Anda di halaman 1dari 12

1.

Thales (624 – 550 SM)


Thales adalah seorang perintis matematika dan
filsafat Yunani yang lahir dan meninggal di kota kecil
Miletus yang terletak di pantai barat Asia kecil, sebuah
kota yang menjadi pusat perdagangan. Awalnya Thales
adalah seorang pedagang, profesi yang membuatnya sering
melakukan perjalanan. Dalam suatu kesempatan berdagang
ke Mesir dan Babilonia, dalam waktu senggangnya, Thales
mempelajari astronomi dan geometri yang berhubungan
dengan pengukuran tanah, bumi, dan air. Hal ini dipicu
ketertarikannya dengan ‘alat-alat’ tersebut, mereka dapat
memprediksi gerhana matahari setiap tahunnya. Yang sangat mengagumkan adalah ia
ternyata telah memprediksi terjadinya gerhana matahari pada 585 SM. Pada saat itu juga ia
dapat menentukan arah kapal dengan mengukur bayangan pada piramida di siang hari.
Selain itu ia juga pernah membelah arus sungai yang pada saat itu tidak ada jembatan
hingga menjadi dangkal dan dapat disebrangi.[1]
Salah satu ilmuwan awal ini adalah Thales dari Miletos (6 SM) yang menjadi salah
satu dari tujuh orang bijak pada zamannya. Dia adalah ahli matematika Yunani pertama
dan astronom Yunani pertama.[5] .Dalam sejarah matematika, Thales dikatakan sebagai
penemu bukti geometri. Thales adalah seseorang yang mencoba menggambarkan atau
memberikan penjelasan secara rasional tentang dunia ini yang mana sebelumnya hanya
kepercayaan mitos yang ada dan tokoh pertama yang memulai studi geometri secara
formal (geometri demonstrative). Kontribusi yang paling utama dari Thales adalah
kemampuannya dalam mengabstraksi ide dari hal yang kontekstual ke hal yang formal.
Contohnya dia menyatakan bahwa, “Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh
diameternya.” Sayangnya tulisan dari Thales ini tidak ditemukan jadi yang kita ketahui
hanyalah dari orang lain.
Thales menggunakan geometri untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan
ketinggian piramida dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai orang pertama
yang menggunakan penalaran deduktif untuk diterapkan pada geometri, dengan
menurunkan empat akibat wajar dari teorema Tahles. Hasilnya, dia dianggap sebagai
matematikawan sejati pertama dan pribadi pertama yang menghasilkan temuan
matematika.
Pemikiran Thales:
 Segala sesuatu berasal dari air, dan Bumi mengapung diatas air, ia mengatakan
bahwa air adalah prinsip dari segala sesuatu.
 Semua benda di alam memiliki jiwa, ini juga dikemukakan berdasarkan magnet
yang dapat menarik besi.

Penemuan Thales dalam matematika yang menggunakan geometri untuk


memecahkan masalah, seperti menghitung ketinggian piramida dan jarak kapal dari pantai
sehingga membuat dia sebagai matematikawan sejati pertama. Thales juga orang pertama
yang mempelajari listrik. Namun tulisan Thales dalam bidang astronomi lebih dikenal dari
pada karyanya dalam bidang geometri.Di dalam geometri, Thales dikenal dengan
theoremanya, yang disebut Theorema Thales.[2]

Jika AC yaitu
sebuah diameter,
maka sudut B yaitu Teorema Thales:
𝐷𝐸 𝐴𝐸 𝐴𝐷
selalu sudut siku-siku = 𝐴𝐶 = 𝐴𝐵
𝐵𝐶

Theorema Thales
Thales mengemukakan proporsi yang dikenal dengan theorema Thales, yaitu:
1. Lingkaran dibagi dua oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut dengan diameter.
2. Besarnya sudut-sudut alas segitiga sama kali adalah sama besar.
3. Sudut-sudut vertikal yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah
garis lurus menyilang (apakah ini dinamakan garis transversal), sama besarnya.
4. Apabila sepasang sisinya, sepasang sudut yang terletak pada sisi itu dan sepasang sudut
yang terletak di hadapan sisi itu sama besarnya, maka kedua segitiga itu dikatakan sama
dan sebangun (kongruen).
5. Segitiga dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan untuk mengukur
jarak kapal.[1][3][4]
Catatan : Theorema 4 diganti menjadi apabila sepasang sudut yang terletak pada sisi itu
dan sepasang sudut yang terletak di hadapan sisi itu sama besarnya, maka kedua segitiga
itu sebangun.[1]
Tidak ada catatan lebih jauh tentang prestasi Thales yang dapat disimak karena
tidak ada bukti-bukti akurat. Bukti dicoba dicari lewat catatan dari para muridnya seperti :
Aristoteles dan Eudemus dari Rhodes (sekitar 320 SM), yang kurun waktunya relatif
terlalu lama. Catatan Eudemus menyebutkan bahwa Thales adalah orang yang ‘mengubah
geometri menajdi bentuk formal yang daoat dipelajari oleh semua orang’ karena
mendasarkan diri pada prinsip-prinsip dan melakukan investigasi terhadap theorema-
theorema dengan sudut pandang seorang intelektual. Thales berbicara tentang garis,
lingkaran dan bentuk-bentuk lainnya dengan cara membayangkan (abstrak). Garis bukan
hanya suatu yang daoat digurat dan dilihat diatas pasir, tapi merupakan obyek yang terpeta
pada imajinasi kita. Artinya secara abstrak bahwa suatu garis lurus atau lingkaran bulat
berasa dalam mental kita.

Matematikawan Serba Bisa


Aktivitas Thales lebih dikenal dari berbagai sumber terpisah, sebagai
matematikawan terapan. Mengukur tinggi piramida dengan mengukur tinggi bayangan
dengan menggunakan tongkat, memprediksi gerhana matahari, menentukan setahun adalah
360 hari (sudah dikenal lama oleh bangsa Mesir) maupun jarak kapal dilaut dengan lewat
cara proporsi/memadankan bentuk segitiga adalah catatan “kehebatan” Thales. Gerhana
matahari disebutkannya akan terjadi pada tanggal 28 Mei atau 30 September pada tahun
609 SM. Catatan yang ada menyebutkan bahwa gerhana matahari terjadi disetiap kurun
waktu 18 tahun 11 hari. Ketepatan prediksi ini membuat namanya sangat terkenal dan
diabadikan sebagai salah satu dari tujuh orang bijak (sage) yang terdapat pada hikayat
Yunani. Naluri pedagang yang ada pada dirinya, dimana diketahui Thales “memeras” buah
zaitun (olive) untuk diajdikan minyak ketika panen melimpah dan akhirnya memberikan
keuntungan berlimpah, menjadi pedagang garam sama seperti komentar tenga dirinya
sebagai pengamat bintang, sebagai negarawan yang mempunyai visi jauh ke depan.
Tulisan Thales dalam bidang astronomi lebih dikenal dari pada karyanya dalam bidang
geometri. Ketenaran ini membuat dirinya mempunyai banyak murid. Anaximander,
Anaximenes dan Mandryatus adalah nama dari beberap muridnya, namun yang sangat
terkenak adalah Anaximander (611-545 SM), sukses menggantikan posisi Thales di
Miletus.
Sumbangsih
Dapat disebutkan matematikawan pertama yang merumuskan theorema atau proposisi,
dimana tradisi ini menjadi lebih jelas setelah dijabarkan oleh Euclid. Landasan matematika
sebagai ilmu terapan rupanya sudah diletakkan oleh Thales, sebelum muncul Pythagoras
yang membuat bilangan adalah sesuatu yang sakral, selain memanfaatkan imajinasi.[1]

2. Pythagoras (680-475 SM)


Phytagoras lahir di pulau Samos, Yunani selatan sekitar 580 SM. Sebelum Thales
meninggal, kemungkinan besar Pythagoras adalah muridnya. Setelah melakukan
perjalanan panjang kearah timur (Asia) dan kembali ke Eropa, Phytagoras mendirikan
perkumpulan yang dinamakan Pythagorean.
Kontribusi yang terkenal dari Phytagoras adalah
tentang teorema untuk segitiga siku-siku (dikenal
dengan Theorema Pythagoras) walaupun mungkin
bukan Pythagoras sendiri yang membuktikannya.
Kontribusi utama dalam masa Pythagoras adalah
tentang rangkaian pernyataan yang dibentuk secara
deduktif (berdasarkan kebenaran-kebenaran
pernyataan sebelumnya).Pythagoras adalah seorang
matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal
sebagai ‘Bapak Bilangan’, beliau memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat
dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu
jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Dalam matematika, Teorema Pythagoras adalah suatu keterkaitan dalam
geometri Euklides antara tiga sisi sebuah segitiga siku-siku. Teorema ini dinamakan
menurut nama filsuf dan matematikawan Yunani abadke-6 SM, Pythagoras. Pythagoras
sering dianggap sebagai penemu teorema ini meskipun sebenarnya fakta-fakta teorema ini
sudah diketahui oleh matematikawan India. Pythagoras mendapat kredit karena ialah yang
pertama membuktikan kebenaran universal dari teorema ini melalui pembuktian
matematis.Ada dua bukti kontemporer yang bisa dianggap sebagai catatan tertua mengenai
teorema Pythagoras: satu dapat ditemukan dalam Chou Pei Suan Ching (sekitar 500-200
SM), satunya lagi dalam buku Elemen Euklides.
Bunyi teorema Pythagoras : “Jumlah luas bujur sangkar pada kaki sebuah
segitiga siku-siku sama dengan luas bujur sangkar di hipotenus”. Sebuah segitiga siku-
siku adalah segitiga yang mempunyai sebuah sudut siku-siku; kakinya adalah dua sisi yang
membentuk sudut siku-siku tersebut, dan hipotenusia adalah sisi ketiga yang berhadapan
dengan sudut siku-siku tersebut. Pythagoras menyatakan teorema ini dalam gaya
geometris, sebagai pernyataan tentang luas bujur sangkar: Jumlah luas persegi a dan
persegi b sama dengan luas persegi c. Persegi panjang adalah bentuk paling sederhana
dalam geometri, tetapi dibaliknya terkandung bilangan irrasional. Apabila kita membuat
garis diagonal pada persegi panjang – muncul irrasional, dan kelak besarnya ditentukan
oleh akar bilangan. Bilangan irrasioanl terjadi dan akan selalu terjadi pada semua bentuk
geometri. Contoh lain, segitiga siku-siku dengan panjang kedua sisi adalah satu, dapat
dihitung panjang sisi lain dengan rumus Pythagoras, yaitu: √2.
Penemuan Pythagoras dalam bidang musik dan matematika tetap hidup sampai
saat ini. Theorema Pythagoras tetap diajarkan di sekolah-sekolah dan digunakan untuk
menghitung jarak suatu sisi segitiga. Sebelum Pythagoras belum ada pembuktian atas
asumsi-asumsi. Pythagoras adalah orang pertama yang mencetuskan bahwa aksioma-
aksioma, postulat-postulat perlu dijabarkan terlebih dahulu dalam mengembangkan
geometri. Membuat matematika tetap dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
melakukan perhitungan terhadap pengamatan terhadap fenomena-fenomena alam, setelah
melalui pengembangan dan penyempurnaan oleh para matematikawan setelah Pythagoras.
Teorema Pythagoras mendasari adalanya teorema Fermat (tahun 1620) : xn + yn = zn yang
baru dibuktikan ioleh Sir Andrew Wiles pada tahun 1994.[1]

Pythagorean matematika adalah aktivitas keilahian dan mengandung unsur


metafisik. Pythagorean adalah sebuah komunitas dari murid-murid Pythagoras. Pythagoras
adalah seorang ahli geometri dan filsuf dari Yunani. Tidak seperti murid-murid di Lyceum
milik Aristoteles atau Academia milik Plato, para Pythagorean selain mempelajari
matematika, mereka memiliki kepercayaan mistik dan tradisi yang ketat. Beberapa konsep
matematika yang dipelajari di sekolah maupun perguruan tinggi sekarang ini, lahir dari
pemikiran Pythagoras. Salahsatunya yang masih dipakai sampai sekarang adalah teorema
Pythagoras berupa perbandingan kuadrat sisi-sisi segitiga (a2+ b2= c2).[6]

Prinsip-prinsip Teorema Pythagoras yang sudal dikenal sejak jaman Babilonia


yaitu sekitar seribu tahun sebelum jaman Yunani, mulai dibuktikan secara matematis oleh
Pythagoras pada jaman Yunani Kuno. Pada jaman Yunani Kuno, selama periode dari
sekitar 600 SM sampai 300 SM , yang dikenal sebagai periode klasik matematika,
matematika berubah dari fungsi praktis menjadi struktur yang koheren pengetahuan
deduktif. Perubahan fokus dari pemecahan masalah praktis ke pengetahuan tentang
kebenaran matematis umum dan perkembangan obyek teori mengubah matematika ke
dalam suatu disiplin ilmu. Orang Yunani menunjukkan kepedulian terhadap struktur logis
matematika. Para pengikut Pythagoras berusaha untuk menemukan secara pasti. Panjang
sisi miring suatu segitiga siku-siku. Tetapi mereka tidak dapat menemukan angka yang
tertentu dengan skala yang sama yang berlaku untuk semua sisi-sisi segitiga tersebut. Hal
inilah yang kemudian dikenal dengan persoalan Incommensurability, yaitu adanya skala
yang tidak sama agar diperoleh bilangan yang tertentu untuk sisi miringnya. Jika
dipaksakan digunakan skala yang sama (atau commensurabel) maka pada akhirnya mereka
menemukan bahwa panjang sisi miring bukanlah bilangan bulat melainkan bilangan
irrasional.[2]

3. Eudoxus
Eudoxus adalah anak Arsghnes lahir dipulau Cnidus di laut hitam, Asia kecil
(sekarang Turki) murid Plato Academy. Kontribusinya diyakini merupakan dasar dari
buku V, VI dan XII dari buku Elements karya Euclid. Kontribusi lainnya yaitu beliau
mampu memecahkan bilangan tak terukur (rasional) pada
masa Pythagoras. Eudoxus adalah orang pertama yang
memformalkan teori sistem formal Aristoteles (Aksioma,
Postulat, Definisi, yang saat ini disebut aksiomatik).

Kata aksioma berasal dari bahasa Yunani (axioma),


yang berarti dianggap berharga atau sesuai atau dianggap
terbukti dengan sendirinya. Kata ini berasal dari (axioein)
yang berarti dianggap berharga, yang kemuddian berasal dari axios yang berarti berharga.
Diantara banyak filsuf Yunani, suatu aksioma adalah suatu pernyataan yang bisa dilihat
kebenarannya tanpa adanya bukti.Kata aksioma juga dimengerti dalam matematika. Kata
aksioma dalam matemtika juga disebut postulat. Akan tetapi, aksioma dalam matematika
bukan berarti proposisi yang terbukti dengan sendirinya. Melainkan suatu titik awal dari
sitem logika. Misalnya 1+1=2. Nama lain dari aksioma adalah postulat. Suatu aksioma
adalah basis dari sistem logika formal yang bersama-sama dengan aturan interfensi
mendefinisikan logika.
Dalam bidang matematika, Eudoxus memperkenalkan hal baru mengenai
perbandingan seharga. Dimana a/b = c/d jika dan hanya jika diketahui bilangan m dan n,
bilangan ma < nb, maka mc < nd, atau jika ma = nb, maka mc = nd, atau jika ma > nb,
maka mc > nb. Disamping definisi mengenai perbandingan seharga, Eudoxus menemukan
lagi suatu aksioma yang sering disebut dengan ‘aksioma kontuinitas’. Aksioma ini
menyatakan bahwa : apabila diketahui dua besaran yang mempunyai suatu rasio (artinya
bilangan tersebut tidak ada yang sama dengan nol) maka dapat dicari suatu pengali
sehingga salah satunya lebih besar dari yang lain.
Dia pergi ke Tarentum, Italia untuk belajar pada Archytas, yaitu salah seorang
pengikut Pythagoras (pythagorean). Problem menggandakan kubus (problem klasik) yang
‘menyihir’ Archhytas juga menarik hati Eudoxus, selain mempelajari teori angka dan teori
musik. Bosan menetap di satu tempat, Eudoxus pergi ke Sisilia, dan belajar obat-obatan
pada Philiston, sebelum menuju Athena bersama-sama dengan fisikawan masa itu,
Theomedon. Selama 2 bulan di Athena, Eudoxus secara teratur mengikuti kuliah Plato dan
filsu-filsuf lain pada akademi Plato.Tidak lama meninggalkan Athena, dia menghabiskan
beberapa tahun di Mesir untuk belajar Astronomi pada pendeta-pendeta Heliopolis. Tidak
betah, dia pulang ke tanah kelahirannya, Cyzidus dibagian barat laut Asia kecil, selatan
laut Maruma. Disini dia mendirikan sekolah yang sangat terkenal dan mempunyai banyak
pengikut. Tahun 368, Eudoxus berkunjung kembali ke Athena bersama beberapa
pengikutnya.
Eudoxus dan Conidus (410 or 408 BC – 355 or 347 BC) adalah seorang ahli
astronomi dan ahli matematika. Eudoxus adalah murid Plato, hasil karyanya dalam bidang
astronomi matematika Eudoxus memperkenalkan astronomi dunia. Selain itu Eudoxus
juga terkenal dengan proporsi bilangan, tidak hanya bilangan bulat tetapi bilangan rasional.
Hasil karyanya kemudian dibuktikan oleh Tartaglia pada abad ke 16. Metode ini terus
digunakan sampai ditemukannya metode lain oleh Decrates. Eudoxus menemukan cara
menghitung luas dengan cara menghabiskan.[1]
Salah satu geometer Yunani di sebelahnya patut disebutkan di sini karena
ketenarannya sangat sedikit dibandingkan dengan nilainya. Pria ini adalah Eudoxus dari
Cnidus (abad ke-4 SM), salah satu matematikawan terkemuka sepanjang masa. Jika
ketenaran bergantung pada teori proposi umum, konstruksi geometris tertentu, dan
"metode kelelahannya." Dia hidup pada masa Plato. Kami menemukan bahwa geometri
Yunani yang terorganisir dan diperluas untuk kesenangan mental mereka sendiri. Deduktif
geometri (yaitu, dengan bukti dari asumsi sederhana) benar-benar sebuah penemuan
Yunani. Orang-orang ini sama sekali tidak mencari aplikasi praktik; Sebenarnya, sebuah
aplikasi berpendidikan bahasa Yunani yang menganggap geometri berada di bawah
martabatnya. Pada saat Plato (kasta ke-4 SM), ilmuwan Yunani memiliki badan geometri
yang cukup terorganisir dengan baik dan mungkin juga teks geometris yang ditulis anggota
akademi Plato.[7]

4. Euclid (325-265 SM)


Euclid mungkin lahir di Mesir atau Yunani, tidak lama setelah Pythagoras
meninggal. Beliau professor matematika pertama di Museum Alexandria. Ada yang
berpendapat bahwa dia pernah belajar di “Plato’s Academy”, tetapi ini tidak ada buktinya.
Kontribusi matematikanya adalah buku “The Elements”
yang terdiri dari 467 proposisi. Ketika ditanya oleh raja
Ptolemy I : “apakah ada jalan ‘raja’ untuk belajar
geometri dalam buku The Element?” Jawabnya, “tidak
ada jalan ‘raja’ ke geometri”.Pada era ini matematika
lebih dikenal sebagai sains dan kurang mistik. Theorema-
theorema baru ditambahkan : kurva-kurva, lingkaran-
lingkaran dan bentuk-bentuk lain dipelajari sama halnya
seperti garis lurus dan bidang-bidang datar. Tahun yang
disebut di atas hanya perkiraan karena tidak adanya sumber yang layak dipercaya. Ada
sumber yang menyebutkan Euclid hidup antara tahun 330-275 SM.
Lembaga yang menaungi pembelajaran saat itu adalah akademi Plato. Masa
keemasan Yunani dan kebebasan berekspresi membuat pemikir-pemikir baru
bermunculan. Didirikan pada 380 SM, lolos dari invasi-invasi yang datang silih berganti,
hidup dalam suksesi banyak tiran dan menjadi saksi keruntuhan dua kebudayaan besar -
Yunani dan Romawi- sebelum akhirnya ditutup pada abad keenam oleh kaisar Justinian.
Euclid diperkirakan belajar pada akademi Plato ini sebelum diangkat menjadi pengajar
matematika di tempat yang sama. Ada cerita Euclid masih mengajar di akademi ini ketika
Alexander Agung menyatakan misinya untuk menaklukan dunia. Yunani, bersama Mesir
dan Mediterian dan negara-negara di kepulauan Yunani ditaklukkan oleh angkatan perang
Macedonian. Pada tahun 332 SM, Alexander Agung menetapkan ibukota negara di
Alexandria, Mesir dan sembilan tahun kemudian ia meninggal pada usia 33 tahun. Tahta
diberikannya kepada jendral Ptolemy atau Cladius Ptolemaeus.
Prestasi bangsa Yunani Kuno yang monumental adalah adanya karya Euclides
tentang Geometri Aksiomatis. Sumber utama untuk merekonstruksi pra-Euclidean buku
karya Euclides bernama Elemen (unsur-unsur), di mana sebagian besar isinya masih
relevan dan digunakan hingga saat kini.[2] Sejauh ini yang paling terkenal dari geometri
Yunani kuno adalah Euclid, ia menulis Elemen sekitar 300 SM. Karya ini adalah buku teks
yang paling sukses sepanjang masa dan digunakan di seluruh dunia sampai abad sekarang.
Ini terdiri dari 13 "buku," enam yang pertama berhubungan dengan geometri pesawat.
Isaac Newton, ahli matematika dan fisika Inggris kuno, menulis buku besarnya, Principia,
dalam "Gaya Geometris" meskipun ini sering cenderung menyembunyikan jalan yang dia
ambil untuk membuat penemuannya. Sebagian besar buku geometri yang digunakan di
sekolah menengah Amerika saat ini agak diubah dan disederhanakan versi Elemen
Euclied's. Sungguh mengherankan, dan merupakan penghormatan yang besar kepada
Euclied, bahwa buku ini telah mempertahankan nilainya selama lebih dari 2000 tahun. [5]

Karya Besar Euclid


The Element dapat dikatakan karya fenomenal pada jaman itu. Terdiri dari 13 buku
yang tersusun berdasarkan tema dan topik. Setiap buku diawali dengan defenisi, posrulat
(hanya untuk buku I), preposisi, theorema dan belum ditutup dengan pembuktian dengan
menggunakan defenisi dan postulat yang sudah di buktikan. Buku ini keluar yunani tahun
1482, diterjemahkan ke bahasa lai’n dan arab, serta menjadi buku teks geometri dan logika
pada awal tahun 1700-an. Garis besar isi masing-masing buku.
Buku I : Dasar-dasar Geometri: Segitiga, Sejajar dan Luas
Buku II : Aljabar geometri
Buku III : Teori-teori tentang Lingkaran
Buku IV : Cara membuat garis dan gambar melengkung
Buku V : Teori tentang proposisi-proposisi abstrak
Buku VI : Bentuk yang sama dan proposisi-proposisi dalam geometri
Buku VII : Dasar-dasar Teori Angka
Buku VIII : Proposisi_proposisi lanjutan dalam Teori Angka
Buku IX : Teori Angka
Buku X : Klasiafikasi
Buku XI : Geometri Tiga Dimensi
Buku XII : Mengukur Bentuk-bentuk
Buku XIII : Bentuk-bentuk Trimatra (tiga dimensi)[1].

Dalam matematika, geometri umumnya diklasifikasikan menjadi dua jenis, Euclid


dan non-Euclid. Geometri Euclid sangat erat kaitannya dengan matematikawan Yunani,
Euclid. Dia menghasilkan karya yang monumental dalam geometri, The Element yang
terdiri dari 13 bagian buku. Dalam geometri ini, terdapat lima postulat (aksioma/teorema)
yang sangat terkenal. Empat postulat pertama sangat jelas dan mudah dibuktikan, tetapi
postulat yang kelima menimbulkan perdebatan diantara para matematikawan. Postulat
kelima tersebut dikenal dengan postulat kesejajaran geometri Euclid. Isi dari postulat
kelima tersebut secara garis besar adalah “Jika suatu garis lurus t memotong dua garis
lurus l dan m dimana garis l dan m membentuk sudut dalam sepihak kurang dari 180 maka
kedua garis ini akan berpotongan.” Banyak matematikawan yang mencoba membuktikan
postulat kelima ini. Usaha mereka gagal, tapi tidak sia-sia. Karena dari usaha tersebut
mengakibatkan munculnya geometri non-Euclid. Geometri non-Euclid masih berdasarkan
empat postulat pertama dari Euclid dan hanya berbeda pada postulat kelimanya. Ada dua
macam geometri non-Euclid. Pertama ditemukan hampir bersamaan oleh 3 tokoh berlainan
dan masing-masing bekerja sendiri. Tokoh-tokoh tersebut adalah Karl Friedrich Gauss dari
Jerman, Yonos Bolyai dari Hongaria, dan Nicolai Ivanovitch Lobachevsky dari Rusia,
geometri ini disebut geometri Lobachevsky (geometri hiperbolik). Yang kedua adalah
geometri yang diketemukan oleh G.F.B. Bernhard Riemann dari Jerman, geometri ini
disebut geometri Elliptik atau geometri Riemann Geometri hiperbolik berlandaskan empat
postulat awal Euclid dan postulat kelima pada geometri hiperbolik berbeda dengan
geometri Euclid. Postulat kelima ini didapatkan dengan mengambil kontradiksi dari
postulat kesejajaran pada geometri Euclid, dan disebut postulat kesejajaran geometri
hiperbolik. Secara garis besar bunyi postulatnya adalah “melalui satu titik di luar sebuah
garis dapat dibuat lebih dari satu garis (tepatnya dua garis) yang sejajar dengan garis
tersebut”. Geometri hiperbolik ini tergolong baru karena ditemukan
pada abad ke-19.[8]

5. Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi sebagai guru Aljabar di Eropa telah menciptakan pemakaian
Secans dan Tangen dalam penyelidikan Trigonometri dan
Astronomi. Beberapa cabang ilmu dalam Matematika
yang di per kenalkan oleh al-Khawarizmi seperti:
Geometri, Al jabar, Aritmatika dan lain-lain. Geometri
merupakan cabang kedua dalam Matematika. Isi
kandungan yang di perbincangkan dalam cabang kedua ini
ialah asalusul geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab
alUstugusat (The Element) hasil karya Euclid.

Geometri dari segi bahasa berasal dari pada perkataan Yunani yaitu ‘geo’ yang
berarti bumi dan ‘metri’ berarti pengukuran. Dari segi ilmu, Geometri adalah ilmu yang
mengkaji hal yang berhubungan dengan magnitud dan sifat-sifat ruang. Geometri ini
dipelajari sejak zaman Fir’aun (2000SM). Kemudian Thales Miletus memperkenalkan
geometri Mesir kepada Yunani sebagai satu sains dalam kurun abad ke- 6 SM. Seterusnya
sarjana Islam telah menyempurnakan kaidah pendidikan sains ini terutama pada abad ke-
9M.[9]
Perhatian cendikiawan muslim terhadap geometri Euclidian, terus berlanjut
sepanjang abad keduabelas, sebagaimana dibuktikan oleh karya-karya matematika yang
dipersiapkan sekolah Maragha, dibawah Nasiruddin Tusi dan al-Magribi, kitabul
mutawassitat (the book of triangles), diantaranya menguraikan karya dari Appolonius dan
Theodosius. Ahli geometri Muslim lain abad itu ialah kamaluddin ibnu Yunus, abdul
Malik asy-Syirazi, yang telah menulis tentang Conics karya Appolonius dan Muhammad
Ibnul Husain, yang telah menulis sebuah risalah tentang “kompas yang sempurna, dengan
memakai semua bentuk kerucut yang dapat digambar, juga, al Hasan al-Marakkusi telah
menulis tentang Geometri dan gnomonics.[10]
Pada jaman Yunani kuno paling tidak tercatat matematikawan penting yaitu Thales
dan Pythagoras. Thales dan Pythagoras mempelopori pemikiran dalam bidang Geometri,
tetapi Pythagoraslah yang memulai melakukan atau membuat bukti-bukti matematika.
Sampai masa pemerintahan Alexander Agung dari Yunani dan sesudahnya, telah tercatat
Karya monumental dari Euclides berupa karya buku yang berjudul Element (unsur-unsur)
yang merupakan buku Geometri pertama yang disusun secara deduksi. Risalah penting
dari periode awal matematika Islam banyak yang hilang, sehingga ada pertanyaan yang
belum terjawab masih banyak tentang hubungan antara matematika Islam awal dan
matematika dari Yunani dan India. Selain itu, jumlah jumlah dokumen yang relatif sedikit
menyebabkan kita mengalami kesulitan untuk menelusuri sejauh mana peran
matematikawan Islam dalam pengembangan matematika di Eropa selanjutnya. Tetapi yang
jelas, sumbangan matematikawan Islam cukup besar bersamaan dengan kebangkitan
pemikiran modern yang muncul himpunanelah jaman kegelapan sampai sekitar abad ke 15
himpunanelah masehi.[2]

Daftar Pustaka
[2]Berggren, J.L., 2004, The Foundation of Mathematics: Mathematics during the Middle
Ages and Renaissance, Encyclopaedia Britannica, http://www.google.search

[3]K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

[4]W.K.C. Guthrie. 1985. A History of Greek Philosophy Volume 1. London: Cambridge


University Press.
[5] Brumfiel, Charles F. dkk. 1960. Geometry. London: Addison-Wesley Publishing
Company.
[6] Kurniawan, Wiwit. 2015. Religiositas Matematika dalam Sekte Pythagorean.
Yogyakarta: Jurnal Studi Agama-Agama. Vol. 5, No. 1.
[7] Zainul, Rahardian. 2018. Desain Geometri Sel PV. Padang: CV Berkah Prima.
[8] 1]Arianto, Fuad dan Julan Hernadi. 2016. Ruang Dasar dan Model Proyeksi
Stereografik pada Geometri Hiperbolik. Ponorogo : Jurnal Silogisme:
Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya. Vol. 1, No.2.
[9] Kurnia, Riana A. E. 2011. Teori Aljabar Al-Khawarizmi. Malang: Jurnal Hukum
dan Syariah. Volume 2, Nomor 2.
[10] Muhtar, Fathurrahman. 2014. Abu Abdullah Ibn Musa Al-Khawarizmi (Pelopor
Matematika dalam Islam). Mataram: Jurnal Beta. Vol. 7 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai