah

fungsi frekuensi jantung X volume sekuncup. 12

Curah jantung yang berkurang mengakibatkan sistem saraf

simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan

curah jantung, bila mekanisme kompensasi untuk mempertahankan perfusi

jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus

menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tapi pada gagal

jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot

jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih

dapat dipertahankan.12

Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap

kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu:

1. Preload: setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang

mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang

ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.


24

2. Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang

terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang

serabut jantung dan kadar kalsium.

3. Afterload: mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan

untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang di timbulkan

oleh tekanan arteriole.12

Gambar 5. Patofisiologi Gagal Jantung18

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis

koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.

Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena

terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis

(akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium biasanya

mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik/ pulmonal

(peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada

gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut


25

(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi

karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan

tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal,

dan akhirnya terjadi gagal jantung.12

Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan

dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut

jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. 12

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara

terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel

kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut.

Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu

ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. 12

Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung.

Sebagai contoh, hipertensi sitemik yang kronis akan menyebabkan

ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan melemah. Hipertensi paru yang

berlangsung lama akan menyebabkan ventrikel kanan mengalami hipertofi

dan melemah. Letak suatu infark miokardium akan menentukan sisi

jantung yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung. 12

Karena ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah

kembali ke atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium

kanan, maka jelaslah bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan

menyebabkan gagal jantung kanan. Pada kenyataanya, penyebab utama

gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa

secara optimum keluar dari sisi kanan jantung, maka darah mulai
26

terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin

berkurangnya volume darah dalam sirkulasi dan menurunnya tekanan

darah serta perburukan siklus gagal jantung. 12

2.10 Diagnosis

Diagnosis gagal jantung memiliki resiko kematian yang sebanding

dengan berbagai penyakit ganas utama lainnya. Hanya 35% pasien yang

baru didiagnosis gagal jantung yang dapat bertahan hidup rata-rata sampai

5 tahun. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, tahun 2006 terdapat

3,23 persen kasus gagal jantung dari total 11.711 pasien.14

Gagal jantung adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh kelainan

struktur atau fungsi jantung. Untuk dapat didiagnosis sebagai gagal

jantung, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal

jantung (nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat melakukan

aktivitas disertai/tidak kelelahan), tanda retensi cairan seperti kongesti

paru atau edema pergelangan kaki, serta adanya bukti objektif dari

gangguan fungsi struktur atau fungsi jantung saat istirahat.4

Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesa,

pemeriksaan fisik, dan hasil rontgen torak. 17 Diagnosis dini dan

identifikasi etiologi dari pasien gagal jantung kongestif sangat diperlukan

karena banyak kondisi yang menyerupai sindroma gagal jantung ini pada

usia dewasa maupun usia lanjut.9


27

Menurut Austaryani (2012) beberapa hal penting dilakukan pada

klien CHF meliputi :

1. Pengkajian primer

a. Airway: penilaian akan kepatenan jalan nafas, meliputi

pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan nafas, dan

adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat

dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya

suara nafas tambahan seperti snoring.

b. Breathing: frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu

pernafasan, retraksi dinding dada, dan adanya sesak nafas.

Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya

suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji

adanya trauma pada dada.

c. Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan

cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga

meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.

d. Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi

pupil.

2. Pengamatan terhadap tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan

sistematik dan pulmonal.

a. Pernafasan : Auskultasi pada interval yang sering untuk

menentukan ada atau tidaknya krakles dan mengi, catat

frekuensi dan kedalaman bernafas.


28

b. Jantung: Auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi bising

jantung S3 dan S4, kemungkinan cara pemompaan sudah mulai

gagal.

c. Tingkat kesadaran: Kaji tingkat kesadaran, adakah penurunan

kesadaran.

d. Perifer: Kaji adakah sianosis perifer.

e. Kaji bagian tubuh pasien yang mengalami edema dependen dan

hepar untuk mengetahui reflek hepatojugular (RHJ). 19

Gagal jantung adalah diagnosis klinis namun supaya diagnosis

lebih tepat digunakan pemeriksaan penunjang. 9 Gagal jantung terkadang

susah dikenali secara klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda-

tanda klinis pada tahap awal penyakit. Selain EKG dan Ekokardiografi

yang merupakan pemeriksaan non-invasif yang digunakan untuk diagnosis

suatu gagal jantung, kita juga perlu mengetahui bagaimana cara

mendiagnosis gagal jantung melalui gambaran rontgen dada.1

Penyakit kardiovaskuler menyebabkan perubahan-perubahan yang

beragam dan kompleks dalam gambaran foto rontgen dada, salah satunya

adalah gagal jantung. Kardiomegali pada rontgen torak merupakan tanda

penting gagal jantung.9

Menurut Austaryani (2012) pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan untuk menegakkan diagnosa CHF yaitu :

1. Elektrokardiogram (EKG) Hipertrofi atrial atau ventrikuler,

penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial.


29

2. Scan jantung Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan

pergerakan dinding.

3. Sonogram (echocardiogram, echokardiogram doppler) Dapat

menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam

fungsi/struktur katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.

4. Kateterisasi jantung Tekanan abnormal merupakan indikasi dan

membantu membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri

dan stenosis katub atau insufisiensi.

5. Rongent dada dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam

pembuluh darah abnormal.

6. Elektrolit Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan

fungsi ginjal, terapi diuretik

7. Oksimetri nadi saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal

jantung kongestif akut menjadi kronis.

8. Analisa Gas Darah (AGD) Gagal ventrikel kiri ditandai dengan

alkalosis respiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan

PCO2 (akhir).

9. Pemeriksaan tiroid peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan

hiperaktivitas tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung kongestif. 19

2.11 Penatalaksanaan

Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah :

1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.


30

2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-

bahan farmakologis.

3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi

diuretik diet dan istirahat. 12

2.11.1 Terapi Farmakologi

1. Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)

Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala

volume berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal,

menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk

mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan juga

menurunkan afterload agar tekanan darah menurun.

2. Antagonis aldosteron

Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai

berat.

3. Obat inotropik

Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.

4. Glikosida digitalis

Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan

penurunan volume distribusi.

5. Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)

Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh

darah vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan

meningkatkan kapasitas vena.


31

6. Inhibitor ACE

Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi

sekresi aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium

dan air. Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan

tekanan darah yg menyebabkan peningkatan curah jantung. 12

2.11.2 Terapi non farmakologi

Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya

keluhan seperti: diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi

lemak, mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur. 12

2.12 Komplikasi

1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena

dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan

emboli sistemik tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan

dengan pemberian warfarin.

2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa

menyebabkan perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan

denyut jantung (dengan digoxin atau β blocker dan pemberian

warfarin).

3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik

dengan dosis ditinggikan.

4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau

sudden cardiac death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang


32

berhasil diresusitasi, amiodaron, β blocker, dan vebrilator yang

ditanam mungkin turut mempunyai peranan. 12

2.13 Prognosis

Pasien dengan gagal jantung angka kematian dirumah sakit rendah

dan kebanyakan pulang dari rumah sakit dalam keadaan asimtomatik.

Rata-rata perawatan di RS akibat gagal jantung adalah 9 hari. Dari studi

registri yang dirawat karena gagal jantung, hampir separuh diantaranya

dirawat kembali paling tidak sekali dalam 12 bulan pertama. Estimasi

kombinasi kematian dan perawatan ulang untuk 60 hari sejak perawatan

diperkirakan berkisar anatara 30-50%.20


BAB III

GAMBARAN RADIOLOGI

3.1 Radioposisi

3.1.1 X-Ray Thorax

X-Ray adalah salah satu bentuk dari radiasi elekromagnetik dengan

panjang gelombang berkisar antara 10nanometer-100pikometer dan

memiliki energi dalam rentang 100eV-100keV. X-Ray thorax adalah

radiografi proyeksi dari dada digunakan untuk mendiagnosa kondisi yang

mempengaruhi dada, isinya, dan struktur di dekatnya. Densitas tiap

organ/struktur tubuh berbeda-beda, ditentukan berdasarkan pada

kemampuan substansimenembus sinar X. Substansi yang mudah ditembus

sinar X akan memberikan bayangan hitam (radiolusen) sedangkan yang

sulit ditembus akan memberikan bayangan putih (radiopak). 21

Tabel 3. Densitas Foto X-Ray21


Desintas Foto X-Ray

Radioopaque Logam, kontras media

Moderately Tulang, struktur yang mengalami

Radioopaque kalsifikasi

Jaringan lunak, cairan/darah, pembuluh


Intermediate
darah, otot, kartilago

Moderately
Jaringan lemak
Radioluscent

Radioluscent Udara, gas

33
34

Tabel 4. Keuntungan & Kerugian Penggunaan Foto X-Ray21


Keuntungan Kerugian
Biaya lebih murah
Terdapat efek paparan sinar radiasi
Cepat
Hanya menampilkan gambaran format 2 dimensi
Sederhana
Gambaran anatomi tampak tumpang tindih
Banyak tersedia

Jantung berada di sisi anterior rongga dada. Pada radiografi toraks

dengan posisi berdiri, dimana sinar berjalan dari belakang ke depan (PA),

maka letak jantung dekat sekali dengan film. Jika jarak dari fokus sinar ke

film cukup jauh, maka bayangan jantung yang terjadi pada film tidak

banyak mengalami pembesaran/magnifikasi. Pada umumnya jarak fokus-

film untuk radiografi jantung 1,8 – 2m. Bayangan jantung yang terlihat

pada radiografi toraks proyeksi PA mengalami magnifikasi ± 5% dari

keadaan sebenarnya. 22

Lain halnya bila radiografi dibuat dalam proyeksi antero-posterior

(AP), maka jantung letaknya akan menjadi jauh dari film sehingga

bayangan jantung akan mengalami magnifikasi bila dibandingkan dengan

proyeksi PA. Hal yang sama akan terjadi pada radiografi yang dibuat

dengan posisi telentang (supine) dengan sinar berjalan dari depan ke

belakang (AP). Di sini bayangan jantung juga akan terlihat lebih besar

dibanding dengan proyeksi PA dan posisi berdiri. Posisi AP dilakukan

pada pasien yang tidak sanggup berdiri (posisi PA). 22

Pada orang yang kurus dan jangkung (astenikus) jantung berbentuk

panjang dan ke bawah. Ukuran vertikal jauh lebih besar daripada ukuran

melintang. Diafragma letaknya mendatar sehingga jantung seolah


35

tergantung (cor pendulum). Sebaliknya pada orang yang gemuk dan

pendek (piknikus); letak jantung lebih mendatar dengan ukuran melintang

yang lebih besar disertai diafragma yang letaknya lebih tinggi. 22

Bentuk dinding toraks seperti pectus excavatum/pigeon chest,

pectus carinatum, kelainan pada kelengkungan vertebra seperti skoliosis,

kifosis atau hiperlordosis dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung.

Kelainan luas pada paru dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung.

Fibrosis atau atelektasis dapat menarik jantung, sedangkan efusi pleura

dan pneumotorak dapat mendorong jantung. 22

Radioposisi foto toraks antara lain:

1. Posteroanterior Projection (PA)

a. Kecepatan kaset

Kaset dengan kombinasi layaer-film (screen-film combination),

kecepatan nominal adalah 200 dalam tempat kaset.

b. Ukuran kaset

 35 x 43 cm

 35 x 35 cm

 24 x 30 cm (Untuk anak-anak)

 Gunakan penanda Left atau Right

c. Sarat pemeriksaan

 Apeks paru harus terlihat

 Pajanan sebaiknya dilakukan pada saat inspirasi penuh: iga

ke-10 posterior dan iga ke-6 anterior harus tampak diatas

diafragma.
36

 Pastikan bahwa bagian bawah diafragma terlihat pada dua

sisi, termasuk kedua sudut kostofrenikus

 Struktur paru-paru dan tulang belakang harus dapat terlihat

dibelakang jantung.

d. Prosedur pemeriksaan

 Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format

kaset, dan letakan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah

sinar terhadap susunan kaset tersebut.

 Atur posisi pasien, pastikan bahu pasien ditekankan kedepan

dengan benar. Sejajarkan kembali arah sinar jika mungkin.

 Beritahu pasien untuk menarik nafas dalam, lalu menahan

nafas.

 Pajankan sinar X (expose).

 Beritahu pasien untuk nafas biasa.22

Gambar 6. Posisi pasien (PA)22

2. Anteroposterior Projection (AP)

a. Kecepatan kaset

Kaset dengan kombinasi layaer-film, kecepatan nominal adalah

200 dalam tempat kaset.


37

b. Ukuran kaset

 35 x 43 cm
 35 x 35 cm
 24 x 30 cm (Untuk anak-anak)
 Gunakan penanda Left atau Right
c. Sarat pemeriksaan

 Apeks paru harus terlihat

 Pajanan sebaiknya dilakukan saat inspirasi penuh

 Pastikan bahwa bagian bawah diafragma terlihat pada dua

sisi, termasuk kedua sudut kostofrenikus

 Struktur paru-paru dan tulang belakang harus dapat terlihat

dibelakang jantung.

d. Prosedur pemeriksaan

 Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format

kaset, dan letakan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah

sinar terhadap susunan kaset tersebut.

 Atur posisi pasien, pastikan pasien duduk tegak, sejajarkan

lagi arah sinar jika mungkin.

 Beritahu pasien untuk menarik nafas dalam, lalu menahan

nafas.

 Pajankan sinar X (expose).

 Beritahu pasien untuk nafas biasa.22


38

Gambar 7. Posisi pasien (AP)22

3. Lateral Projection

a. Kecepatan kaset

Kaset dengan kombinasi layaer-film, kecepatan nominal adalah

200 dalam tempat kaset.

b. Ukuran kaset

 35 x 43 cm

 35 x 35 cm

 24 x 30 cm (Untuk anak-anak)

c. Sarat pemeriksaan

 Apeks paru harus terlihat

 Sternum tampak lurus dari lateral

 Pastikan bahwa bagian bawah diafragma terlihat

d. Prosedur pemeriksaan

 Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format

kaset, dan letakan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah

sinar terhadap susunan kaset tersebut.


39

 Atur posisi pasien (biasanya lateral kiri), sebaiknya pasien

berdiri tegak atau agak condong kedepan (sedikit bungkuk),

jangan kebelakang. Gunakan lengan tempat kaset untuk

membantu menyokong tubuh. Sejajarkan lagi arah sinarnya

jika mungkin.

 Beritahu pasien untuk menarik nafas dalam, lalu menahan

nafas.

 Pajankan sinar X (expose).

 Beritahu pasien untuk bernafas normal.22

Gambar 8. Posisi pasien (lateral) diafragma dikatakan mendatar.22

3.1.2 USG Thorax

Ultrasonografi (USG) adalah alat diagnostik noninvasif

menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi diatas 20.000

hertz (>20 kilohertz) untuk menghasilkan gambaran struktur organ di

dalam tubuh. Pemeriksaan USG thorax lebih aman dibanding dengan

pemeriksaan computed tomography scaning (CT Scan) dan radiologi

karena tidak menggunakan radiasi. USG thorax dibandingkan dengan


40

magnetic resonance imaging (MRI) lebih aman karena tidak menggunakan

medan magnet yang kuat. 24

Indikasi penggunaan USG thorax pada awalnya hanya terbatas

pada kasus-kasus gawat darurat. Penggunaan pada kasus darurat

dikarenakan pemeriksaan radiologi membutuhkan ruang khusus dan alat

yang lebih besar dan rumit untuk dijalankan sedang USG thorax lebih

kecil dan tidak memerlukan ruangan khusus. Penggunaan USG thorax

dapat langsung dikerjakan disamping tempat tidur pasien tanpa harus

memindahkan pasien. Pemeriksaan juga dapat langsung dilakukan oleh

dokter diruang gawat darurat tanpa perlu dokter ahli radiologi. 24

Indikasi penggunaan USG thorax :

a. Membedakan efusi pleura atau penebalan pleura.

b. Mendeteksi efusi pleura dan pemandu untuk punksi terutama efusi

yang minimal dan terlokalisir.

c. Membedakan efusi pleura dan kelumpuhan diafragma, dilihat dari

gambaran radiologi meragukan.

d. Menentukan pneumothorax terutama dalam keadaan gawat darurat

dan peralatan radiologi tidak tersedia atau masih menunggu lama hasil

radiologi.

e. Menilai invasi tumor ke pleura atau dinding dada dan memandu biopsi

jarum untuk tumor.

f. Mengevaluasi pasien dengan pleuritis yang sangat nyeri. 24


41

Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan USG thorax24

Transthoracic dada US dapat dilakukan dengan unit US modern.

Sebuah 2-5-MHz penyelidikan lengkung memungkinkan visualisasi

struktur yang lebih dalam, dan bidang pemindaian sektor memungkinkan

bidang pandang yang lebih luas melalui jendela akustik kecil. Dinding

dada, pleura, dan paru-paru dapat dengan cepat disurvei dengan probe

lengkung. Setelah kelainan telah diidentifikasi, resolusi tinggi 7,5-10-MHz

linear probe dapat digunakan untuk memberikan gambaran rinci dari

setiap dinding dada, pleura, atau kelainan paru-paru perifer. Kedua skala

abu-abu dan warna Doppler pencitraan berguna untuk penilaian kelainan

pleura dan parenkim.24

Mengangkat lengan di atas kepala pasien meningkatkan ruang

rusuk jarak dan memfasilitasi pemindaian dengan pasien dalam tegak atau

posisi telentang. Dada posterior terbaik dicitrakan dengan pasien duduk

tegak, sedangkan anterior dan lateral dada dapat dinilai dalam posisi

dekubitus lateral.24
42

Gambar 9. Posisi probe pada USG thorax24

Gambar 10. Posisi probe lateral USG thorax24

Gambar 11. Posisi probe24

Sebelum melakukan pemeriksaan US, penting untuk meninjau dada

radiografi pasien untuk melokalisasi area of interest. Visualisasi

maksimum dari paru-paru dan pleura ruang dicapai dengan scanning

sepanjang ruang interkostal. Pemindaian harus dilakukan selama respirasi

tenang, untuk memungkinkan untuk penilaian gerakan paru-paru normal,

dan dalam respirasi ditangguhkan, ketika lesi dapat diperiksa secara detail
43

dengan skala abu-abu atau warna Doppler US. Pada gambar skala abu-abu,

yang echogenicity lesi dapat dibandingkan dengan hati dan ditandai

sebagai hypoechoic, isoechoic, atau hyperechoic. 23

Ketika Doppler warna yang digunakan, sensitivitas Doppler yang

harus di set ke aliran rendah atau skala-kecepatan rendah (biasanya 0,25

m/detik). Filter dinding diatur untuk meminimalkan penolakan dari

pergeseran frekuensi kecil dan untuk menghindari gangguan dari gerakan

pernapasan atau jantung. Keuntungan warna Doppler meningkat sampai

latar belakang seragam berwarna “badai salju” diperoleh dan kemudian

menurun sampai hanya beberapa Speckles berwarna acak tetap. 23

Ketika berdenyut-gelombang Doppler digunakan untuk

mengevaluasi aliran pembuluh darah dalam lesi, itu penting untuk menjaga

sudut Doppler pada 60° atau kurang. The berdenyut-gelombang Doppler

harus diulang setidaknya dua kali untuk memastikan reproduktifitas bentuk

gelombang spektral. Puncak kecepatan sistolik, kecepatan akhir diastolik,

indeks resistif, dan indeks pulsasi mudah berasal dari menjiplak. 23

Pandangan sonografi dari anterior atas dan mediastinum menengah

dapat diperoleh melalui pendekatan suprasternal. Pendekatan suprasternal

memungkinkan penilaian yang memadai dari mediastinum atas di 90% -

95% dari kasus. Hal ini dilakukan dengan pasien dalam posisi terlentang,

dengan bahu didukung dengan bantal dan kepala diperpanjang mundur.

Dilihat dari mediastinum atas harus diperoleh dalam sagital dan aksial.

Warna Doppler US membantu dalam membedakan pembuluh darah besar

dari setiap massa mediastinum. Visualisasi dari mediastinum melalui


44

pendekatan parasternal atau infrasternal biasanya kurang dapat

diandalkan.23

Gambaran dinding dada normal terdiri dari lapisan jaringan lunak,

otot dan fascia adalah echogenic. Tulang rusuk digambarkan seperti garis

echogenic diatas lapisan jaringan lunak, otot dan fascia. Pleura parietal

digambarkan seperti dua garis echogenic dibawah tulang rusuk.

Transducer yang digunakan sebaiknya berbentuk linier array dengan

panjang gelombang 7,5-10 MHz. Bentuk transducer lain dapat digunakan

untuk pemeriksaan ini tapi hasil yang didapat tidak sebaik jika

menggunakan transducer linier array. Gambaran normal thorax dapat

berbeda tergantung dari posisi pemeriksa dan letak transducer. 22

3.1.3 CT-SCAN Thorax

Teknik Pemeriksaan CT-SCAN thorax:

1. Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala

dekat dengan gantry.

Gambar 12. Posisi pasien CT-SCAN Thorax23


45

2. Posisi objek :

 Mengatur pasien sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tubuh sejajar

dengan lampu indicator longitudinal. Kedua tangan pasien di atas

kepala.

 Memfiksasi lutut dengan menggunakan body clem.

 Menjelaskan kepada pasien untuk inspirasi penuh dan tahan nafas

pada saat pemeriksaan berlangsung.

3. Scan parameter pemeriksaan CT-Scan thorax adalah seperti tercantum

pada tabel dibawah ini. 23

Tabel 6. Scan Parameter23

3.1.4 MRI Thorax

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah pemeriksaan yang

memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk

menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI thorax

memberikan detail struktur didalam rongga dada, termasuk mediastinum,

dinding dada, pleura, jantung, dan pembuluh darah, dari hampir semua

sudut. MRI tidak menggunakan radiasi pengion (X-Ray).23


46

Pada MRI thorax menggunakan posisi body coil, dimana pasien

berbaring supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi badan dekat

dengan gantry. 23

Gambar 13. Posisi pasien MRI Thorax23

3.2 Radioanatomi

3.3.1 X-Ray Thorax

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menilai foto

thorax:

 Bayangan hilus: secara dominan disebabkan ole arteri pulmonalis.

Hilus kiri lebih kecil dan sedikit lebih tinggi dibandingkan hilus

kanan.

 Fissura horizontal: suatu bayangan garis rambut / hair line brwarna

putih yang memisahkan lobus kanan atas dam tengah dan meluas

sampai hilus kanan. Fissura ini tidak selalu terlihat.


47

 Bayangan jantung: atrium kanan terlihat sedikit disebelah kanan

tulang belakang torakal. Batas inferior dibentuk oleh ventrikel kanan

dan batas kirir oleh ventrikel kiri.

 Diafragma: diafragma kanan biasanya lebih tinggi dibandingkan sisi

kiri.

 Trakea: berada pada garis tengah dengan bifurkasio setinggi T6.

Trakea mengalami sedikit deviasi kanan setinggi tonjolan aorta.

 Lapangan paru: arteri intrapulmonal menyebar dari hilus pulmonal

dan semakin mengecil menuju perifer. Paru kanan dibagi menjadi

tiga lobus yaitu lobus atas, lobus tengah, dan lobus bawah. Paru kiri

memiliki dua lobus yaitu lobus atas dan lobus bawah. 21

Tabel 7. Struktur yang dinilai pada foto thoraks:21


Amati kedua paru dimulai dari bagian apeks dan terus
kebawah. Bandingkan penampakan setiap zona
Paru
(atas/tengah/bawah) paru kiri dan kanan. Carilah
bayangan homogen pada tiap area atau lesi massa.
Merupakan tempat tersering limfadenopati dan
Hilus karsinoma bronkus. Cari peningkatan densitas dan
ketidakteraturan seperti pembesaran bayangan hilus.
Jantung Perhatikan ukuran dan bentuk jantung.
Mediastinum Nilai adanya massa dan pergesaran mediastinum.
Diafragma Sudut costofrenikus harus terlihat jelas dan lancip.
Perhatikan costa dan klavikula untuk mengetahui
Tulang dan
adanya fraktur, penampakan bayangan payudara &
jaringan
apakah telah dilakukan mastektomi, bagian bawah
lunak
diafragma, dll.
48

1. Radioanatomi Proyeksi PA

Hasil foto thorax PA, bayangan scapula tidak tampak pada lapangan

paru, atau scapula tertarik ke lateral.21

Gambar 14. Radioanatomi foto toraks PA.28

Batas-batas Jantung

 Batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan.

Atrium kanan bersambung dengan mediastinum superior yang

dibentuk oleh v. cava superior.

 Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang

menonjol di sebelah kiri kolumna vertebralis. Di bawah arkus

aorta ini batas jantung melengkung ke dalam (konkaf) yang

disebut pinggang jantung.

 Pada pinggang jantung ini, terdapat penonjolan dari arteria

pulmonalis.

 Di bawah penonjolan a. Pulmonalis terdapat aurikel atrium

kiri (left atrial appendage).

 Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang

merupakan lengkungan konveks ke bawah sampai ke sinus


49

kardiofrenikus kiri. Puncak lengkungan dari ventrikel kiri itu

disebut sebagai apex jantung.

 Aorta desendens tampak samar-samar sebagai garis lurus yang

letaknya para-vertebral kiri dari arkus sampai diafragma.22

Gambar 15. Batas-batas Jantung.22

2. Radioanatomi Proyeksi AP

Hasil foto thorax AP, bayangan scapula tampak pada lapangan paru. 21

Gambar 16. Radioanatomi foto toraks AP 22

Note: 6. Gastric air bubble.


1. Trachea. 7. Left hemidiaphragm.
2. Clavicle. 8. Left ventricle.
3. 4th posterior rib. 9. Descending aorta.
4. Right main bronchus. 10. Left pulmonary artery.
5. Right breast shadow. 11. Left upper lobe.
50

3. Radioanatomi Proyeksi Lateral

a. Di belakang sternum, batas depan jantung dibentuk oleh ventrikel

kanan yang merupakan lengkungan dari sudut diafragma depan ke

arah kranial. Kebelakang, lengkungan ini menjadi lengkungan

aorta.

b. Bagian belakang batas jantung dibentuk oleh atrium kiri. Atrium

kiri ini menempati sepertiga tengah dari seluruh batas jantung sisi

belakang. Dibawah atrium kiri terdapat ventrikel kiri yang

merupakan batas belakang bawah jantung.

c. Batas belakang jantung mulai dari atrium kiri sampai ventrikel

kiri berada di depan kolumna vertebralis. Ruangan di belakang

ventrikel kiri disebut ruang belakang jantung (retrocardiac space)

yang radiolusen karena adanya paru-paru.

d. Aorta desendens letaknya berhimpit dengan kolumna vertebralis.

Gambar 17. Radioanatomi foto torax Lateral kiri.28


51

e. Mediastinum terdiri dari :

 Mediastinum superior (dari aperture toracis sampai arcus

aorta)

 Mediastnum anterior (daerah antara sternum dengan

pericardiumsisi anterior)

 Mediastinum media (jantung)

 Mediastinum posterior (pericardium sisi posterior sampai

vertebra) 28

Gambar 18. Radiografi toraks lateral. Mediastinum. 28

Cara pengukuran Cardio Thoracic Ratio (CTR)22

 Ditarik garis M yang berjalan di tengah-tengah kolumna vertebralis

torakalis.

 Garis A adalah jarak antara M dengan batas jantung sisi kanan

yang terjatuh.

 Garis B adalah jarak antara M dengan batas kiri jantung yang

terjatuh.

 Garis transversal C ditarik dari dinding toraks sisi kanan ke dinding

toraks sisi kiri. Garis ini melalui sinus kardiofrenikus kanan. Bila
52

sinus-sinus kardiofrenikus ini tidak sama tingginya, maka garis C

ditarik melalui pertengahan antara kedua sinus itu. Ada pula yang

menarik garis C ini dari sinus kostofrenikus kanan ke sinus

kostofrenikus kiri. Perbedaan kedua cara ini tidak begitu besar,

sehingga dapat dipakai semuanya.

1 2

Gambar 19. Cara pengukuran CTR.22


Rumus :

𝐴+𝐵
CTR = = ±50%
𝐶1 + 𝐶2

Pada radiografi toraks PA dewasa dengan bentuk tubuh yang normal,

CTR kurang dari 50%.

Pada umumnya jantung mempunyai batas radio-anatomis sebagai

berikut :

 Batas kanan jantung letaknya para-sternal, Bila kita memakai

garis A, maka garis A ini panjangnya tidak lebih dari 1/3 garis

dari M ke dinding toraks kanan.

 Batas jantung sisi kiri terletak di garis pertengahan klavikula

(mid-clavicular line).
53

 Batas dari arkus aorta, yaitu batas teratas dari jantung, letaknya

1-2 cm di bawah tepi manubrium sterni. 22

3.2.2 USG Thorax

USG Salah satu alat diagnosis pencitraan medis yang berfungsi

untuk memberikan gambaran visual kerja jantung (bentuk, ukuran, katub-

katub, ruangan), dimana gambaran visual ini didapatkan dengan

menggunakan pantulan gelombang ultrasonic sebagai piranti penindainya

(USG=ultrasonografi). Biasanya usg ini dipadukan dengan color doppler

yaitu penggambaran aliran darah dalam ruangan ruangan jantung. 22

Manfaat dari USG ini antara lain untuk mendeteksi :

1. Pembesaran jantung (hipertrofi/kardiomegali)

2. Kebocoran sekat-sekat jantung.

3. Kondisi otot jantung yang melemah.

4. Adanya tumor22

Gambar 20. USG Jantung normal.22

Hasil dari USG jantung normal yaitu terlihat: RV=Right Ventrikel,

RA=Right Atrium, LV=Left Ventrikel, LA=Left Atrium. 22


54

3.2.3 CT-Scan Thorax

Hasil dari CT-Scan Jantung normal yaitu:

1. Axial Chest (Potongan Axial dari Thorax)

Potongan Axial merupakan potongan dari bagian atas ke arah bagian

bawah tubuh.

Gambar 21. CT-Scan Jantung potongan axial A.23


55

Gambar 22. CT-Scan Jantung potongan axial B.25


Keterangan: 22. Musculus Erector Spinae
1. Musculus Latissiumus Dorsi 23. Musculus Trapezius
2. Musculus Serratus Anterior 24. Medula Spinalis
3. Paru Kanan 25. Processus Spinosu
4. Atrium Kanan 26. Esofagus
5. Vena Dan Arteri Thoracic 27. Truncu Simpaticus
Interna 28. Ductus Thoracic
6. Arteri Coroner Kanan Dekstra 29. Aorta Descenden
7. Katup Trikuspid Kanan Dekstra 30. Paru Sinistra
(Atrioventrikular) 31. Nodus Limpaticus
8. Sternum (Body) Paramamari
9. Ventrikel Kanan 32. Nodus Limpaticus Para
10. Interventrikular Septum Vertebrae
11. Atrium Kiri 33. Nodus Limpaticus
12. Costae (Costae Cartilago) Percardial Lateral
13. Arteri Coroner Sinistra 34. Nodus Limpaticus
14. Ventrikel Kiri Parasternal
15. Sinus Coroner 35. Nodus Limpaticus
16. Arteri Coroner Sinistra Prepericardial
17. Nervus Phrenicus Dan 36. Nodus Limpaticus
Pericardium Juxtaesophageal
18. Miokardium 37. Nodus Limpaticus Paraaorta
19. Costae 38. Nodus Limpaticus
20. Musculus Intercostalis Intercostal
21. Vena Azygos
56

2. Coronal Chest (Potongan Coronal dari Thorax)

Potongan Coronal merupakan potongan dari bagian belakang ke arah

depan tubuh.

Gambar 23. CT-Scan Jantung potongan coronal.23

3. Sagital Chest (Potongan Sagital dari Thorax)

Potongan Sagital merupakan potongan dari bagian kiri ke arah bagian

kanan tubuh.

Gambar 24. CT-Scan Jantung potongan sagital.23


57

3.2.4 MRI Thorax

Hasil dari MRI Jantung normal yaitu:

1. Axial Chest (Potongan Axial dari Thorax)

Potongan Axial merupakan potongan dari bagian atas ke arah bagian

bawah tubuh.

Gambar 25. MRI Jantung potongan axial.23

1 Right atrium 4 Descending aorta

2 Right ventricle 5 Left atrium

3 Left ventricle
58

2. Sagital Chest (Potongan Sagital dari Thorax)

Potongan Sagital merupakan potongan dari bagian kiri ke arah bagian

kanan tubuh.

Gambar 26. MRI Jantung potongan sagital.23

1A Ascending aorta 10 Pulmonary artery

1B Aortic arch 11 Right main coronary artery

1C Descending aorta 12 Left main coronary artery

2 (R) brachiocephalic artery 13 Left anterior descending

3 (L) carotid artery coronary artery

4 (L) subclavian artery 14 Sternum

5 Right ventricular outflow tract 15 Right innominate vein

6 Right ventricle 16 Left innominate vein

7 Left ventricle 17 Trachea

8 Right atrium 18 Esophagus

9 Left atrium 19 SVC


59

3. Parasagittal Chest (Potongan Parasagittal dari Thorax)

Potongan Parasagittal merupakan potongan dari bagian belakang ke

arah depan tubuh.

Gambar 27. MRI Jantung potongan parasagittal.23

1A Ascending aorta 10 Pulmonary artery

1B Aortic arch 11 Right main coronary artery

1C Descending aorta 12 Left main coronary artery

2 (R) brachiocephalic artery 13 Left anterior descending

3 (L) carotid artery coronary artery

4 (L) subclavian artery 14 Sternum

5 Right ventricular outflow tract 15 Right innominate vein

6 Right ventricle 16 Left innominate vein

7 Left ventricle 17 Trachea

8 Right atrium 18 Esophagus

9 Left atrium 19 SVC


60

Gambar 28. MRI Jantung potongan sagital22


Keterangan:
1. Trakea 27. Musculus Multifidus Dan
2. Musculus Musculus Thoracis
Sternocleidomastoidea Semispinalis
3. Sternohyoid, Sternothyroid, 28. Musculus Spina Erector
Musculus Omohyoidesus 29. Musculus Trapezius
4. Clavicula 30. Processus Spinosus
5. Trunkus Braciocephalicus 31. Ligamentum Flav
6. Vena Braciocephalica Sinistra 32. Vena Azygos
7. Sternum (Manubrium) 33. Sinus Pericardium
8. Pericardium 34. Atrium Sinistra
9. Paru Dekstra 35. Vertebrae Thoracica
10. Aorta Ascenden 36. Atrium Dekstra
11. Arteri Pulmonalis Dekstra 37. Space Intervertebrae
12. Aurikula Dekstra 38. Ligamentum Longitudinal
13. Arteri Coronary Dekstra Anterior
14. Septum Interarticularis 39. Permukaan Bawah Corpus
15. Katup Atrioventricular Vertebrae
Dekstra 40. Permukaan Bawah Corpus
16. Ventrikel Dekstra Vertebrae
17. Processus Xypoideus Os 41. Nodus Limpaticus
Sternum Paratracheal
18. Diafragma 42 Nodus Limpaticus
19. Muskulus Rectus Abdominis Juxtaesophageal
20. Hepar 43. Nodus Limpaticus
21. Musculus Capitis Paravertebrae
Semispinalis 44. Nodus Lymphaticus
22. Musculus Capitis Splenicus Mediastinal Anterior
Dan Muskulus Cervicis 45. Nodus Lymphaticus
Splenicus Trakeobronchial
23. Musculus Seratus Posterior 46. Nodus Limpaticus
Superior Prepericardial
24. Muskuculus Rhomboid 47. Jaringan Adiposa
Major Subpericardi
25. Esophagus
26. Medula Spinalis
61

3.3 Radiopatologis

3.3.1 X-Ray CHF

Gambaran radiologi gagal jantung:

 Kardiomegali

 Penonjolan vaskular pada lobus atas

 Efusi pleura: terlihat sebagai penumpukan sudut costophrenicus,

apabila efusi makin meluas akan tampak gambaran opak yang

homogen dibagian basal paru.

 Edema pulmonar interstitial: pada awalnya merupakan penonjolan

pembuluh darah pada lobus atas dan penyempitan pembuluh darah

pada lobus bawah. Seiring meningkatnya tekanan vena, terjadi

edema interstitial, dan cairan kemudian berkumpul didaerah

interlobular dengan garis septal di bagian perifer (garis Kerley B).

 Edema pulmonar alveolus: dengan semakin meningkatnya tekanan

vena, cairan memasuki rongga alveolus. Tampak gambaran berkabut

pada regio perihilar. Bercak/kabut yang terdapat dibagian 2/3 medial

paru memberikan gambaran Bat’s wing. 21

Dua fitur utama dari radiografi dada berguna dalam evaluasi pasien

dengan gagal jantung kongestif:

1) Ukuran dan bentuk siluet jantung

2) Edema di dasar paru-paru.22


62

Gambar 29. Kardiomegali all chamber.22

Dengan perkembangan dari gagal jantung kongestif, atrium kiri

mengalami peningkatan tekanan yang paling pertama. Hal ini

menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik, tekanan kapiler paru serta

pembentukan edema interstitial terutama pada daerah basal paru. Hal ini

menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler yang mengalir ke basal paru,

menyebabkan pirau aliran darah ke pembuluh-pembuluh darah pada lobus

atas paru-sehingga menyebabkan adanya peralihan pada vena-vena pada

lobus atas. Pengalihan pada lobus atas dapat didiagnosis dengan radiografi

posisi erect (tegak), pembesaran pembuluh-pembuluh darah pada lobus

atas sama dengan atau melebihi pembuluh-pembuluh darah pada lobus

bawah yang berjarak sama dari hilum. 22

Seiring dengan meningkatnya tekanan hidrostatik, terjadilah tanda-

tanda edema interstitial yang diikuti tanda-tanda edema alveolar:

a) Pengaburan dari tepi pembuluh darah

b) Perihilar kabur
63

Gambar 30. Cardiomegali dengan perihilar yang terlihat kabur.22

c) Peribronchial cuffing

Gambaran seperti donat kecil. Terjadi akibat akumulasi cairan

interstitial di sekeliling bronkus yang menyebabkan menebalnya

dinding bronkus.

Gambar 31. Peribronchial cuffing tampak seperti gambaran donat


kecil pada bronkus.29

d) Garis Kerley A

Berupa gambaran garis yang agak panjang (2-6 cm) yang tampak

seperti garis bercabang dengan arah diagonal dari hilus menuju ke

arah perifer. Munculnya garis ini disebabkan oleh distensi saluran

yang beranastomosis antara pembuluh limfe paru perifer dan sentral.

Garis ini jarang dibanding garis Kerley B, dan tidak akan tampak

tanpa disertai adanya garis Kerley B atau garis Kerley C.


64

Gambar 32. Garis kerley A, Garis Kerley B, dan Kerley C. 29

e) Garis Kerley B

Berupa gambaran garis pendek yang berparalel pada daerah paru

perifer. Garis ini dapat terlihat ketika cairan mengisi dan mendistensi

septum interlobular. Panjangnya kurang dari 1 cm dan paralel antara

satu dengan lainnya pada sudut kanan bawah dari pleura. Garis ini

bisa tampak pada semua daerah paru, tapi lebih sering pada paru

bagian basal di sudut costofrenicus pada foto toraks PA.

Gambar 33. Garis kerley B tampak berupa garis putih horizontal yang
pendek-pendek pada bagian basal paru. 29

f) Garis Kerley C

Garis ini jarang terlihat dibanding garis yang lain. Bentuk garis ini

pendek dan tipis dengan gambaran reticular yang merepresentasikan


65

garis Kerley B en face. Munculnya garis ini disebabkan oleh

menebalnya anastomosis pembuluh limfe atau superimpose dari

beberapa garis Kerley B.

g) Efusi pleura

Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan

diantara dua lapisan pleura. Pleura merupakan membran yang

memisahkan paru-paru dengan dinding dada bagian dalam. Efusi

laminar yang berkumpul di bawah pleura viseral, yakni pada jaringan

ikat longgar antara paru dan pleura.

Gambar 34. Efusi pleura tampak pada foto torak PA29

h) Bat’s Wings

Saat tekanan hidrostatik mencapai 25 mmHg, cairan melewati alveoli

dan menyebabkan edema paru. Hal ini dapat terlihat sebagai densitas

alveolar multiple dari setengah bagian bawah paru. Kemungkinan lain,

dapat juga terlihat densitas ruang udara bilateral yang difus dan

kurang tegas/jelas atau densitas perihilar.


66

Gambar 35. Ilustrasi Gambaran Foto Toraks Pasien CHF.22

Radiografi dada memperlihatkan kardiomegali, pengalihan vena-

vena lobus atas (tanda panah), garis septum (garis Kerley B) terlihat baik

di zona bawah kanan (tanda panah terbuka), dan penebalan/cairan di fisura

horizontal (mata panah). Cairan di fisura horizontal kanan kadang-kadang

disebut “Phantom tumour”, itu bisa menghilang pada pemeriksaan

radiologi berikutnya, bila keadaan pasien membaik. 22

Gambar 36. Congestive Heart Failure.22

Penyebab lain yang menyebabkan terjadinya gagal jantung juga

memiliki gambaran radiologis yang berbeda antara satu dengan lainnya,

seperti pada kelainan jantung didapat dan pada kelainan jantung bawaan. 22
67

Tabel 8. Abnormalitas Foto Toraks yang umum ditemukan pada Gagal


Jantung16

3.3.2 USG CHF

Daripada kemajuan teknologinya, perkembangan USG paru

terutama didasarkan pada temuan signifikan artefak sonografi. Terutama

beberapa artefak garis vertikal ekogenik, yang dikenal sebagai garis B,

adalah tanda adanya cairan pada interstisial paru yang sederhana dan non

invasif yang mudah dievaluasi di bedside. Garis B terbentuk dari interaksi

antar muka secara akustik udara-cairan (air-fluid) yang kecil dan

berjumlah multipel, karena fakta bahwa udara dan air adalah 2 unsur

dengan nilai impedansi akustik yang berlawanan. Fenomena ini terkait


68

dengan kontras antara struktur yang terisi udara (air-filled) dan yang kaya

cairan (water-rich), yang menghasilkan banyak gema dari sinar ultrasonic

yang divisualisasikan pada layar sebagai artefak vertikal linier, garis B.23

Gambar 37. USG paru menunjukkan garis B multiple pada kasus edema
paru kardiogenik. Jika pola seperti ini ditemukan pada banyak
lokasi di anterior dan lateral dada, hal ini merupakan
diagnosis sindrom interstitial.23

Pada paru normal yang teraerasi, hanya ada sedikit garis B yang

terdeteksi secara sonografi. Ketika kadar air meningkat dan kadar udara

berkurang karena proses penyakit, sekat interlobular yang menebal dan

cairan dalam ruang alveolar menyebabkan timbulnya garis B difus dan

multipel (Gambar 37). Setiap kondisi paru dimana udara alveolar

berkurang secara parsial dan cairan interstisial atau selularitas meningkat,

menyebabkan terbentuknya garis B pada USG paru. Garis B menggaris

bawahi apa yang disebut sebagai sindrom interstisial. 23

Teknik dasar untuk mendiagnosis sindrom interstisial terdiri dari

pemeriksaan dada anterior dan lateral dengan scan 4 interkostal pada tiap
69

sisi, sesuai dengan area atas dan bawah secara anterior, dan area atas dan

basal secara lateral. Scan yang positif ditandai minimal 3 garis B,

sedangkan pemeriksaan yang positif didefinisikan oleh setidaknya 2 area

positif per sisi.23

Gambar 38. Pola sonografi tipikal dari sindrom difus alveolar-interstitial


(kiri) dan radiografi dada (kanan) pada kasus edema paru
kardiogenik akut. Pada gambaran sonografi kedua sisi, adanya
artefak beberapa ekor komet yang saling berdekatan (minimal
3 per scan dan pada semua area dada) dapat dengan mudah di
bedakan. Gambar-gambar tersebut menunjukkan pola
sonografi B+ sesuai dengan temuan radiologi dari edema
paru.23

Deteksi sederhana garis B tidak memungkinkan diferensiasi

penyakit yang melibatkan interstisial paru, namun tanda-tanda USG organ


70

lainnya dapat digunakna untuk mengkonfirmasi kongesti paru pada gagal

jantung terkompensasi. Untuk memudahkan sonografi jantung yang

terfokus, dapat dilakukan dengan menggunakan probe yang sama yang

digunakan pada pemeriksaan paru, mencari penurunan fungsi ventrikel kiri

secara keseluruhan, yang akan terdeteksi sekitar 50% pada kasus gagal

jantung akut terkompensasi.23

Mengenai USG paru, tanda lain selain garis B mungkin dievaluasi

untuk membedakan pola sindrom interstisial yang serupa dari penyebab

kardiogenik dan non kardiogenik. Termasuk evaluasi sliding pleura dan

iregularitas, distribusi garis B, dan konsolidasi subpleura. Beberapa studi

meunujukkan reliabilitas dari tanda-tanda ini dalam membedakan edema

paru kardiogenik dari ARDS dan fibrosis paru. 23

Diagnosis primer cairan pada interstisial paru dalam keadaan gawat

darurat sangat penting untuk diagnosis banding gagal napas kardiogenik

dan non kardiogenik. Beberapa studi menunjukkan kegunaan garis B

sebagai tes diagnostik primer pada pasien gagal napas akut.23

3.3.3 CT-Scan CHF

CT scan jantung biasanya tidak diperlukan dalam diagnosis rutin

dan manajemen gagal jantung kongestif. Multichannel CT scan berguna

dalam menggambarkan kelainan bawaan dan katup; Namun,

ekokardiografi dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat memberikan

informasi yang sama tanpa mengekspos pasien untuk radiasi pengion.

Tingkat kepercayaan di CT scan moderat, dan tingkat temuan positif palsu

dan negatif palsu di modalitas rendah.25


71

Gambar 39. CT-Scan CHF25


 Penebalan septal dikarenakan edema

 Subtle ground glass opacity in the dependent part of the lungs (HU

difference of 100-150 between the dependent and non-dependent

part of the lung).

 Bilateral pleural fluid.

Pada high resolution computed tomography (HRCT), tanda edema

hidrostatik biasanya ditampakan dengan kombinasi penebalan septa

dan ground-glass opacities. Insidensi dan predominansi dari tanda

tersebut biasanya bervariasi.25

3.3.4 Magnetic Resonance Imaging/MRI CHF

Karena dukungan yang cukup lengkap dari echocardiography, MRI

jarang digunakan dalam pemeriksaan pasien dengan gagal jantung

kongestif. Kegunaan utamanya melibatkan deliniasi kelainan jantung

bawaan dan penyakit penilaian katup jantung; itu juga digunakan pada

pasien dengan kondisi lain. Tingkat kepercayaan di MRI tinggi, dan

tingkat temuan positif palsu dan negatif palsu yang rendah.25


72

Gambar 40. MRI CHF25


Ket. (Gambar A,B): Batas prognosis. (A) Short-axis delayed-

enhancement yang memperlihatkan bekas luka transmural di dinding

anterior dan anteroseptal pada LAD. Karena bekas luka yang meluas di

daerah vaskular, prosedur revaskularisasi seperti bypass arteri coronaria

tidak akan berhasil. (B) Three-chamber delayed-enhancement

memperlihatkan bekas luka transmural yang luas di daerah basal dan

dinding mid-lateral yang mengindikasikan kemungkinan kecil berhasilnya

terapi resinkronisasi jantung.25


73

BAB IV

KESIMPULAN

Gagal jantung kongestif adalah kegagalan ventrikel kiri dan kanan dari

jantung yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk memberikan cardiac output

yang cukup untuk jaringan, menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan

sistemik.

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah

dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen

dan nutrien. Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan

fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai

peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif

yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.

Etiologi gagal jantung pada usia lanjut adalah penyakit jantung iskemik

sebagai etiologi terbanyak, penyakit jantung hipertensif, kardiomiopati, penyakit

jantung valvular, penyakit jantung rhematik, penyakit jantung pulmonik dan

penyakit jantung kongenital. Pada usia dewasa didapatkan bahwa penyakit jantung

iskemik juga menjadi etiologi terbanyak kemudian disusul penyakit jantung

valvular, kardiomiopati, penyakit jantung rhematik, penyakit jantung kongenital,

penyakit jantung hipertensif dan yang terakhir penyakit jantung pulmonic.

Salah satu penegakan diagnosis adanya gagal jantung adalah pemeriksaan

foto rontgen torak, USG, CT-Scan, serta MRI yang dapat menggambarkan ukuran

dan bentuk jantung serta kondisi kedua paru. Pada pemeriksaan foto rontgen

thoraks didapatkan gambaran CTR >50%, efusi pleura, garis kerley A B dan C,

73
74

bat’s wings, serta peribronchial cuffing. Pada ct-scan, tanda edema hidrostatik

biasanya ditampakan dengan kombinasi penebalan septa dan ground-glass

opacities. MRI jarang digunakan dalam pemeriksaan pasien dengan gagal jantung

kongestif. Kegunaan utamanya melibatkan deliniasi kelainan jantung bawaan dan

penyakit penilaian katup jantung. Pada USG dikenal sebagai B-Line, adalah tanda

adanya cairan pada interstisial paru yang sederhana.

Prognosis CHF sendiri dubia at bonam dengan penatalaksaan yang tepat dan

teratur dan Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan

seperti: diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak,

mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur.


DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan R, Siagian D, Harahap S, Dalimunthe N, Isnanta R, Safri Z.


Diagnostik Penunjang Rontgen Thoraks Dalam Menegakkan Gagal
Jantung.

2. Tambuwun Cf, Panda Al, Rampengan Sh. Gambaran Pasien Gagal


Jantung Dengan Penyakit Hipertensi Yang Menjalani Rawat Inap Di Rsup
Prof. Dr. Rd Kandou Manado Periode September–November 2016. E-
Clinic. 2016;4(2).

3. Masengi Kg, Ongkowijaya J, Wantania F. Hubungan Hiperurisemia


Dengan Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. E-Clinic.
2016;4(1).

4. Damanik Aa, Imawati S. Hubungan Kejadian Efusi Pleura Pada Pasien


Gagal Jantung Kongestif Berdasarkan Foto Thoraks Di Rsup Dr Kariadi
Tahun 2015. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 2016;5(4):393-402.

5. Lestari, W. (2013). Tatalaksana Nutrisi Pada Gagal Jantung Kongestif. Hal


: 4-5.

6. Arinda F. Studi Penggunaan Isosorbid Dinitrat Pada Pasien Infark


Miokard Akut Di Instalasi Rawat Inap (Penelitian Dilakukan Di Rumah
Sakit Islam Aisyiyah Malang) (Doctoral Dissertation, University Of
Muhammadiyah Malang).

7. Essianda V, Istanto N, Ismail A. Mortalitas Operasi Jantung Ganti Katup


Di Rsup Dr. Kariadi Semarang Periode Januari 2014–Desember
2014(Doctoral Dissertation, Faculty Of Medicine).

8. Eroschenko, V.P. (2015). Atlas Histologi Difiore. Egc.

9. Ardini De. Perbedaan Etiologi Gagal Jantung Kongestif Pada Usia Lanjut
Dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari-Desember
2006 (Doctoral Dissertation, Faculty Of Medicine).

10. Purbianto P, Agustanti D. Analisis Faktor Risiko Gagal Jantung Di Rsud


Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai
Betik. 2017 Sep 27;11(2):194-203.

11. Iyonu R, Zees Rf, Kasim Vn. Hubungan Posisi Tidur Semi Fowler Dengan
Kualitas Tidur Pada Klien Gagal Jantung Kongestif Di Rsud Dr. M. M
Dunda Limboto. Kim Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan. 2014
Sep 10;2(3).
12. Kumalasari EY, Leksana E. Angka kematian pasien gagal jantung
kongestif di HCU dan ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang (Doctoral
dissertation, Diponegoro University).

13. Djaya Kh, Nasution Sa, Antono D. Gambaran Lama Rawat Dan Profil
Pasien Gagal Jantung Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Indonesian
Journal Of Chest. 2015 Oct;2(4):141-50.

14. Susilo Fa. Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di
Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta Periode Tahun 2008
(Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

15. Djausal An. Gagal Jantung Kongestif. Medical Profession Journal Of


Lampung [Medula]. 2016 May 21;5(1).

16. Indonesia Pd. Pedoman Tata Laksana Gagal Jantung. National


Cardiovascular Center Harapan Kita Hospital. 2015.

17. Khoiriah F, Anggraini Di. Congestive Heart Failure Nyha Iv Et Causa


Penyakit Jantung Rematik Dengan Hipertensi Grade Ii Dan Gizi Kurang.
Jurnal Majority. 2017 Jul 1;6(3):102-8.

18. Rampengan SH. Buku Praktis Kardiologi. Jakarta;2014

19. Austaryani NP. Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Congestive


Heart Failure (Chf) Di Ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit
(Icvcu) Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

20. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Iterna Publising. 2009;1036.

21. Medical Mini Note Radiology.

22. Cremers, Simon., Bradshaw, Jennifer., Herfkens, Freek. 2010. Chest X


Ray-Heart Failure. The Radiology Assistant. Publication date : 1-9-2010.

23. Moeller, T. 2001. Pocket Atlas of Sectional Anatomi. Vol.2. Grammlich ;


Germany.

24. Nurdjanah S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam FK UI.

25. Moeller, T. 2001. Pocket Atlas of Sectional Anatomi. Vol 2. Grammlich :


Germany.

26. Skletal Anatomy dalam http://w-radiology.com


27. Lacey, Gerald De. The Chest X-Ray a Survival Guide. Philadelphia:
Elsevier. 2008.

28. Lorraine B. Ware, M.D., and Michael A. Matthay, M.D.Acute Pulmonary


Edema.http://www.nejm.org/.
REFERAT

Disusun oleh:
Istiqomah, S.ked
Shopia Mabella, S.Ked
Siti Aminah Multazamiyah, S.Ked

Preseptor:
dr. Silman Hadori, Sp.Rad.,MH.Kes
PENDAHULUAN

 Prevalensi gagal jantung terus meningkat bersamaan dengan


bertambah-nya usia.
 Menurut WHO 2013, 17,3 juta orang meninggal akibat gangguan
kardiovaskular, mewakili 30% dari semua kematian global. Dari
kematian ini, diperkirakan 7,3 juta disebabkan oleh penyakit
jantung.
Di Indonesia, sekitar
20/1000 orang mengalami
gagal jantung.

Dari 4,8 juta penduduk


Amerika, sekitar 400.000
terdiagnosa gagal jantung
kongestif per tahunnya.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

 Gagal jantung kongestif adalah kegagalan ventrikel kiri dan kanan


dari jantung yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk
memberikan cardiac output yang cukup untuk jaringan.
GAGAL JANTUNG

GAGAL JANTUNG KANAN GAGAL JANTUNG KIRI

MANIFESTASI KLINIS
Kongestif jaringan perifer dan Dispnea
viseral
Edema ekstrimitas bawah Batuk
Hepatomegali dan nyeri Mudah lelah
tekan pada kuadran kanan atas
abdomen
Anorexia dan mual Kegelisahan dan kecemasan
Nokturia dan kelemahan
ETIOLOGI

 Etiologi terbanyak dari penderita gagal jantung adalah penyakit


jantung iskemik baik pada usia lanjut maupun usia dewasa.
 Kelainan otot jantung
 Aterosklerosis koroner
 Hipertensi sistemik atau pulmonal
 Peradangan & penyakit miokardium degeneratif
 Penyakit jantung lain
 Faktor sistemik
FAKTOR RESIKO

 Yang dapat di modifikasi adalah seperti gaya hidup contohnya:


mengurangi kadar kolesterol lebih dari 200 mg%, perokok aktif ,
hipertensi dan penurunan aktivitas.
 Yang non modifikasi, yang tidak dapat di kontrol. Contohnya: usia,
ras, jenis kelamin, dan riwayat keluarga.
GEJALA DAN TANDA

 Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal


dyspnea.
 Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual,
muntah, asites, hepatomegali, dan edema perifer.
 Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi
buruk sampai delirium.
PATOFISIOLOGI
Disfungsi miokardium

Kemampuan memompa menurun, curah jantung & TD 

Dilatasi ventrikel, preload & beban jantung 

Otot jantung kaku & menebal, disfungsi ventrikel

Respon adatif lokal terpacu, gangguan irama dan konduksi

Peningkatan aktivitas adrenergik simpatis

Kematian mendadak
DIAGNOSIS

 Anamnesa
 Pemeriksaan fisik
 EKG
 Radiografi
GAMBARAN RADIOLOGI

 Radioposisi
 Radioanatomi
 Radiopatologi
Radioposisi X-Ray thoraks
•Posteroanterior Projection (PA)

•Lateral Projection

•Anteroposterior Projection (AP)


Radioposisi USG thoraks
Radioposisi CT-Scan thoraks
Radioposisi MRI thoraks
X-ray thoraks

NORMAL CHF
USG thoraks

NORMAL CHF
CT-Scan thoraks

NORMAL CHF
MRI thoraks

NORMAL CHF
KESIMPULAN
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai