Anda di halaman 1dari 17

NOTE DESIGN

PERENCANAAN TEKNIS DED SPAM HUNTAP POMBEWE.


I. Ruang lingkup pekerjaan.
Pekerjaan Penyusunan DED SPAM SPAM Kawasan Kawasan Huntap
Pombewe ini memuat perencanaan teknis terinci pembangunan SPAM, yaitu
rencana rinci pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) suatu
kawasan secara komprehensif, meliputi unit air baku, unit produksi, unit
distribusi, dan unit pelayanan sambungan rumah.
Perencanaan teknis ini memuat :

1. Rancangan detail kegiatan,


2. Perhitungan dan gambar teknis,
3. Spesifikasi teknis,
4. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
5. Analisis harga satuan, dan
6. Tahapan dan jadwal pelaksanaan,
7. Dokumen pelaksanaan kegiatan (dokumen-dokumen pelelangan, dll).
II. Referensi Perencanaan.
Referensi Perencanaan Teknis yang dapat di jadikan pedoman dalam
penyusunan DED (Desain Engineering Detail) SPAM Kawasan Huntap
Pombewe ini, antara lain :
a) Peraturan Pemerintah (PP) No. 122 Tahun 2015, Tentang
Pengembangan SPAM.
b) SNI 7509 : 2011, Tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Jaringan Pipa
Distribusi dan Unit Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum.
c) SNI 7511 : 2011, Tentang Tata Cara Pemasangan Pipa Transmisi dan
Pipa Distribusi serta Bangunan Pelintasan Pipa.
d) SNI 0039 : 2013, Tentang Pipa Baja (Pipa GIP) saluran air dengan atau
tanpa lapisan seng (Pipa dengan lapisan seng digunakan untuk
keperluan instalasi air bersih)
e) SNI 06-2552-1991 Tentang Metode Pengambilan Contoh Uji Pipa untuk
Air minum
f) SNI 06-4829-2005 Tentang Pipa Polietilena (Pipa HDPE) Untuk Air
Minum

1
g) SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan
Air (IPA) Sistem Konvensional dengan Struktur Baja
h) SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket IPAM.
i) Peraturan Menteri PU No. 18/PRT/M/2007, Tahun 2007, Tentang
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM.
Skema Perencanaan SPAM Huntap Pombrewe ini dapat dijelaskan pada
gambar sketsa berikut.

Bendung Sederhana

Bak Prased Pipa transmisi


KAWASAN
IPA+ Res
HUNTAP
Sungai Paneki
POMBEWE
Perencanaan SPAM Huntap Pombewe ini meliputi :
1. Perencanaan teknis unit Air Baku
2. Perencanaan teknis unit Transmisi
3. Perencanaan teknis unit Produksi
4. Perencanaan teknis unit Distribusi
5. Perencanaan teknis unit Pelayanan
6. Perencanaan teknis bangunan penunjang
7. Perencanaan teknis bangunan pelengkap

II.1 Perencanaan teknis unit Air Baku


Perencanaan teknis unit air baku harus disusun berdasarkan ketentuan
dimana debit pengambilan harus lebih besar dari pada debit yang
diperlukan, sekurang-kurangnya 130% kebutuhan rata-rata air minum.
Untuk melayani Huntap Pombewe, salah satu sumber air yang dapat
digunakan dengan pengaliran grafitasi adalah sungai Paneki, yang berada
sebelah Utara, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
II.1.1. Kriteria Perencanaan Intake.
Bangunan penyadap / intake, kecepatan aliran (v) = (0,3 – 2) m/detik.
Bak Pengumpul, waktu tinggal / detensi time, (td) = (5 – 15) menit.
Kriteria dasar perencanaan bangunan intake adalah sebagai berikut :

2
1. Intake dibangun tegak lurus terhadap aliran air untuk
meminimalisasi masuknya pasir ke dalam bangunan intake.
2. Intake dibangun sedemikian rupa sehingga dalam kondisi yang
terburuk masih dapat dipergunakan.
3. Intake dibangun dengan mempertimbangkan kemungkinan
peningkatan kapasitas air di masa yang akan datang.
4. Konstruksi bangunan intake yang terletak di bagian luar harus
kedap air, dibuat dari beton kedap air.
Dipilih bangunan penyadap (Intake) dengan bendung sederhana,
(Bendung Bronjong) dengan pertimbangan :
 Karena ketebalan air di sungai tidak cukup untuk intake bebas,
harus di bendung, dimana pada kondisi normal kedalaman air pada
sungai Paneki ini hanya ± 15 cm.
 Kelengkapan bangunan penyadap (intake) dengan bendung :
- Saringan sampah (Bar screen).
- Saluran Pengambilan lengkap pintu pengambilan (Pintu Sorong).
- Bak Prasedimentasi (pengendap awal), lengkap pintu penguras,
peluap/pelimpah dan pipa outlet serta strainer.
Adapun hasil survai lapangan dan perancangan awal terhadap intake
yang akan direncanakan dalam kegiatan Penyusunan DED Sistem
Penyediaan Air Minum Huntap Pombewe Kabupaten Sigi dapat dilihat
pada resume tabel 1. berikut.
Tabel 1.
Hasil Survai Lapangan Unit Air Baku SPAM Huntap Pombewe.
Jenis/Nama Sumber Sungai Paneki, Desa Pombewe
Air Baku Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi
Lokasi rencana titik Intake pada sumber air
baku masuk ke dalam wilayah administrasi
Lokasi Geografis
Desa Pombewe Kecamatan Biromaru Kab.
Sigi
Koordinat Lokasi Intake 119 58' 15.52ʺ Bujur Timur dan
(Up Stream S. Paneki) 0 57' 58,65” Lintang Selatan
Elevasi Rencana Intake +230 m dpl (From Google Earth)
Kapasitas Sumber
± 450 liter/detik (Data Sekunder)
(Debit Sesaat)
Debit Pengambian air 25 Liter/detik (Sesuai Rekomtek

3
baku untuk air minum BWSS III, Sulawesi Tengah)
Baik untuk parameter-parameter utama
fisika dan kimia kualitas air baku
Kualitas Air
berdasarkan hasil pemeriksaan
Laboratorium
Unit Penangkap Air Saluran terbuka (Pasangan batu)
(Intake) Bak Prased Beton Bertulang
Sumber : Hasil Survai dan Perencanaan Tim Konsultan, 2020
II.2. Perencanaan Teknis Unit Transmisi.
Perencanaan teknis pipa transmisi air baku harus mengoptimalkan jarak
antara unit air baku menuju unit distribusi sependek mungkin, yang
dirancang untuk dapat mengalirkan debit hari maksimum.
Adapun pertimbangan-pertimbangan yang perlu diambil dalam desain jalur
pipa transmisi, adalah sebagai berikut :
1. Faktor hidrolis
Pada jalur transmisi terpilih, disyaratkan minimum sisa tekan pada ujung
pipa transmisi adalah sebesar 15 meter, serta tinggi hidrolis pipa
minimum 5 meter di atas pipa sehingga cukup menjamin operasi air
valve bila diperlukan (Direktorat Air Bersih, Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Departemen PU, 1992).
2. Faktor ekonomis.
Beberapa hal yang mempengaruhi faktor ekonomis pemilihan jalur
transmisi :
 Jarak pipa terpendek
 Diameter ekonomis
 Pemasangan mudah
 Pemeliharaan dan pengontrolan mudah
3. Peralatan.
Jalur transmisi terpilih diharapkan tidak terlalu banyak menggunakan
perlengkapan-perlengkapan pipa.
Adapun informasi awal titik sepanjang jalur rencana trace pipa transmisi
dari lokasi rencana Intake menuju lokasi rencana Instalasi Pengolahan Air
(IPA) di komplek Huntap Pombewe, menyangkut jalur tracking, koordinat,
elevasi, jarak antar patok, dan akumulasinya berdasar hasil pengukuran
konsultan menggunakan GPS

4
Setelah perencanaan jaringan pipa dirancang dengan menggunakan
asumsi-asumsi hidrolis, jaringan kemudian disimulasi secara hidrolis.
Maksud dari simulasi adalah membuat tiruan kondisi hidrolis diatas kertas.
Tujuan dari simulasi ini adalah untuk mengecek apakah semua kriteria
hidrolis terpenuhi.

Simulasi dilakukan dengan menggunakan model matematika, dalam


perencanaan antara lain digunakan program perangkat lunak (software)
komputer. EPANET dikeluarkan oleh US EPA.
EPANET adalah program komputer yang menggambarkan simulasi hidrolis
dan kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa.
EPANET adalah alat bantu analisis hidrolis yang didalamnya terkandung
kemampuan mengontrol tekanan, kecepatan aliran dan debit yang terjadi.
Untuk hasilnya dapat dilihat pada lampiran perhitungan hidrolis jaringan
pipa, baik yang dari sumber air menuju IPA dan Reservoir sebagai pipa
transmisi air baku maupun jaringan pipa distribusi utama, distribusi bagi
dan pipa pelayanan dalam kawasan huntap Pombewe .
Hal-hal yang berkaitan dengan hasil survai lapangan dan perancangan
awal terhadap jalur pipa transmisi yang akan direncanakan dalam kegiatan
Penyusunan DED SPAM Huntap Pombewe, kecamatan Biromaru
Kabupaten Sigi dapat dilihat pada tabel 2. berikut.
Tabel 2.
Hasil Survai Lapangan
Jalur Pipa Transmisi SPAM Huntap Pombewe
Unit Transmisi Air Baku
Sistem Pengaliran Gravitasi
Panjang Jalur Pipa Transmisi ± 4.760 Meter.
Diameter Pipa Transmisi Ø8” (Delapan Inchi)
 GIP = 2.100 M segmen pipa rawan
Bahan Pipa Transmisi  HDPE = 2.660 M untuk segmen pipa
yang ditimbun dalam tanah
Elevasi rencana Intake + 230 m dpl (diluar KawasanSuaka Alam)

5
Unit Transmisi Air Baku

Koordinat Rencana IPA 119 56' 49,88ʺ Bujur Timur dan


(Areal tertinggi Huntap Pombewe) 0 59' 18,08” Lintang Selatan

Elevasi rencan IPA + 211 m dpl


Perlintasan Pipa /Jembatan  Pelintasan Deuker, L = 6 meter
Pipa  Pelintasan Lembah, L = 12 meter
Sumber : Hasil Survei dan Perencanaan Tim Konsultan, 2020.
Dalam perencanaan pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan di
bawah level garis hidrolis (garis hidrolis gradient) untuk menjamin aliran
tetap mengalir secara grafitasi sebagaimana yang diharapkan dalam
perhitungan dan juga agar debit aliran yang direncanakan dapat dicapai
masih sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker
atau trus block penahan pipa pada bagian belokan baik dalam bentuk
belokan arah vertikal maupun belokan arah horizontal untuk menahan gaya
yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan energi kinetik dari
aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa maupun
kebocoran aliran air dalam pipa tersebut secara berlebihan.
Adapun kriteria perencanaan pipa transmisi air bakunya, harus sesuai
dengan tabel 3.berikut.
Tabel 3.
Kriteria Perencanaan Pipa Transmisi
No. Uraian Notasi Kriteria
Kebutuhan air hari maks
1 Debit Perencanaan Q max
Q max = F max x Qrata²
2 Faktor hari maksimum F.max 1,10 – 1,50
3 Jenis saluran - Pipa / saluran terbuka
Kecepatan aliran air dalam
pipa
V min 0,3 - 0,6 m/det
a) Kecepatan minimum
4
b) Kecepatan maksimum :
V.max 3,0 - 4,5 m/det
- Pipa PVC
V.max 6,0 m/det
- Pipa DCIP
Tekanan air dalam pipa
a) Tekanan minimum 1 atm
b) Tekanan maksimum :
5 H min
- Pipa PVC 6 - 8 atm
Hmaks
- Pipa DCIP 10 atm
- Pipa PE 100 12.4 MPa

6
No. Uraian Notasi Kriteria
- Pipa PE 80 9.0 MPa
Kecepatan saluran terbuka
6 a) Kecepatan minimum V.min 0,6 m/det
b) Kecepatan maksimum Vmaks 1,5 m/det
7 Kemiringan saluran terbuka S (0,5 – 1 ) 0/00
Tinggi bebas saluran
8 Hw 15 cm (minimum)
terbuka
Kemiringan tebing terhadap 45 ° (untuk bentuk
9 -
dasar saluran trapesium)
Sumber :Peraturan Menteri PU No. 18/PRT/M/2007
III.3. Perencanaan Teknis Unit Produksi.
Perencanaan teknis unit produksi disusun berdasarkan kajian kualitas air
yang akan diolah, dimana kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin
terjadi dijadikan sebagai acuan dalam penetapan proses pengolahan air,
yang kemudian dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air minum yang
akan dicapai. Rangkaian proses pengolahan air umumnya terdiri dari
satuan operasi dan satuan proses untuk memisahkan material kasar,
material tersuspensi, material terlarut, proses netralisasi dan proses
desinfeksi.
Unit produksi dapat terdiri dari unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi,
netralisasi dan desinfeksi.
1) Pengolahan lengkap.
Pengolahan lengkap atau treat process adalah pengolahan yang
dilakukan secara menyeluruh pada air bersih, baik secara fisik, kimia,
maupun bakteriologi.
Pengolahan fisik yaitu pengolahan yang dilakukan untuk mengurangi
atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar, mengendapkan lumpur dan
pasir serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air bersih
yang diolah.
Pengolahan kimia yaitu pengolahan lanjutan dengan membubuhkan
zat-zat kimia kedalam air bersih.
Pengolahan bakteriologi yaitu pengolahan akhir berupa penambahan
zat-zat kimia tertentu untuk membunuh atau memusnahkan bakteri-
bakteri yang terkandung dalam air bersih.

2) Pengolahan sebagian.

7
Pengolahan sebahagian atau partial treatmen process adalah
pengolahan yang tidak menyeluruh karena air bersih telah memenuhi
sebagian persyarat sebagai air bersih. Pengolahan sebahagian dapat
berupa pengolahan kimiawi atau pengolahan bakteriologi saja.
Jenis pengolahan air yang dibutuhkan tergantung pada ciri-ciri fisik,
kimiawi dan biologis air yang bersangkutan. Kekeruhan air sungai yang
relatif sangat tinggi dan sangat variatif sepanjang tahun biasanya
membutuhkan filtrasi (pengolahan fisika) dan koogulasi kimiawi
(pengolahan kimia), kebanyakan air permukaan dapat terkena
kontaminasi sehingga desinfeksi (pengolahan bakteriologi) merupakan
hal yang penting. Pelembutan akibat kesadahan air dilakukan bersama-
sama dengan pembuangan besi dan mangan mungkin diperlukan
(pengolahan kimiawi).

Perencanaan unit produksi antara lain dapat mengikuti standar :


1. SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi
Penjernihan Air Sistem Konvensional Dengan Struktur Baja;
2. SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket
Instalasi Penjernihan Air.

II.4. Perencanaan Teknis Unit Distribusi.


II.4.1. Reservoir Distribusi.
Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung dalam reservoir air
yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi
dengan kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi
darurat, dan sebagai penyediaan kebutuhan air untuk keperluan
instalasi. Reservoir dibangun dalam bentuk bak air yang umumnya
untuk menampung produksi air dari sistem IPA, yang letaknya di
atas tanah untuk mengantisipasi kebutuhan puncak daerah
distribusi. Reservoir air dibangun bisa dengan konstruksi gals steel,
baja maupun konstruksi beton bertulang.
SK-SNI-S.1.3.7 memberikan beberapa devenisi mengenai reservoir
antara lain :

8
1. Reservoir distribusi adalah bangunan penampung air bersih dari
instalasi pengolahan untuk kemudian didistribusikan kewilayah
pelayanan melalui jaringan pipa distribusi.
2. Reservoir penyeimbang adalah reservoir yang menampung
kelebihan air pada saat pemakaiaan air oleh konsumen relatif
kecil dari pada air yang masuk kemudian didistribusikan kembali
pada saaat pemakaian air oleh konsumen relatif lebih besar dari
pada air yang masuk.

Fungsi bak penampungan atau reservoir, antara lain :


 Untuk menyediakan tampungan guna memenuhi naik turunnya
pemakaian air akibat adanya pola pemakaian air di konsumen.
 Menyediakan tampungan untuk penanggulangan kebakaran,
serta memantapkan tekanan didalam sistem distribusi.
Reservoir haruslah terletak sedekat mungkin dengan pusat
pemakaian. Permukaan air didalam reservoir haruslah cukup tinggi
untuk memungkinkan aliran gravitasi dengan tekanan yang
memuaskan kesistem yang terlayani dan dilepaskan dengan aliran
gravitasi bila kebutuhannya tinggi.
II.4.2. Jaringan Pipa Distribusi.
Jaringan pipa distribusi air minum dapat direncanakan dengan
beberapa cara, tergantung kondisi topografi yang menghubungkan
sumber air dengan konsumen. Distribusi secara gravitasi,
pemompaan maupun kombinasi pemompaan dan gravitasi dapat
digunakan untuk mensuplai air ke konsumen dengan tekanan yang
mencukupi (Al-Layla et al., 1977 dan Peavy et al., 1985).
1. Cara gravitasi.
Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air
mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah
pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat
dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis karena hanya
memanfaatkan beda ketinggian lokasi.

9
2. Cara pemompaan.
Cara pepompaan digunakan untuk meningkatkan tekanan yang
diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke
konsumen. Cara ini digunakan jika daerah pelayanan merupakan
daerah yang datar dan tidak ada daerah yang berbukit.
3. Cara gabungan.
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan
tekananyang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan
pada kondisi darurat, misalnya saat terjadi kebakaran atau tidak
ada energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air
dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena
reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama
periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa
dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.
Perencanaan teknis unit distribusi dapat berupa jaringan
perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk
jaringan tertutup (loop), sistem jaringan distribusi bercabang
(dead-end distribution system), atau kombinasi dari kedua sistem
tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan
oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan,
jumlah pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang.
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan
denah (lay-out) sistem distribusi adalah sebagai berikut :
1. Denah (Lay-out) sistem distribusi ditentukan berdasarkan
keadaan topografi wilayah pelayanan dan lokasi instalasi
pengolahan air.
2. Tipe sistem distribsi ditentukan berdasarkan keadaan
topografi wilayah pelayanan.
3. Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem
gravitasi seluruhnya, diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan
pompa.

10
4. Arah aliran dan elevasi daerah pelayanan dapat di input
berdasarkan kondisi riil lapangan berdasarkan hasil
pengukuran lapangan.
Semua ketentuan dan asumsi-asumsi yang digunakan
berdasarkan standar / kriteria perencanaan, yang tercantum
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, nomor
18/PRT/M/2007, Tahun 2007, Tentang Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM. Untuk pipa distribusi dapat dilihat dalam
tabel 4 berikut.

Tabel 4.
Kriteria Perencanaan Pipa Distribusi
No Uraian Notasi Kriteria
Kebutuhan air hari maks
1 Debit Perencanaan Q max
Q max = F max X Q rata²

2 Faktor jam puncak F.max 1,15 - 3

Kecepatan aliran air


dalam pipa
V min
a) Kecepatan minimum
0,3 - 0,6 m/det
3 b) Kecepatan
maksimum
V.max 3,0 - 4,5 m/det
- Pipa PVC
V.max 6,0 m/det
- Pipa DCIP
Tekanan air dalam
pipa :
a) Tekanan minimum (0,5 - 1,0) atm, pada titik
jangkauan pelayanan
terjauh
4
b) Tekanan maksimum
- Pipa PVC H min 6 - 8 atm
- Pipa DCIP H max 10 atm
- Pipa PE 100 12.4 MPa
- Pipa PE 80 9.0 MPa
Sumber : PeraturanMenteri PU No. 18/PRT/M/2007.
Perlengkapan Jaringan Pipa :
a. Katup (valve)..
Katup berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air didalam
pipa, katup ditempatkan pada :

11
- Pipa induk setelah penyadapan,
- Pipa cabang setelah penyadapan dan
- Titik pengurasan pada jaringan distribusi.
b. Katup udara (air valve).
Di dalam jaringan distribusi ada kalanya terdapat udara yang
diakibatkan oleh :
 Permukaan air didalam reservoir lebih rendah dari bagian atas
pipa outlet, sehingga udara dari reservoir masuk kedalam
jaringan pipa distribusi bersama aliran air.
 Jika ada kebocoran pipa, udara masuk ke dalam pipa.
Adanya udara di dalam jaringan pipa mengakibatkan
terganggunya aliran air dalam pipa sehingga debit air yang
mengalir akan berkurang atau berhenti sama sekali, untuk
mengeluarkan udara tersebut dipasang katup udara yang
ditempatkan pada puncak lengkung pipa atau pada tempat-
tempat yang mempunyai kemungkinan akan terjadi akumulasi
udara.
c. Katup penguras (wash out).
Katup penguras dipergunakan untuk menguras endapan yang
terdapat didalam jaringan pipa. Katup penguras ini diletakkan pada
jaringan pipa di tempat-tempat yang relatif rendah dan sebelum
jembatan pipa.
d. Hidran kebakaran.
Hidran kebakaran adalah sambungan keluar yang disediakan untuk
mengambil air dari pipa air bersih untuk keperluan pemadaman
kebakaran atau pengurasan. Hidran kebakaran ditempatkan pada
jalan-jalan raya, persimpangan jalan sesuai kondisi setempat.
e. Keran umum
Keran umum merupakan sambungan untuk memberikan pelayanan
pada konsumen yang tidak dilayani oleh sambungan langsung.
f. Meteran air (flow meter).
Digunakan sebagai alat ukur banyaknya air yang di lewatkan atau
yang dibutuhkan oleh sistem.

12
g. Jembatan pipa.
Jembatan pipa ditempatkan pada persilangan pipa dengan sungai
atau parit. Perlengkapan yang harus ada pada jembatan pipa adalah
katup udara dan katup penguras
h. Angker blok.
Bila suatu jaringan pipa mengalirkan air bertekanan dan mengalami
perubahan-perubahan diameter dan arah, maka dalam pipa tersebut
akan terjadi gaya dorong yang dapat menggeser kedudukan jaringan
pipa sehingga pipa dapat rusak. Untuk menahan gaya dorong
tersebut dipasang angker blok.
 Tempat-tempat yang kritis dan memerlukan pemasangan angker
blok adalah:
 Tempat dimana pipa berubah arah dalam bidang datar atau
vertikal.
 Tempat dimana pipa-pipa berubah diameter.
 Tempat-tempat dimana pipa berakhir.
 Tempat-tempat dimana diperkirakan timbul gaya dorong
(sambungan-sambungan pipa, dan katup-katup).
 Bila tanah pendukung tidak stabil.
Pada Pekerjaan Penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum
Huntap Pombewe Kabupaten Sigi ini, konsultan merencanakan sistem
pengaliran distribusi dengan metode gravitasi Sistem ini lebih
ekonomis. Sistem ini memerlukan perlengkapan perpipaan yang baik,
agar ketika terjadi kerusakan, maka harus dilakukan penutupan atau
isolasi oleh sistem valve yang baik. Apabila terjadi kelebihan tekanan
yang terlalu besar pada suatu daerah pelayanan maka dipasang
pressure reducing valve pada daerah hulunya. Sistem gravitasi cocok
untuk daerah distribusi yang rendah atau beda elevasi dengan
reservoir cukup besar.
Perencanaan jalur perpipaan distribusi utama bermula dari reservoir di
komplek IPA rencana menuju ke zona A (Atas) dan juga zona B
(Bawah) sebagai target pelayanan utama di kawasan Huntap
Pombewe tersebut. kemudian juga dari reservoir masing-masing outlet

13
menuju desa Pombewe dan desa Loru, jalur distribusi ini dibagi ke
utara, melalui akses jalan desa menuju pemukiman warga desa
Pombewe dan desa Loru di Kecamatan Biromaru ini.

Pokok-pokok yang berkaitan dengan hasil survai lapangan dan


perancangan awal terhadap jalur pipa distribusi yang akan
direncanakan dalam kegiatan Penyusunan DED SPAM Huntap
Pombewe Kabupaten Sigi dapat dilihat resume tabel 5. Berikut.

Tabel 5.
Resume Survai Lapangan dan Perancangan Jalur Pipa
Distribusi Pelayanan SPAM Huntap Pombewe
Unit Distribusi
Sistem Pengaliran Gravitasi
Panjang Jalur Pipa Distribusi 28.852 meter
 10” (10 inci) = 620 m
 8” (8 inci) = 4.260 m
Diameter Pipa Distribusi  6” (6 inci) = 4.239 m
(Pipa HDPE PN 10)  4” (4 inci) = 2.429 m
 3” (3 inci) = 4.619 m
 2” (2 inci) = 12.682 m
Panjang Pipa Distribusi HDPE Desa Pombewe, Ø4” ± 1.670 m
(Dari Reservoir Huntap) ke Ke Desa Loru, Ø4” ± 3.650 m
HDPE PN10 untuk segmen pipa
Bahan Pipa Distribusi
yang ditimbun dalam tanah
Pada jalur pipa distribusi utama
Jembatan/Perlintasan Pipa terdapat 1 (satu) buah jembatan
perlintasan pipa, L = 30 mtr
Sumber : Hasil Survai dan Perencanaan Tim Konsultan, 2020.

14
II.5. Perencanaan Teknis Unit Pelayanan
Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran/kran umum, terminal
air, hidran kebakaran dan meter air.
1. Sambungan Rumah.
Yang dimaksud dengan pipa sambungan rumah adalah pipa dan
perlengkapannya, dimulai dari titik penyadapan sampai dengan meter
air. Fungsi utama dari sambungan rumah adalah :
a) mengalirkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen;
b) untuk mengetahui jumlah air yang dialirkan ke konsumen.
Perlengkapan minimal yang harus ada pada sambungan rumah :
a) Bagian penyadapan pipa.
b) Meter air dan pelindung meter air atau flowrestrictor.
c) Katup pembuka/penutup aliran air.
d) Pipa dan perlengkapannya.
2. Hidran/Kran Umum.
Pelayanan Kran Umum (KU) meliputi pekerjaan perpipaan dan
pemasangan meteran air berikut konstruksi sipil yang diperlukan
sesuai gambar rencana.KU menggunakan pipa pelayanan dengan
diameter ¾”–1” dan meteran air berukuran ¾”.Panjang pipa
pelayanan sampai meteran air disesuaikan dengan situasi di
lapangan/pelanggan.
Konstruksi sipil dalam instalasi sambungan pelayanan merupakan
pekerjaan sipil yang sederhana meliputi pembuatan bantalan beton,
meteran air, penyediaan kotak pengaman dan batang penyangga
meteran air dari plat baja beserta anak kuncinya, pekerjaan
pemasangan, plesteran dan lain-lain sesuai gambar rencana.
3. Hidran Kebakaran.
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang
disediakan untuk mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan
pemadam kebakaran atau pengurasan pipa.Unit hidran kebakaran
(fire hydrant) pada umumnya dipasang pada setiap interval jarak 300
m, atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan kepadatan
bangunannya.

15
Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Tabung basah, mempunyai katup operasi di ujung air keluar dari
kran kebakaran. Dalam keadaaan tidak terpakai hidran jenis ini
selalu terisi air.
b) Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran.
Dengan menutup katup ini maka pada saat tidak dipergunakan
hidran ini tidak berisi air.

Pokok-pokok yang berkaitan dengan hasil survai lapangan dan


perancangan awal terhadap unit pelayanan yang akan direncanakan
dalam kegiatan Penyusunan DED SPAM Huntap Pombewe Kabupaten
Sigi dapat dilihat resume pada tabel 6. berikut.
Tabel 6.
Resume Survai Lapangan Unit Pelayanan
SPAM Huntap Pombewe
Unit Pelayanan
Kawasan Huntap Pombewe, Desa
Rencana Daerah Pelayanan Pombewe dan Desa Loru, Kecamatan
Biromaru Kabupaten Sigi
Rencana Tingkat Pelayanan 100 % (Seratus Persen)
Huntap Pombewe ± 15 L/detik
Desa Pombewe ± 5 L/detik
Proyeksi Kebutuhan Air
Desa loru ± 5 L/detik
Total Kebutuhan Air ± 25 L/detik
Rencana Sambungan Rumah Huntap Pombewe ± 1.500 Unit
Huntap Pombewe, 1 Unit, Kap 500 M³
Rencana Kapasitas Reservoir
Desa Pombewe, 1 Unit, Kap. 100 M³
(Bahan Fabrikasi Glas Steel)
Desa Loru, 1 Unit, Kap. 100 M³
Huntap Pombewe, + 211 m dpl
Elevasi Rencana Reservoir Desa Pombewe, + 174 m dpl
Desa Loru, + 127 m dpl
Desa Pombewe
Koordinat Rencana Reservoir
119 56' 49,45ʺ Bujur Timur dan

16
0 58' 38,55” Lintang Selatan
Desa Loru
119 56' 37,36ʺ Bujur Timur dan
0 58' 33,33” Lintang Selatan
Sumber : Hasil Survai dan Perencanaan Tim Konsultan, 2020

17

Anda mungkin juga menyukai