Anda di halaman 1dari 5

Kaidah Penulisan Aitem

Untuk menghasilkam aitem dengan kualitas yang baik, yaitu berfungsi selaras dan
signifikan sebagai bagian dari skala serta mendukung validitas konstrak yang dibangun, maka
aitem harus ditulismengikuti indikator keperilakuan yang sudah dirumuskan dalam kisi-kisi
dan berpedoman pada kaidah penulisan

Beberapa diantara kaidah penting dalam penulisan yang perlu diperhatikan dan diikuti
oleh penulisan aitem, adalah:

1. Gunakan kata dan kalimat yang sederhana, jelas, dan mudah dimengerti oleh
responden namun tetap harus mengikuti tata tulis dan tata bahasa Indonesia yang
baku.

Kalimat yang rumit akan menyulitkan subjek memahami maksud aitem. Jika
subjek salah faham, maka jawaban yang diberikan tidak akan menggambarkan dirinya
dengan benar. Kalimat yang sulit dipahami akan mengurangi minat dan kesungguhan
subjek dalam menjawab.
Penggunaan Bahasa Indonesia baku adalah keharusan, kecuali pada skala-
skala yang ditujukan khusus bagi budaya tertentu yang menggunakan bahasa daerah
yang difahami oleh subjek

2. Tulis aitem dengan berhati-hati sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda


terhadap kata dan istilah yang digunakan.

Hindari penggunaan istilah yang hanya dikenal dalam lingkungan terbatas.


Istilah yang tidak populer mudah disalahaartikan oleh responden. Berikut adalah
contoh aitem yang berisi istilah yang dapat menimbulkan salah pengertian:

Saya akan menjadi pendengar yang baik, bila ada karyawan yang mengeluh

Problemnya terletak pada “pendengar yang baik” yang dapat bersifat favorable
dan dapat pula bersifat tidak favorabel. Bila yang dimaksud sebagai pendengar yang
baik adalah seseorang yang dapat menjadi tempat curahan hati dan memahami orang
lain dengan penuh empati, tentu aitem tersebut termasuk aitem yang favorabel.
Sebaliknya nila yang dimaksud dengan pendengar yang baik adalah seseorang yang
hanya mau mendengarkan tanpa merasa perlu untuk memberi komentar atau bersikap
kritis, sebagaimana istilah itu biasa digunakan dalam pergaulan kelompok tertentu,
maka aitem tersebut menjadi bersifat tidak favorabel. Dengan demikian perbedaan
respon akan menjadi tergantung pada penafsiran terhadap istilah bukan disebabkan
perbedaan individual pada aspek yang diukur.

3. Ingat bahwa penulisan aitem harus selalu mengacu pada indikator keperilakuan,
karena itu jangan menulis aitem yang langsung berkaitan dengan atribut yang diukur.

Berikutadalah satu contoh aitem yang perah ditulis oleh seorang mahasiswa
yang dimaksudkan guna mengungkap atribut Kecemasan Menghadapi Masa
Pensiun:

Saya merasa cemas akan kesepian setelah pensiun

Aitem seperti di atas, apabila dijawab oleh subjek dengan respon postitif
seperti SESUAI atau YA maka harus langsung disimpulkan bahwa subjek
merasa cemas, begitu pula apabila sebaliknya diperoleh jawaban negatif
TIDAK harus diartikan bahwa subjek tidak merasa cemas. Lalu, apa gunanya
aitem-aitem yang lain? Inilah contoh aitem yang ditulis langsung dan tidaak
tepat untuk digunakan dalam skala. Hendaknya dibuat aitem yang berupa
suatu pernyataan tidak langsung mengenai kecemasan sebagai atribut yang
diukur, tetapi nerupa pernyataan mengebnai indikator keperilakuannya seperti:

Saya sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaan bila mengingat masa


pensiun yang sudah dekat

Yang mengacu pada gangguan konsentrasi sebagai salah satu indikator


kecemasan. Jawaban YA pada aitem ini tentu saja baru merupakan sebagian
dari banyak indikasi kecemasan yang masih perlu didukung oleh jawaban
terhadap aitem-aitem lainnya. Begitu pula jawaban TIDAK baru merupakan
satu pertanda saja dari banyak indikasi tidak adanya kecemasan.

4. Selalu perhatikan indikator perilaku apa yang hendak diungkap sehingga stimulus dan
pilihan jawaban tetap relevan dengan tiujuan pengukuran.

Biasanya ketika penulis aitem telah menghabiskan terlalu banyak waktu


mengerahkan segenap kemampuan dan kreativitasnya dalam “mencuptakjan”
aitem, akan ada semacam kecenderungan untuk kehilangan arah sehingga
secara tidak sadar mulai menulis aitem-aitem yang sebenarnya kurang relevan
dengan tujuan pengukuran. Penulisan aitem bukan pekerjaan yang dapat
selesai dengan sekali duduk. Oleh karena itu jangan memaksakan diri bila
mulau merasa lelah dan bila sedsng memusatkan fikiran pada aitem jangan
pernah melepaskan perhatian pada indikator keperilakuan yang hendak
diungkap

5. Cobalah menguji piliahn-piliahn jawaban yang telah ditulis. Adakah perbedaan arri
atau makna antara dua pilihan yang berbeda sesuai dengan indikator perilakunya,
apabila tidak ada beda makna yang jelas maka aitem yang bersangkutan tidak akan
emmiliki daya beda

Fungsi aitem sebenarnya adalah membedakan individu pada spek yang diukur
berdasarkan responnya terhadap aitem tersebut. Perhatikan contoh aitem yang
pernah dituliskan untuk mengungkapkan Semangat Kerja, berikut ini:

Pekerjaan saya menuntut berbagai macam kemampuan

Dipandang dari segi tingginya semangat kerja yang hendak diungkap, apakah
perbedaan individu yang menjawab YA dan TIDAK terhadap aitem di atas?
Tidak ada, karena individu yang memiliki semangat kerja tinggi dan individu
yang tidak memiliki peluang yang sama besar untuk memilih jawaban yang
mana saja. Hal ini terjadi karena isi aitem lebih bersifat fakta atau dapat
dianggap fakta sehingga jawaban subjek lebih ditentukan oleh faktorlain,
bukan oleh faktor semangat kerjanya. Bandingkan dengan aitem berikut:
Saya berangkat kerja dengan hati yang mantap

Yang jelas akan mampu memancing respon berbeda. Karena aitem ini bersifat
tidak favorabel maka subjek yang memiih YA berarti memiliki indikasi
kurang bersemangat kerja sedangkan individu yang memilih jawaban TIDAK
berati memiliki pertanda semangat kerja yang tinggi

6. Perhatikan bahwa isi aitem tidak boleh mengandung social desirability yang tinggi,
yaitu aitem yang isinya sesuai dengan keinginan sosial umunya atau dianggap baik
oleh norma sosial. Aitem yang bermuatan social desirability tinggi cenderung akan
disetujui atau didukung oleh semua orang semata-mata karena orang berfikir
normatif, bukan karena isi aitem itusesuai dengan keadaan dirinya.

Sebagai contoh, untuk pengukuran Asertivitas, suatu aitem ditulis sebagai


berikut:

Seseorangmenyalakan rokok dalam bis berAC yang sedang anda tumpangi


a. Saya tegur dengan sopan dan baik-baik
b. Saya tunjukkan bahwa saya terganggu dengan sangat jengkel

Aitem diatas nampaknya banyak mengandung muatan social desirability.


Pilihan jawaban a mencerminkan perilaku yang sangat sesuai dengan norma
sosial yang pada umumnya berlaku dalam masyarakat sehingga cenderung
dipilih oleh responden, namun bukan disebabkan responden merasa isinya
cocok dengan dirinya tapi karena responden merasa harus melakukan sesuatu
dengan cara yang “baik” dan normatif. Contoh lain adanya muatan soocial
desirability dalam aitem adalah:

Meskipun untuk meningkat karier, saya tidak boleh berbuat curang terhadap
teman sekerja

[STS] – [TS] – [N] – [S] – [SS]

Terhadap aitem yang seperti diatas, tentu semua orang akan cenderung
memilih jawaban positif (S atau SS) karena itulah bentuk jawaban normatif
yang sesuai dengan kehendak masyarakat, sekalipun pada kenyataannya
mungkin banyak di antara mereka yang memberikan jawaban positifitu yang
secara sengaja atau tidak sengaja sering bertindak curang.

7. Untuk menghindari stereotipe jawaban, sebagian dari aitem perlu dibuat dalam arah
favorabel dan sebagian lain dibuat dalam arah tidak favorabel

Hal ini terutama benar pada aitem-aitem skala yang format responnya berupa
pilihan jawaban berjenjang dari STS ke SS. Pada format ini responden yang
sikapnya konsisten akan segera menyadari bahwa jawaban-jawaban yang telah
diberikan selalu berada pada salah-satu ujung kontinum saja sehingga untuk
aitem-aitem berikutnya ia cenderung menempatkan saja jawabannya
mengikuti pola yang terjadi. Berbeda kalau arah aitem-aitem bervariasikadang
favorabel kadang tidak, maka subjek akan membaca dengan teliti setiap aitem
sebelum menempatkan jawabannya

Demikianlah beberapa di antara kaidah terpenting dalam penulisan aitem


sebagai pedoman yang diharapkan akan membantu meningkattkan kualitas
aitem, khususnya daya diskriminasi dan validitas aitem, dalam skala psikologi.

Banyaknya aitem dalam skala yang sedang disusun tentu telah disebutkan
dalam spesifikasi skala dan proporsionalitasnya telah digambarkan oleh blue-
print. Namun tugas penulisan aitem tidak terbatas hanya pada jumlah aitem
yang telah ditentukan saja, melainkan akan jauh lebih banyak. Hal ini
dikarenakan sebagian dari aitem yang telah ditulis –dengan sangat hati-hati
sekalipun- atakn terbukti tidak mampu berfungsi sebagaimana dikehendaki
ketika diujicobakan dalam situasi sebenarnya. Pada penulis yang belum
terlatih dan belum banyak pengalamnannya, aitem-aitem yang tidak
berfungsin ini jumlahnya dapat sangat besar, sampai 60% atau 70% dari yang
telah ditulis. Pada penulis yang sudah sangat terlatih dan berpengalaman
presentase kehilangan aitem (item mortality rate) dapat menjadi sekitar 20%.
Oleh karena itu, pada tahap-tahap penyusunan awal skala, perlu ditulis aitem
yang jumlahnya paling sedikit dua atau tiga kali lipat dari jumlah yang
dispesifikasikan oleh blue-print.

Anda mungkin juga menyukai