ABSTRAK
Pembangunan di bidang pertanian menjadi tugas seluruh bangsa Indonesia karena sektor
pertanian merupakan ujung tombak kemajuan bangsa Indonesia dalam menentukan tingkat
kesejahteraan masyarakatnya. Di era revolusi industri 4.0 ini pemerintah mulai mencanangkan
modernisasi pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya padi. Produksi padi
yang tinggi dapat menjamin ketahanan pangan masyarakat sehingga dapat mencapai
swasembada pangan. Indonesia pernah mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Hal ini
merupakan hasil nyata dari program modernisasi pertanian yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Politik pertanian merupakan kebijakan pemerintah untuk memperlancar dan
mempercepat laju pembangunan pertanian terutama dalam menghadapi era revolusi industri
4.0. Reposisi politik pertanian perlu segera dilakukan dengan penstabilan harga pangan dan
pengkondusifan suasana pertanian untuk memperbesar ekspor. Petani juga harus dijamin akses
lahan, air dan permodalannya. Sektor pertanian Indonesia harus siap dalam menghadapi era
Revolusi Industri 4.0 saat ini. Mekanisasi alat dan mesin pertanian tidak hanya harus bisa
berjalan otomatis, tetapi juga terintegrasi dengan jaringan internet. Sistem mekanisasi tersebut
akan berperan penting dalam mencapai target swasembada pangan yang berkelanjutan.
Kata kunci : Politik Pertanian, Revolusi Industri 4.0, Pembangunan Pertanian
JISIPOL | 83
Wini Fetia Wardhiani
84 | Volume
JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
3 No. 2 Juni 2019
ISSN: 2087 - 4742
JISIPOL | 85
Wini Fetia Wardhiani
86 | Volume
JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
3 No. 2 Juni 2019
ISSN: 2087 - 4742
tenaga yang intensif, jarang ada yang dimenangkan, gonjang-ganjing harga, stok
menggunakan tenaga hewan. Tanaman- pangan nasional yang menghawatirkan dan
tanaman yang diusahakan terutama kesejateraan petani tidak terwujud.
tanaman-tanaman yang tahan kekeringan. Kondisi pertanian tahun 2014-2018
Sistem sawah, merupakan teknik tidak memberikan catatan baik. Perbaikan
budidaya yang tinggi, terutama dalam jaringan irigasi, waduk, pemberian Kredit
pengolahan tanah dan pengelolaan air, Usaha Rakyat (KUR), Subsidi Benih dan
sehingga tercapai stabilitas biologi yang Pupuk dengan menetapkan program
tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat Swasembada 6 komoditas sampai dengan
dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem tahun 2019, bagi-bagi Alsintan, Toko Tani
pengairan yang berkesinambungan dan Indonesia (TTI), Program PAJALE, Upsus
drainase yang baik. Sistem sawah tidak menjamin juga untuk menghentikan
merupakan potensi besar untuk produksi impor pangan.
pangan, baik padi maupun palawija. Meskipun sudah ditopang dengan
peningkatan drastis anggaran pertanian
Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0. dan pangan sebesar Rp. 15,47 triliun tahun
Memasuki era revolusi industri 2014 menjadi 22,6 trilliun tahun 2018,
4.0 berbagai aktivitas sosial, pendidikan, walhasil impor beras tetap tidak dapat
ekonomi dan sebagainya selalu dikaitkan dihentikan.
dengan penggunaan mesin-mesin Berdasarkan kajian Asosiasi Bank
otomasi yang terintegrasi dengan Benih dan Teknologi Tani (AB2TI) tahun
jaringan internet. Kecanggihan teknologi 2017 Indonesia tetap melakukan impor
era ini membuat banyak kondisi beras sepanjang 2014-2017
berubah. Semua sektor bisnis,
pendidikan, dan politik telah berevolusi. No Tahun Impor Beras (ton)
Lalu bagaimana dengan sektor pertanian 1 2014 844.191
di era revolusi 4.0? 2 2015 861.630
3 2016 1.281.213
METODE PENELITIAN 4 2017 307.526
Peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif. Hal tersebut Impor pangan merupakan indikator
dilakukan peneliti untuk mendeskripsikan ketidak mampuan petani secara nasional
suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang untuk menyangga pangan. Kekurangan
terjadi secara faktual, sistematis dan stok pangan berakibat terjadinya gejolak
akurat. Pada penelitian ini, peneliti harga pangan. Harga Eceran Tertinggi
berusaha mendeskripsikan peristiwa yang (HET) beras yang ditetapkan pemerintah
menjadi pusat penelitian tanpa sebesar Rp. 9.450 per kg hanya bertahan
memberikan perlakuan khusus terhadap satu tahun yakni pada tahun 2014,
peristiwa tersebut. kenaikan harga beras diatas HET mulai
tidak dapat dikendalikan awal Februari
PEMBAHASAN tahun 2015.
Usia Kerja Kabinet Kabinet
Jokowi-JK akan berakhir. Lumbung No Tahun Kisaran Harga
Pangan Dunia, sebagai cita-cita dan arah Beras (Rp)
perjuangan politik pertanian menyisakan 1 2015 9.700 – 10.400
banyak catatan. Bukan hanya cita-cita dan 2 2016 10.500 – 10.800
arah perjuangan tersebut terkesan abai 3 2017 10.600 – 10.900
dengan kondisi nasional tapi juga gagal
pencapaian. Politik pertanian untuk Dan paling fenomenal adalah awal
memerangi kartel pangan belum tahun 2018 harga beras medium mencapai
JISIPOL | 87
Wini Fetia Wardhiani
88 | Volume
JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
3 No. 2 Juni 2019
ISSN: 2087 - 4742
JISIPOL | 89
Wini Fetia Wardhiani
90 | Volume
JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
3 No. 2 Juni 2019
ISSN: 2087 - 4742
JISIPOL | 91
Wini Fetia Wardhiani
Industri 4.0 saat ini. Mekanisasi alat dan untuk bersosialisasi. Akses internet di
mesin pertanian tidak hanya harus bisa Indonesia juga masih belum merata dari
berjalan secara otomatis, tetapi juga Sabang hingga Merauke, ditambah dengan
terintegrasi dengan jaringan internet. kecepatan rata-rata internet Indonesia
Sistem mekanisasi tersebut akan berperan masih sangat kurang dibanding negara
penting dalam mencapai target lain. Hal tersebut juga menunjukkan masih
swasembada pangan yang berkelanjutan. banyaknya masalah yang perlu diperbaiki
Kementerian Pertanian melalui Badan di samping melakukan inovasi
Litbang Pertanian mulai berinovasi dengan pengembangan teknologi mekanisasi
mengembangkan teknologi-teknologi cloud pertanian yang lebih modern untuk
computing, mobile internet, dan artificial menghadapi Revolusi Industri 4.0.
intelligence yang kemudian akan digabung
menjadi teknologi alat mesin pertanian yang
lebih modern, misalnya berupa traktor yang KESIMPULAN DAN SARAN
mampu beroperasi tanpa operator,
pesawat drone untuk deteksi unsur hara, dan Reposisi politik pertanian perlu
robot grafting. Semua teknologi yang segera dilakukan dengan penstabilan harga
dihasilkan diharapkan mampu meningkatkan pangan murah dan pengkondusifan
efisiensi dan efektivitas usahatani. suasana pertanian untuk memperbesar
ekspor. Petani juga harus dijamin akses
Dengan sentuhan teknologi lahan, air dan permodalannya.
diharapkan mampu menghasilkan sistem Kekuatan petani harus
pertanian yang lebih produktif dan berdaya dikembalikan, termasuk di dalamnya
saing. Peningkatan tidak hanya akan pengembalian kearifan lokal.
meningkatkan jumlah produksi atau panen, Pengembalian efektifitas penyuluh
namun juga bisa meningkatkan pertanian juga penting. Penyuluh pertanian
kualitasnya. Salah satu contoh saat ini kontrak selama dua tahun. Dua
pengembangan teknologi mekanisasi tahun kurang cukup untuk membangun
pertanian yang berhasil dibuat oleh Badan kepercayaan petani kepada penyuluh.
Litbang Pertanian sebuah traktor dengan Jadikan pengusaha menjadi
nama Autonomous Tractor. Traktor ini pemangku kepentingan. Pengusaha dalam
berfungsi mengolah tanah dengan sistem negeri tentu ingin produknya kompetitif
navigasi Real Time Kinematika (RTK) dengan bangsa lain sehingga mereka akan
yang akan melakukan pengolahan lahan mengupayakan perkembangan.
sesuai perencanaan dengan akurasi 5-25 Peningkatan kualitas SDM di
cm. semua lini, dari peneliti hingga petani serta
hilangkan distorsi pasar. Impor tidak
menguntungkan petani dan hanya
meninggalkan distorsi pasar. Perlu diingat,
politik pertanian merupakan amanat
konstitusi. Swasembada bukanlah tujuan,
tapi usaha pemenuhan kebutuhan dalam
negeri dan ekspor. Tidak lagi saatnya
bangsa ini mengandalkan rice estate untuk
peningkatan produksi pangan.
Revolusi Industri 4.0 yang
menuntut pengembangan teknologi
mekanisasi pertanian tentu juga akan
Dalam realitanya memang dapat memiliki dampak dan tantangan tersendiri.
dilihat jika pemanfaatan dunia digital Salah satu dampak yang sudah terlihat
belum optimal, masih cenderung hanya jelas adalah dengan meningkatnya
JISIPOL | 93
Wini Fetia Wardhiani
94 | Volume
JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
3 No. 2 Juni 2019