BINTIK MERAH
Ny. A Umur 25 tahun dengan keluhan demam tinggi sejak ± 5 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam tersebut muncul mendadak, terus menerus dan naik
turun, tidak menggigil, keringat dingin (+), otot dan persendian pegal-pegal (+)
tetapi tidak hebat, nyeri dibelakang mata (-), badan terasa lemas, sakit kepala (+),
mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+), nyeri tidak berkurang setelah makan,
batuk berdahak (-), sesak napas (-), nafsu makan berkurang, tidak ada sakit
tenggorokan, perdarahan dari gusi (+), sariawan (+) bintik-bintik kemerahan pada
tubuh, akral hangat, CRT<2 detik, edema tidak ada, sianosis(-), turgor kulit
normal, rumpleed test (+). Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum :
lemah, kesadaran composmentis, TD 100/70 mmHg, nadi : 84 x/m, pernafasan :
20 x/m, suhu : 390C, tinggi badan : 160 cm, berat badan sebelum sakit : 60 kg dan
berat badan saat sakit 45 kg, IMT : 17,5. Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir
didapatkan hemoglobin : 16,5 gr/dl, hematokrit 45,9 %, leukosit 2.600 /mm3,
trombosit 5.000 /mm3, eritrosit 5,6 juta/mm3.
1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
a. Akral adalah ujung dari ekstremitas (tangan dan kaki) atau ujung dari jari-
jari kaki dan tangan manusia.
b. CRT (Capillary refill time) adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah
dasar kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan
(perfusi).
c. Edema adalah akumulasi abnormal cairan di dalam ruang interstitial (celah
di antara sel) atau jaringan tubuh yang menimbulkan pembengkakan.
d. Sianosis adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat
karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah.
e. Turgor kulit adalah elastisitas kulit yang ditentukan dengan mengamati
waktu yang dibutuhkan oleh kulit untuk kembali ke posisi normal setelah
diregangkan atau ditekan.
f. Rumpleed test merupakan uji banding untuk menguji ketahanan pembuluh
darah kapiler.
g. Kesadaran composmetis adalah kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
h. Hematokrit adalah suatu hasil pengukuran yang menyatakan perbandingan
sel darah merah terhadap volume darah.
2. KATA/PROBLEM KUNCI
a. Ny. A umur 25 tahun
b. Demam tinggi sejak ± 5 hari
c. Demam muncul mendadak, terus menerus dan naik turun
d. Bintik-bintik kemerahan pada tubuh
e. Hemoglobin 16,5 gr/dl
f. Hematokrit 45,9 %,
g. Leukosit 2.600 /mm3
h. Trombosit 5.000/ mm3
3. MIND MAP/ LembarCheklis
a. Mind Map DHF
Definisi : Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot, nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. (Amin, 2015).
BINTIK MERAH
ITP Leukemia
Definisi : Idiopetic Trombositopenia Purpura Definisi : Leukimia adalah poliferasi sel
(ITP) adalah suatu kelainan yang berupa leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
gangguan autoimun yang menetap (angka bentuk leukosit yang lain dari pada normal,
trombosit darah perifer <150.000/ml) akibat jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan
autoantibodi yang mengikat antigen trombosit anemia, trombositopeni dan diakhiri dengan
menyebabkan destruksi prematur trombosit kematian. (Amin, 2015)
dalam sistem retikuloendotel terutama limpa.
(Amin, 2015).
b. Lembar Ceklis
MANIFESTASI KLINIS DHF ITP LEUKEMIA
Demam tinggi √ √
Demam mendadak, terus-menerus dan naik √
turun
Keringat dingin √
Otot dan persendian pegal-pegal √ √
4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a. Mengapa pada penyakit demam berdarah terjadi bintik-bintik merah pada tubuh?
b. Bagimana cara melakukan rumpleed test? Bagaimana pula hasil dari rampleed test
tersebut?
c. Berapakah jumlah normal dari leukosit? Apa yang menyebabkan leukosit menurun?
d. Mengapa terjadi penurunan trombosit?
5. JAWABAN PERTANYAAN
a. Bintik merah pada demam berdarah dengue atau yang disebut petekie terjadi karena
perembesan kapiler darah sehingga darah bocor dan keluar ke kulit. Bintik merah pada
demam berdarah memiliki karakteristik yang khas. Ciri bintik merah demam berdarah
yaitu ketika kulit di sekitar bintik merah tersebut diregangkan maka bintik merah akan
tetap ada atau tidak menghilang. Sedangkan jika bintik merah ini disebabkan karena
gigitan nyamuk atau pun ruam kulit yang lain maka ketika kulit di sekitar bintik
diregangkan, maka bintik merah akan menghilang. Hal ini yang membedakan bintik
merah pada demam berdarah (petekie) dengan bintik merah akibat sebab lainnya.
b. Rumpleed test adalah salah satu cara yang paling mudah dan cepat untuk menentukan
apakah terkena demam berdarah atau tidak. Rumple leed adalah pemeriksaan bidang
hematologi dengan melakukan pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit
untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit. Prosedur pemeriksaan
rumpleed tes yaitu:
1) Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan 100
mmHg (jika tekanan sistolik pesakit < 100 mmHg pump sampai tekanan ditengah-
tengah nilai sistolik dan diastolik).
2) Biarkan tekanan itu selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan dari test
IVY, 5 menit sudah mencukupi).
3) Lepaskan ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis
darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi
kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit pada
lengan yang satu lagi (yang tidak diikat).
4) Cari dan hitumg jumlah jumlah petekie yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah
5cm kira-kira 4cm distal dari fossa cubiti.
Hasil pemeriksaannya yaitu :
Jika ada > 10 petekie dalam lingkaran bergaris tengah 5cm kira-kira 4cm distal dari fossa
cubiti test rumpleed dikatakan positif. Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak ada
petekie, tetapi terdapat petekie pada distal yang lebih jauh dari pada itu, test rumpled juga
dikatakan positif. Namun, apabila terdapat petekie <10 atau bahkan tidak ada sama sekali,
maka rumpled tes dikatakan negatif.
c. Jumlah normal leukosit yaitu 7000-9000/mm3. Pada penderita DBD (Demam Berdarah
Dengue) leukopenia dapat terjadi pada hari demam pertama dan ke-3 pada 50% kasus
DBD ringan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh adanya degenerasi sel
Polymorphonuclear Neutrophilic Leukocyte (PMN) yang matur dan pembentukan sel
PMN muda. Pada saat demam, mulai terjadi pengurangan jumlah leukosit dan netrofil
disertai limfositosis relatif. Leukopenia mencapai puncaknya sesaat sebelum demam
turun dan normal kembali pada 2-3 hari setelah defervescence (demam turun). Terjadinya
leukopenia pada infeksi dengue disebabkan karena adanya penekanan sumsum tulang akibat
dari proses infeksi virus secara langsung ataupun karena mekanisme tidak langsung melalui
produksi sitokin-sitokin proinflamasi yang menekan sumsum tulang.
d. Penurunan jumlah trombosit <150.000/µl dikategorikan sebagai trombositopenia.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsum tulang,
destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Penyebab trombositopenia pada DBD
adalah akibat terbentuknya kompleks virus antibodi yang merangsang terjadinya agregasi
trombosit. Agregat tersebut melewati RES sehingga dihancurkan. Peningkatan destruksi
trombosit di perifer juga merupakan penyebab trombositopenia pada DBD.
6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
Pada kasus di atas data yang ditampilkan masih minim. Untuk memperjelas penarikan
diagnosa medis dari penyakit di atas perlu dengan melakukan pemeriksaan penunjang dan
juga penatalaksanaan untuk penyakit tersebut.
7. INFORMASI TAMBAHAN
Pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan dari penyakit DBD
a. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan
apusan darah tepi. Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15% dari
jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat.
Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.
Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di temukan pada hari ke-3
demam
Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP
pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
SGOT/SGPT: dapat meningkat.
Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal
Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau
komponen darah
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
2) Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila terjadi
perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto
rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.
b. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi spesifik untuk penderita demam berdarah dengue, prinsip utama
adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif adekuat, angka kematian dapat diturunkan
hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang
paling penting dalam penanganan kasus DBD. Jika asupan cairan oral pasien tidak
mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan intravena untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PDAPDI) bersama dengan
Divisi penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protokol penatalaksanaan DBD pada
pasien dewasa.
Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :
1) Protokol 1
Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok di ruang gawat darurat dilakukan
pemerikksaan hemoglobin, hematokrit dan trombosit, bila :
Hemoglobin, hematokrit dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-
150.000/mm3, pasiendapat dipulangkan dengan anjuran kontrol.
Hemoglobin, hematokrit normal tetapi trombosit <100.000/mm3 dianjurkan untuk
dirawat.
Hemoglobin, hematokrit meningkat dan trombosit normal atau turun juga
dianjurkan untuk dirawat.
2) Protokol 2
Pasien dengan tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan tanpa syok maka diruang
rawat diberikan cairan infuse kristaloid dengan rumus :1500+ (20x(BB dalam kg-20))
3) Protokol 3
Peningkatan hematokrit >20% menunjukkan bahwa tubuh mengalami defisit cairan
sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan
memberikan infuse cairan kristaloid sebanyak 6-7ml/kg/jam. Pasien dipantau setelah
3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan hematokrit
turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin meningkat, maka
jumlah cairan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam. Jika setelah pemberian terapi cairan
awal 6-7ml/kgBB/jam tidak membaik, yang ditandai dengan hemtokrit dan nadi
meningkat, produksi urin menurun, maka kita harus menaikkan jumlah cairan infuse
menjadi 10ml/kgBB/jam.
4) Protokol 4
Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah: perdarahan
hidung, perdarahan saluran kemih, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanyak 4ml/kgBB/jam. Pada
keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan DBD
tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan jumlah urin
dilakukan dengan kewaspadaan hemoglobin, hematokrit, dan trombosit serta
hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan
trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
5) Protokol 5
Penatalaksanaan Sindrom Syok Dengue (SSD) pada dewasa. Bila berhadapan dengan
sindrom syok dengue maka hal yang perlu diingat adalah bahwa renjatan harus segera
diatasi dan oleh karena itu penggantian cairan intravascular harus segera dilakukan.
Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain
resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan yang
harus dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, hemostasis, kadar natrium, kalium
dan klorida serta ureum dan kreatinin. Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur
sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievalusi setelah 15-30 menit. Bila renjatan teratasi,
jumlah cairan dikurangi menjadi7ml/kgBB/jam. Bila setelah fase awal pemberian
cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka pemberian cairan kristaloid dapat
ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB dan kemudian dievaluasi setelah 20-30 menit.
Bila nilai hematokrit meningkat berarti perembesan plasma masih berlangsung maka
pemberian cairan koloid merupakan pilihan, tetapi bila nilai hematokrit turun, berarti
terjadi perdarahan internal maka penderita diberikan tranfusi darah segar 10 ml/kgBB
dan dapat diulang sesuai kebutuhan.
8. KLARIFIKASI INFORMASI
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan
Masyarakat di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ruang Melati Atas
RSUP Persahabatan
Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351449-PR-Yudi%20Elyas.pdf
9. ANALISA & SINTESIS INFORMASI
Dalam kasus tersebut kami menarik kesimpulan bahwa kasus tersebut tergolong dalam
penyakit DHF (Dengue Hemmoragic Fever) karena dari tanda dan gejala yang ditunjukkan
dalam kasus tersebut lebih mengarah ke tanda dan gejala dari DHF (Dengue Hemmoragic
Fever). Walaupun ada bebarapa manifestasi klinis dari kasus ini dimiliki oleh penyakit lain
seperti timbulnya bintik merah. Namun, bintik merah yang terjadi pada semua penyakit
(DHF (Dengue Hemmoragic Fever), ITP (Idiopathic Trombocytopenic Purpura), dan
leukemia) ini mempunyai ciri khas yang berbeda. Bintik merah pada DHF atau yang disebut
petekie terjadi karena perembesan kapiler darah sehingga darah bocor dan keluar ke kulit.
Bintik merah pada DHF memiliki karakteristik yang khas. Ciri bintik merah DHF yaitu
ketika kulit di sekitar bintik merah tersebut diregangkan maka bintik merah akan tetap ada
atau tidak menghilang dan disertai adanya rampleed test positif. Sedangkan bintik merah
pada ITP mempunyai ciri khas berwarna merah keunguan dan terjadi karena agregasi
trombosit yang mengakibatkan trombosit menyebar dan terjadi penumpukan darah di bawah
kulit yang akhirnya muncul bintik-bintik merah. Bintik merah pada penderita leukemia akan
muncul pada tubuh penderita yang terkait dengan pembengkakan hati dan limpa. Penarikan
diagnosa medis ini juga diperkuat dengan adanya hasil pemeriksaan laboratorium berupa
penurunan trombosit dan leukosit serta peningkatan hemoglobin dan juga hematokrit.
Dimana penurunan trombosit dan leukosit serta peningkatan hemoglobin dan juga
hematokrit tersebut merupakan gejala utama dari penyakit DHF (Dengue Hemmoragic
Fever). Oleh karena itu, kelompok kami menarik kesimpulan bahwa diagnosa medis dari
kasus ini yaitu DHF (Dengue Hemmoragic Fever). Adapun diagnosa keperawatan yang
kami ambil dalam kasus ini yaitu diagnosa hipertermi, diagnosa nyeri akut, diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh serta diagnosa kekurangan volume
cairan. Penarikan diagnosa keperawatan ini juga diangkat berdasarkan data subjektif
maupun data objektif dari kasus, sehingga manifestasi dari kasus tersebut dapat ditangani
menggunakan diagnosa-diagnosa keperawatan tersebut.
10. LAPORAN DISKUSI
a. Konsep Medis
1) Definisi
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik (Amin, 2015).
Dengue Hemmoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides
albopictus dan Aedes Aegepty).
Klasifikasi Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitanya dengan
pengelolaan dan prognosis, WHO membagi DBD dalam 4 derajat setelah kriteria
laboratorik terpenuhi yaitu :
a) Derajat I
Demem mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah tes toniquet positif
b) Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain.
c) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah tekanan darah
rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
d) Derajat IV
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
2) Etiologi
Penyebab dengue hemmoragic fever (DHF) atau demam berdarah adalah virus
Dengue, di Indonesia virus tersebut sampai saat ini telah isolasi menjadi 4 serotipe
virus Dangue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN3, dan DEN-4. Virus ini akan dibawah oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Infeksi salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain.
Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh
salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus yang
berbeda. Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama
justru akan mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat
terinfeksi untuk kedua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis
virus dengue selama masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat
menginfeksi satu kali akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk.
3) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO) sebagai berikut :
a) Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik
b) Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
Terdapat uji tourniquet positif,
Petekie, ekimosis, atau purpura
Pendarahan mukosa (epistaksis, pendarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntikan
Hematemesis atau melena
c) Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
d) Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau
kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung,
jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
a) Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b) Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
c) Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh.
d) Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah trombositopenia (kurang
atau sama dengan 100.000/mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit
lebih atau sama dengan 20%.
4) Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi,
dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah dan kerusakan endotel pembuluh darah serta menyebabkan pirogen eksogen
masuk.
Pirogen eksogen (zat yang dibawa oleh virus) akan merangsang pirogen endogen
yaitu IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Pirogen inilah yang akan merangsang endotelium
hipotalamus untuk mengeluarkan prostaglandin E2. Prostaglandin E2 akan mengatur
termostat di dalam tubuh sehingga menyebabkan suhu tubuh meningkat.
Meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan histamin berakibat
terjadinya ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini menyebabkan terjadinya kebooran
plasma ke ektravaskuler. Adanya kebocoran plasma ke ekstravaskuler menyebabkan
penumpukkan plasma pada daerah abdomen (asites) sehingga menyebabkan tekanan
abdomen meningkat. Tekanan ini mendesak rongga abdomen sehingga menyebabkan
nausea (mual). Nausea (mual) dapat menyebabkan penurunan nafsu makan (anoreksia)
sehingga terjadi penurunan berat badan.
Kerusakan endotel pembuluh darah akan merangsang dan mengaktivasi faktor
pembekuan. Aktifnya faktor pembekuan ini akan menyebabkan menurunnya jumlah
trombosit. Penurunan ini dapat mengakibatkan perdarahan (perdarahan saluran cerna,
hematemesis dan melena). Perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya
jumlah darah yang keluar meningkat dan terjadi hipoksia jaringan. Jumlah darah yang
meningkat mengakibatkan jumlah volume darah intravaskular meningkatn. Apabila
terjadi hipoksia jaringan, maka tubuh hanya akan melakukan proses metabolisme
anaerob sehingga menghasilkan asam laktat yang berlebihan. Kelebihan asam laktat
ini menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Asidosis metabolik dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan memicu pelepasan
mediator-mediator kimia berupa serotonin. Serotonin yang mengakibatkan
peningkatan stimulasi nosiseptor sehingga terjadinya nyeri berupa nyeri otot dan sakit
kepala.
Virus yang dibawa melalui nyamuk aedes aegypti
Menggigit manusia
Melepaskan histamin
Faktor yang
berhubungan : -
HE HE
9. Intruksikan pasien/keluarga 9. Memberikan instruksi kepada
untuk menginformasikan jika pasien dan keluarga pasien jika
peredaan nyeri tidak tercapai nyeri tidak teratasi yang berguna
agar perawat dapat melakukan
tidakan selanjutnya
10. Instruksikan tentang prosedur 10. Mengajarkan pasien teknik non
yang dapat meningkatkan farmakologi agar pasien dapat
nyeri dan tawarkan strategi mengatasi nyeri yang dialami
koping yang disarankan dengan menggunakan non
farmakologi
11. Informasikan tentang 11. Memberi informasi kepada
penggunaan teknik keluarga atau klien agar pasien
nonfarmakologi (relaksasi, dapat mengurangi rasa nyeri yang
imajinasi terbimbing, terapi dirasakan berdasarkan pada terapi
musik distraksi) keperawatan yang disarankan
Kolaborasi Kolaborasi
12. Berikan analgetik untuk 12. Mengurangi rasa nyeri yang
mengurangi nyeri dirasakan
13. Kolaborasikan dengan dokter 13. Dapat menentukan tindakan lain
jika ada keluhan dan tindakan apabila tindakan sebelumnya
nyeri tidak berhasil belum berhasil.
3 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari - Nutritional status : food Observasi Observasi
kebutuhan tubuh (00002) and fluid intake 1. Monitor jumlah nutrisi dan dan 1. Mengetahui penyebab pemasukan
Domain 2 : Nutrisi - Nutritional status : nutrient kandungan kalori yang kurang sehingga dapat
Kelas 1 : Makan intake menentukan intervensi yang sesuai
- Weight control dan efektif
Definisi : 2. Monitor adanya penurunan 2. Mengetahui perubahan berat badan
Asupan nutrisi tidak cukup Tujuan : berat badan yang terjadi (kebersihan nutrisi
untuk memenuhi Setelah dilakukan tindakan dapat diketahui melalui
kebutuhan metabolik keperawatan selama …x24 peningkatan berat badan 500
jam masalah gr/minggu
Batasan Karakteristik : ketidakseimbangan nutrisi 3. Monitor mual 3. Mual mempengaruhi pemenuhan
Data Subjektif : kurang dari kebutuhan nutrisi
Klien mengeluh nafsu tubuh teratasi 4. Monitor tipe dan jumlah 4. Memonitor aktifitas yang
makan berkurang, dan aktivitas yang bisa dilakukan dilakukan agar dapat diketahui
mual Kriteria hasil : jumlah nutrisi dan kalori yang
Data Objektif : - Adanya peningkatan berat dibutuhkan untuk melakukan
Terdapat sariawan badan sesuai dengan tujuan aktivitas
BB sebelum sakit 60 kg
dan BB saat sakit 45 kg - Berat badan ideal sesuai 5. Monitor pertumbuhan dan 5. Mengetahui pengaruh nutrisi
(terjadi penurunan 15 kg) dengan tinggi badan perkembangan dalam pertumbuhan dan
TB : 160 cm - Tidak terjadi penurunan perkembangan
IMT : 17,5 berat badan yang berarti
Hemoglobin 16,5 gr/dl Mandiri Mandiri
Hematokrit 45,9 % 6. Berikan substansi gula 6. Memberikan substansi gula untuk
mengembalikan keadaan normal
Faktor yang setelah berkurangnya nutrisi
berhubungan : 7. Menciptakan lingkungan 7. Lingkungan yang nyaman lebih
Kurang asupan makanan yang menyenangkan untuk kondusif untuk makan sehingga
makan meningkatkan nafsu makan klien
8. Berikan pasien minuman dan 8. Memberikan pasien minuman dan
makanan yang bergizi makanan yang bergizi agar nutrisi
pasien terpenuhi
HE HE
9. Anjurkan pasien untuk 9. Meningkatkan pengetahuan
meningkatkan intake nutrisi pasien terhadap peningkatan
dan bagaimana cara intake nutrisi untuk memenuhi
memenuhi kebutuhan kebutuhan nutrisinya
nutrisinya
10. Ajarkan pasien tentang 10. Dapat memenuhi kebutuhan
makanan yang bergizi dan nutrisi tubuh dengan makanan
tidak mahal yang sehat
11. Ajarkan pasien bagaimana 11. Mengajarkan pasien membuat
membuat catatan makanan catatan makanan harian agar
harian pasien dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya secara
teratur
Kolaborasi Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli gizi 12. Mengetahui jumlah kalori dan
untuk menentukan jumlah nutrisi yang dibutuhkan pasien
kalori dan nutrisi yang sehingga kebutuhan nutrisi tubuh
dibutuhkan pasien terpenuhi
4 Kekurangan volume NOC : NIC
cairan (00002) - Fluid balance Observasi Observasi
Domain 2 : Nutrisi - Nutritional status : food 1. Monitor vital sign 1. Perubahan vital sign ke arah yang
Kelas 1 : Hidrasi and fluid intake abnormal dapat menunjukkan
terjadinya peningkatan kehilangan
cairan akibat perdarahan
2. Pantau warna, jumlah dan 2. Membantu mengevaluasi status
frekuensi kehilangan cairan cairan
Definisi : Mandiri Mandiri
Penurunan cairan Tujuan : 3. Pertahankan catatan intake dan 3. Mengontrol cairan yang masuk dan
intravascular, interstistial, Setelah dilakukan tindakan output yang akurat keluar pada klien
dan/atau intraselular. keperawatan selama …x24 4. Awasi haluaran dan 4. Menentukan kebutuhan
jam masalah kekurangan pemasukan cairan penggantian cairan, dan membantu
Batasan Karakteristik : volume cairan mengevaluasi status cairan
Data Subjektif :
Klien mengeluh keringat Kriteria hasil : HE HE
dingin, badan terasa lemas - Volume cairan tubuh 5. Informasikan kepada klien dan 5. Keterlibatan pasien dan keluarga
dan lemah terutama darah dalam keluarga untuk segera dapat membantu untuk penanganan
Data Objektif : keadaan normal melaporkan jika ada tanda- dini bila terjadi perdarahan
Perdarahan gusi - Intake dan output cairan tanda perdarahan sehingga mengurangi resiko
Trombosit : 5.000/mm3 tubuh normal kekurangan volume cairan
Amin Huda Nurarif, H. K. 2015. Aplikasi & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta:
Medi Action.
Ardiyansyah. 2013. Patofisiologi DBD (online) tersedia di
http://www.scribd.com/doc/231250572/DBD_Patofisiologi diakses tanggal 14 September
2016.
Cowein, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: ECG.
Heather Herdman, S. K. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
ECG.
Hutagalung, Jontari, dkk. 2011.Demam Berdarah Dengue (DBD)(online) tersedia di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23447/4/Chapter%20II.pdf diakses tanggal
14 September 2016.
Juditch M. Wilkinson, N. R. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: ECG Medical
Publisher.
Padia, S. N. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Bengkulu: nuMED.
Yoga, Dwi. 2012. Dengue Hemoragic Fever (online) tersedia di
http://www.scribd.com/doc/309579779/DHF diakses tanggal 14 September 2016.