Anda di halaman 1dari 19

PEDOMAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Alat – alat yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik :


a. Stetoskop.
b. Tensi meter.
c. Reflek hammer.
d. Spatel lidah.
e. Optalmoskop.
f. Kartu snellen.
g. Senter.
h. Tonometer.
i. Penlight.
j. Otoskop.
k. Pulpen.
l. Minyak harum /balsem/kayu putih.
m. Buku/ format pengkajian.
n. Metelin.
o. Timbangan badan.
p. Dan lain-lain.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Penampilan umum/ keadaan umum .
Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :
Jenis kelamin, bentuk tubuh, sikap dan cara berjalan, hygiene/
pemeliharaan tubuh, pakaian, bau badan, afek/mood, cara bicara.
b. Tanda-tanda vital.
Meliputi : suhu badan, (oral, rektal, axiler), nadi, tekanan darah,
respirasi, dan berat badan , tinggi badan.
c. Pemeriksaan kepala dan leher.
1. Pemeriksaan kepala .
Meliputi bentuk kepala ( oval, bulat), kebersihan kulit kepala ,
Keadaan rambut : warna hitam/coklat/ pirang/ warna perak, berbau
atau warna warni bendera yang khas untuk defisiensi vitamin A.
Mudah rontok, kulit kepala kotor, berbau secara umum
menunjukan tingkat hygien seseorang. Adakah lesi seperti
vesikula, pustula, crusta karena vericela, dermatitis, jamur, luka
atau kelainan laian.
kesan wajah : sembab, kemerahan, kelaianan lain.
2. Pemeriksaan mata.
Pedoman pengkajian fisik 1
Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
Kelengkapan mata dan kesimetrisan mata.
Kelopak mata : adakah edema, hematom ( ecymosis periorbital) ,
peradangan ( blepharitas, hordeulum/trimbilan). Kelopak mata
selalu tertutup /tidak membuka ( ptosis) pada myastenia gravis, kelopak
mata selalu terbuka / tidak dapat menutup rapat (lagothalmus. Mata yang
molotot terus (exopthalmus) pada hypertiroid. kelianan lain.
Konjungtiva : merah muda/ merah/pucat., perdarahan/rembesan darah di
conjungtiva palpebra akan menimbulkan warna kebiruan diseluruh
kelopak mata disebut Black eye atau brill hematoem bila mengenai kedua
mata ( kaca mata).
Sklera : ada atau tidak ikterus.
Pupil : isokor/anisokor,miosis/midriasi.Reflek cahaya.
Cornea : jernih/keruh, ulkus, benda asing, reflek cornea.
Ketajaman penglihatan/visus : dengan menggunakan snelen chart.normal
6/6 . Angka Pembilang adalah ketajaman penglihatan klien, angka
penyebut adalah batas yang dapat dilihat pada orang normal/standart.6/60
hanya dapat melihat dengan hitungan jari tangan, 6/300 hanya dapat
melihat lambaian tangan.
1/ hanya dapat membedakan terang dan gelap ( LP = Negati/postif).
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan menggunakan tonometer. Dengan
cara manual gunakan dua jari telunjuk pemeriksa bandingkan TIO bola
mata kiri dengan kanan dengan cara tekanan bergantian pada bolamata
atas dengan kelopak mata tertutup. TIO normal kiri dan kanan sama .
Dilakukan pada orang usia lebih dari 40 tahun untk kewaspadaan terhadap
gloukoma.
Pemeriksaan luas lapangan pandang dengan menggunakan alat perimeter .
Normal : kesamping 90 0, atas : 60 0, bawah 70 0.
3. Pemeriksaan hidung.
Tulang hidung dan posisi septum nasi., cuping hidung, lubang hidung :
adakah sekret , sumbatan jalan nafas, selaput lendir/ membran mukosa,
ada perdarahan/ tidak., polip, purulent.
4. Pemeriksaan telinga.
Bentuk : simetris atau tidak, ukuran : kecil, sedang, besar.
Ketegangan : lentur/elastis, kaku.
Lubang telinga : serumen, benda asing, perdarahan membran tympani/
hemotympanum,

Pedoman pengkajian fisik 2


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
Ketajaman pendengaran : Tes suara bisik, test weber, Rinne test, Swabach
test, audiometer.
5. Pemeriksaan mulut dan orofaring.
Keadaan bibir: cyanosis, luka, labioscisis,
Selapu lendir, gigi : karang/ karies, tanggal, gusi : lesi.
Lidah : warna, kelianan lidah.
Palatum : palatoscisis, kelaiana laian.
Orofaring : Bau nafas, luka, suara, dahak, tanda peradangan , selaput
lendir , uvula dan tonsil.
Ukuran besar tonsil :
 T 0 : bila sudah dioperasi.
 T 1 : ukuran yang normal ada( 25 %)
 T 2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah(50 %)
 T 3 : pembesaran tonsil mencapai garis tengah(75 %)
 T 4 : pembesran tonsil melewati garis tengah.( 100 %)
Warna tonsil merah/ tampak foliculer abses , nanah yang melekat ( GO )
membran putih perak melekat ( infeksi difteri),
6. Pemeriksan leher.
Posisi trachea ( simetris/tidak, terdorong kesisi kanan /kriri), kelenjar
tiroid dan suara.
Pembesaran kelenjar limfe, parotis.
Adanya bendungan vena jugularis.
Pengukuran J.V.P
Pasien dibaringkan dengan kepala di beri bantal ( semi fowler) ,
bendunglah daerah supra clvikula agar V Jugularis tampak jelas.
Kemudian tekan ujung proximal V.Jugularis ( didekat Angulus
Mandibularis) sambil melepas bendungan supra clavikula. Amati
tingginya kolom darah yang ada . Ukuralah jarak vertikal permukaan atas
kolom darah yang ditemukan terhadap bidang Horizontal yang melalui
Angulus Ludovici. Katakanlah jaraknya @ cm dibawah/ diatas bidang
horizontal tadi.
Maka nilai tekanan vena jugularis adalah :
J.V.P : 5 – a cm air ( bila dibawah bidang horizontal)
5 + a air ( bila diata bidang horizontal).
Bila permukaan kolom darah tepat pada bidang horizontal tersebut, maka :
JVPnya : 5 + 0 cm air.

Pedoman pengkajian fisik 3


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
Angka berasal dari jarak atrium kanan ke titik angulus ludovici kira – kira
5 cm.
Nilai normal JVP adalah = 5 – 2 cm air. Pengukuran secara langsung
tekanan Vena dilakukan dengan pemasangan CVP monitor dengan
memasukan catheter melalui V subclavikula sampai atrium . Nilai CVP
normal = 5 – 15 cm air.
Denyut nadi karotis ( pada kondisi tertentu ).
3. Pemeriksaan thorak.
1. Inspeksi.
a. Bentuk dada : normal pada dewasa : elips. Kelianan : barel chets
( tong) pygoen chest ( dada burung) , skoliasis, lordosis, kyposis.
b. Penggunaan otot bantu nafas : retraksi interkostalis.
c. Pola nafas : kedalaman, type pernafasan.
2. Palpasi.
Vokal fremitus menilai getaran /vibrasi yang ditimbulkan oleh paru-
paru yang dihantarkan melalui sistem bronkopulmonal dengan cara
kedua tangan diletakan diatas apek paru kanan – kirir pasien kemudian
pasien dianjurkan untuk menyebutkan ‘tujuh puluh tujuh’ rasakan
adanya perbedaan antara paru kiri dan kanan, tangan turun sampai
dengan lobus paru inferior.Normal getaran paru kanan dan kiri sama
kuat.Bila terjadi kelainan dapat berubah getaran paru kanan lebih kuat/
lemah dari paru kiri.
3. Perkusi
Melakukan perkusi pada semua lapangan paru mulai dari atas
klavikula kebawah pada setiap spasium interkostalis. Bandingkan sisi
kiri dan kanan. Perkusi dapat melalui posterior dan anterior. Bunyi
normal adalah sonor/ resonan ( dug,dug ). Kurang resonan bila terjadi
pemadatan misalnya tumor. Hyperresonan dapat ditemukan pada
pasien pneumothorak ringan terdengar seperti ‘deng,deng’.
Gambar :

Pedoman pengkajian fisik 4


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
4. Auskultasi.
a. Bunyi nafas.
Bunyi nafas Durasi bunyi Nada bunyi Intensitas Lokasi
I& E ekspirasi bunyi
ekspirasi
Vesikuler Ins > Eksp Rendah lembut Sebagian area
paru kanan
dan kiri.
Bronchila- Insp = eksp Sedang sedang ICS I dan II
Vesikuler diantara
scapula.
Bronchial Eksp > Insp Tinggi keras Diatas
manubrim
Tracheal Insp = Eksp Sangat tinggi Sangat keras Diatas trache
pada leher

b. Suara ucapan.
Klien dianjurkan untuk mengucapkan ‘tujuh puluh tujuh’ berulang –
ulang. Dengan stetoskop bandingkan antara paru kiri dan kanan.
Normal : intensitas dan kualitas suara sama dikiri dan kanan.
Kelaianan :
 Bronkophoni : suara terdengar jelas ucapannya dan lebih keras
dibandingkan sisi yang lain. Akibat adanya proses
pemadatan/konsolidasi paru.

Pedoman pengkajian fisik 5


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
 Pectoryloquy : suara terdengar jauh dan tidak jelas . Terdapat pada
atelektasis atau pleural effusien.
 Egophony : suara bergema seperti orang hidungnya tersumbat
( bindeng). Suara terdengar dekat. Terdapat pada : konsolidasi paru
yang disertai caverne ( rongga).
c.Suara tambahan.
Jenis Gambaran Karakteristik Penyakit
Rales ( ronchi R. halus ; Inspirasi Pneumonia,
basah) ‘merintik’ halus
TBC
R.sedang ; agak
kasar
R. Kasar : kasar
Ronchi Nada rendah, Inspirasi Oedema paru
sangat kasar, akibat Ekspirasi
dari terkumpulnya
cairan mukus pada
trachea.
Wheezing Bunyi ngiiii …ik. Inspirasi Bronchitis akut
Terjadi karena Ekspirasi
Astma bronchial
tertutupnya aliran
udara atau ( hanya fase
penyempitan
ekspirasi).
bronchus. Jumlah
cairan lebih sedikit
dari ronchi.
Pleural friction rub Bunyi yang Inspirasi jelas Peradangan
terdengar ‘kering’ terdengar di bagian
pleura.
seperti suara anterlateral bawah
gosokan amplas dinding thorak.
pada kayu. Ekspirasi.
Gesedkan terjadi
antara jaringan
paru dengan pleura
bagian viseral.

d. Pemeriksaan jantung.
1. Inspeksi dan palpasi.
 Posisi klien terlentang dengan kepala diangkat 300- 40 0 .
 Letakan tangan pada ruang ICS II area aorta dan pulmunal.
Amati ada/tidak pulsasi. Normal tidak ada.
 Geser tangan k e ruang ICS V kiri disis strenum : area trikuspid /
ventrikel kanan.
Amati : pulsasi, peningkatan kerja jantung/pembesaran. Normal :
pulsasi tidak ada. Pembesaran tidak ada.
 Dari area trikuspid geser tangan ke samping ke arah midclvikulka
kiri : area apikal/PMI ( point maximal impulse).

Pedoman pengkajian fisik 6


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
Amati : ictus kordi ( denyutan dinding thorak karena pukulan pada
ventrikel kiri ). Normal : ictus kordis berada pada ICS ke V pada
Linea midclavikula kiri selebar 1 cm. Pembesaran jantung : ictus
cordis dapat sampai linea axilaris anterior kiri.
2. Perkusi.
 Menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung
( membesar atau normal ).
 Pembesaran jantung ventrikel kiri : jantung melebar ke kiri dan
agak kebawah.
 Pembesaran ventrikel kanan : kurang dapat ditentukan dengan
perkusi karena pembesaranya ke arah antero posterior.Normal
basis jantung berada pada ICS II Line sternal kiri – ICS II line
sternal kanan. Pinggang jantung : ICS IV line strernal kanan dan
apek ICS v MCL Kiri.
3. Auskultasi.
a. Bunyi jantung.
 BJ I : bunyi menutupnya katup mitral dan katup trikuspidalis.
 BJ II : bunyi menutupnya katup aorta dan pulmunal.
 Tempat mendengarkan BJ :
 Katup aorta ( A) : ICS II line sternalis kanan ( BJ II.A).
 Katup pulmunal ( P) : ICS II Linea sternalis kiri. BJ . II
 Trikuspidalis (T) : ICS IV linea sternalis kiri. BJ I ( T)
 Mitral (M) : ICS V linea midclvikula kiri atau apeks BJ.I ( M).
Normal : BJ I ( M dan T ) dan BJ II ( Adan P) adalah bunyi
tunggal, irama reguler intensitas kuat.
BJ III ( kalau ada) :
 Terdengar di daerah mitral.
 BJ III terdengar setelah BJ II dengan jarak yang cukup
jauh, namun tidak melebihi separo dari fase sistolik. Nada
rendah.
I II III I II III
I I i I I i

 Pada anak –anak dan dewasa muda normal.


 Pada orang dewasa tua yang diserta tanda edema,
dyspneu : BJ III merupakan tanda abnormal.

Pedoman pengkajian fisik 7


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
 BJ III pada dekompensasi cordis kiri disebut : galap
rytem ( irama pacu kuda ).
 Galop rytem : BJ III yang timbul akibat getaran
derasnya pengisian diastolik dari atrium kiri ke
ventrikel kiri yang sudah membesar , darah ‘jatuh’ ke
ruang lebar kemudian timbul getaran.

b. Fase sistolik dan diastolik.


Fase sistolik : fase antara BJ I dan BJ II.
Fase diatolik : fase antara BJ II dan BJ I berikutnya.
 Fase diastolik lebih darai fase sistolik.
 Bila terdengar suara tambahan pada fase sistolik, diastolik atau
keduanya : disebut Murmur ( bising jantung).
c. Murmur.
Adalah fibrasi/getaran yang terjadi dalam jantung atau
pembuluh darah besar yang disebabkan oleh arus turbulensi
darah.

Arus darah normal :


stream line

Pedoman pengkajian fisik 8


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
Darah melewati celah sempit
: arus turbulensi : murmur
/bising.

Derajat murmur :
1. Hampir tak terdengar.
2. Lemah.
3. Agak keras.
4. Keras.
5. Sangat keras.
6. Sampai stetoskop diangkat sedikit masih terdengar jelas.
Pada derajat 5 dan 6 teraba thrill getaran pada ictus cordis pada saat
palpasi).
Interprestasi murmur :
1. Grade 1 – 3 dan tidak menjalar
2. BJ normal.
3. Keluhan pasien tidak ada
…. tidak apa-apa
4. Grade 3 – 6 kasar.
5. Menjalar.
6. Keluhan pasien sesuai dengan penyakit jantung
……………….Kelainan jantung.
Gambar :

d. Pemeriksaan abdomen.
1. Inspeksi.
 Bagaimana abdomen apakah membusung/buncit, datar tepi perut
menonjol atau tidak, umbikalis menonjol atau tidak.
 Amati bayangan pemnbuluh darah vena di kulit abdomen. Bila ada
perhatikan arah aliranya.
- Dari bagian atas abdomen mengalir keatas lagi : ada obstruksi vena
porta hepatika/ tek. V. porta meningkat.
- Dari bagian bawah abdomen aliran menuju keatas abdomen :
obstruksi vena cava inferior.

Pedoman pengkajian fisik 9


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
 Amati adanya benjolan/masa pada abdomen.
2. Auskultasi
 Peristaltik usus : Normal 5 – 35 x/mt.Bunyi peristaltik yang keras dan
panjang disebut : borborygmi ditemukan pada GE atau obstruksi usus
pada tahap awal (sampai bisa metalik sound). Peristaltik menurun pada
paralitik ileus, pada post operasi. Bila setelah 5 menit tidak terdengar
peristaltik sama sekali barulah kita katakan peristaltik negatif/ tidak
ada.
3. Palpasi.
 Sebelum melakukan pemeriksaan palpasi, tanyakan dulu ada /tidak
rasa nyeri pada daerah abdomen tanpa palpasi, bila ada maka
dilakukan palpasi paling terakhir.
 Palpasi abdomen dimulai dengan palpasi secara umum terhadap
keseluruhan dinding perut untuk mencari tanda nyeri umum
( peritonitis, pankreatitis). Kemudian mencari dengan perabaan
ada/tidanya masa/benjolan/tumor, faeses ( skibala).Periksa juga turgor
kulit untuk mengetahui status hidrasi.
 Periksa pada regio suprapubik ( cystitis), titik MC Burney
( appedikcitis), dan regio epigastrium ( gastritis).Regio iliaka
( adnexitis¸K.E.T).
 Palpasi heper.
Tehnik palpasi hepar secara bimanual dengan cara :
- Letakan tangan kiri pada dinding thorak posterior dibawah tulang
rusuk ke 11 dan 12.
- Tekan keatas sehingga sedikit terangkat dinding dadanya.
- Letakan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan
dengan membentuk sudut 45 0 dengan otot rektus abdominal atau
perarel dengan jari-jari kearah tulang rusuk.
- Anjurkan pasien inhalasi dalam.
- Saat inhalasi rasakan batas hepar bergerak menentang tangan.
Secara normal terasa dengan kontur reguler.
- Bila hepar membesar catat pembesaranya dengan beberapa cm
pempbesaranya terjadi dibawah batas tulang rusuk.
 Palpasi lien.
Gunakan tehnik bimanual dengan cara :
- Anjurkan pasien untuk miring ke sisi kanan sehingga lien lebih
dekat dengan dinding perut.

Pedoman pengkajian fisik 10


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
- Lakukan palpasi pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan
mengunakan tehnik palpasi hepar.
 Palpasi ginjal.
Gunakan teknik bimanual seperi pemeriksaan hepar dengan cara :
- Anjurkan posisi pasien baring telentang/supinasi.
- Letakan tangan kiri dibawah panggul dan elevasikan ke arah
anterior.
- Letakan tangan kanan pada dinding perut anterior pada garis
midclavikularis dari tepi bawah batas kosta.
- Tekankan tangan kanannsecara langsung keatas sementara paiasien
nafas panjang. Pada orang normal tidak teraba tetapi pada orang
yang sangat kurus terba bagian bawah ginjal.
- Bila ginjal teraba tentukan kontur ( bentuk) ukuran,
adanya nyeri tekan.
 Palpasi kandung kemih.
Dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tangan. Kandung
kemih teraba terutama bila mengalami distensi akibat penimbunan urin.
Bila ditemukan adanya distensi, maka lakukan perkususi pada area
kandung kemicing untuk mengetahui suara/ tingkat redupnya.
Gambar :

4. Perkusi
Perkusi abdomen
Perkusi dilakukan dengan teknik yang sama pada perkusi thorak. Suara
perkusi abdomen yang normal adalah tympani. Masa padat atau cairan
akan menimbulkan suara pekak
( hepar, asites, vesika urinaria, masa tumor). Perkusi dilakukan pada
semua kuadran.
Pemeriksaan asites ( shiffing dullnes)
Cairan dalam rongga perut mengikuti hukum gravitasi. Selalu berada
dibagian bawah. Perkusi dimulai dari tengah abdomen dengan posisi
pasien telentang , menyusuri dinding abdomen, perkusi terus dilakukan
menuju ke lateral. Perubahan suara dari tympani menjadi pekak
merupakan batas cairan asites yang ada, kemudian pasien dipindahkan
posisi ke lateral/miring.kemudian lanjutkan pemeriksanan perkusi apabila
ada ciaran dalam rongga abdomen tentu akan berpindah ke bagian

Pedoman pengkajian fisik 11


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
bawah mengikuti gaya gravitasi. Maka daerah lateral yang semula pekak
menjadi tympani karena cairan berpindah .
Gambar :

a. Pemeriksana kelamin dan sekitarnya.


1. Kelenjar limfe iunginal. Diperiksa dengan palpasi teraba membesar, nyeri
tekan atau tidak, pembesaran dan nyeri merupakan adanya infeksi darai
daerah tungkai atau metastase tumor testis.
2. Pemeriksaan genetalia externa.
A. Pria :- Apakah kulit sekitar kelamin mengalami infeksi/jamur/kuktu
(pedikulopubis).
- Testis kiri-kanan : ada /tidak, hidrocel, radang ( orchitis).
- Mulut uretra : discharge nanah ( GO).
- Ulkus dicorona glandis ( lues) , kanker.
- Phymosis, preputium tidak bisa ditarik.
- Lesi herpes, codyloma acuminata.
- Keganasan.

B. Wanita
Amati vulva keseluruhan adakah prolapsus uteri , benjolan
kelenjar bartolini. Amati secret vagina :
- normal – jernih – tidak gatal.
- Lochea rubra : 3 harai post partum.
- Lochea alba : 9 hari PP.
- Coklat : mungkin CA, endometriosis.
- Keju cair : monilia/candida.
- Putih mucoid : infeksi stafilokokus/streptokokus.
- Putih berbusa : trichomonas vaginitis.
- Kuning kehijauan : GO.

3. Anus
Adakah haemoroid, fistula, fisura, atau tanda keganasan., atresia anai
( bayi )
b. Pemeriksaan muskuloskeletal.
Perlu diperhatikan adanya atropi atau hipertropi otot ( semetris atau tidak),
edema ekstermitas . Edema dapat di;ihat pada daerah pretibia, sekitar
maleolus, ddorsum pedis, jari-jari.Cara pemeriksaan edema dalah dengan

Pedoman pengkajian fisik 12


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
menekan dengan menggunakan jari pada permukaan kuli maka akan
timbul cekungan yang lambat kembalinya disebut piting edema karena
terjadi penumpukan cairan diekstra sel. Dan non piting edema bila tidak
timbul cekungan yang biasanya terjadi pada hipotyroid ( mexedema)
disebabkan terjadi penumpukan cairan pada intra sel.
Periksa rentang gerak persendian ( ROM) Gerakan kaki/tangan ke segala
arah sesuai dengan fungsinya nilai apakah mengalami
hambatan/keterbatasan gerak akiabat dari kontraktur sendi.
Lakukan pemeriksaan pada daerah tulang belakang adakah kelainan tulang
vetebra seperti : lordosis, kiposis, skiliosis.
Lakukan pemeriksaan pada kuku adakah clubing of finger yaitu ujung jari
seperti tabuh beduk/genderang. Biasanya didapatkan pada penyakit
jantung bawaan, kelainan darah, COPD/tbc kronik.
c. Pemeriksan sistem integumen.
1. Warna.
Normal warna kulit dari coklat muda sampai dengan coklat tua,
kemerahan gelap – coklat muda tergantung ras.
Adanya kelainan dapat berubah menjadi : pucat karena penurunan aliran
darah perifer. Sianotik : warna kulit menjadi kebiruan yang disebabkan
berkurangnya ikatan oksi haemoglobin. Ikterus/joundice : kulit menjadi
kekuningan/kunig kehijauan yang disebabkan peningkatan billirubin
dalam darah . Kemerahan : oleh karena demam menyebabkan vasodilatasi
vaskuler.
2. Turgor .
Turgor berarti tegangan/elasitas kulit.Turgor menunjukan tegangan kulit
normal atau kapasitas kulit dan jaringan dibawahnya.
Turgor kulit jelek biasanya pada orang dehidrasi atau orang lansia. Turgor
kulit dapat diperiksa didaerah dinding perut, frontal ( lansia).
3. Kerataan warna.
Warna kulit umumnya sama diseluruh tubuh kecuali daerah yang sering
terkena sinar matahari.
Periksa adakah hiperpigmentasi atau hipopigmentasi., vetiligo.
4. Kelembaban.
Kelembaban kulit dapat berair, berminyak. Pada daerah lipatan kulit dan
ketiak berminyak.
5. Vaskulerisasi.

Pedoman pengkajian fisik 13


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
Vaskulerisasi abnormal dapat terlihat pada petchia yaitu adanya bintik
merah akaibat perdarahan bawah kulit atau dalam kulit. Purpura =
petichia akibat trompbositopenia., Roseola adalah bintik merah akaibat
pelebaran kapiler.Echymosis adalah perubahan kulit / warna kulit menjadi
merah lembayung akaibat paska trauma /perdarahan.
6. Temperatur kulit.
Temperatur kulit relatif sama diseluruh tubuh. Bila salah satu area tubuh
lebih dengan yang lain bandingkan dengan sisi lain.
7. Tekstur.
Umumnya tekstur kulit lembut, lunak dan fleksibel. Kulit akan lebih tebal
bila sering tertekan, iritasi/gesekan. Kulit lebih tebal pada : telapak tangan,
telapak kaki, siku.
d. Pemeriksaan sistem neurologi.
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) GCS :
E : eye open.
Nilai : 4 : spontan membuka mata.
Nilai : 3 : Membuka bila di perintah.
Nilai : 2 : Membuka mata dengan rangsangan nyeri.
Nilai : 1 : Tak ada respon.
Verbal : respon bicara.
Nilai : 5 : Orientasi baik ( orang, waktu dan tempat).
Nilai : 4 : Disorientasi ( bingung).
Nilai : 3 : Dapat membentuk kata-kata tetapi arti tidak jelas.
Nilai : 2 : Mengeluarkan suara/mengerang.
Nilai : 1 : Tidak ada respon.
Motorik : koordinasi gerakan.
Nilai : 6 : Gerakan sesuai perintah.
Nilai : 5 : Dapat melokalisir rangsangan nyeri.
Nilai : 4 : Dapat menarik dari rangsangan nyeri.
Nilai : 3 : Fleksi abnormal.
Nilai : 2 : Ekstensi abnormal.
Nilai : 1 : Tak ada respon.
2. Tanda-tanda rangsangan otak ( Meningeal sign).
Adakah :
 Panas tinggi.
 Sakit kepala.
 Kaku kuduk, brudsky I Dan II.

Pedoman pengkajian fisik 14


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
 Muntah-muntah.
 Kejang-kejang.
 Penurunan tingkat keadaran.
3. Syaraf otak ( N. Cranialis I – XII ).
No Nama Nervus Tipe dan fungsi
1 Olfaktorius Saraf sensorik : pembauan : dengan menggunakan
benda-benda misalnya : remason, jeruk dan laian-lain.
II Optikus Sensorik : penglihatan dengan snelen chart dan
lapangan pandang dengan perimeter.
III Oculomotorius Motorik : gerakan mata ekstra oculer, gerakan spingter
pupil, gerakan otot ciliare,lensa.
IV Trochearis Motorik : gerakan mata ekstra okuler, gerakan khusus
bola mata ke bawah dan samping.
V Trigeminus 3 cabang : memberi respon pada wajah.
- Cabang Sensoris : sensori kornea, kulit wajah, mukosa nasal.
optalmikus.
- Cabang Sensori : sensasi kulit wajahdan anterior rongga mulut (
maksilaris. lidah dan gigi) .
- Cab. Motorik dan sensorik : otot pengunyah, gerakan rahang.
Mandibularis Sensasi kulit wajah.
VI Abducen Motorik : gerakan mata ekstra okuli, gerakan bola mata
ke samping.
VII Fasialis Motorik dan sensorik : ekspresi wajah, rasa 2/3 lidah
depan ( tengah, belakang).sekresi kelenjar ludah.
VIII Auditorius Sensoris: pendengaran & keseimbangan ( cerebelum).
/vestibularis
IX Glosophareal Motorik dan sensorik : menelan, gerakan lidah, rasa
lidah 1/3 belakang, sekresi kelenjar ludah, reflek
pernafasan tekanan darah.
X Vagus Motorik dan sensorik : sensasi pharinx-larinx, menelan,
pita suara, mengontrol pergerakan otot tidak sadar
( jantung, organ digestivus).
XI Accesoris Motorik : gerakan kepala, menarik bahu. Sensorik :
bagian produksi suara dari larinx.
XII Hypoglosus Motorik : tonjolan dan gerakan lidah.

4. Fungsi motorik.

Pedoman pengkajian fisik 15


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
Pengakjian meliputi :
 Ukuran otot : apakah atropi, hypertropi.
 Kekuatan otot.
1. Nilai 0 : bila tida ada gerakan .
2. Nilai 1 : bila ada gerakan sedikit pada ujung jarai.
3. Nilai 2 : ada gerakan pada sendi.
4. Nilai 3 : dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan
pemeriksa.
5. Nilai 4 : Dapat melawan tahanan pemeriksa namun kekuatan tidan
maximal.
6. Nilai 5 : Dapat melawan tahanan pemeriksan dengan kekuatan
maximal.
 Irama dan gerakan yang tidak sengaja misalnya ; korea, tik dan lain-lain.

5. Fungsi sensorik.
Pengkajian meliputi :
 Sentuhan : menggunakan kapas ( seluruh tubuh ).
 Rangsangan nyeri : gunakan jarum.
 Getaran posisi : gunakan garpu tala letakan pada tulang panjang.
 Temperatur : panas dan dingin.
 Ketajaman indera perasa : dengan menggunakan dua jarum.
6. Reflek.
a.R. Fisiologis.
 Reflek bicep: C5 dan C6
Perkusi pada insersio m. bicep brachii : gerakan fleksi. ( positif).
 Reflek tricep :
Perkusi insersio m. triceps brachi : gerakan ekstensi ( positif ).
 Refleks brachiradialis : C5 , C6
Perkusi radius 2-5 cm dari pergelangan : gerakan fleksi dan
supinasi lengan bagian bawah ( positif ).
 Reflek patela : L 2, L3,L4.
Perkusi tendon patela : gerakan tungkai ke depan ( positif ).
 Refleks achiles : S1,S2.
Perkusi tendon achiles : gerakan fleksi plantar ( telapak kaki) >
Hentakan kebawah.
 Refleks pectoralis : C 5 sampai T1.

Pedoman pengkajian fisik 16


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
Perkusi tendon axila anterior : kontraksi otot dapat dilihat atau
hanya dirasakan.
b. R. Pathologis.
 Refleks babinsky : gore pada daerah telapak kaki bagian lateral
dari bagian bawah ke atas kearah medial. Positif bila terjadi dorso
ekstensi pada ibu jari kaki.
 Reflek Oppenhim : goresan jari sepanjang tepi depan tulang tibia
dari atas kebawah. Respon sama dengan babinski.
 Reflek Gordon : memencet otot gastronemeus.
 Reflek Schafer : memencet tendon achiles.
 Chadock : goresan sepanjang tepi lateralal kaki diluar telapak kaki
dari bawah keatas.
 Reflek Rosalimo dan Mendel-Bechterew : Pukulan pada dorsal
kaki pada tulang cuboid ( reflek Mendel-Bechterew) dan pada
telapak kaki depan ( reflek Rosalimo) akan memberikan respon
berupa fleksi jari-jari kaki.
5. Pemeriksan status mental.
a. Kondisi emosi atau perasaan klien.
Emosi adalah manifestasi afek keluar dan disertai oleh banyak
komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama
misalnya : ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan.
Afek adalah nada perasaan menyenangkan atau tidak ( misalnya :
kebanggaan, kekecewaan, kasih sayang) yang menyertai pikiran
atau biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh
komponen fisiologis.
Gangguan emosi :
1. Depresi adalah mencakup komponen psikologis yaitu rasa
sedih, susah, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan, tidak ada
harapan, putus asa dan tidak aman. Komponen somatiknya
adalah : anoreksia, konstipasi, kult lembab, tekanan darah dan
nadi turun.
2. Kecemasan : adalah mencakup komponen psikologis khawatir,
gugup, tegang, cemas, rasa tidak aman, lekas terkejut,
komponen somatiknya adalah palpitasi, keringat dingin pada
telapak tangan, tekanan darah naik.

Pedoman pengkajian fisik 17


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
b. Orientasi klien.
Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal
lingkunganya serta hubunganya dalam waktu dan ruang terhadap
diri dan juga hubungan dirinya dengan orang lain. Disorientasi
atau gangguan orientasi timbul sebagai akibat gangguan kesadaran
dan dapat menyangkut waktu ( tidak kenal jam, hari, pekan dan
bulan serta tahun), tempat ( rumah, rumah sakit ) orang ( teman,
keluarga, tetangga dan lain-lain.
Yang perlu diperhatikan orientasi klien terhadap : orang, tempat
dan waktu.
c. Proses pikir.
Proses pikr meliputi proses pertimbangan, pemahaman, ingatan
serta penalaranan. Proses pikir yang normal mengandung arus
idea, simbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang
dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan menghantarkan
kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan.
Gangguan proses pikir :
1. Gangguan bentuk pikir ; semua penyimpangan pemikiran
rasional, logik dan terarah kepada tujuan.
2. Ganguan arus pikir : tentang cara dan lajunya proses asosiasi
dalam pikiran yang timbul dalam berbagai jenis.
3. Gangguan isi pikir : dapat terjadi baik isi pikiran non verbal
maupun pada isi pikiran yang diceritakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pikir klien :
1. Klien mampu mengingat dengan cepat hal – hal yang bearu
terjadi dan masa lalu.
2. Atensi atau perhatian klien terhadap lingkungannsekitarnya
dan hal-hal yangnterjadi pada dirinya.
3. Sikap klien bila menemui masalah atau mengambil keputusan
dengan baik.
4. Kemampuan berkonsentrasi dengan cara anjurkan klien
menyebutkan huruf – huruf secara berurutan secara cepat atau
pengurangan.
d. Kemauan atau motivasi.
Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam diri untuk
melakukan atau melaksanakan keinginanya guna memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri. Hal yang harus diperhatikan dalam

Pedoman pengkajian fisik 18


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda
motivasi klien adalah kemauan dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya : makan, minum, perawatan diri sesuai dengan
kemampuanya.
e. Persepsi klien.
Persepsi adalah daya mengenal barang kualitas atau hubungan
serta perbedaan antara hal lain melalui proses mengamati,
mengetahui, dan mengartikan setelah panca inderanya mendapat
rangsangan.

Pedoman pengkajian fisik 19


Departemen Medikal Bedah
Poltekes Samarinda

Anda mungkin juga menyukai