Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN CA COLON

OLEH:

KLEMENSIA ADRIAN MBOK


19203010

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMUKESEHATAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS
RUTENG
2019/2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Dengan CA COLON di Ruangan Dahlia 2019/2020

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing klinik


BAB I

PENDAHULUAN

1..DEFINISI

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan
mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang muncul
dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72).

Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus
besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).

Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan
menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).

2.ANATOMI FISIOLOGI

Large Intestine
Transverse colon

Ascending colon
Descending
Small intestine colon
Ileocecal valve
Caecum
Appendix
Sigmoid colon
Rectum External anal sphincter
Internal anal sphincter
Anus Anal canal
Usus besar merupakan bidang perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar terdiri
dari cecum, colon, rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme diubah
menjadi feces. Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan aktivitas dari
mikroorganisme yang termasuk dalam pembentukan feces, dimana colon menyimpan
sampai feces dikeluarkan melalui proses defekasi. Kira-kira 1500 ml dari chyme masuk
ke cecum setiap hari, tapi lebih dari 90% dari volume direabsorbsi dan hanya tertinggal
80-150 ml dari feces yang dikeluarkan secara normal melalui defakasi.
Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan.
Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan setengah distal
kolon berhubungan dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi tersebut gerakan kolon
sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus yang dibagi menjadi
gerakan mencampur dan mendorong.

3.ETIOLOGI

1. Diet , kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-


buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
Aadenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
Kondisi ulserative Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena
karsinoma kolon.
3. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi
3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anakyang orangtuanya sehat.

4.PATOFISIOLOGI

Berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam
stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip
dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak
menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan
pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari
usus besar . Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Kanker kolon dapat
menyebar melalui beberapa cara yaitu :

1. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.


2. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.

Penyebaran secara transperitoneal, penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi
drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus
dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat
menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain.

PATHWAY

Familial poliposis,
kolitis ulserosa,polip di Makanan rendah serat
colon rektum & agen kimia

Kontak karsinogen
dengan mukosa usus

Terjadi dalam salah satu


dari dua cara

kolon dextra (caecum,co asenden, Kolon sinistra (kolon


tranfersum sampai fleksura ilenalis tranversum,kolon desenden, sigmoid)
Masa polypoid tumbuh serupa bunga Masa polypoid berkembang &
kol , menonjol ke dalam lumen kolon tumbuh melingkar

Ulserasi Lumen Terjadi lesi

Obstruksi lumen
Refluks isi usus ke dalam
Anemia lambung

Gelombang peristaltik
proximal meningkat ( usaha
Pucat, lebih mudah Mual & muntah mendorong isi kolon keluar
lelah

Intoleransi BB turun Iritasi lokal pada tempat


aktivitas lesi

Gangguan nutrisi Konstipasi

Pembedahan

5.MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi kanker kolon secara umum adalah :


1. Perdarahan rektum
2. Perubahan pola BAB
3. Tenesmus
4. Obstruksi intestinal
5. Nyeri abdomen
6. Kehilangan berat badan
7. Anorexia
8. Mual dan muntah
9. Anemia
10. Massa palpasi

Manifestasi klinis sesuai dengan bagian kolon yang terkena kaeganasan


Colon Kanan Colon Kiri Rektal/Rectosigmoid
 Nyeri dangkal abdomen.  Obstruksi (nyeri  Evakuasi feses yang
 anemia abdomen dan kram, tidak lengkap setelah
 melena (feses hitam, seperti penipisan feses, defekasi.
ter) konstipasi dan distensi )  Konstipasi dan diare
 dyspepsia  Adanya darah segar bergantian.
 nyeri di atas umbilicus dalam feses.  Feses berdarah.
 anorexia, nausea, vomiting  Tenesmus  Perubahan kebiasaan
 rasa tidak nyaman diperut  Perdarahan rektal defekasi.
kanan bawah  Perubahan pola BAB  Perubahan BB
 teraba massa saat palpasi  Obstruksi intestine
 Penurunan BB

(Smeltzer dan Bare, 2002 dan Black dan Jacob, 1997

:
Kolon kanan Kolon kiri Rektum
Aspek klinis Kolitis Obstruksi Proktitis

Nyeri Karena penyusupan Karena obstruksi Karena tenesmi

Defekasi Diare /diare berkala Konstipasi progresif Tenesmi terus-


menerus

Obstruksi Jarang Hampir selalu Tidak/jarang

Darah pada Okul Okul /makroskopik Makroskopik


feses

Feses Normal/diare Normal Perub bentuk

Dispepsi Sering Jarang Jarang

Memburuknya Hampir selalu Lambat Lambat


keadaan umum
Anemia Hampir selalu Lambat Lambat

6 KLASIFIKASI

Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 :
209) :

1. A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.


2. B1: kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
3. B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
4. C1: kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai
empat buah.
5. C2: kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
6. D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
& tidak dapat dioperasi lagi.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Palpasi Abdomen. Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila
teraba menunjukkan keadaan sudah lanjut. Apabila ada massa, massa di dalam
sigmoid lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain kolon
2. Fecal occult blood test, pemeriksaan darah samar feses di bawah mikroskop
3. Colok dubur. Untuk mengetahui letak, luas dan mobilitas tumor.
 Tonus sfingter ani (keras atau lembek)
 Mukosa (kasar, kaku, licin atau tidak)
 Ampula rektum (kolaps, kembung, atau terisi feses)
Tumor dapat teraba atau tidak, mudah berdarah atau tidak, jarak dari garis anorektal
sampai tumor, lokasi, pergerakan di dasar, permukaan, lumen yang dapat ditembus
jari, batas atas, dan jaringan sekitarnya
4. Barium enema, pemeriksaan serial sinar x pada saluran cerna bagian bawah,
sebelumnya pasien diberikan cairan barium ke dalam rektum
5. Endoskopi (sigmoidoscopy atau colonoscopy), dengan menggunakan teropong,
melihat gambaran rektum dan sigmoid adanya polip atau daerah abnormal lainnya
dalam layar monitor. Sigmoidoskopi atau kolonoskopi adalah test diagnostik utama
digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian dilakukan biopsy jaringan.
Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi 50 % sampai 65 % dari kanker kolorektal.
Pemeriksaan enndoskopi dari kolonoskopi direkomendasikan untuk mengetahui lokasi
dan biopsy lesi pada klien dengan perdarahan rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan
visualisasi sekum, barium enema mungkin tidak dibutuhkan. Tumor dapat tampak
membesar, merah, ulseratif sentral, seperti penyakit divertikula, ulseratif kolitis
6. Biopsi, tindakan pengambilan sel atau jaringan abnormal dan dilakukan pemeriksaan
di bawah mikroskop.
7. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik, ditandai dengan sel-
sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab adalah indikasi umum untuk test
diagnostik selanjutnya untuk menemukan kepastian kanker kolorektal.
8. Test Guaiac pada feces untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces, karena semua
kanker kolorektal mengalami perdarahan intermitten.
9. CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di membran sel
pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Antigen ini dapat dideteksi oleh
radioimmunoassay dari serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi. Karena test ini
tidak spesifik bagi kanker kolorektal dan positif pada lebih dari separuh klien dengan
lokalisasi penyakit, ini tidak termasuk dalam skreening atau test diagnostik dalam
pengobatan penyakit. Ini terutama digunakan sebagai prediktor pada prognsis
postoperative dan untuk deteksi kekambuhan mengikuti pemotongan pembedahan
(Way, 1994).
10. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat meninggi,
indikasi telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya meliputi serum protein,
kalsium, dan kreatinin.
11. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada tidaknya dan lokasi
tumor. Bila medium kontras seperti barium dimasukkan kedalam usus bagian bawah,
kanker tampak sebagai massa mengisi lumen usus, konstriksi, atau gangguan
pengisian. Dinding usus terfiksir oleh tumor, dan pola mukosa normal hilang.
Meskipun pemeriksaan ini berguna untuk tumor kolon, sinar-X tidak nyata dalam
mendeteksi rektum
12. X-ray dada untuk deteksi metastase tumor ke paru-paru
13. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI), atau
pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah mengenai
organ lain melalui perluasan langsung atau dari metastase tumor.
14. Whole-body PET Scan Imaging. Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik yang
paling akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal rekuren (yang timbul kembali).
15. Pemeriksaan DNA Tinja.

8.KOMPLIKASI

a. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis


b. Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan
pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu
usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan
mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan
ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
BAB II
SISTEMATIKA LAPORAN KASUS

Tinjauan Kasus Asuhan Keperawatan

Pengkajian yang dapat dilakukan menurut wijaya dan putri (2013),diantaranya adalah sbb:

1.Pengkajian

a.Data demografi
- Kangker kolorektal sering ditemukan tejadi pada usia lebih dari 40 tahun.
- Pada wanita sering ditemukan kanker kolon dan kanker rekti lebih sering terjadi
pada laki-laki.
b.Riwayat kesehatan dahulu
- Kemungkinan pernah menderita polip kolo,radang kronik kolon dan kolitis ulseratif
yang tidak serasi.
- Adanya infeksi dan obstruksi pada usus besar
- Diet atau konsumsi diet yang tidak baik,tinggi protein,tinggi lemak dan rendah serat.

c.Riwayat kesehatan keluarga adanya riwayat kanker pada keluarga diidentifikasi kanker
yang menyerang tubuh atau organ termasuk kanker kolorektal adalah diturunkan
sebagai sifat dominan.

d.Riwayat kesehatan sekarang

- Klien mengeluh lemah,nyeri abdomen dan kembung.

- Klien mengeluh perubahan pada defekasi:BAB seperti pita,diare yang bercampur


darah dan lendir dan rasa tidak puas setelah BAB.

- Klein mengalami anoreksia,mual dan penurunan berat badan.

e. Pemeriksaan fisik

1. Mata : konjungtiva sub anemis/anemis.


2. Leher : distensi vena Jugularis (JVP).
3. Mulut : mukosa mulut kering dan pucat,lidah pecah-pecah dan bau yang
tidak enak.
4. Abdomen: distensi abdomen,adanya teraba massa,penurunan bising usus
dan kembung.
5. .Kulit : turgor kulit buruk,kering ( dehidrasi/malnutrisi).
f. Pengkajian fungsional gordon
1. Aktifitas/istirahat
Gejala: kelemahan,kelelahan,malaise,cepat lelah,merasa gelisah dan ansietas,tidak
tidur semalam karena diare,pembatasan aktifitas/kerja sehubungan dengan proses
penyakit.
2. Pernapasan : napas pendek,dispnea (respon terhadap nyeri yang dirasakan ) yang
ditandai dengan takipnea dan frekwensi menurun.
3. Tanda: takikardi ( respon terhadap demam,dehidrasi,proses inflamasi dan nyeri
),hipotensi,kulit/membran:turgor buruk,kering,lidah pecah-pecah
(dehidrasi/malnutrisi).
4. Inegritas ego
Gejala: ansietas,ketakutan,emosi kesal,misal: perasaan tak berdaya,tak ada
harapan.
Faktor stres akut/kronis:misal hubungan dengan keluarga/pekerjaan,pengobatan
yang mahal.
Tanda:menolak,perhatian yang menyempit,depresi.
5. Eliminasi
Gejala: tekstur feces bervariasi dan bentuk lunak sampai bau.episode diare
berdarah tak dapat diperkirakan,hiulang timbul,serig tak dapat dikontrol (
sebanayak 20 – 30 kali/hari ),perasaan tidak nyaman/tidak puas,deteksi
berdarah/mukosa dengan atau tanpa keluar feces.
Tanda : menurunnya bising usus,tidak ada peristaltik atau adanya peristaltik
yangb dapat dilihat,oliguria.
Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia,mual,munyah,penurunan BB,tidak toleran terhadap diit/sensitif
(misalnya :buah segar/masa otot,kelemahan,tonus otot dan turgor kulit
buruk,membran mukosa pucat,luka,inflamasi rongga mulut.

6. Hygiene

Tanda: Ketidakmampuan melakukan perawatan diri,stomatitis,menunjukkan


kekurangan vitamin.

Nyeri/kenyamanan

Gejala: nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah.

7. Keamanan

Gejala: Adanya riwayat polip,radang kronik fiseratif.

8. \Muskuloskeletal : Penurunan kekuatan otot,kelemahan dan malaise (


diare,dehidrasi,dan malnutrisi).
9. Seksualitas
Gejala:tidak bisa melakukan hubungan seksual/frekwensi menurun.
10. Interaksi sosial
11. Gejala:masala hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan F.
Pemeriksaan penunjang
12. Menurut Casciato (2004) ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi kanker kolon yaitu :
13. 1.Biopsi
14. Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsy sangat penting jika
terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsy
maka sikat sitology akan sangat benrguna ( Casciato 2004 ).
15. 2.Carsinoembrionik Antigen (CEA) sreening
16. Adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk
kedalam peredaran darah,dan digunakan sebagaia marker serologi untuk
memonitor status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan
metastase ke hepar.CEA terlalu insensitive untuk bias digunakan sebagai sreening
kanker kolorektal.Meningkatnya CEA serum,bagaimanapun berhubungan dengsn
beberapa parameter.Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor grade
17. aktif dalam sosial.

2.Pemeriksaan penunjang

Menurut Casciato (2004) ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi kanker kolon yaitu :

1.Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsy sangat penting jika terdapat
sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsy maka sikat sitology
akan sangat benrguna ( Casciato 2004 ).
2.Carsinoembrionik Antigen (CEA) sreening
Adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk kedalam
peredaran darah,dan digunakan sebagaia marker serologi untuk memonitor status kanker
kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar.CEA terlalu
insensitive untuk bias digunakan sebagai sreening kanker kolorektal.Meningkatnya CEA
serum,bagaimanapun berhubungan dengsn beberapa parameter.Tingginya nilai CEA
berhubungan dengan tumor grade

DYONO JAPARIES,KUMAR DKK,MUTAKIN ( 2013 ).

Diagnosa Keperawatan:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.


2) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kerusakan lapisan kulit.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan primer dan sekunder.
FOKUS INTERVENSI

NO DX KEPERAWATAN NOC NIC


1. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Pain managenen:
nyaman:nyeri b.d keperawatan 3x 24 jam 1) Kaji nyeri secara
adanya metastase diharapkan nyeri berkurang komprehensif,
jaringan. dengan kriteria hasil : 2) Observasi non verbal
1) Klien mengatakan dari ketidak
nyeri berkurang nyamanan.
2) Klien tampak tenang 3) Ajarkan teknik
3) Klien bisa relaksasi nafas dalam
melakukuan teknik 4) Monitor TTV
relaksasi nafas 5) Anjurkan untuk
dalam,distraksi dan melakukan teknik
gate control. distraksi.
4) Skala nyeri berkurang 6) Kolaborasi medis
menjadi 2 dari skala dalam pemberian
0-5. analgetik

2. Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi asuhan


nutrisi : kurang dari keperawatan selama 3x 24 nutrisi klien.
kebutuhan b.d mual. jam diharapkan kebutuhan 2) Jelaskan dan anjurkan
nutrisi klien terpenuhi,dengan cara-cara untuk
kriteria hasil: mengurangi mual.
1) Klien mengatakan 3) Anjurkan kebersihan
mual berkurang oral sebelum makan.
2) Nafsu makan klien 4) Kolaborasi ahli gizi
kembali normal. dalam pemberian
3) Klien dapat makanan yang
menghabiskan 1 porsi bervariasi.
makanan. 5) Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian suplemen
dan obat-obatan.
3. Gangguan rasa aman: Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi tingkat
cemas b.d kurangnya keperawatan selama 3x 24 pengetahuan klien
pengetahuan klien jam diharapkan rasa cemas tentang penyakitnya.
tentang penyakitnya klien berkurang,dengan 2) Observasi tingkat
dan prosedur kriteria hasil: kecemasan klien
pengobatan yang akan 1) Klien tampak tenang 3) Beri penjelasan pada
dilakukan. 2) Klien tahu tentang klien tentang
penyakitnya penyakitnya
3) Klien mengetahui 4) Beri penjelasan pada
prosedur pengobatan klien tentang prosedur
yang akan dilakukan. pengobatan
5) Berikan kesempatan
pada klien untuk
bertanya
6) Dorong klien untuk
tetap menjalankan
prosedur
pengobatannya.
7) Anjurkan keluarga
dan orang terdekat
untuk memberikan
dukungan pada klien.

Anda mungkin juga menyukai