Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

A. Konsep Medis
1. Definisi
Penyakit DBD adalah penyakit infeki virus dengue akut
disebabkan oleh virus dengue, virus dengue ditularkan oleh nyamuk aedes
aegypti atau nyamuk aedes albapictus, yang masuk kedalam tubuh melalui
gigitannya (Wijaya dan Putri, 2013).
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti, yang ditandai
dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yag jelas,
lemah/lesu, perdarahan, lebam/ ruam. Kadang kadang mimisan, bercak
darah, muntah darah, dan kesadaran menurun shock (depkes R1,2000).
Demam berdarah Dengue adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (arthropadborn Virus) dan di tularkan melalui gigitan nyamuk
Aides (Aides albipices dan Aedes aegypti). Depkes, 2002.

2. Klasifikasi
Klasifikasi DBD menurut WHO (1997) berdasarkan beratnya
penyakit:
a. Derajat 1, disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan
yaitu uji turniket positif
b. Derajat 2 (sedang), seperti derajat 1disertai pendarahan spontan pada
kulit dan atau perdarahan lainnya.
c. Derajat 3, ditemukan kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan
lemah,tekanan nadi menurun (20 mmhg atau kurang)
d. Derajat 4, terdapat dds dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.
2

3. Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus
dengue yang termaksud kelompok B Arthopod Borne virus (Arboviroses)
yang sekarang dikenal sebagai flavivirus, famili flaviviricae, dan
mempunyai 4 jenis sirotive yaitu: DEN 1,DEN-2, DEN-3 merupakan
sirotife yang domina dan diasumsikan banyak yang menujukan
manespestasi kinik berat (Hadinegoro, 2001).

4. Patofisiologi
Virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti pertama-tama terjadi veremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual nyeri otot, pegal-pegal diseluruh
tubuh, ruam atau bintikbintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati, dan pembesaran limpa. Akibat
lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi
sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan
menyebabkan pendarahan kaena gangguan trombosit dan kelainan
koagulasi dan sampai pada pendarahan kelenjar adrenalin .Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunya volume plasma. Terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathasis hemorahagic renjatan pasti terjadi secara
akut. Adanya kebocoran plasma ke darah ekstra vaskuler dibuktikan
dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritoneum, pleura dan pericardium yang pada otopsi tenyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infuse. Jika renjatan atau syok,
hipovelmik berlangsung lama akan timbul anoreksia jaringan metabolic
dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.Re-infeksi akan
menyebabkan suatu reaksi anametik antibodi,sehingga menimbulkan
kosentrasi kompleks antigen antibodi (konfleks virus antibodi) yang
3

tertinggi terdapatnya komlesk virus antibodi dalam sirkulasi darah


mengakibatkan hal sebagai berikut :
a. Kompleks virus antibodi akan mengaktifasi sistem komplemen,yang
berakibat dilepasnya anafilatoksin C3 a dan C5a.C5a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembulu darah dan menghindarka
plasma melalui idotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat
berperan terjadi rejatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorfosis. Trombosis yang mengalami kerusakan metamorposis
akan dimusnakan oleh sisterm retikuloenteloal dengan akibat
trombositopenia hebat dan pendarahan.pada keadaan agresii, trombosit
akan melepaskan vasoakatif (histin dan serotonini) yang bersifat
meingkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trambosit faktor
111 yang merangsang koagulasi intravaskuler.
c. Terjadinya aktivasi faktor hagemen (faktor XII) yang akibat kahir
terjadinya pembekuan intravaskuler yang meluas.dalam proses
aktivitas ini,plasminogen akan menjadi plasmi yang berperan dalam
membentukan anafilatoksi akan merangsang sistem kinik yang
berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh

5. Manifestasi Klinis
Diagnosa penyakit dbd dapat dilihat berdasarkan kriteria diangnosa
klinis dan laboratosi berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan
diagnosa klinis dan laboratosi
a. Diagnosa klinis
1) Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 (38-40).
2) Manipestasi perdarahan dengan batuk: uji trourniquet positif,
petekae (bintik merah pada kulit) perdarahan kecil di dalam kulit
(ekomosis), Perdarahan konjungtiva (perdarahan pada mata)
efitaksi ( perdarahan hidung) perdarahan gusi (muntah darah)
melena (BAB darah) dan hamatusi (adanya darah dalam urin).
4

3) Perdarahan pada hidung.


4) Rasa sakit pada otot dan persendihan,timbul bintik bintik merah
pada kulit akibat pecahnya pembulu darah.
5) Pembesaran hati (hepatomegali).
6) Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 200 mmhg atau
kurang,tekanan sistolik sampai 80 mmhg atau lebih rendah.
7) Gejala klinis lainnya yang serng menyertai yaitu anokresia
(hilangnya nafsu makan) lemah, mual, muntah, sakit perut, diare
dan sakit perut.
b. Diagnosa laboratoris
1) Trombositopeni pada hari ke 3 sampai ke 7 ditemukan penurunan
trombosit hingga 100.000/mmhg.
2) hemokosentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau
lebih Pada DBD menurut WHO 1986, adalah:
a) Demam akut, yang tetap tinggi selama 3 sampai 7
hari,kemudian turun secara lisin, demam disertai gejala tidak
spesifik, seperti anokresia, malesie, nyeri pada punggung,
tulang persedian san kepala.
b) Manispestasi perdarahan, seperti uji turniquet suatu positif,
fetekia, purpura, ekomosis, epiktosis, perdarahan gusi,
hematosis dan melena
c) Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.
d) Dengan tanpa ranjatan, ranjatan yang terjadi pada suatu demam
biasanya mempunyai prognosis buruk.
e) Kenaikan nilai HT, hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit,
uji serologi HI (haemagglutination inhibiting antibody), dengue blot.
5

Trombositopenia ringan sampai nyata bersamaan dengan hemokonsentrasi


adalah gejala yang spesifik. Leukosit normal pada 1-3 hari pertama,
menurun saat akan terjadi syok, dan meningkat saat syok teratasi
(Mansjoer 2009). Pemeriksaan diagnostik DBD:
a. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokritmeningkat 20% atau
lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang).
b. Serologi : uji HI (hemoaglutination inhibition test).
c. Rontgen thoraks : efusi pleura.

7. Komplikasi DBD
Penyakit DBD ini juga berpotensi menyebabkan berbagai
komplikasi. Di antara komplikasi demam berdarah adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi
b. Bradikardi
c. Hipotensi
d. Pendarahan
e. Jumlah platelet yang rendah
f. Kerusakan hati
g. Gangguan ginjal dan paru-paru
h. Risiko kematian

8. Penatalaksanaan DBD
Penatalaksanaan untuk klien dengan DBD adalah penanganan
pada derajat I hingga derajat IV.
a. Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat (RL)
dengan dosis 75 ml / KgBB / hari untuk anak dengan berat badan
kurangdari 10 Kg atau berama di berikan oralit, air buah atau susu
secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam.
a) 100 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB <25Kg.
b) 75 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 20-30Kg.
6

c) 60 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40Kg.


d) 50 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 41-40Kg.
2) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder.
3) Pemberian antieperetka untuk menurunkan panas .
4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc / KgBB /
hari.
b. Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infuse RL dengan dosis 20
ml / KgBB/ jam, apabila ada perbaikan lanjutan pemberian RL 10
ml / KgBB/ jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah
cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam, di kurang
cairan yang sudah masuk dengan perhitungan sebagai berikut.
a) 100 ml / KgBB / 24 jam untuk anak dengan BB <25Kg.
b) 75 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30Kg.
c) 60 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40Kg.
d) 50 ml / KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50Kg.
2) Pemberian plasma atau plasma espander (dextran L atau lainya )
sebanyak 10 ml / KgBB / jam dan dapat di ulang maksimal 10 ml /
KgBB / 1 jam, dan satunya pemberian plasma ekspander (dextran
L) sebanyak 20 ml / KgBB / jam selama 1 jam, jika membaik
lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas.
3) Apabila satu jam pemberian RL 10 ml/ kgBB / jam keadaan tensi
menurun dan di bawah 80 mmHg, maka penderika harus
mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml / kgBB / jam di
ulang maksimal 30 mg / kgBB / 24 jam. Bila baik, lanjutkan cairan
RL sebagaimana perhitungan di atas.
c. Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infuse RL dengan dosis 30ml
/ kgBB / jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjitkan RL
sebanyak 10 ml / kgBB / jam, sebagaimana perhitungan di atas.
7

2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus di pasang dua


saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml / kgBB / 1jam
dan satunya pemberian plasma ekspander (dekstran L) sebanyak 20
ml / kgBB / jam, selama 1 jam, jika membaik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan diatas.
3) Apabila keadaan juga masih memburuk, maka berikan plasma
ekspander 20 ml / kgBB / jam, jika membaik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan diatas.
4) Apabila masih tetap memburuk, maka berikan plasma ekspander
10 ml / kgBB / jam, di ulangi maksimum 30 ml / kgBB / 24
jam,jika membaik berikan RL sebagaimana perhirungan di atas.
5) Jika setelah dua jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukkan
perbaikan, maka konsultasikan ke bagian anastesi
6) untuk perlu tidaknya di pasang central vascular pressure / CVP.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien : terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa
medis, tanggal MRS, keluarga yang dapat dihubungi, catatan
kedatangan, no MR.
b. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien dating ke RS dengan keluhan demam lebih dari 3
hari, tidak mau makan, terdapat bintik merah pada tubuh.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang menyebabkan
sakit kepala.
b) Tidak nafsu makan, mual dan muntah, sakit saat menelan,
lemah.
c) Nyeri otot dan persendian
d) Konstipasi dan bisa juga diare
8

e) Mukosa mulut kering, pendarahan gusi, lidah kotor


f) Batuk ringan
g) Mata terasa pegal, sering mengeluarkan air mata (lakrimasi),
foto fobia
h) Ruam pada kulit (kemerahan)
i) Pendarahan pada kulit ptekie, ekimosis, hematoma, dan
pendarahan lain : epistaksis, hematemesis, hematuria,melena.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu.
4) Pernah penderita DHF
5) Riwayat kurang gizi
6) Riwayat aktivitas sehari-hari
7) Pola hidup (life style).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya penderita DHF dalam keluarga.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Pengkajian Umum
a) Tingkat Kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen, sopor,
koma.
b) Keadaan Umum : sakit ringan, sedang, berat
c) Keadaan Gizi : tinggi badan & berat badan dengan gizi baik,
sedang, buruk.
d) Tanda-tanda vital : suhu meningkat, tekanan darah pada DF &
DHF dapat meningkat, sedangkan pada DSS dapat menurun,
nadi pada DF & DHF trikardi, sedangkan pada DSS dapat
cepat dan lemah serta ada proses penyembuhan bradikardi,
pernafasan dapat normal dan meningkat, pada DSS cepat dan
dangkal.
2) Pengkajian Sistem Tubuh.
a) Integumen : ruam, ptekie, ekimosis, purpura, hematoma,
hiperemi, sedangkan pada DSS dapat lembab, dingin, dan
sianosis, pada hidung, kuku, kaki, dan tangan.
9

b) Kepala dan leher : pembesaran kelenjar limfe (+) dan (-)


c) Mata : conjungtiva hyperemia, lakrimasi, foto fobia
d) Sistem Kardiovaskuler : pada DHF dapat hipotesis dan
hipertensi, takikardi dan dapat bradikardi.
e) Abdomen : hepatomegali, splenomwgali dan nyeri tekan hepar
f) Muskuloskeletal : nyeri sendi dan otot

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit saat menelan
d. Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
yang berlebihan
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus
Tujuan : Suhu tubuh klien kembali normal Kriteria hasil :
a. Keadaan umum membaik.
b. Suhu tubuh 36,5-37,50C.
Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya demam Rasional :
Dapat diidentifikasi pola / tingkat demam
b. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensis, pernafasan setiap 3 jam
Rasional :
Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
klien.
10

c. Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu


tubuh Rasional :
Penjelasan tentang kondisi yang dialami klien dapat membantu
mengurangi kecemasan klien
d. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang
dilakukan Rasional :
Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk
lebih komperatif
e. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibat jika hal tersebut
tidak dilakukan Rasional :
Keterlibatan keluarga sangat berate dalam proses penyembuhan klien
dirumah sakit
f. Anjurkan klien banyak minum kurang lebih 2,5-3 liter / hari dan
jelaskan manfaatnya Rasional :
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak
g. Berikan kompes dingin (pada axial dan lipat paha) dan anjurka
memakai pakaian yang tipis Rasional :
Kompres dingin akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh,
pakian tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas
tubuh
h. Berikan terapi (antipiretik) sesuai dengan program dokter Rasional :
Antipiretik yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat
meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati
suhu normal.

Diagnosa 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


permiabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : untuk menjaga agar pemenuhan kebutuhan cairan tubuh tetap
memadai (adekuat) Kriteria hasil :
11

a. Pengeluaran urin yang memadai/adekuat.


b. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
c. Membran mukosa lembab.
d. Turgor kulit baik.
e. Pengisian kapiler < 3 detik
Intervensi :
a. Catatan karakteristik muntah dan drainase.
Rasional : Untuk menandakan dengan gejala distress gaster.
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
Rasional : Perubahan tekanan darah dan nadi sebagai indikator terjadi
dehidrasi.
c. Pertahankan tirah baring.
Rasional : Untuk menurunkan kerja gaster sehingga mencegah
terjadinya mual dan muntah.
d. Berikan cairan per oral 2 liter/hari
Rasional : Untuk menetralisirkan asam lambung.
e. Jelaskan pada pasien untuk menghindari kafein.
Rasional : Kafein dapat merangsang produk asam lambung.
f. Berikan terapi antibiotik, antasida, dan vitamin K sesuai program
medis.
Rasional : Untuk mengatasi masalah gastritis dan hematemesis.

Diagnosa 3 : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit saat menelan.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Klien mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan
b. BB stabil
c. Mukosa bibir mual dan muntah
d. Tidak ada kelemahan
12

Intervensi :
a. Kaji faktor-faktor penyebab
Rasional : Penentu faktor penyebab, akan menentukan intervensi /
tindakan selanjutnya
b. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga
klien termotivasi untuk mengkonsumsi makanan
c. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak
munah teruskan (15-30cc setiap ½-1jam
Rasional : Menghindari mual muntah dan distensi perut yang
berlebihan

d. Lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah


Rasional : Bau yang tidak enak pada mulut meningkatkan
kemungkinan muntah
e. Ukur berat badan setiap hari
Rasional : Berat badan merupakan indicator terpenuhi tidaknya
kebutuhan nutrisi
f. Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien
Rasional : Mengetahui jumlah asupan / memenuhi nutrisi klien.

Diagnosa 4 : Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan


perdarahan yang berlebihan
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam
diharapkan tidak terjadi tanda-tanda syok.
Kriteria Hasil :
a. Tidak terjadi syok
b. Jumlah terombosit meningkat (dalam batas normal).
Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
13

Rasional: untuk memonitor keadaan kondisi pasien selama perawatan.


b. Observasi vital sign
Rasional : untuk memastikan tidak terjadi syok
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi perdarahan.
Rasional : dengan melibatkan pasien dan keluarga maka tanda-tanda
perdarahan dapat segera di ketahui dan tindakan yang cepat dapat
segera di berikan.
d. Kolaborasi pemberian cairan intravena:
Rasional: cairan intravena di perlukan untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh yang hilang.

Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber


informasi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam
diharapkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit meningkat.
Kriteria Hasil :
a. Klien tenang
b. Klien tidak cemas
c. Klien dan keluarga tidak banyak bertanya.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan keluarga
tentang penyakitnya
b. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakit dan
kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui kondisinya klien dan keluarga merasa
tenang.
c. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan diet makannya
Rasional : diet pola makan yang tepat dapat membantu proses
penyembuhan.
14

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan klien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan yang berfokus pada klien. Dan berorientasi pada hasil,
sebagaimana digambarkan dalam rencana. Fokus utama dari komponen
implementasi adalah pemebrian asuhan keperawatan yang aman dan
individual dengan pendekatan multifocal ( Christensen & Kenney, 2009).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan
status kesehatan klien dengan criteria hasil yang diinginkan, serta menilai
derajat pencapaian hasil klien. Evaluasi adalah suatu aktivitas yang terus-
menerus ( Christensen & Kenney, 2009).
Evaluasi dibagi menjadi 2 komponen yaitu :
a. Formatif
1) Tiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan.
2) Evaluasi proses.
3) Biasanya berupa catatan perkembangan.
b. Sumatif
1) Rekapan terakhir secara paripurna.
2) Catatan naratif.
3) Penderita pulang/ pindah. Metode evaluasi dengan pendekatan
SOAP yaitu :
a) Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
pasien setelah tindakan yang diberikan.
b) Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah tindakan dilakukan.
15

c) Analisis adalah membandingkan antara nformasi subjektif dan


objektif dengan tujuan dan criteria hasil , kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi.
d) Planning adalah rencana keperawatan lanjutanyang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa ( S1 Keperawatan, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah, A., Sjachroel, D. N., Hadinegoro, S. R., & Madiyono, B. (2001). The role of
plasma C-reactive protein in the evaluation of antibiotic treatment in suspected neonatal
sepsis. Medical Journal of Indonesia, 10(1), 16-21.

Bangun, T. M., Mansjoer, S. S., & Bismark, M. (2009). Populasi dan Habitat Ungko
(Hylobates agilis) di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Jurnal Primatologi
Indonesia, 6(1).

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB; Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa).

Anda mungkin juga menyukai