Jika AC yaitu
sebuah diameter,
maka sudut B yaitu Teorema Thales:
𝐷𝐸 𝐴𝐸 𝐴𝐷
selalu sudut siku-siku = 𝐴𝐶 = 𝐴𝐵
𝐵𝐶
Theorema Thales
Thales mengemukakan proporsi yang dikenal dengan theorema Thales, yaitu:
1. Lingkaran dibagi dua oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut dengan diameter.
2. Besarnya sudut-sudut alas segitiga sama kali adalah sama besar.
3. Sudut-sudut vertikal yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah
garis lurus menyilang (apakah ini dinamakan garis transversal), sama besarnya.
4. Apabila sepasang sisinya, sepasang sudut yang terletak pada sisi itu dan sepasang sudut
yang terletak di hadapan sisi itu sama besarnya, maka kedua segitiga itu dikatakan sama
dan sebangun (kongruen).
5. Segitiga dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan untuk mengukur
jarak kapal.[1][3][4]
Catatan : Theorema 4 diganti menjadi apabila sepasang sudut yang terletak pada sisi itu
dan sepasang sudut yang terletak di hadapan sisi itu sama besarnya, maka kedua segitiga
itu sebangun.[1]
Tidak ada catatan lebih jauh tentang prestasi Thales yang dapat disimak karena
tidak ada bukti-bukti akurat. Bukti dicoba dicari lewat catatan dari para muridnya seperti :
Aristoteles dan Eudemus dari Rhodes (sekitar 320 SM), yang kurun waktunya relatif
terlalu lama. Catatan Eudemus menyebutkan bahwa Thales adalah orang yang ‘mengubah
geometri menajdi bentuk formal yang daoat dipelajari oleh semua orang’ karena
mendasarkan diri pada prinsip-prinsip dan melakukan investigasi terhadap theorema-
theorema dengan sudut pandang seorang intelektual. Thales berbicara tentang garis,
lingkaran dan bentuk-bentuk lainnya dengan cara membayangkan (abstrak). Garis bukan
hanya suatu yang daoat digurat dan dilihat diatas pasir, tapi merupakan obyek yang terpeta
pada imajinasi kita. Artinya secara abstrak bahwa suatu garis lurus atau lingkaran bulat
berasa dalam mental kita.
3. Eudoxus
Eudoxus adalah anak Arsghnes lahir dipulau Cnidus di laut hitam, Asia kecil
(sekarang Turki) murid Plato Academy. Kontribusinya diyakini merupakan dasar dari
buku V, VI dan XII dari buku Elements karya Euclid. Kontribusi lainnya yaitu beliau
mampu memecahkan bilangan tak terukur (rasional) pada
masa Pythagoras. Eudoxus adalah orang pertama yang
memformalkan teori sistem formal Aristoteles (Aksioma,
Postulat, Definisi, yang saat ini disebut aksiomatik).
5. Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi sebagai guru Aljabar di Eropa telah menciptakan pemakaian
Secans dan Tangen dalam penyelidikan Trigonometri dan
Astronomi. Beberapa cabang ilmu dalam Matematika
yang di per kenalkan oleh al-Khawarizmi seperti:
Geometri, Al jabar, Aritmatika dan lain-lain. Geometri
merupakan cabang kedua dalam Matematika. Isi
kandungan yang di perbincangkan dalam cabang kedua ini
ialah asalusul geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab
alUstugusat (The Element) hasil karya Euclid.
Geometri dari segi bahasa berasal dari pada perkataan Yunani yaitu ‘geo’ yang
berarti bumi dan ‘metri’ berarti pengukuran. Dari segi ilmu, Geometri adalah ilmu yang
mengkaji hal yang berhubungan dengan magnitud dan sifat-sifat ruang. Geometri ini
dipelajari sejak zaman Fir’aun (2000SM). Kemudian Thales Miletus memperkenalkan
geometri Mesir kepada Yunani sebagai satu sains dalam kurun abad ke- 6 SM. Seterusnya
sarjana Islam telah menyempurnakan kaidah pendidikan sains ini terutama pada abad ke-
9M.[9]
Perhatian cendikiawan muslim terhadap geometri Euclidian, terus berlanjut
sepanjang abad keduabelas, sebagaimana dibuktikan oleh karya-karya matematika yang
dipersiapkan sekolah Maragha, dibawah Nasiruddin Tusi dan al-Magribi, kitabul
mutawassitat (the book of triangles), diantaranya menguraikan karya dari Appolonius dan
Theodosius. Ahli geometri Muslim lain abad itu ialah kamaluddin ibnu Yunus, abdul
Malik asy-Syirazi, yang telah menulis tentang Conics karya Appolonius dan Muhammad
Ibnul Husain, yang telah menulis sebuah risalah tentang “kompas yang sempurna, dengan
memakai semua bentuk kerucut yang dapat digambar, juga, al Hasan al-Marakkusi telah
menulis tentang Geometri dan gnomonics.[10]
Pada jaman Yunani kuno paling tidak tercatat matematikawan penting yaitu Thales
dan Pythagoras. Thales dan Pythagoras mempelopori pemikiran dalam bidang Geometri,
tetapi Pythagoraslah yang memulai melakukan atau membuat bukti-bukti matematika.
Sampai masa pemerintahan Alexander Agung dari Yunani dan sesudahnya, telah tercatat
Karya monumental dari Euclides berupa karya buku yang berjudul Element (unsur-unsur)
yang merupakan buku Geometri pertama yang disusun secara deduksi. Risalah penting
dari periode awal matematika Islam banyak yang hilang, sehingga ada pertanyaan yang
belum terjawab masih banyak tentang hubungan antara matematika Islam awal dan
matematika dari Yunani dan India. Selain itu, jumlah jumlah dokumen yang relatif sedikit
menyebabkan kita mengalami kesulitan untuk menelusuri sejauh mana peran
matematikawan Islam dalam pengembangan matematika di Eropa selanjutnya. Tetapi yang
jelas, sumbangan matematikawan Islam cukup besar bersamaan dengan kebangkitan
pemikiran modern yang muncul himpunanelah jaman kegelapan sampai sekitar abad ke 15
himpunanelah masehi.[2]
Daftar Pustaka
[2]Berggren, J.L., 2004, The Foundation of Mathematics: Mathematics during the Middle
Ages and Renaissance, Encyclopaedia Britannica, http://www.google.search