Anda di halaman 1dari 3

Nama : Regita Putri Arumsari

NIM : 2010411006

Kelas : Ilmu Komunikasi C

Mata Kuliah : Media, Budaya & Masyarakat

Dosen Pengampu : Chairun Nisa Zempi M.A.

TUGAS INDIVIDU TM 6
Tugas Analisis Kasus (Teori Kultivasi)
“Teori Kultivasi : Dampak Berita Covid-19 dan PPKM Level 3 saat Nataru”

Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Profesor George Gebner ketika ia menjadi Dekan
Annenberg School of Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat (AS).
Gebner menulis "Living with Televison: The Violenceprofile, Journal of
Communication" tulisan pertamanya ini untuk mengenalkan teori ini karena pada awal ia
melakukan penelitian tentang "Indikator Budaya" di pertengahan tahun 60-an untuk mempelajari
bagaimana pengaruh meonton televisi, ia ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang
dibayangkan dan dipersepsikan oleh penonton televisi (Nurudin, 2014: 167).
Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori komunikasi massa yang
mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi atau dalam hal ini adalah televisi
dengan tindak kekerasan,akan tetapi bukan hanya kekerasan saja yang dibahas tetapi juga untuk
konten-konten lainnya seperti konten konsumtif, sinetron, berita dan lain-lain. Teori ini pada
dasarnya menyatakan bahwa para pecandu televisi membangun keyakinan yang berlebihan
bahwa "dunia itu menakutkan". Lebih-lebih televisi merupakan salah satu media komunikasi
massa yang dimana informasi yang disajikan bisa menjangkau massa dalam skala yang luas.
Itulah yang menyebabkan segelintir orang mengatakan hal yang demikian tentang kehidupan di
dunia ini.
Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan dan memperkuat ide-ide dan
nilai-nilai yang telah terbentuk sebelumnya di dalam masyarakat atau budaya yang telah
terbentuk. Media mempertahankan dan menyebarluaskan nilai-nilai tersebut diantara anggota-
anggota kebudayaan tersebut, dan mengikatnya menjadi sebuah kesatuan. Gerbner menyebutnya
sebagai efek "mainstreaming" atau efek yang tendensius.
Dalam konsep teori kultivasi mencerminkan adanya kategorisasi audiens kedalam dua
jenis penikmat televisi, yakni "penonton berat/pecandu televise (heavy viewer)" dan "penonton
ringan (light viewer)". Pecandu berat televisi (heavy viewers) adalah orang yang menghabiskan
banyak waktunya untuk menonton televisi atau bisa disebut pecandu berat televisi yang seakan-
akan dia lebih terpengaruh atau lebih percaya kepada realitas yang dibentuk oleh media
dibandingkan dengan kepercayaannya terhadap realitas yang dia alami sendiri secara langsung,
sedangkan penonton ringan (light viewers) adalah orang-orang yang menonton televisi hanya
beberapa jam dalam satu hari. Kelompok penonton yang termasuk kategori ringan, umumnya
memiliki akses media yang lebih luas, sehingga sumber informasi mereka menjadi lebih variatif.

Studi Kasus
Hampir tiga tahun pandemi COVID-19 melanda Indonesia dan secara global. Selama
tiga tahun ini juga berita tentang COVID-19 tidak henti-hentinya diberitakan oleh media televisi,
baik berita tentang kenaikan kasus, penurunan kasus, vaksin, kematian dan lain-lain. Di era
pandemi ini peran media televisi sangan penting karena selain memberitakan berita terbaru
namun juga dapat mengedukasi masyarakat tentang bahayanya virus tersebut. Pemerintah
Indonesia juga sudah mengupayakan berbagai cara untuk menekannya laju persebaran virus
corona tersebut. Salah satunya adalah dengan menerapkan PPKM level 3 pada saat Natal dan
Tahun baru untuk semua daerah dan berita tentang kenaikan COVID-19 yang terus menerus naik
pada beberapa hari belakangan. Seperti yang diberitakan oleh Metro TV pada tanggal 23 -
November 27 Novermber 2021, demi menekan laju penularan COVID-19 pemerintah mengatur
agar pada tanggal 24 Desember - 3 Januari di berlakukan PPKM untuk semua daerah karena
pada saat liburan kemungkinan kelonjakan kasus kembali menjadi lebih tinggi.
Di dalam teori kultivasi terdapat dua istilah yaitu heavy viewers dan light viewers yang
membagi penonton menjadi dua kelompok yang mempresepsikan dan menginterpretasi pesan
yang diperoleh dari berita yang disampaikan televisi dalam kehidupan nyata. Pada penonton
yang heavy viewers saat menonton berita PPKM dan kenaikan kasus COVID-19 adalah:
 Takut untuk keluar rumah.
Berita kasus COVID-19 yang ditayangkan setiap hari dan selalu aktual lalu menampilkan
berita kenaikan dan kematian secara tidak langsung mempengaruhi penonton heavy
viewers pada kehidupan sehari-harinya. Apalagi mendengar berita beberapa hari
belakangan ini kasus COVID-19 mulai naik kembali dan berita PPKM level 3 untuk
Nataru membuat penonton heavy viewers merasakan takut untuk keluar rumah dan
menjalankan aktivitas karena menganggap jika keluar rumah maka akan rentan terinfeksi
virus corona.
 Pembatalan rencana liburan
Libur natal dan tahun baru adalah hari yang dinanti-nantikan oleh pegawai yang
sepanjang tahun lelah bekerja dan ingin beristirahat sejenak dari penatnya pekerjaan,
namun dengan adanya berita PPKM level 3 untuk libur natal dan tahun baru yang setiap
hari selalu ditayangkan melalui media televisi membuat banyaknya orang membatalkan
liburan tersebut dan memilih jalan-jalan didalam kota saja karena mungkin tidak mau
ribet dengan aturan-aturan yang mungkin akan berubah jika diberlakukan PPKM pada
tanggal tersebut.
Kesimpulan
Dari Teori Kultivasi ini kita dapat melihat bahwa berita yang disampaikan televisi secara
terus-menerus dan berulang-ulang dapat mempengaruhi penonton heavy viewers. Bagi penonton
light viewers akan menganggap PPKM level 3 sudah biasa karena seperti yang kita ketahui
bersama pernah mencapai PPKM level 4 sehingga mereka akan tetap menjalankan kegiatan atau
aktivitasnya seperti biasa dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran atau
berkaitan dengan ketentuan prokes yang telah berlaku sesuai dengan undang-undang. Jadi pada
teori ini menyimpulkan bahwa intensitas berita yang masuk sangat berpengaruh terhadap
seseorang sehingga wajar jika berita covid dan PPKM ini ditanggapi berbeda oleh setiap
individu.

DAFTAR PUSTAKA

Fathul Ulum, Gatut Setiadi. (2020). Peranan Teori Kultivasi Terhadap Perkembangankomunikasi
Massa di Era Gobalisasi. Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam. 1(1) hlm 44-50.

Kenia Intan. (2021). Dampak penerapan PPKM level III akhir tahun diprediksi tidak signifikan
ke emiten. Diakses melalui https://investasi.kontan.co.id/news/dampak-penerapan-ppkm-
level-iii-akhir-tahun-diprediksi-tidak-signifikan-ke-emiten pada tanggal 25 September
2022 pukul 15.22 wib.

Anda mungkin juga menyukai