Anda di halaman 1dari 37

SKENARIO I

BINTIK MERAH
Ny. A Umur 25 tahun dengan keluhan demam tinggi sejak ± 5 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam tersebut muncul mendadak, terus menerus dan naik
turun, tidak menggigil, keringat dingin (+), otot dan persendian pegal-pegal (+)
tetapi tidak hebat, nyeri dibelakang mata (-), badan terasa lemas, sakit kepala (+),
mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+), nyeri tidak berkurang setelah makan,
batuk berdahak (-), sesak napas (-), nafsu makan berkurang, tidak ada sakit
tenggorokan, perdarahan dari gusi (+), sariawan (+) bintik-bintik kemerahan pada
tubuh, akral hangat, CRT<2 detik, edema tidak ada, sianosis(-), turgor kulit
normal, rumpleed test (+). Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum :
lemah, kesadaran composmentis, TD 100/70 mmHg, nadi : 84 x/m, pernafasan :
20 x/m, suhu : 390C, tinggi badan : 160 cm, berat badan sebelum sakit : 60 kg dan
berat badan saat sakit 45 kg, IMT : 17,5. Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir
didapatkan hemoglobin : 16,5 gr/dl, hematokrit 45,9 %, leukosit 2.600 /mm3,
trombosit 5.000 /mm3, eritrosit 5,6 juta/mm3.
1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
a. Akral adalah ujung dari ekstremitas (tangan dan kaki) atau ujung dari jari-
jari kaki dan tangan manusia.
b. CRT (Capillary refill time) adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah
dasar kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan
(perfusi).
c. Edema adalah akumulasi abnormal cairan di dalam ruang interstitial (celah
di antara sel) atau jaringan tubuh yang menimbulkan pembengkakan.
d. Sianosis adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat
karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah.
e. Turgor kulit adalah elastisitas kulit yang ditentukan dengan mengamati
waktu yang dibutuhkan oleh kulit untuk kembali ke posisi normal setelah
diregangkan atau ditekan.
f. Rumpleed test merupakan uji banding untuk menguji ketahanan pembuluh
darah kapiler.
g. Kesadaran composmetis adalah kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
h. Hematokrit adalah suatu hasil pengukuran yang menyatakan perbandingan
sel darah merah terhadap volume darah.
2. KATA/PROBLEM KUNCI
a. Ny. A umur 25 tahun
b. Demam tinggi sejak ± 5 hari
c. Demam muncul mendadak, terus menerus dan naik turun
d. Bintik-bintik kemerahan pada tubuh
e. Hemoglobin 16,5 gr/dl
f. Hematokrit 45,9 %,
g. Leukosit 2.600 /mm3
h. Trombosit 5.000/ mm3
3. MIND MAP/ LembarCheklis
a. Mind Map DHF
Definisi : Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot, nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. (Amin, 2015).

BINTIK MERAH

ITP Leukemia
Definisi : Idiopetic Trombositopenia Purpura Definisi : Leukimia adalah poliferasi sel
(ITP) adalah suatu kelainan yang berupa leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
gangguan autoimun yang menetap (angka bentuk leukosit yang lain dari pada normal,
trombosit darah perifer <150.000/ml) akibat jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan
autoantibodi yang mengikat antigen trombosit anemia, trombositopeni dan diakhiri dengan
menyebabkan destruksi prematur trombosit kematian. (Amin, 2015)
dalam sistem retikuloendotel terutama limpa.
(Amin, 2015).
b. Lembar Ceklis
MANIFESTASI KLINIS DHF ITP LEUKEMIA
Demam tinggi √ √
Demam mendadak, terus-menerus dan naik √
turun
Keringat dingin √
Otot dan persendian pegal-pegal √ √

Badan terasa lemas √ √


Sakit kepala √
Mual √
Nyeri ulu hati, nyeri tidak berkurang setelah √
makan
Nafsu makan berkurang √ √

Perdarahan dari gusi √ √ √


Sariawan √
Bintik-bintik kemerahan pada tubuh √ √ √
Akral hangat √
CRT <2 detik √
Turgor kulit normal √
Rumpleed test (+) √
Lemah √ √
Kesadaran composmentis √

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a. Mengapa pada penyakit demam berdarah terjadi bintik-bintik merah pada tubuh?
b. Bagimana cara melakukan rumpleed test? Bagaimana pula hasil dari rampleed test
tersebut?
c. Berapakah jumlah normal dari leukosit? Apa yang menyebabkan leukosit menurun?
d. Mengapa terjadi penurunan trombosit?
5. JAWABAN PERTANYAAN
a. Bintik merah pada demam berdarah dengue atau yang disebut petekie terjadi karena
perembesan kapiler darah sehingga darah bocor dan keluar ke kulit. Bintik merah pada
demam berdarah memiliki karakteristik yang khas. Ciri bintik merah demam berdarah
yaitu ketika kulit di sekitar bintik merah tersebut diregangkan maka bintik merah akan
tetap ada atau tidak menghilang. Sedangkan jika bintik merah ini disebabkan karena
gigitan nyamuk atau pun ruam kulit yang lain maka ketika kulit di sekitar bintik
diregangkan, maka bintik merah akan menghilang. Hal ini yang membedakan bintik
merah pada demam berdarah (petekie) dengan bintik merah akibat sebab lainnya.
b. Rumpleed test adalah salah satu cara yang paling mudah dan cepat untuk menentukan
apakah terkena demam berdarah atau tidak. Rumple leed adalah pemeriksaan bidang
hematologi dengan melakukan pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit
untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit. Prosedur pemeriksaan
rumpleed tes yaitu:
1) Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan 100
mmHg (jika tekanan sistolik pesakit < 100 mmHg pump sampai tekanan ditengah-
tengah nilai sistolik dan diastolik).
2) Biarkan tekanan itu selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan dari test
IVY, 5 menit sudah mencukupi).
3) Lepaskan ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis
darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi
kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit pada
lengan yang satu lagi (yang tidak diikat).
4) Cari dan hitumg jumlah jumlah petekie yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah
5cm kira-kira 4cm distal dari fossa cubiti.
Hasil pemeriksaannya yaitu :
Jika ada > 10 petekie dalam lingkaran bergaris tengah 5cm kira-kira 4cm distal dari fossa
cubiti test rumpleed dikatakan positif. Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak ada
petekie, tetapi terdapat petekie pada distal yang lebih jauh dari pada itu, test rumpled juga
dikatakan positif. Namun, apabila terdapat petekie <10 atau bahkan tidak ada sama sekali,
maka rumpled tes dikatakan negatif.
c. Jumlah normal leukosit yaitu 7000-9000/mm3. Pada penderita DBD (Demam Berdarah
Dengue) leukopenia dapat terjadi pada hari demam pertama dan ke-3 pada 50% kasus
DBD ringan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh adanya degenerasi sel
Polymorphonuclear Neutrophilic Leukocyte (PMN) yang matur dan pembentukan sel
PMN muda. Pada saat demam, mulai terjadi pengurangan jumlah leukosit dan netrofil
disertai limfositosis relatif. Leukopenia mencapai puncaknya sesaat sebelum demam
turun dan normal kembali pada 2-3 hari setelah defervescence (demam turun). Terjadinya
leukopenia pada infeksi dengue disebabkan karena adanya penekanan sumsum tulang akibat
dari proses infeksi virus secara langsung ataupun karena mekanisme tidak langsung melalui
produksi sitokin-sitokin proinflamasi yang menekan sumsum tulang.
d. Penurunan jumlah trombosit <150.000/µl dikategorikan sebagai trombositopenia.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsum tulang,
destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Penyebab trombositopenia pada DBD
adalah akibat terbentuknya kompleks virus antibodi yang merangsang terjadinya agregasi
trombosit. Agregat tersebut melewati RES sehingga dihancurkan. Peningkatan destruksi
trombosit di perifer juga merupakan penyebab trombositopenia pada DBD.
6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
Pada kasus di atas data yang ditampilkan masih minim. Untuk memperjelas penarikan
diagnosa medis dari penyakit di atas perlu dengan melakukan pemeriksaan penunjang dan
juga penatalaksanaan untuk penyakit tersebut.
7. INFORMASI TAMBAHAN
Pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan dari penyakit DBD
a. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan
apusan darah tepi. Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
 Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15% dari
jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat.
 Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.
 Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di temukan pada hari ke-3
demam
 Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP
pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
 Protein/albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
 SGOT/SGPT: dapat meningkat.
 Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal
 Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
 Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau
komponen darah
 Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
2) Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila terjadi
perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto
rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.
b. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi spesifik untuk penderita demam berdarah dengue, prinsip utama
adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif adekuat, angka kematian dapat diturunkan
hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang
paling penting dalam penanganan kasus DBD. Jika asupan cairan oral pasien tidak
mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan intravena untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PDAPDI) bersama dengan
Divisi penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protokol penatalaksanaan DBD pada
pasien dewasa.
Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :
1) Protokol 1
Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok di ruang gawat darurat dilakukan
pemerikksaan hemoglobin, hematokrit dan trombosit, bila :
 Hemoglobin, hematokrit dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-
150.000/mm3, pasiendapat dipulangkan dengan anjuran kontrol.
 Hemoglobin, hematokrit normal tetapi trombosit <100.000/mm3 dianjurkan untuk
dirawat.
 Hemoglobin, hematokrit meningkat dan trombosit normal atau turun juga
dianjurkan untuk dirawat.
2) Protokol 2
Pasien dengan tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan tanpa syok maka diruang
rawat diberikan cairan infuse kristaloid dengan rumus :1500+ (20x(BB dalam kg-20))
3) Protokol 3
Peningkatan hematokrit >20% menunjukkan bahwa tubuh mengalami defisit cairan
sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan
memberikan infuse cairan kristaloid sebanyak 6-7ml/kg/jam. Pasien dipantau setelah
3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan hematokrit
turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin meningkat, maka
jumlah cairan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam. Jika setelah pemberian terapi cairan
awal 6-7ml/kgBB/jam tidak membaik, yang ditandai dengan hemtokrit dan nadi
meningkat, produksi urin menurun, maka kita harus menaikkan jumlah cairan infuse
menjadi 10ml/kgBB/jam.
4) Protokol 4
Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah: perdarahan
hidung, perdarahan saluran kemih, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanyak 4ml/kgBB/jam. Pada
keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan DBD
tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan jumlah urin
dilakukan dengan kewaspadaan hemoglobin, hematokrit, dan trombosit serta
hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan
trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
5) Protokol 5
Penatalaksanaan Sindrom Syok Dengue (SSD) pada dewasa. Bila berhadapan dengan
sindrom syok dengue maka hal yang perlu diingat adalah bahwa renjatan harus segera
diatasi dan oleh karena itu penggantian cairan intravascular harus segera dilakukan.
Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain
resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan yang
harus dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, hemostasis, kadar natrium, kalium
dan klorida serta ureum dan kreatinin. Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur
sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievalusi setelah 15-30 menit. Bila renjatan teratasi,
jumlah cairan dikurangi menjadi7ml/kgBB/jam. Bila setelah fase awal pemberian
cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka pemberian cairan kristaloid dapat
ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB dan kemudian dievaluasi setelah 20-30 menit.
Bila nilai hematokrit meningkat berarti perembesan plasma masih berlangsung maka
pemberian cairan koloid merupakan pilihan, tetapi bila nilai hematokrit turun, berarti
terjadi perdarahan internal maka penderita diberikan tranfusi darah segar 10 ml/kgBB
dan dapat diulang sesuai kebutuhan.
8. KLARIFIKASI INFORMASI
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan
Masyarakat di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ruang Melati Atas
RSUP Persahabatan
Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351449-PR-Yudi%20Elyas.pdf
9. ANALISA & SINTESIS INFORMASI
Dalam kasus tersebut kami menarik kesimpulan bahwa kasus tersebut tergolong dalam
penyakit DHF (Dengue Hemmoragic Fever) karena dari tanda dan gejala yang ditunjukkan
dalam kasus tersebut lebih mengarah ke tanda dan gejala dari DHF (Dengue Hemmoragic
Fever). Walaupun ada bebarapa manifestasi klinis dari kasus ini dimiliki oleh penyakit lain
seperti timbulnya bintik merah. Namun, bintik merah yang terjadi pada semua penyakit
(DHF (Dengue Hemmoragic Fever), ITP (Idiopathic Trombocytopenic Purpura), dan
leukemia) ini mempunyai ciri khas yang berbeda. Bintik merah pada DHF atau yang disebut
petekie terjadi karena perembesan kapiler darah sehingga darah bocor dan keluar ke kulit.
Bintik merah pada DHF memiliki karakteristik yang khas. Ciri bintik merah DHF yaitu
ketika kulit di sekitar bintik merah tersebut diregangkan maka bintik merah akan tetap ada
atau tidak menghilang dan disertai adanya rampleed test positif. Sedangkan bintik merah
pada ITP mempunyai ciri khas berwarna merah keunguan dan terjadi karena agregasi
trombosit yang mengakibatkan trombosit menyebar dan terjadi penumpukan darah di bawah
kulit yang akhirnya muncul bintik-bintik merah. Bintik merah pada penderita leukemia akan
muncul pada tubuh penderita yang terkait dengan pembengkakan hati dan limpa. Penarikan
diagnosa medis ini juga diperkuat dengan adanya hasil pemeriksaan laboratorium berupa
penurunan trombosit dan leukosit serta peningkatan hemoglobin dan juga hematokrit.
Dimana penurunan trombosit dan leukosit serta peningkatan hemoglobin dan juga
hematokrit tersebut merupakan gejala utama dari penyakit DHF (Dengue Hemmoragic
Fever). Oleh karena itu, kelompok kami menarik kesimpulan bahwa diagnosa medis dari
kasus ini yaitu DHF (Dengue Hemmoragic Fever). Adapun diagnosa keperawatan yang
kami ambil dalam kasus ini yaitu diagnosa hipertermi, diagnosa nyeri akut, diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh serta diagnosa kekurangan volume
cairan. Penarikan diagnosa keperawatan ini juga diangkat berdasarkan data subjektif
maupun data objektif dari kasus, sehingga manifestasi dari kasus tersebut dapat ditangani
menggunakan diagnosa-diagnosa keperawatan tersebut.
10. LAPORAN DISKUSI
a. Konsep Medis
1) Definisi
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik (Amin, 2015).
Dengue Hemmoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides
albopictus dan Aedes Aegepty).
Klasifikasi Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitanya dengan
pengelolaan dan prognosis, WHO membagi DBD dalam 4 derajat setelah kriteria
laboratorik terpenuhi yaitu :
a) Derajat I
Demem mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah tes toniquet positif
b) Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain.
c) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah tekanan darah
rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
d) Derajat IV
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
2) Etiologi
Penyebab dengue hemmoragic fever (DHF) atau demam berdarah adalah virus
Dengue, di Indonesia virus tersebut sampai saat ini telah isolasi menjadi 4 serotipe
virus Dangue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN3, dan DEN-4. Virus ini akan dibawah oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Infeksi salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain.
Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh
salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus yang
berbeda. Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama
justru akan mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat
terinfeksi untuk kedua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis
virus dengue selama masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat
menginfeksi satu kali akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk.
3) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO) sebagai berikut :
a) Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik
b) Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
 Terdapat uji tourniquet positif,
 Petekie, ekimosis, atau purpura
 Pendarahan mukosa (epistaksis, pendarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntikan
 Hematemesis atau melena
c) Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
d) Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau
kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung,
jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
a) Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b) Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
c) Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh.
d) Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah trombositopenia (kurang
atau sama dengan 100.000/mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit
lebih atau sama dengan 20%.
4) Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi,
dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah dan kerusakan endotel pembuluh darah serta menyebabkan pirogen eksogen
masuk.
Pirogen eksogen (zat yang dibawa oleh virus) akan merangsang pirogen endogen
yaitu IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Pirogen inilah yang akan merangsang endotelium
hipotalamus untuk mengeluarkan prostaglandin E2. Prostaglandin E2 akan mengatur
termostat di dalam tubuh sehingga menyebabkan suhu tubuh meningkat.
Meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan histamin berakibat
terjadinya ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini menyebabkan terjadinya kebooran
plasma ke ektravaskuler. Adanya kebocoran plasma ke ekstravaskuler menyebabkan
penumpukkan plasma pada daerah abdomen (asites) sehingga menyebabkan tekanan
abdomen meningkat. Tekanan ini mendesak rongga abdomen sehingga menyebabkan
nausea (mual). Nausea (mual) dapat menyebabkan penurunan nafsu makan (anoreksia)
sehingga terjadi penurunan berat badan.
Kerusakan endotel pembuluh darah akan merangsang dan mengaktivasi faktor
pembekuan. Aktifnya faktor pembekuan ini akan menyebabkan menurunnya jumlah
trombosit. Penurunan ini dapat mengakibatkan perdarahan (perdarahan saluran cerna,
hematemesis dan melena). Perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya
jumlah darah yang keluar meningkat dan terjadi hipoksia jaringan. Jumlah darah yang
meningkat mengakibatkan jumlah volume darah intravaskular meningkatn. Apabila
terjadi hipoksia jaringan, maka tubuh hanya akan melakukan proses metabolisme
anaerob sehingga menghasilkan asam laktat yang berlebihan. Kelebihan asam laktat
ini menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Asidosis metabolik dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan memicu pelepasan
mediator-mediator kimia berupa serotonin. Serotonin yang mengakibatkan
peningkatan stimulasi nosiseptor sehingga terjadinya nyeri berupa nyeri otot dan sakit
kepala.
Virus yang dibawa melalui nyamuk aedes aegypti

Menggigit manusia

Virus beredar dalam aliran


darah
Terinfeksi virus dengue (Viremia)

Pathway Sistem komplemen aktif

Melepaskan C3a & C5a

Melepaskan histamin

Pembuluh darah melebar (vasodilatasi)

Masuknya pirogen eksogen Permeabilitas membran meningkat Kerusakan endotel


pembuluh darah
Merangsang pirogen Ekstravisasi cairan vaskuler
endogen yaitu IL-1, IL-6, Merangsang dan mengaktivasi
TNF-α, dan IFN Kebocoran plasma ke ektravaskuler faktor pembekuan untuk
menutupi kerusakan
Merangsang endotelium Plasma menumpuk pada abdomen (Asites)
hipotalamus
Penurunan jumlah trombosit
Tekanan abdomen 
Membentuk prostaglandin
E2 Jumlah darah Perdarahan (perdarahan
Mendesak rongga yang keluar  saluran cerna,
lambung hematemesi dan melena)
Mengubah setting termostat
di dalam tubuh Jumlah volume darah
Nausea Anoreksia
intavaskular  Hipoksia jaringan
Suhu tubuh meningkat
Berat badan menurun
Dx. Kekurangan Metabolisme anaerob
Dx. Hipertermia volume cairan
Dx. Ketidakseimbangan Nutrisi Asam laktat berlebihan
Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Asidosis Metabolik

Pelepasan mediator-mediator kimia berupa serotonin Kerusakan jaringan

Peningkatan stimulasi nosiseptor Nyeri (nyeri otot & sakit kepala)

Dx. Nyeri Akut


5) Komplikasi
a) Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, koagulopati,
trombositopenia (<100.000/mm3), dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit.Tendensi
perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.
b) Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7, disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi
cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi
dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous
return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi
disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity dan
integritas sistem kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel
secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam 12-24 jam.
c) Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel
kapiler.Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibodi.
d) Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi
aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.
6) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi dengue adalah :
a) Laboratorium darah lengkap
 Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
Normal : pria 40-48 %
 Trombositopeni (jumlah trombosit kurang dari 100.000 mm³)
Normal : 150000-400000/ui
 Perpanjangan masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protombin
 Hemoglobin dan PCV (Packed Cell Volume)/hematokrit meningkat (20%)
 Asidosis
 Kimia darah : hiponatremia, hipokalemia, hipoproteinemia
b) Uji tourniquet/rempleed test positif
Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan dengan cara
memompakan manset sampai ke titik antara tekanan sistolik dan diastolik selama
lima menit. Hasil dipastikan positif bila terdapat 10 atau lebih ptekie per 2,5 cm².
Pada DHF biasanya uji tourniquet memberikan hasil positif kuat dengan dijumpai
20 ptekie atau lebih. Uji tourniquet bisa saja negatif atau hanya positif ringan
selama masa shok, dan menunjukkan hasil positif bila dilakukan setelah masa
pemulihan fase shok.
c) Radiologi foto thorak: 50% ditemukan efusi fleurayang dapat terjadi karena adanya
rembesen plasma.
d) Urine : albuminuria ringan
e) Sumsum tulang : awal hiposeluler kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5
dengan gangguan maturasi. Hari ke 10 biasanya normal.
f) Pemeriksan serologi : dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara
haemaglutination inhibition tes (HI test)/ dengan uji pengikatan komplemen
(complemen fixation test/ CFT) diambil darah vena 2-5 ml
g) USG : hematomegali-splenomegali
7) Penatalaksanaan
a) Medik
 DHF tanpa renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari ), seperti jus jambu, air teh manis
dan gula, sirup, dan susu
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal (antionvulsan) untuk anak <1th dosis
50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi
, beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB (anak <1th dan pada anak >1th
diberikan 5 mg/ kg BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat.
 DHF dengan renjatan
- Pasang infus RL
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20 – 30
ml/ kg BB), warna kuning pekat
- Tranfusi jika hemoglobin, hematokritturun
b) Keperawatan
 Pengawasan tanda-tanda vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, dan trombosit tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasien DHF derajat I : pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam, periksa hemoglobin, hematokrit, trombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½
liter-2 liter per hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan hb,
hthemoglobin, hematokrit, trombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah,
kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda– tanda vital tiap 15 menit, pasang kateter, observasi
produksi urin tiap jam, periksa hemoglobin, hematokrit dan trombosit.
 Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : petekie, epistaksis, hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT(nasogastric tube)pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro
Intestinal
 Peningkatan suhu tubuh
- Observasi/ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres
b. Konsep Keperawatan
KASUS SKENARIO I
BINTIK MERAH
Ny. A Umur 25 tahun dengan keluhan demam tinggi sejak ± 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam tersebut muncul mendadak, terus menerus dan naik turun, tidak menggigil,
keringat dingin (+), otot dan persendian pegal-pegal (+) tetapi tidak hebat, nyeri dibelakang
mata (-), badan terasa lemas, sakit kepala (+), mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+), nyeri
tidak berkurang setelahmakan, batuk berdahak (-), sesak napas (-),nafsu makan berkurang,
tidak ada sakit tenggorokan, perdarahan dari gusi (+), sariawan (+) bintik-bintik kemerahan
pada tubuh, akral hangat, CRT<2 detik, edema tidak ada, sianosis(-),turgor kulit normal,
rumpleed test (+). Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum : lemah, kesadaran
composmentis, TD 100/70 mmHg, nadi : 84 x/m, pernafasan : 20 x/m, suhu : 390C, tinggi
badan : 160 cm, berat badan sebelum sakit : 60 kg dan berat badan saat sakit 45 kg, IMT :
17,5. hasil pemeriksaan laboratorium terakhir didapatkan hemoglobin : 16,5 gr/dl, hematokrit
45,9 %, leukosit 2.600 /mm3, trombosit 5.000 /mm3, eritrosit 5,6 juta/mm3.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DHF (DENGUE HEMORRAGIC FEVER)
DI RUANG ……………………………………
TANGGAL 13 SEPTEMBER 2016
I. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 25 tahun
Agama : (Tidak terdapat dalam kasus)
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : (Tidak terdapat dalam kasus)
Pendidikan : (Tidak terdapat dalam kasus)
Pekerjaan : (Tidak terdapat dalam kasus)
Suku Bangsa : (Tidak terdapat dalam kasus)
Alamat : (Tidak terdapat dalam kasus)
Tanggal Masuk : (Tidak terdapat dalam kasus)
Tanggal Pengkajian : (Tidak terdapat dalam kasus)
No. Register : (Tidak terdapat dalam kasus)
Diagnosa Medis : DHF (Dengue Hemmoragic Fever)
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : (Tidak terdapat dalam kasus)
Umur : (Tidak terdapat dalam kasus)
Hub. Dengan Klien : (Tidak terdapat dalam kasus)
Alamat : (Tidak terdapat dalam kasus)
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini)
Klien mengeluh demam tinggi, keringat dingin, otot dan persendian pegal-
pegal, badan terasa lemas, sakit kepala, dan lemah.
2) Alasan masuk rumah sakit
Klien masuk rumah sakit karena demam tinggi selama ±5 hari
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
(Tidak terdapat dalam kasus)
b. Status Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami : (Tidak terdapat dalam kasus)
2) Pernah dirawat : (Tidak terdapat dalam kasus)
3) Alergi : (Tidak terdapat dalam kasus)
4) Kebiasaan (Merokok/kopi/alcohol/dll) : (Tidak terdapat dalam kasus)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
(Tidak terdapat dalam kasus)
d. Diagnosa Medis : DHF (Dengue Hemmoragic Fever)
3. Pola Kebutuhan Dasar (Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a. Pola Persepsi dan Menajemen Kesehatan
(Tidak terdapat dalam kasus)
b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit : (Tidak terdapat dalam kasus)
 Saat sakit : Nafsu makan berkurang, mual, terjadi penurunan
berat badan
c. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit : (Tidak terdapat dalam kasus)
 Saat sakit : (Tidak terdapat dalam kasus)
2) BAK
 Sebelum sakit : (Tidak terdapat dalam kasus)
 Saat sakit : (Tidak terdapat dalam kasus)
d. Pola Aktivitas dan Latihan
(Tidak terdapat dalam kasus)
e. Pola Kognitif dan Persepsi
(Tidak terdapat dalam kasus)
f. Pola Persepsi-Konsep Diri
(Tidak terdapat dalam kasus)
g. Pola Tidur dan Istirahat
 Sebelum sakit : (Tidak terdapat dalam kasus)
 Saat sakit : (Tidak terdapat dalam kasus)
h. Pola Peran-Hubungan
(Tidak terdapat dalam kasus)
i. Pola Seksual-Reproduksi
 Sebelum sakit : (Tidak terdapat dalam kasus)
 Saat sakit : (Tidak terdapat dalam kasus)
j. Pola Toleransi Stress-Koping
(Tidak terdapat dalam kasus)
k. Pola Nilai Kepercayaan
(Tidak terdapat dalam kasus)
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Komposmentis
b. GCS
1) Verbal : (Tidak terdapat dalam kasus)
2) Psikomotor : (Tidak terdapat dalam kasus)
3) Mata : (Tidak terdapat dalam kasus)
c. Tanda-tanda Vital
1) Nadi : 84 x/m
Normal : 600-100 x/m
2) Suhu : 39ºC
Normal : 36,5-37,5 ºC
3) TD : 100/70 mmHg
Normal : TD Sistol = 90-120 mmHg TD Diastol = <80 mmHg
4) RR : 20 x/m
Normal : 14-20 x/m
d. Keadaan Fisik
1) Kepala dan Leher
(Tidak terdapat dalam kasus)
2) Dada
 Paru-paru : (Tidak terdapat dalam kasus)
 Jantung : (Tidak terdapat dalam kasus)
3) Payudara dan Ketiak
(Tidak terdapat dalam kasus)
4) Abdomen
(Tidak terdapat dalam kasus)
5) Genitalia
(Tidak terdapat dalam kasus)
6) Integumen
Turgor kulit normal, keringat dingin, dan bintik-bintik kemerahan pada kulit
7) Ekstremitas
 Atas : Akral hangat
 Bawah : Akral hangat
8) Neurologis
 Status mental dan emosi : (Tidak terdapat dalam kasus)
 Pengkajian saraf cranial : (Tidak terdapat dalam kasus)
 Pemeriksaan reflex : (Tidak terdapat dalam kasus)
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Data Laboratorium yang Berhubungan
 Hemoglobin : 16,5 g/dL
Normal : Wanita = 12-16 gr/dL Pria =13-18 gr/dL
 Hematokrit : 45,9%
Normal : Wanita = 37-47% Pria = 40-54%
 Leukosit : 2.600/mm3
Normal : 7.000-9.000/mm3
 Trombosit : 5.000/mm3
Normal : 150.000-400.000/mm3
 Eritrosit : 5,6 juta//mm3
Normal : Wanita = 4,2-5,5 juta/mm3 Pria = 4,5-6,3 juta/mm3
2) Pemeriksaan Radiologi
(Tidak terdapat dalam kasus)
3) Hasil Konsultasi
(Tidak terdapat dalam kasus)
4) Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Lain
(Tidak terdapat dalam kasus)
5. Analisis Data
A. Tabel Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Data Subjektif : Virus yang dibawa melalui Hipertermi
Klien mengeluh demam nyamuk aedes aegypti

tinggi sejak ± 5 hari Menggigit manusia
sebelum masuk rumah sakit. Virus Beredar dalam aliran
Demam tersebut muncul darah

mendadak, terus menerus
Terinfeksi virus dengue
dan naik turun, dan akral (Viremia)
hangat. 
Sistem komplemen aktif
Data Objektif :

Terdapat bintik merah pada Melepaskan C3a &C5a
tubuh 
Melepaskan histamin
Nadi : 84 x/m,

Pernafasan : 20 x/m Pembuluh darah melebar
Suhu : 390C (vasodilatasi)

Masuknya pirogen eksogen

Merangsang pirogen endogen
yaitu IL-1, IL-6, TNF-α, dan
IFN

Merangsang endotelium
hipotalamus

Membentuk prostaglandin E2

Mengubah setting termostat
di dalam tubuh

Suhu tubuh meningkat

Dx. Hipertermia
2. Data Subjektif : Virus yang dibawa melalui Nyeri akut
Klien mengeluh otot dan nyamuk aedes aegypti

sendi pegal-pegal, nyeri ulu Menggigit manusia
hati yang tidak berkurang Virus Beredar dalam aliran
setelah makan dan sakit darah

kepala.
Terinfeksi virus dengue
Data Objektif : - (Viremia)

Sistem komplemen aktif
Pengkajian Nyeri

berdasarkan PQRST Melepaskan C3a &C5a
1. Provokes : kerusakan 
Melepaskan histamin
jaringan

2. Quality : tertusuk-tusuk Pembuluh darah melebar
3. Region : otot, persendian (vasodilatasi)

dan ulu hati
Kerusakan endotel pembuluh
4. Scale : 5 (kuat dan darah
dalam) 
Merangsang dan
5. Time : <6 bulan
mengaktivasi faktor
pembekuan untuk menutupi
kerusakan

Penurunan jumlah trombosit

Perdarahan (perdarahan
saluran cerna, hematemesi
dan melena)

Hipoksia jaringan

Metabolisme anaerob

Asam laktat berlebihan

Asidosis Metabolik

Kerusakan jaringan

Pelepasan mediator-mediator
kimia berupa serotonin

Peningkatan stimulasi
nosiseptor

Nyeri (nyeri otot dan sakit
kepala)

Dx. Nyeri Akut
3. Data Subjektif : Virus yang dibawa melalui Ketidakseimbangan
Klien mengeluh nafsu nyamuk aedes aegypti nutrisi kurang dari

makan berkurang, dan mual Menggigit manusia kebutuhan tubuh
Data Objektif : Virus beredar dalam aliran
Terdapat sariawan darah

BB sebelum sakit 60 kg dan
Terinfeksi virus dengue
BB saat sakit 45 kg (terjadi (Viremia)
penurunan 15 kg) 
Sistem komplemen aktif
TB : 160 cm

IMT : 17,5 Melepaskan C3a &C5a
Hemoglobin 16,5 gr/dl 
Melepaskan histamin
Hematokrit 45,9 %

Pengkajian status nutrisi Pembuluh darah melebar
ABCD : (vasodilatasi)

1. Antropometri : Permeabilitas membran
- BB sebelum sakit 60 kg meningkat
dan BB saat sakit 45 kg 
Ekstravisasi cairan vaskuler
(terjadi penurunan 15

kg) Kebocoran plasma ke
- TB : 160 cm ektravaskuler

- IMT : 17,5 Plasma menumpuk pada
2. Biokimia : abdomen (Asites)
- Hemoglobin 16,5 gr/dl 
Tekanan abdomen 
- Hematokrit 45,9 %

3. Clinis/clinical sign : Mendesak rongga lambung
- Penurunan berat badan 
Nausea
- Terdapat sariawan 
- Mual Anoreksia
4. Diet 
Berat badan menurun
- Penurunan nafsu makan 
Dx. Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
4. Data Subjektif : Virus yang dibawa melalui Kekurangan volume
Klien mengeluh keringat nyamuk aedes aegypti cairan

dingin, badan terasa lemas Menggigit manusia
dan lemah Virus Beredar dalam aliran
Data Objektif : darah

Perdarahan gusi
Terinfeksi virus dengue
Trombosit : 5.000/mm3 (Viremia)

Sistem komplemen aktif

Melepaskan C3a &C5a

Melepaskan histamin

Pembuluh darah melebar
(vasodilatasi)

Kerusakan endotel pembuluh
darah

Merangsang dan
mengaktivasi faktor
pembekuan untuk menutupi
kerusakan

Penurunan jumlah trombosit

Perdarahan (perdarahan
saluran cerna, hematemesi
dan melena)

Jumlah darah yang keluar 

Jumlah volume darah
intavaskuler 

Dx. Kekurangan Volume
Cairan

B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan


No Diagnosa
1 Hipertermi (00007)
Domain 11 : Hipertermi
Kelas 6 : Termogulasi
2 Nyeri akut (00132)
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Makan
4 Kekurangan volume cairan (00027)
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi
C. Intervensi Tindakan Keperawatan
Rencana Perawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Hipertermia (00007) NOC NIC
Domain 11: Keamaan/ - Termoregulasi Observasi Observasi
Perlindungan - Tanda-tanda vital 1. Memantau tanda-tanda vital 1. Melihat adanya ketidaknormalan
Kelas 6 : Termoregulasi (misalnya suhu, nadi dan RR) (perubahan suhu, nadi dan RR)
Tujuan : yang terjadi pada klien
Definisi : Setelah dilakukan asuhan 2. Mengkaji gejala hipertermia 2. Mengetahui gejala lain yang
Peningkatan suhu tubuh keperawatan selama …x24 seperti perubahan warna kulit, ditibulkan
diatas rentang normal jam masalah hipertermia bintik-bintik merah, menggigil
teratasi dll
Batasan Karakteristik : 3. Mengkaji kondisi medis yang 3. Mengetahui faktor dari kondisi
Data Subjektif : Kriteria hasil : dapat menyebabkan medis yang menyebabkan
Klien mengeluh demam - Suhu tubuh dalam rentang hipertermia hipertermi pada klien
tinggi sejak ± 5 hari normal setidaknya 36oC
sebelum masuk rumah - Nadi dan RR dalam rentang Mandiri Mandiri
sakit. Demam tersebut normal 4. Kompres pasien pada lipatan 4. Menurunkan suhu tubuh pasien
muncul mendadak, terus paha dan aksila
menerus dan naik turun, 5. Tingkatkan intake cairan dan 5. Meningkatkan pemasukan nutrisi
dan akral hangat. nutrisi cairan agar dapat membantu
mempercepat terapi keperawatan
Data Objektif : HE HE
Terdapat bintik merah 6. Informasikan tindakan 6. Mengurangi suhu tubuh yang
pada tubuh kedaruratan yang diperlukan meningkat apabila dalam keadaan
Nadi : 84 x/m, darurat.
Pernafasan : 20 x/m 7. Ajarkan indikasi dari 7. Dapat melakukan penanganan
Suhu : 390C hipertermia dan penanganan secara mandiri apabila terjadi suatu
yang diperlukan indikasi dari hipertermia
Faktor-faktor yang
berhubungan: - Kolaborasi Kolaborasi
8. Berikan anti peuretik 8. Melakukan pemberian obat anti
peritik untuk menurunkan suhu
tubuh/ menormalkan
2 Nyeri akut (00132) NOC NIC
Domain 12 : Kenyaman - Pengendalian nyeri 1.Observasi 1. Observasi
Kelas 1 : Kenyamanan - Tingkat nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Agar dapat mengidentifikasi secara
Fisik secara komprehensif termasuk mendetail dan utuh mengenai
lokasi, karakteristik, durasi, keluhan pasien.
Definisi : Tujuan: frekuensi, kualitas dan faktor
Pengalaman sensori dan Setelah dilakukan tindakan presipitasi (management nyeri)
emosional yang tidak keperawatan selama ...x24 2. Monitor management nyeri 2. Mengetahui P, Q, R, S, T yang
menyenangkan dan jam masalah nyeri akut (P, Q, R,S, T) dirasakan klien
muncul akibat kerusakan teratasi
jaringan aktual atau Kriteria hasil : 3. Kontrol lingkungan yang dapat 3. Mencegah pengaruhnya terhadap
potensia atau digambarkan - Mampu mengontrol nyeri mempengaruhi nyeri seperti nyeri
dalam hal kerusakan (tau penyebab nyeri, suhu ruangan, pencahayaan
sedemikian rupa mampu menggunakan dan kebisingan
(Intrrnational Asociation teknik non farmakologi 4. Kaji tipe dan sumber nyeri 4. Mengetahui dan menentukan
For the study of pain) : untuk mengurangi nyeri, untuk menentukan interpensi sumber nyeri
Awitan yang tiba-tiba atau mencari bantuan) nyeri
lambat dari intensitas - Melaporkan bahwa nyeri 5. Monitor respon klien terhadap 5. Mengetahui keadaan klien setelah
ringan hingga berat berkurang dengan terapi keperawatan diberikan terapi keperawatan
dengan akhir yang dapat menggunakan management
diantisipasi atau diprediksi nyeri Mandiri Mandiri
dan berlangsung < 6 bulan. - Mampu mengenali nyeri 6. Gunakan teknik komunikasi 6. Mengetahui pengalaman nyeri
(skala, intensitas, frekuensi terapeutik yang dialami pasien
Batasan Karakteristik : dan tanda nyeri ) 7. Evaluasi pengalaman nyeri 7. Mengetahui pengalaman nyeri
Data Subjektif : - Menyatakan rasa nyaman masal lampau yang dialami pasien dimasa lampau
Klien mengeluh otot dan setelah rasa nyeri berkurang 8. Menggunakan terapi relaksasi, 8. Menggurangi rasa nyeri yang
sendi pegal-pegal, nyeri - TTV dalam batas normal distraksi dan imajinasi dirasakan
ulu hati, dan sakit kepala. Tidak mengalami gangguan terbimbing
Data Objektif : - tidur

Faktor yang
berhubungan : -
HE HE
9. Intruksikan pasien/keluarga 9. Memberikan instruksi kepada
untuk menginformasikan jika pasien dan keluarga pasien jika
peredaan nyeri tidak tercapai nyeri tidak teratasi yang berguna
agar perawat dapat melakukan
tidakan selanjutnya
10. Instruksikan tentang prosedur 10. Mengajarkan pasien teknik non
yang dapat meningkatkan farmakologi agar pasien dapat
nyeri dan tawarkan strategi mengatasi nyeri yang dialami
koping yang disarankan dengan menggunakan non
farmakologi
11. Informasikan tentang 11. Memberi informasi kepada
penggunaan teknik keluarga atau klien agar pasien
nonfarmakologi (relaksasi, dapat mengurangi rasa nyeri yang
imajinasi terbimbing, terapi dirasakan berdasarkan pada terapi
musik distraksi) keperawatan yang disarankan

Kolaborasi Kolaborasi
12. Berikan analgetik untuk 12. Mengurangi rasa nyeri yang
mengurangi nyeri dirasakan
13. Kolaborasikan dengan dokter 13. Dapat menentukan tindakan lain
jika ada keluhan dan tindakan apabila tindakan sebelumnya
nyeri tidak berhasil belum berhasil.
3 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari - Nutritional status : food Observasi Observasi
kebutuhan tubuh (00002) and fluid intake 1. Monitor jumlah nutrisi dan dan 1. Mengetahui penyebab pemasukan
Domain 2 : Nutrisi - Nutritional status : nutrient kandungan kalori yang kurang sehingga dapat
Kelas 1 : Makan intake menentukan intervensi yang sesuai
- Weight control dan efektif
Definisi : 2. Monitor adanya penurunan 2. Mengetahui perubahan berat badan
Asupan nutrisi tidak cukup Tujuan : berat badan yang terjadi (kebersihan nutrisi
untuk memenuhi Setelah dilakukan tindakan dapat diketahui melalui
kebutuhan metabolik keperawatan selama …x24 peningkatan berat badan 500
jam masalah gr/minggu
Batasan Karakteristik : ketidakseimbangan nutrisi 3. Monitor mual 3. Mual mempengaruhi pemenuhan
Data Subjektif : kurang dari kebutuhan nutrisi
Klien mengeluh nafsu tubuh teratasi 4. Monitor tipe dan jumlah 4. Memonitor aktifitas yang
makan berkurang, dan aktivitas yang bisa dilakukan dilakukan agar dapat diketahui
mual Kriteria hasil : jumlah nutrisi dan kalori yang
Data Objektif : - Adanya peningkatan berat dibutuhkan untuk melakukan
Terdapat sariawan badan sesuai dengan tujuan aktivitas
BB sebelum sakit 60 kg
dan BB saat sakit 45 kg - Berat badan ideal sesuai 5. Monitor pertumbuhan dan 5. Mengetahui pengaruh nutrisi
(terjadi penurunan 15 kg) dengan tinggi badan perkembangan dalam pertumbuhan dan
TB : 160 cm - Tidak terjadi penurunan perkembangan
IMT : 17,5 berat badan yang berarti
Hemoglobin 16,5 gr/dl Mandiri Mandiri
Hematokrit 45,9 % 6. Berikan substansi gula 6. Memberikan substansi gula untuk
mengembalikan keadaan normal
Faktor yang setelah berkurangnya nutrisi
berhubungan : 7. Menciptakan lingkungan 7. Lingkungan yang nyaman lebih
Kurang asupan makanan yang menyenangkan untuk kondusif untuk makan sehingga
makan meningkatkan nafsu makan klien
8. Berikan pasien minuman dan 8. Memberikan pasien minuman dan
makanan yang bergizi makanan yang bergizi agar nutrisi
pasien terpenuhi

HE HE
9. Anjurkan pasien untuk 9. Meningkatkan pengetahuan
meningkatkan intake nutrisi pasien terhadap peningkatan
dan bagaimana cara intake nutrisi untuk memenuhi
memenuhi kebutuhan kebutuhan nutrisinya
nutrisinya
10. Ajarkan pasien tentang 10. Dapat memenuhi kebutuhan
makanan yang bergizi dan nutrisi tubuh dengan makanan
tidak mahal yang sehat
11. Ajarkan pasien bagaimana 11. Mengajarkan pasien membuat
membuat catatan makanan catatan makanan harian agar
harian pasien dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya secara
teratur

Kolaborasi Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli gizi 12. Mengetahui jumlah kalori dan
untuk menentukan jumlah nutrisi yang dibutuhkan pasien
kalori dan nutrisi yang sehingga kebutuhan nutrisi tubuh
dibutuhkan pasien terpenuhi
4 Kekurangan volume NOC : NIC
cairan (00002) - Fluid balance Observasi Observasi
Domain 2 : Nutrisi - Nutritional status : food 1. Monitor vital sign 1. Perubahan vital sign ke arah yang
Kelas 1 : Hidrasi and fluid intake abnormal dapat menunjukkan
terjadinya peningkatan kehilangan
cairan akibat perdarahan
2. Pantau warna, jumlah dan 2. Membantu mengevaluasi status
frekuensi kehilangan cairan cairan
Definisi : Mandiri Mandiri
Penurunan cairan Tujuan : 3. Pertahankan catatan intake dan 3. Mengontrol cairan yang masuk dan
intravascular, interstistial, Setelah dilakukan tindakan output yang akurat keluar pada klien
dan/atau intraselular. keperawatan selama …x24 4. Awasi haluaran dan 4. Menentukan kebutuhan
jam masalah kekurangan pemasukan cairan penggantian cairan, dan membantu
Batasan Karakteristik : volume cairan mengevaluasi status cairan
Data Subjektif :
Klien mengeluh keringat Kriteria hasil : HE HE
dingin, badan terasa lemas - Volume cairan tubuh 5. Informasikan kepada klien dan 5. Keterlibatan pasien dan keluarga
dan lemah terutama darah dalam keluarga untuk segera dapat membantu untuk penanganan
Data Objektif : keadaan normal melaporkan jika ada tanda- dini bila terjadi perdarahan
Perdarahan gusi - Intake dan output cairan tanda perdarahan sehingga mengurangi resiko
Trombosit : 5.000/mm3 tubuh normal kekurangan volume cairan

Faktor yang Kolaborasi Kolaborasi


berhubungan : 6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Mempertahankan keseimbangan
Kehilangan cairan aktif cairan adekuat cairan akibat perdarahan
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, H. K. 2015. Aplikasi & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta:
Medi Action.
Ardiyansyah. 2013. Patofisiologi DBD (online) tersedia di
http://www.scribd.com/doc/231250572/DBD_Patofisiologi diakses tanggal 14 September
2016.
Cowein, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: ECG.
Heather Herdman, S. K. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
ECG.
Hutagalung, Jontari, dkk. 2011.Demam Berdarah Dengue (DBD)(online) tersedia di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23447/4/Chapter%20II.pdf diakses tanggal
14 September 2016.
Juditch M. Wilkinson, N. R. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: ECG Medical
Publisher.
Padia, S. N. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Bengkulu: nuMED.
Yoga, Dwi. 2012. Dengue Hemoragic Fever (online) tersedia di
http://www.scribd.com/doc/309579779/DHF diakses tanggal 14 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai