Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH TERPAAN TAYANGAN PROGRAM MENYINGKAP

TABIR DI TV ONE TERHADAP AFEKTIF WARGA KOMPLEK


PANGHEGAR RT 03/RW 09 KOTA BANDUNG

Proposal Usulan Penelitian

Disusun oleh :

Della Trivia Yuniar (9882405117311027)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS KOMUNIKASI DAN DESAIN
UNIVERSITAS INFORMATIKA DAN BISNIS INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan lindungan-nya.
Akhirnya Proposal ini kami selesaikan dengan lancar. Proposial ini Penulis susun untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Kuantitatif. Selain itu Penulis
menyusun Proposal ini untuk menambah wawasan untuk memahami. Mungkin Proposal
yang dibuat ini belum sempurna karena Penulis juga masih dalam tahap belajar, oleh
karena itu Penulis menerima saran ataupun kritikan dari segala pihak agar makalah
selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam Proposal ini Penulis membahas
tentang Pengaruh Program Televisi. Demikianlah Proposal yang Penulis susun dan jika
ada tulisan atau perkataan yang kurang berkenan Penulis mohon maaf sebesar-besarnya,
semoga Proposal ini bermanfaat buat pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan televisi dalam mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat


umum lebih besar jika dibandingkan dengan bentuk media massa yang lain karena
televisi memiliki karakteristik yang berbeda Setiap harinya televisi menayangkan
berbagai tayangan acara. Tayangan televisi disampaikan, diserap kemudian
diinterpretasikan oleh pemirsanya sebagai informasi yang bisa membawa pesan baik
negatif maupun positif. Kekuatan dari televisi dalam membentuk kehidupan saat ini
dapat sangat mengejutkan. Apa yang penonton lihat dan dengar mampu mempengaruhi
sikap, perilaku, perkataan, dan bahkan kebiasaan mereka.
Media massa, terutama televisi terus menayangkan berita-berita kriminal setiap
harinya. Masyarakat seakan tidak puas dengan berita kriminal yang sekilas menyajikan
kasus kekerasan, kemudian dibuat acara bedah kasus yang berusaha mengungkap
secara lengkap peristiwa-peristiwa kriminal berdasarkan tinjauan motif, latar belakang
pelaku dan korban, kronologis peristiwa, proses hukum, hingga analisis dari
kriminolog atau psikiater. Berita investigasi adalah berita serius yang mengungkapkan
apa yang sebenarnya terjadi di balik suatu peristiwa secara komprehensif, yang
dipersiapkan dengan sungguh-sungguh mulai dari fakta, data pendukung, analisis,
sampai ke sudut pandang yang dipilih dalam penyajiannya (Admakusumah, 1996:45).1
Dari tayangan Criminal Case tersebut salah satu program televisi Menyingkap
Tabir TV ONE menyentuh sisi afektif Warga Komplek Panghegar. Banyak warga
Komplek Panghegar yang kemudian menginterpretasikan program tersebut kedalam
dunia nyata bahwa pada realitanya kejahatan kriminalitas yang ditonjolkan dari
program tersebut membuat realita nyata bahwa di lingkungan masyarakat sekitar

1
Rakanita Oktaviani Hadi Saputri 2015, Intensitas Menonton Program Berita Investigasi
https://ejournal3.undip.ac.id/ 31 November 2019
banyak sekali pelaku kriminal yang membuat masyarakat takut.
Warga Komplek Panghegar “buta” akan permasalahan yang disajikan di televisi,
dalam hal ini reka ulang kasus kejahatan, maka Warga cenderung mempercayai apa yang
dilihatnya di televisi sebagai sesuatu yang nyata adanya. Sebaliknya, ketika Mereka
memiliki pengalaman mengetahui bagaimana proses sebenarnya dari kejahatan yang
disajikan dalam bentuk reka ulang adegan kasus kejahatan tersebut maka tidak akan
sepenuhnya mempercayai tayangan reka ulang adegan sebagai suatu realitas yang
sesungguhnya. Pengaruh tayangan tersebut terhadap Warga saat ini semakin besar.
Warga menganggap bahwa realitas sosial sama dengan yang digambarkan pada program
menyingkap tabir. dengan mendapatkan informasi dari apa yang mereka saksikan dari
reka adegan dibandingkan dari pengalaman langsung Hal ini terjadi dalam hal kekerasan.
Dari sisi afektif muncul suatu anggapan bahwa dunia adalah tempat yang penuh dengan
kekerasan Hal ini antara lain didorong oleh perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi semakin canggih dan intensitasnya semakin tinggi. Salah satu media massa
yang terus berkembang adalah televisi. Televisi menggabungkan sistem komunikasi
visual dan audio secara bersamaan. Hal ini menyebabkan televisi menjadi sebuah
medium yang bersifat ”cool”, dimana seorang khalayak televisi tidak membutuhkan
usaha dan pemikiran yang keras untuk memahami dan menyerap pesan yang disampaikan
televisi melalui tayangan yang disajikannya.Dengan begitu, televisi dianggap dapat
memperlihatkan gambaran kehidupan yang hampir sama dengan yang dirasakan oleh
pemirsanya yang diangkat melalui gambar sekaligus suara yang ditayangkan melalui
program- program acaranya.

Selama ini ada asumsi bahwa sebagai sebuah tayangan, program berita yang
berisikan laporan berbagai peristiwa yang terjadi, dianggap sebagai tayangan yang
lebih “suci” dibandingkan jenis tayangan televisi lainnya. Berita selalu dianggap
memiliki dampak positif saja bagi khalayaknya karena memberikan asupan informasi
yang dapat memperluas wawasan khalayak. Namun ternyata tidak selalu begitu.
Program berita juga dicurigai memiliki dampak negatif bagi pemirsanya, khususnya
program berita kriminal yang ditayangkan di televisi.2
Hampir di setiap stasiun televisi di Indonesia mempunyai program berita
investigasi criminal case. Diantaranya adalah Menyingkap Tabir (TVOne), pada pukul
10 malam. Acara ini mengupas lebih dalam sebuah aksi kejahatan. Dibanding dengan
acara sejenis yang tayang di stasiun tv lainnya, Menyingkap Tabir terlihat lebih
‘berani’ dan mampu memainkan emosi pemirsanya. Mengangkat tema criminal dengan
lebih indepth, adanya hidden cam sehingga mendapatkan pengakuan jujur dari
tersangka, pelaku ataupun mendapatkan video saat penggerebekan sebuah kasus
narkoba atau kriminal. Dalam berita kriminal inilah terdapat tayangan reka ulang
kasus kejahatan dimana sebuah kasus kejahatan direkonstruksikan kembali bagaimana
kronologis kejadiannya. Tentu saja, ini akan cenderung membuat khalayak berita
mempercayai apa yang mereka saksikan, yaitu bahwa reka ulang kasus kejahatan
merupakan kejadian atau realitas yang sebenarnya, karena disajikan dalam program
berita yang sifatnya faktual.
Padahal reka ulang kasus kejahatan tidak sepenuhnya berdasarkan kenyataan
yang terjadi di lapangan dan cenderung merupakan realitas tangan kedua (second-hand
reality) yang diciptakan oleh bagian pemberitaan di media televisi karena sudah
ada campur tangan pihak media televisi dalam memproduksi kembali reka ulang
kasus kejahatan dalam bentuk adegan demi adegan rekonstruksi kasus kejahatan.
Pandangan khalayak bermacam-macam dalam menginterpretasi gambaran yang
disajikan media massa. Ada yang memandang tayangan reka ulang adegan kasus
kejahatan merupakan realitas yang nyata tapi ada juga yang melihat tayangan reka
ulang adegan kasus kejahatan hanyalah sebagai realitas yang dibentuk oleh media
televisi.
Inilah yang kemudian menjadi kekuatannya untuk tetap bertahan sebagai media
yang paling sering dikonsumsi. Tayangan dan program televisi disampaikan, diserap
kemudian diinterpretasikan oleh pemirsanya sebagai informasi yang membawa pesan
baik negatif maupun positif.Adegan reka ulang dalam suatu program berita kriminal
bertujuan untuk memperlihatkan kronologis suatu kejadian kriminal kepada pemirsa

2
Dara Haspramudila 2009, Pengaruh terpaan tayangan http://lib.ui.ac.id/file/pengaruhterpaan-
pendahuluaan.doc.pdf 31 November 2019
televisi. Akan tetapi, semua yang ditampilkan dalam adegan tersebut tidak sepenuhnya
berdasarkan realita yang ada. Dengan kata lain, pada tayangan reka ulang adegan kasus
kejahatan realitasnya adalah realitas tangan kedua yang sudah dibentuk oleh pihak
media televisi tersebut yaitu divisi pemberitaannya. Khalayak yang tidak mengetahui
hal ini tentu saja akan menilai bahwa reka ulang adegan kasus kejahatan yang
ditampilkan dalam berita kriminal merupakan kejadian yang sebenarnya. Hal ini
tentu saja akan mengaburkan kepercayaan khalayak terhadap realitas kejahatan yang
sebenarnya.
Jadi saat Warga Komplek Panghegar buta akan permasalahan yang disajikan di
televisi, dalam hal ini reka ulang kasus kejahatan, maka ia akan cenderung
mempercayai apa yang dilihatnya di televisi sebagai sesuatu yang nyata adanya.
Sebaliknya, ketika seorang individu memiliki pengalaman mengetahui bagaimana
proses sebenarnya dari kejahatan yang disajikan dalam bentuk reka ulang adegan kasus
kejahatan tersebut maka ia tidak akan sepenuhnya mempercayai tayangan reka ulang
adegan sebagai suatu realitas yang sesungguhnya. Oleh karena itu, peneliti ingin
melihat pengaruh dari sisi afektif khalayak setelah melihat kejadian sebenarnya dari
kejahatan yang direkonstruksikan kembali di media massa.
Berdasarkan fenomena yang terjadi atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
ada sejauh mana penonton terpengaruh pada sisi afektif oleh tayangan di televisi, salah
satunya program Menyingkap tabir Di TV ONE, sehingga tayangan program tersebut
mempengaruhi sikap dan penilaain mereka realitas yang terjadi.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi permasalahannya


sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh frekuensi Program Menyingkap Tabir di TV One


Terhadap Afektif Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09?
2. Seberapa besar pengaruh durasi Program Menyingkap Tabir di TV One Terhadap
Afektif Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09?
3. Seberapa besar pengaruh atensi Program Menyingkap Tabir di TV One Terhadap
Afektif Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09?
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti dalam penulisan ini untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui besar pengaruh frekuensi Program Menyingkap Tabir di TV


One Terhadap Afektif Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09.
2. Untuk mengetahui besar pengaruh Durasi Program Menyingkap Tabir di TV One
Terhadap Afektif Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09.
3. Untuk mengetahui besar pengaruh atensi Program Menyingkap Tabir di TV One
Terhadap Afektif Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09.

1.4 Manfaat
Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan memberikan manfaat secara
teoretis maupun praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dilakukan secara umum bermanfaat untuk perkembangan Ilmu


Komunikasi, khususnya bidang kajian komunikasi Massa.

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Bagi Peneliti
Penelitian yang dilakukan peneliti digunakan untuk suatu pengaplikasian
ilmu komunikasi kajian Teori Kultivasi
1.4.2.2 Bagi Akademik
Bagi program studi ilmu komunikasi penelitian ini diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang berarti pada pengembangan penelitian dalam
disiplin.
1.4.2.3 Bagi intansi

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi bagi media


televisi TV One
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Penelitian ini dilakukan tidak lepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah di lakukan sebagai bahan
perbandingan dan bahan referensi. Hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak lepas dari topik penelitian mengenai
Program Acara Televisi. Hasil penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini dapat dilihat pada:
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Adapun tinjauan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Judul Teori Metode Hasil Persamaan Tujuan penelitian
peneliti Dan perbedaan

1 Erlyna 2012 Terpa Teori Studi Adalah terdapat pengaruh Persamaan: Untuk mengetahui
Dewi an Agen deskripti antara terpaan tayangan -Memiliki daya tarik,intensitas
Tayan da f acara hariring di TVRI Pengujian da nisi pesan acara
gan settin jawa barat dengan sikap tentang hariring di TVRI
Acara g pemiesa jawa barat pengaruh Jawa barat dengan
Hariri terhadap kesenian sunda -Penelitian yang sikap pemirsa jawa
ng di di kota bandung bertemakan barat terhadap
TVRI Media kesenian sunda di
Jawa Massa Televisi kota bandung
barat -Perbedaan:
denga -padametode
n yang digunakan
sikap - pada teori yang
pemir digunakan
sa
jawa
barat
terhad
ap
keseni
an
sunda
2 R.Rissa 2012 Terpa Studi Terdapat pengaruh antara Mengetahui
Ria an deskripti intensitas, isi pesan dan intensitas, Isi pesan
Maryani “Rubr f Daya tarik rubric our dan daya tarik
ik Our repro majalah provoke rubric our repro
Repro bandung dalam majalah provoke
” membentuk sikap anggota dalam membentuk
majal repro terhadap gaya sikap anggota repro
ah berpakaian di bandung terhadap
provo gaya berpakaian
ke
bandu
ng
dalam
memb
entuk
sikap
anggo
ta
repro
terhad
ap
gaya
berpa
kaian
3 2012 Penga kuantitat Terdapat pengaruh yang Persamaan: Mengetahui
Dwi ruh if signifikan antara Variabel X yang pengaruh antara
Rachma terpaa frekuensi dan durasi digunakan frekuensi dan durasi
nti n promosi ZALORA dan metode terpaan media
media terhadap brand equity yang digunakan promosi zalora
promo pada anggota hijabers Perbedaan: sebagai sponsor
si community Jakarta Teori dan hijab day 2014
“ZAL variable Y terhadapa brand
ORA” equity pada anggota
Indon hijabers community
esia jakara
sebag
ai
spons
or
acara
hijab
day
2014
denga
n
brand
equity
pada
anggo
ta
hijabe
rs
comm
unity
Jakart
a

Sumber : Universitas Padjadjaran, 2020


2.2 Tinjauan Konseptual

2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa


Komunikasi Massa adalah proses penciptaan makna bersama anrara media
massa dan khalayaknya. (Baran,2012:7)
Komunikasi Massa adalah komunikasi pada khalayak dalam jumlah besar
melalui banyak saluran komunikasi. Oleh karenanya,konteks komunikasi massa
mencakup baik saluran maupun khalayak (West Turner 2011: 41)
Komunikasi terdiri atas lembaga dan teknik dari kelompok tertentu yang
menggunakan alat teknologi (pers,radio,film dan sebagainya) untuk menyebarkan
konten simbolis kepada khalayak yang besar,heterogen dan sangat tersebar
(Janowitz 2012:62)

2.2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik komunikasi massa dibagi menjadi delapan (Elvinaro, Lukiati, Siti,


2004: 7):

1. Komunikator Terlembagakan, Karakteristik yang pertama adalah si pemberi


pesan (komunikator), komunikasi massa harus dilakukan oleh lembaga/
organisasi yang cukup kompleks.
2. Pesan Bersifat UmumPesan komunikasi massa bersifat umum. Pesannya dapat
berupa fakta, peristiwa atau opini. Ini disebabkan karena komunikasi massa
bersifat terbuka dan ditujukan untuk masyarakat luas.

2.2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa memiliki berbagai penjabaran oleh para ahli. Salah
satunya adalah oleh Dominick (Ardianto, dkk., 2012:15-17), yang membagi
fungsi komunikasi massa kedalam 5 hal, yaitu:

1. Fungsi pengawasan (surveillance)


Fungsi ini terdiri dari 2 bentuk utama, yaitu pengawasan peringatan dan
pengawasan instrumental. Media massa menjalankan fungsi pengawasan
peringatan, jika menginformasikan tentang ancaman yang disebabkan oleh
beberapa hal, misalnya bencana alam, serangan militer, inflasi dan krisis
ekonomi.
2. Fungsi pengawasan instrumental dari media massa jika informasi yang
disampaikan memiliki kegunaan atau dapatmembantu
khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
3. Fungsi penafsiran (interpretation)
Fungsi ini dijalankan jika media selain menyampaikan fakta dan data
kepada khalayak, juga memberi penafsiran terhadap kejadian-kejadian
penting. Media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa mana yang
layak dan yang tidak layak disajikan.
4. Fungsi keterkaitan (linkage)
Media massa dapat menjadi alat pemersatu anggota masyarakat yang
beragam sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat
yang sama tentang sesuatu.
5. Fungsi penyebaran nilai (transmission of values)
Fungsi ini disebut juga sosialisasi. Media massa memperlihatkan kepada
khalayak tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak dan apa yang
diharapkan mereka.
6. Fungsi hiburan (entertainment)
Fungsi hiburan selalu dijalankan oleh setiap media massa. Media yang
sangat jelas menjalankan fungsi ini adalah televisi, radio dan tabloid.

2.2.2 Terpaan Tayangan

Terpaan tayangan adalah penggunaan media oleh khalayak yang meliputi


Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik
jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan (longevity). Media
Exposure menurut Jalaludin Rakhmat (2009:14) diartikan sebagai terpaan media,
sedangkan Masri Singarimbun (2012:21) mengartikan dengan sentuhan media.
Menurut Rakhmat, media exposure dapat dioperasionalkan sebagai frekuensi
individu dalam menyaksikan televisi, film, membaca majalh atau surat kabar
maupun mendengarkan radio. Terpaan media meliput :
1. Frekuensi: meliputi seberapa sering menonton suatu tayangan
2. Durasi: meliputi lama mengikuti dan lama menonton suatu tayangan
3. Atensi: meliputi menonton dengan melakukan kegiatan lain,
menyaksikan dengan tidak melakukan kegiatan lain, dan menyaksikan
dengan melakukan diskusi. 3
2.2.3 Program Televisi

Kata “program” berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang
berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun
penyiaran untuk memenuhi kebutuhan penontonnya. Program atau acara yang
disajikan adalah faktor yang membuat penonton tertarik untuk mengikuti siaran
yang dipancarkan stasiun penyiaran baik televisi maupun radio (Morissan, 2008).

Stasiun televisi selalu menyajikan berbagai jenis program demi menarik perhatian
dan disukai penontonnya. Dalam menyajikan sebuah program dibutuhkan
kreativitas seluas mungkin agar menghasilkan sebuah program yang menarik dan
dapat bersaing dengan program lain di stasiun televisi yang menjadi saingannya.

Menurut Morissan (2008) pada umumnya, jenis program dapat dikelompokkan


menjadi dua, yakni :

1. Program Informasi (Berita)

Dibagi menjadi tiga, yaitu berita keras (hard news), berita lunak (soft news),
feature news. Berita keras merupakan laporan berita terkini yang harus segera
disiarkan, berita lunak merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini,
sedangkan feature news adalah berita yang menyangkut peristiwa yang
menyentuh perasaan, sehingga mampu menggugah orang lain atau penontonnya,
contohnya adalah dalam setting kampus yaitu suka duka seorang satpam.

2. Program Hiburan (Entertainment)

3
Raden Aditya Novianto, Martha Tri Lestari, S. Sos., MM, Sylvie Nurfebiaraning, S.Sos., M.Si 2016,
file:///C:/Users/lenovo/Downloads/16.04.242_jurnal_eproc%20(1).pdf 18 Januari 2020
Dibagi menjadi empat, yaitu musik, drama, permainan (game show), dan
pertunjukan. Program musik dapat ditampilkan dengan dua format, yakni
videoklip atau konser baik indoor maupun outdoor. Program drama berisi
pertunjukan yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang
atau beberapa tokoh. Yang termasuk dalam program drama adalah sinetron dan
film.

2.2.3.1 Format Program Televisi

Perkembangan kreativitas program televise saat ini telah melahirkan berbagai


bentuk program televisi yang sangat beragam. Keunikan program televisi berjalan
seiring dengan trend atau gaya hidup masyarakat yang saling mempengaruhi.
Sehingga munculah ide yang menampilkan format baru pada program televisi
agar memudahkan produser, sutradara, dan penulis naskah menghasilkan karya
yang spektakuler.

Dalam penyiaran radio dan televisi, kata format merupakan istilah yang sudah
amat dikenal, terutama sekali oleh kelompok kerja produksi. Menurut Naratama,
kunci keberhasilan suatu program televisi ialah penentuan format acara televise
tersebut. Adapun definisi format menurut Naratama adalah sebuah perencanaan
dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan
design produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang
disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut (Naratama, 2004)

Format acara televisi:

1. Drama/Fiksi (timeless& imajinatif) Tragedi, aksi, komedi,


cinta/romantisme, legenda, horror.

2. Nondrama (timeless& faktual) Musik, magazine show, talkshow, variety


show, repackaging, gameshow, kuis, talent show, competition show.

3. Berita/News (aktual & faktual) Berita, current affairs program, sport,


magazine news, features. (Djamal & Fachruddin, 2011)
2.2.4 Afektif

Menurut Bloom Anderson.Afektif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan


sikap dan nilai.

1. Sikap
sikap adalah Kesiapan Merespon yang bersifat positif atau negative
terhadap objek atau situasi. Secara konsisten.
2. Nilai
Nilai adalah konsepsi dari apa yang diinginkan seseorang dalam
menentukan tindakan terhadap cara dan juga tujuan dari yang ingin dicapai.

2.2.4.1 Ranah Afektif

a. Receiving/Attending/Penerimaan

Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi


penerimaan masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara
pasif.Penerimaan adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsanagn
atau stimulasi dari luar yang datang pada diri peserta didik. Hal ini dapat
dicontohkan dengan sikap peserta didik ketika mendengarkan penjelasan
pendidik dengan seksama dimana mereka bersedia menerima nilai-nilai
yang diajarkan kepada mereka danmereka memiliki kemauan untuk
menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu.

b. Responding/Menanggapi

Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau


merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
masyarakat. Atau dapat pula dikatakan bahwa menanggapi adalah suatu
sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif untuk mengikutsertakan
dirinya dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan
salah satu cara. Hal ini dapat dicontohkan dengan menyerahkan laporan
tugas tepat pada waktunya.

c. Valuing/Penilaian
Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan
kepercayaan terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak
hanya mau menerima nilai yang diajarkan akan tetapi berkemampuan pula
untuk menilai fenomena itu baik atau buruk. Hal ini dapat dicontohkan
dengan bersikap jujur dalam kegiatan belajar mengajar serta
bertanggungjawab terhadap segala hal selama proses pembelajaran.

d. Organization/Organisasi/Mengelola

Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta


pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat
dicontohkan dengan kemampuan menimbang akibat positif dan negatif dari
suatu kemajuan sains terhadap kehidupan manusia.

e. Characterization/Karakteristik

Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Proses internalisais nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki
nilai. Hal ini dicontohkan dengan bersedianya mengubah pendapat jika ada
bukti yang tidak mendukung pendapatnya.
2.3 Tinjauan Teoritis

2.3.1 Teori Kultivasi

Gagasan kemunculan teori kultivasi dilatar belkangi oleh situasi yang terjadi
pada tahun 1960-an di Amerika. Pada masa itu efek media massa khususnya
tayangan kekerasan di televisi menarik perhatian khalayak umum karena cukup
tingginya tayangan yang mengandung kekerasan yang di tayangkan pada kala itu.
Banyaknya jumlah muatan kekerasaan dalam tayangan TV pada waktu itu
mendorong ke khawatiran para orang tua, guru dan pengkritik TV dari dampak
tayangan kekerasaan. Ketika itu khalayak umum, orang tua dan pengkritik Tv
menduga bahwa adanya hubungan Antara banyaknya muatan kekerasan dalam
tayangan TV dengan perilaku agresif dan kekerasaan di masyarakat. Tentu saja
dugaan ini tidak boleh hanya menjadi sekedar dugaan dan memberikan penilaian
hanya berdasarkan perasaan, tetapi harus dibuktikan. Sehingga pada tahun 1976,
Presiden Lyndon Johnson membentuk Komisi Nasional Penyebab dan Pencegahan
Kekerasan yang disusul dengan pembentukan Komite Penasihat Ilmiah mengenai
TV dan Perilaku sosial pada tahun 1972. Dimana kedua badan yang telah dibentuk
itu diberikan tugas untuk meneliti pengaruh media massa, khususnya Televisi .
Teori kultivasi (Cultivation Theory) pertama kali dikenalkan oleh professor George
Gerbner ketika ia menjadi dekan Annenberg School; of Communication di
Universitas Pennsylvania Amerika Serikat (AS). Tulisan pertama yang
memperkenalkan teori ini adalah Living with Television: The Violenceprofile,
Journal of Communication. Awalnya, Gerbner melakukan penelitian tentang
“Indikator Budaya” dipertengahan tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh
menonton televisi. Dengan kata lain, Gerbner ingin mengetahui dunia nyata seperti
apa yang dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi itu? Itu juga bisa
dikatakan bahwa penelitian kultivasi yang dilakukannya lebih menekankan pada
“dampak” (Nurudi, 2004, p. 157). Menurut Signorielli dan Mogan (1990) dalam
(Saefudin & Venus, 2005, p. 83), Analisis Kultivasi merupakan tahapan lanjutan
dari paradigma penelitian tentang efek media yang sebelumnya dilakukan oleh
Gerbner, yaitu cultural indicators, yang menyelidiki (1) proses institusional dalam
produksi isi media, (2) image (kesan) isi media, (3) hubungan antara terpaan pesan
televisi dengan keyakinan dan perilaku khalayak. Dalam mengawali apa yang
kemudian akan dikenal sebagai analisis kultivasi, mereka sedang membuat
argument kausal (causal argument) [televisi mengkultivasi – menyebabkan –
konsepsi akan realitas sosial]. Analisis kultivasi adalah sebuah teori yang
memprediksikan dan menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari
persepsi, pemahaman dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi
akan pesan-pesan media. Garis pemikiran Gerbner dalam Analisis Kultivasi
menunjukkan bahwa komunikasi massa, terutama televisi mengkultivasi keyakinan
tertentu mengenai kenyataan yang dianggap suatu yang umum oleh konsumen
komunikasi massa. Sebagaimana diamati oleh Gerbner “Kebanyakan dari apa yang
kita ketahui, atau kita pikir kita ketahui, sebenarnya tidak pernah kita alami sendiri
secara pribadi, kita mengetahui hal-hal ini karena adanya cerita-cerita yang kita
lihat dan dengar di media (Ricard West & Lyn H, 2013, p. 82). Menurut Wood,
kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada proses kumulatif dimana televisi
menanamkan suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada khalayaknya (Wood,
2000, p. 87).

Asumsi Dasar Menurut (Ricard West & Lyn H, 2013, p. 85) dalam bukunya
mengemukakan posisi bahwa realitas yang dimediasi menyebabkan konsumen
memperkuat realitas sosial media mereka. Analisis kultivasi membuat beberapa
asumsi. Karena teori ini dari dulu hingga kini merupakan teori yang didasarkan
pada televise, ketiga asumsi ini menyatakan hubungan antara media dan budaya:
Televisi, secara esensi dan fundamental, berbeda dengan bentuk-bentuk media
massa lainnya. Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari
masyarakat kita. Pengaruh dari televisi terbatas.

Asumsi yang pertama, Analisis Kultivasi menggaris bawahi keunikan dari


televisi. Televisi berada di dalam lebih dari 98 persen rumah di Amerika Serikat.
Televisi tidak membutuhkan kemampuan membaca, sebagaimana dengan media
cetak. Tidak seperti film, televisi pada dasarnya gratis (selain biaya yang
dikeluarkan pertama kali untuk pesawat televisi dan biaya iklan yang ditambahkan
para produk-produk yang kita beli). Tidak seperti radio, televisi mengombinasikan
gambar dan suara. Televisi tidak membutuhkan mobilitas, sebagaimana pergi
ketempat ibadah misalnya, atau pergi ke bioskop atau teater. Televisi adalah satu-
satunya medium yang pernah diciptakan yang tidak memiliki batasan usai-
maksudnya, orang dapat menggunakannya dalam tahun-tahun awal dan akhir dari
kehidupan mereka, dan juga tahun-tahun di antaranya. Oleh karena itu, televisi
mudah diakses dan tersedia bagi siapa saja, televisi merupakan “senjata budaya
utama” dari budaya kita (Ricard West & Lyn H, 2013, p. 85)

Asumsi yang Kedua, berkaitan dengan dampak dari televisi. Gerbner dan
Gross (1972) dalam (Ricard West & Lyn H, 2013, p. 87) menyatakan bahwa
“Substansi dari kesadaran yang dikultivasi oleh TV tidak merupakan sikap dan
opini yang lebih spesifik dibandingkan asumsi-asumsi yang lebih mendasar
mengenai fakta-fakta kehidupan dan standart-standart penilaian yang mendasari
penarikan kesimpulan”. Maksudnya, televisi tidak lebih berusaha untuk
mempengaruhi kita melainkan melukiskan gambaran yang lebih kurang
meyakinkan mengenai seperti apa dunia sebenarnya. Gerbner (1998) dalam (Ricard
West & Lyn H, 2013, p. 87) mengamati bahwa televisi mencapai orang, rata-rata,
lebih dari tujuh jam sehari. Selama kurun waktu ini, televisi menawarkan “sistem
penceritaan kisah yang terpusat”. Gerbner sepakat dengan Walter Fisher bahwa
orang hidup di dalam kisah. Gerbner, sebaliknya menyatakan bahwa kebanyakan
kisah di dalam masyarakat modern sekarang berasal dari televisi. Fungsi
kebudayaan utama dari televisi adalah untuk menstabilisasi polapola sosial, untuk
memperkuat resistensi terhadap perubahan. Televisi adalah medium sosialisasi dan
enkulturasi. Gerbner dan koleganya menyatakan bahwa Pola berulang dari pesan
dan gambar televisi yang dihasilkan secara massal membentuk mainstream dari
lingkungan simbolis umum yang memperkuat konsepsi realitas yang paling banyak
dipegang. Kita hidup dalam hal kisah-kisah yang kita ceritakan- kisah-kisah
mengenai hal apa yang ada, kisah mengenai bagaimana sesuatu bekerja, dan kisah
mengenai apa yang harus dilakukan- dan televisi menceritakan semua kisah
tersebut melalui berita, drama, dan iklan kepada hampir semua orang Gebner, 1978
dalam (Ricard West & Lyn H, 2013, p. 87). Analisis Kultivasi memberikan cara
pemikirn alternative mengenai kekerasan dalam TV. Beberapa teori seperti
pembelajaran sosial (Social Learning Theory) Bandura, 1977 dalam (Ricard West
& Lyn H, 2013, p. 88) mengasumsikan bahwa kita cenderung melakukan kekerasan
setelah terpapar kekerasan itu sendiri.

Asumsi Ketiga, menyatakan bahwa dampak dari televisi terbatas. Hal ini
mungkin terdengar aneh, apalagi melihat fakta bahwa televisi tersebar sangat luas.
Tetapi, kontribusi kepada budaya yang dapat diamati, diukur, dan independen
relatif kecil. Gerbner menggunakan anologi zaman es untuk membedakan Analisis
Kultivasi dari pendekatan dampak terbatas. Analogi zaman es (ice age analogy)
menyatakan bahwa “sebagaimana pergeseran temperature rata-rata sebanyak
beberapa derajat dapat mengakibatkan zaman es, atau hasil akhir pemilihan umum
dapat ditentukan dengan batas yang tipis, demikian pula dampak yang relatif kecil
namun tersebar luas dapat membuat perbedaan besar. ‘Ukuran” dari “dampak’ jauh
lebih tidak penting dibandingkan dengan arah dari kontribusinya yang
berkelanjutan” Gerbner, dkk. 1980 dalam (Ricard West & Lyn H, 2013, p. 88).
Argument ini tidak menyatakan bahwa dampak dari televisi tidak memiliki
konsekuensi. Sebaliknya, walaupun dampak televisi terhadap budaya yang dapat
diukur, diamati dan independen pada satu titik waktu tertentu mungkin terlihat
kecil, dampak ini tetap saja ada dan signifikan. Lebih jauh lagi Gerbner dan
koleganya dalam (Ricard West & Lyn H, 2013, p. 88) menyatakan bahwa ini bukan
merupakan kasus dimana menonton tayangan program televisi tertentu akan
menyebabkan suatu perilaku tertentu (misalnya menonton Without a trace akan
menyebabkan seseorang menculik orang lain) tetapi menonton televisi secara
umum memiliki dampak yang kumulatif dan menyebar luas terhadap pandangan
kita mengenai dunia.4

4
RANI AULIAWATI RACHMAN 2013 , Mengenal Teori Kultivasi George Gerbner
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/58593276/Mengenal_Teori_Kultivasi_George_Gerbner.
pdf 20 Januari 2020
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

Dari kajian teori diatas, dapat ditarik kerangka pemikiran untuk penelitian
“Pengaruh Terpaan Tayangan Program Menyingkap Tabir di TV One Terhadap
Afektif Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09” seperti dibawah ini:

Pengaruh Terpaan Tayangan Program Menyingkap


Tabir di TV One Terhadap Afektif Warga Komplek
Panghegar RT 03/RW 09

Teori kultivasi ini diajukan oleh George Garbner dari Annberg School of
Communication. Garbner melihat bahwa keterisolasian orang bisa disebabkan karena
media. Sajian media tentang kekerasan yang dilakukan secara terus menerus, dapat
dipersepsikan oleh publik bahwa seakan-akan suatu lingkungan atau tempat bisa jadi
tidak berharga, menakutkan, atau berbahaya, padahal jika ditelusuri lebih jauh maka
sesungguhnya tidak demikian.

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)


Terpaan Tayangan Afektif

1. Frekuensi (X1) 1. Sikap (Y1)


2. Atensi (X2) 2. Nilai (Y2)
3. Durasi (X3)
2.5 Hipotesis
2.5.1 Hipotesis Mayor

Berdasarkan Pembahasan pada Kerangka Pemikiran,Maka penulis Merumuskan


Hipotesis Utama sebagai Berikut:

H0 : Tidak Terjadi Pengaruh Pengaruh Terpaan Tayangan Program Menyingkap


Tabir di TV One Terhadap Afektif Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09
.
H1: :Terjadi Pengaruh Pengaruh Terpaan Tayangan Program Menyingkap Tabir di
TV One Terhadap Afektif Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09

2.5.2 Hipotesis Minor

Hipotesis 1

H0: Tidak terdapat pengaruh frekuensi Program Menyingkap Tabir di TV One


Terhadap sikap Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09

H1: Terdapat pengaruh frekuensi Program Menyingkap Tabir di TV One Terhadap


sikap Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09

Hipotesis 2

H0: Tidak terdapat pengaruh frekuensi Program Menyingkap Tabir di TV One


Terhadap Penilaian Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09

H1: Terdapat pengaruh frekuensi Program Menyingkap Tabir di TV One Terhadap


Penilaian Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09

Hipotesis 3

H0: Tidak terdapat pengaruh Durasi Program Menyingkap Tabir di TV One


Terhadap Sikap Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09
H1: Terdapat pengaruh Durasi Program Menyingkap Tabir di TV One Terhadap
Sikap Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09

Hipotesis 4

H0: Tidak terdapat pengaruh Durasi Program Menyingkap Tabir di TV One


Terhadap Penilaian Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09

H1: Terdapat pengaruh Durasi Program Menyingkap Tabir di TV One Terhadap


Penilaian Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09

Hipotesis 5

H0: Tidak terdapat pengaruh Atensi Program Menyingkap Tabir di TV One


Terhadap Sikap Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09

H1: Terdapat pengaruh Atensi Program Menyingkap Tabir di TV One Terhadap


Sikap Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09

Hipotesis 6

H0: Tidak terdapat pengaruh Atensi Program Menyingkap Tabir di TV One


Terhadap Penilaian Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09

H1: Terdapat pengaruh Atensi Program Menyingkap Tabir di TV One Terhadap


Penilaian Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

1.1 Gambaran Umum

3.1.2 Sejarah TV ONE


TV One (sebelumnya bernama Lativi) adalah sebuah stasiun televise
nasional di Indonesia. Berawal dari penggunaan nama Lativi, stasiun televise
ini didirikan pada tanggal 30 Juli 2002 oleh Abdul Latief dan dimiliki oleh
ALatief Corporation. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya adalah
banyak menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas
dan beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak tahun 2006, sebagian sahamnya
juga dimiliki oleh Grup Bakrie yang juga memiliki stasiun televise ANTV.
Pada tanggal 14 Februari 2008, Lativi secara resmi berganti nama menjadi
tvOne, dengan komposisi 70 persen berita, sisanya gabungan program
olahraga dan hiburan. Abdul Latief tidak lagi berada dalam kepemilikan
saham tvOne. Komposisi kepemilikan saham tvOne terdiri dari PT Visi Media
Asia Tbk sebesar 49%, PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd 10%, dan
Promise Result Ltd 10%. Direktur Utama tvOne saat ini adalah Ahmad R
Widarmana.40 14 Februari 2008, pukul 19.30 WIB, merupakan saat
bersejarah karena untuk pertama kalinya TV One mengudara. Peresmian
dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, TV
One menjadi stasiun TV pertama di Indonesia yang mendapatkan kesempatan
untuk diresmikan dari Istana Presiden Republik Indonesia. TV One secara
progresif menginspirasi masyarakat Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas
agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri serta
masyarakat sekitar melalui berbagai program News and Sports baik Nasional
dan Internasional yang dimilikinya. Mengklasifikasikan program-programnya
dalam kategori, NEWS, Current Affairs dan SPORTS, tvOne membuktikan
keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan
format-format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program.
Diawal tahun berdirinya, tvOne mempunyai Tag Line "MEMANG BEDA",
karena menyajikan berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan
penyajian yang berbeda dan belum pernah ada sebelumnya seperti Apa Kabar
Indonesia, yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi ringan
dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat,
disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio luar tvOne. Program
berita hardnews tvOne dikemas dengan judul : Kabar Terkini, Kabar Pagi,
Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang
berbeda juga disuguhkan oleh Kabar Petang.

3.1.3 VISI dan MISI TV One

1. VISI
Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya
memajukan bangsa.

2. MISI
a. Menjadi stasiun TV Berita & Olahraga nomor satu
b. Menayangkan program News & Sport yang secara progresif mendidik
pemirsa untuk berpikiran maju, positif, dan cerdas
c. Memilih program News & Sport yang informatif dan inovatif dalam
penyajian dan kemasan

3.1.4 Logo

1) Warna Merah dan Putih melambangkan Indonesia


2) Lingkaran dengan angka 1 di dalamnya merupakan simbol persatuan
3) Sedangkan penggunaan kalimat berbahasa Inggris, One, menunjukkan
kesiapan TvOne dalam kancah pertelevisian global. Mudah dipahami oleh
mitra kerja TvOne yang berada di luar negeri serta mencerminkan
optimisme kebangsaan, sebagai bangsa Indonesia yang ingin maju.

3.1.5 Perkembangan Perusahaan

Untuk mengahadapi tuntutan pasar media televisi dan peningkatan


kualitas program acara yang ditampilkan, maka segmentasi pasar diubah
yaitu siaran TvOne akan didominasikan tayangan informative seperti 70%
berita dan olahraga sedangkan 30% menampilkan program selected
entertainment

lainnya. Perubahan pola siaran Lativi menjadi TvOne akan menjadi tren
baru industri pertelevisian. Selain nama atau logo yang berubah, TvOne
juga melakukan perubahan secara maksimal dalam startegi pasar untuk
mendukung pola baru siaran TvOne. Keseriusan TvOne dalam
menerapkan strategi tersebut adalah dengan menampilkan format-format
yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program yang
ditampilkan (data CRD TvOne).

Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One,


Sport One, Info One, dan Reality One, TvOne membuktikan
keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan
format-format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian
program.

Sebagai pendatang baru dalam dunia televisi, TvOne telah


mempersiapkan bentuk segmentasi pasar TvOne yang terdiri dari:

1. News dan Current Affairs


TvOne menyajikan bentuk berita baru yang belum pernah ada
sebelumnya. Seperti Apa Kabar Indonesia, yang telah tayang perdana
pada hari senin, 11 Februari 2008. Apa Kabar Indonesia merupakan
program informasi dalam bentuk diskusi ringan dengan topik-topik
terhangat bersama para narasumber dan masyarakat, disiarkan secara
langsung pada pagi hari dari studio luar TvOne.

Sedangkan program berita hardnews TvOne dikemas dengan judul


: Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan
Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan oleh Kabar

Petang, menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara


langsung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah (
Medan, Surabaya, Makassar ) dengan bobot pemberitaan yang berimbang
antar semua Biro. Program ini meraih penghargaan MURI (Museum
Rekor Indonesia) sebagai “Tayangan Berita yang Dibacakan Langsung
Oleh 5 Presenter dari 4 Kota Yang Berbeda Dalam Satu Layar”.
Sedangkan Kabar Malam bekerjasama dengan seluruh media nusantara
untuk menghasilkan editorial yang lengkap, kredibel dan dinamis (data
CRD TvOne).

Program-program current affairs yang eksklusif juga diproduksi oleh


TvOne diantaranya sebagai berikut (TvOne.co.id):

a. Telusur adalah program yang menyuguhkan tayangan peristiwa yang


sedang berkembang di masyarakat.
b. Kerah Putih adalah program yang menelusuri dan membongkar
sampai tuntas kasus-kasus korupsi dan suap yang terjadi mulai dari
pejabat kelas atas hingga ke bawah.
c. Menyingkap tabir adalah program penelusuran lebih dalam tetapi
tetap menggunakan unsur forensik, mencari fakta, meluruskan sebuah
peristiwa dengan memulai mencari fakta oleh reporter untuk disajikan
kepada public masyarakat.

Adapun program-program documentary tvOne mengandung unsure


petualangan dan edutanment dengan program:
a. Nuansa Seribu Pulau adalah program yang menyajikan keindahan
pulau-pulau di Indonesia, kehidupan bahari, ekosistem laut termasuk
flora dan fauna.
b. Khatulistiwa adalah sebuah program yang mengangkat dimensi
social budaya suatu daerah yang meliputi kesenian, upacara adapt,
karya seni kehidupan tradisional setempat
c. Backpacker adalah sebuah program yang menyuguhkan sebuah
perjalanan dan melihat fenomena-fenomena selam perjalanan
mengenai kehidupan tempat atau Negara yang dilaluinya.

2. Sports
Tayangan Sport TvOne akan meliputi pertandingan-pertandingan
unggulan yang disiarkan langsung, mulai dari Kompetisi Sepakbola
Nasional (Copa Indonesia), Sepak Bola Eropa (Liga Inggris dan Liga
Belanda), Kompetisi Bola Basket Nasional (IBL) dan Bola Voli Nasional
/ Pro Liga (data CRD TvOne).

3. Entertainment
TvOne juga menayangkan program-program Selected Entertainment yang
mampu memberikan inspirasi bagi para pemirsa untuk maju dan selalu
berpikiran positif, tanpa unsur membodohi. Program Entertainment
TvOne menayangkang acara pilihan yang mampu memberikan inspirasi
positif diantaranya adalah program gaya wanita, expose ialah program
infotainment yang dikemas secara berbeda dengan menampilkan
kehidupan selebritis. Dan masih banyak program- program lainnya.Pada
awal tahun ini, TvOne memiliki 26 stasiun pemancar dan pada akhir
tahun akan menjadi 37 stasiun pemancar di berbagai daerah dengan
jumlah potensi pemirsa 162 juta pemirsa. Melalui perkembangan tersebut,
diharapkan penyebaran semangat TvOne untuk mendorong kemajuan
bangsa dapat terealisasi dengan baik (data CRD TvOne).5

5
Irham Maulana 2011, PRODUKSI PROGRAM APA KABAR INDONESIA DI TVONE”
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2194/1/IRHAM%20MAULANA-FDK.pdf 20 Januari
2020
3.1.6 Susunan Direksi

Nama Jabatan

Anindra Ardiansyah Bakrie Presiden Komisaris

Ahmad R Widarmana Presiden Direktur

Karni Ilyas Wakil Direktur Utama (Pemimpin


Redaksi)
Otis Hahijary Wakil Direktur Utama
(Programming, Sales, & Marketing)
Reva Deddy Utama Direktur Technical & Sports
Andi Pravidya Saliman Direktur Finance
David Eric Burke Direktur Operation & Synergy
Totok Suryanto Vice Editor in Chief
Harya m. Hidayat Chief Business Development &
Corporate Communication

3.1.7 Program Menyingkap Tabir


Menyingkap Tabir (TVOne), pada pukul 22.00 malam. Acara ini
mengupas lebih dalam sebuah aksi kejahatan. Dibanding dengan acara sejenis
yang tayang di stasiun tv lainnya, Menyingkap Tabir terlihat lebih ‘berani’ dan
mampu memainkan emosi pemirsanya. Mengangkat tema criminal dengan
lebih indepth, adanya hidden cam sehingga mendapatkan pengakuan jujur dari
tersangka, pelaku ataupun mendapatkan video saat penggerebekan sebuah
kasus narkoba atau kriminal.

6
https://tvonenews.tv/program 20 Januari 2020
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono,
metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7). Metode
kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific
dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional,
karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi
sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut
sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-
kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis.
Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat
ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik. Selain itu metode penelitian kuantitatif dikatakan
sebagai metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara
obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap
fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable
dan indikator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan
simbol-simbol angka yang berbeda–beda sesuai dengan kategori informasi
yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan simbol–simbol
angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di
lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di
dalam suatu parameter. Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan
suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu
kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah
yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi
dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang
umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri
dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas
lingkupnya yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah acara Menyingkap
Tabir di TV ONE, yang memiliki sebuah konsep acara investigasi Mengangkat
tema criminal dengan lebih indepth, adanya hidden cam sehingga
mendapatkan pengakuan jujur dari tersangka, pelaku ataupun mendapatkan
video saat penggerebekan sebuah kasus narkoba atau criminal. Objek dalam
penelitian ini adalah Warga Komplek Panghegar RT 03/RW 09 Adapun
pertimbangannya dikarenakan warga disana adalah penonton yang secara
afektif terpengaruh oleh program tayangan menyingkap tabir.

3.2.1 Desain Penelitian


Menurut Arikunto (2010:90), Desain peneliatan adalah rencana atau
rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar – ancar kegiatan yang akan
dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
desain eksplanasi. penelitian eksplanasi (explanatory research) adalah untuk
menguji hubungan antar-variabel yang dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas
ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Desain eksplanasi memiliki kredibilitas
untuk mengukur, menguji hubungan sebab akibat dari dua atau lebih variabel
Disamping itu penelitian eksplanasi juga dapat digunakan untuk mengembangkan
Penelitian dengan desain eksplanasi dapat dilakukan dengan survei dan eksperimen.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Terpaan Tayangan
Program Menyingkap Tabir di TV OneTerhadap Afektif Warga Komplek
Panghegar RT 03/RW 09 .

3.2.2 Tehnik Pengumpulan Data


3.2.2.1 Data Primer
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik survey, sedangkan alat
ukurnya adalah kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh responden, dapat disebut juga angket. Tujuan penyebaran
angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah
dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban
yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.
Metode survey sebagai penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-
fakta tentang gejala atau permasalahan yang timbul. Kajiannya tidak perlu
mendalam sampai menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut atau sampai
menganalisa hubungan atas gejala-gejala. Fakta-fakta yang ada lebih
digunakan untuk pemecahan masalah. Menyebar Angket kepada Warga
Komplek Panghegar RT 03/RW 09 .

3.2.2.2 Data Sekunder

. Observasi menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam buku Sugiyono


merupakan “suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis” (Sugiyono, 2012:145). Dua di
antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan daningatan.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan setelah para warga menonton
tayangan program menyingkap tabir.

3.2.3 Populasi dan Tehnik Penarikan sampel

3.2.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kuantitas atau karakter tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
penelitian bisa dikatakan sebagai keseluruhan (universum) dari objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, nilai, peristiwa, dan
sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

Populasi dalam penelitian ini ialah Ibu-ibu Warga Komplek Panghegar RT


03/RW 09 yang berjumlah 59 orang. Alasan pemilihan populasi dikarenakan
warga tersebut adalah pemerhati program menyingkap tabir di TV One.

3.2.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan katakteristik yang dimiliki


oleh populasi (Sugiyono, 2013:119). Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah teknik simple random sampling. Teknik random
sampling adalah dasar dalam pengambilan sampel random yang lain. Pada
prinsipnya simple random sampling dilakukan dengan cara undian atau
lottere. Dalam pelaksanaanya dapat berbentuk replacement yaitu dengan cara
mengembalikkan responden terpilih sabagai sampel kepada kelompok –
kelompok populasi untuk dipilih menjadi calon responden berikutny adan
withoutreplacement, yaitu cara sampel dengan tidak mengembalikkan
responden terpilih kepada kelompok populasi terpilih (Yusuf, 2014:154).

3.2.4 Operasional Variabel


Terpaan tayangan adalah penggunaan media oleh khalayak yang
meliputi jumlah waktu yang digunakan jenis isi media serta hubungan
antara khalayak dengan media yang dikonsumsi atau media secara
keseluruhan. (Rachmat,2001:66). Terpaan tayangan dapat diukur melalui
frekuensi, durasi, dan atensi dari individu. Berikut penjelasan mengenai
ukuran terpaan media tersebut :

1. Frekuensi

Mengumpulkan data khalayak tentang keajegan khlayak menonton sebuah


jenis tayangan televisi, apakah itu program harian, mingguan, bulanan atau
tahunan. Jika itu adalah program mingguan, maka data yang dikumpulkan
adalah berapa kali menonton sebuah tayangan dalam seminggu selama satu
bulan

Dalam penelitian ini menggunakan media televisi sehingga diukur dari


berapa kali sehari seorang menggunakan televisi dalam satu minggu (untuk
meniliti program harian).

2. Durasi

Menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (berapa


jam sehari), atau berapa lama (menit) khalayak mengikuti suatu program
(audience’s share).24

Dalam penelitian ini dapat diukur dari seberapa lama (menit) khlayak
mengikuti suatu program.

3. Atensi

Atensi (perhatian) adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian


stimuli menjadi menonjol dalam kesadaaran pada saat stimuli lainnya
melemah. Indikator atensi dalam penilitian ini diukur dari faktor eksternal
penarik perhatian dan faktor internal penaruh perhatian.25 Dalam penelitian
dapat diukur dari perhatian terhadap suatu acara, ketertarikan , kemudahan
dalam memahami isi pesan dalam suatu acara, kepercayaan terhadap isi, dan
daya tarik dalam acara tersebut.

Afektif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap dan nilai. afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Berikut penjelasan ranah afektif menurut (Bloom Anderson).

3. Sikap
sikap adalah Kesiapan Merespon yang bersifat positif atau negative
terhadap objek atau situasi. Secara konsisten (Ahmad, 2007 : 151 – 152 )

4. Nilai
Nilai adalah konsepsi dari apa yang diinginkan seseorang dalam
menentukan tindakan terhadap cara dan juga tujuan dari yang ingin
dicapai.(Kluckhon)

Variabel Bebas/Pengaruh (x), merupakan variabel yang memberikan


pengaruh pada variabel lain, sehingga tanpa variabel ini tidak akan muncul
variabel selanjutnya yang terpengaruhi. Variabel dalam penelitian ini adalah
Terpaan Tayangan Program Menyingkap Tabir di TV One.
Variabel Terikat/Terpengaruh (y), merupakan variabel yang hanya akan
muncul karena adanya hubungan dengan variabel bebas. Variabel ini
merupakan variabel yang akan diukur dalam sebuah penelitian. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah Afektif Warga Komplek panghegar RT
03/RW 09.
Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai konsep
yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Operasional variabel
digunakan untuk lebih memudahkan kesamaan dan kesesuain penelitian
berdasarkan kerangka konsep di atas, yaitu

Skala
No. Variabel Indikator Sub Indikator Alat Ukur
Pengukuran
Terpaan
Tayangan
Definisi : 1.Seberapa
Terpaan tayangan sering
diartikan khalayak
1. Berapa
penggunaan media menonton
kali
oleh khalayak yang suatu
pengulangan
meliputi media tayangan. penayangan
oleh khalayak yang 2. Seberapa video.
1.Frekuensi
meliputi jumlah lama khalayak 2. Panjang
1. 2.Durasi
waktu yang menonton waktu
3.Atensi
digunakan, jenis isi suatu tayang video

media serta tayangan. berlangsung.

hubungan antara 3.Seberapa 3.


memahami
khalayak dengan fokus
isi konten.
media yang di khalayak
konsumsi atau dalam
media secara menonton
keseluruhan tayangan.
(Rakhmat,2001:66)

:
Afektif Warga 1.kesiapan
1. Kesiapan
Komplek merespon
Merespon
panghegar RT negative
yang
03/RW 09. atau positif
bersifat
apa yang
positif atau
lihat pada
negative
Definisi : program
terhadap
Afektif segala tayangan
objek atau
sesuatu yang 2.menentuka
situasi.
berkaitan n penilaian
Secara
dengan sikap berupa
konsisten
dan 1.Sikap tindakan
2. 2.konsepsi dari
nilai. afektif 2.Nilai
apa yang
mencakup watak
diinginkan
perilaku seperti
seseorang
perasaan, minat,
dalam
sikap, emosi,
menentukan
dan nilai.
tindakan
Berikut
terhadap cara
penjelasan ranah
dan juga
afektif menurut
tujuan dari
(Bloom
yang ingin
Anderson).
dicapai

3.3 Tehnik Analisa Data

3.3.1 Uji Realibilitas

Menurut Ghozali (2009) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat


untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah
atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi,
daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang
tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliable.

Pengujian realibilitas instrumen dengan rentang skor 1 -5 menggunakan


rumus Croanbach”s Alpha, dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

3.3.2 Uji Validitas


Menurut Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk
mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Suatu tes dapat dikatakan memiliki
validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud
dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan
dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki
validitas rendah. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan
pengukuran. Suatu alat ukur yang valid dapat menjalankan fungsi ukurnya
dengan tepat, juga memiliki kecermatan tinggi. Arti kecermatan disini adalah
dapat mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang
diukurnya.

Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-
item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
3.4 Uji Statistik Penelitian
3.4.1 Uji Realibilitas
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.783 16

3.4.2 Uji Validitas

Correlations

Pen
JenisK didik TOTA
elamin Usia an X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 LX

JPearson
eCorrelatio 1 .a .035 -.361* -.275 -.396* -.121 -.155 -.230 -.171 -.276
nn
iSig. (2-
. .850 .042 .128 .025 .509 .397 .205 .349 .126
stailed)
K
eN
l
a
32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
m
i
n

U
Pearson
sCorrelatio .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a
in
a
Sig. (2-
. . . . . . . . . .
tailed)

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

P
Pearson
eCorrelatio .035 .a 1 .028 -.153 -.083 -.077 -.063 -.135 .030 -.067
nn
d
Sig. (2-
i .850 . .880 .403 .653 .674 .732 .461 .871 .716
tailed)
d
i
N
k
32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
a
n

X
Pearson
1Correlatio -.361* .a .028 1 .769** .832** .828** .803** .774** .730** .917**
n

Sig. (2-
.042 . .880 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

X
Pearson
2Correlatio -.275 .a -.153 .769** 1 .805** .752** .810** .773** .813** .907**
n

Sig. (2-
.128 . .403 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

X
Pearson
3Correlatio -.396* .a -.083 .832** .805** 1 .733** .700** .635** .635** .854**
n

Sig. (2-
.025 . .653 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

X
Pearson
4Correlatio -.121 .a -.077 .828** .752** .733** 1 .837** .770** .712** .895**
n

Sig. (2-
.509 . .674 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

X
Pearson
5Correlatio -.155 .a -.063 .803** .810** .700** .837** 1 .961** .841** .939**
n

Sig. (2-
.397 . .732 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

X
Pearson
6Correlatio -.230 .a -.135 .774** .773** .635** .770** .961** 1 .841** .906**
n

Sig. (2-
.205 . .461 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

X
Pearson
7Correlatio -.171 .a .030 .730** .813** .635** .712** .841** .841** 1 .882**
n

Sig. (2-
.349 . .871 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Cor
rela
tion
s

TOTALY
Y1 Y2 Y3 Y4

Jen Pearson
.185 -.155 -.064 -.019 -.012
isK Correlation
ela
min Sig. (2-tailed) .310 .397 .726 .918 .948

N 32 32 32 32 32

Usi Pearson
.a .a .a .a .a
a Correlation

Sig. (2-tailed) . . . . .

N 32 32 32 32 32

Pe Pearson
.024 -.135 -.158 -.108 -.162
ndi Correlation
dik
Sig. (2-tailed) .898 .461 .386 .555 .375
an

N 32 32 32 32 32

Y1 Pearson
1 -.642** -.611** -.612** -.315
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .079

N 32 32 32 32 32

Y2 Pearson
-.642** 1 .858** .874** .864**
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 32 32 32 32 32

Y3 Pearson
-.611** .858** 1 .926** .903**
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 32 32 32 32 32
Y4 Pearson
-.612** .874** .926** 1 .908**
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 32 32 32 32 32

TO Pearson
-.315 .864** .903** .908** 1
TA Correlation
LY
Sig. (2-tailed) .079 .000 .000 .000

N 32 32 32 32 32

Anda mungkin juga menyukai