Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. T DENGAN ERITRODERMA


DI RUANG DAHLIA RSUD KOTA SURAKARTA

Disusun oleh:

KARMELIA TUTO LANANG


NIM : SN181084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN ERITRODERMA

1. Pengertian
Endoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red= merah) dan
derma, dermatos (skin=kulit), merupakan keradangan kulit yang mengenai
90% atau lebih pada permukaan kulit yang biasanya disertai skuama.
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya
kemerahan atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90%
permukaan tubuh yang berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena
bercampur dengan hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum
korneum yang terlepas dari kulit.
Nama lain penyakit ini adalah dermatitis eksfoliatativa generalisata,
meskipun sebenarnya mempunyai pengertian yang agak berbeda. Kata
‘eksfoliasi’ berdasarkan pengelupasan skuama yang terjadi, walaupun kadang-
kadang tidak begitu terlihat, dan kata ‘dermatitis’ digunakan berdasarkan
terdapatnya reaksi eksematus.
Adapun definisi lainnya terkait endoderma atau dermatitis eksfoliatifa
generalisata anatara lain:
Dermatits eksfoliatif adalah suatukeadaanserius yang ditandai dengan
inflamasi progresif dimana terjadi eritema dan sisik dengan penyebaran yang
lebih atau kurang umum. Kondisi bermula secara akut baik sebagai bercak
atau erupsi eritema umum(Smeltzer, Suzanne C., 2011).
Eritroderma (dermatitis eksfoliativa) adalah kelainan kulit yang ditandai
dengan adanya eritema seluruh atau hampir seluruh tubuh dan biasanya
disertai skuama(Arief, Mansjoer. M, 2014).

2. Etiologi
Menurut Mansjoer, Arief M. (2014),penyebab dermatitis eksfoliatif
adalah sebagai berikut :
a. Alergi obat, biasanya secara sistemik. Yang tersering adalah pinisilin,
sulfonamide, analgetik/antipretik dan teraksiklin.
b. Perluasan penyakit kulit, misalnya psoriasis, dan dermatitis seboroik,
dermatitis atopic, dan liken planus.
c. Penyakit sistemik termasuk keganasan.

3. ManifestasiKlinis
Menurut Brunner & Sudarth (2013), tanda dan gejala dari dermatitis
eksfoliatif adalah sebagai berikut :
a. Menggigil, demam, prostrasi, toksisitas berat, dan kulit gatal bersisik.
b. Kehilangan lapisan stratum korneum yang sangat banyak (lapisan kulit
yang paling luar), misalnya kebocoran kapiler, hipoproteinemia,
keseimbangan nitrogen negative.
c. Dilatasi pembuluh kutan yang meluas mengakibatkan kehilangan panas
tubuh dalam jumlah yang besar.
d. Warna kulit berubah dari merah muda menjadi merah gelap, setelah
seminggu, mulai terbentuk eksfoliatif (bersisik) dalam bentuk serpihan
tipis yang membuat lapisan kulit menjadi halus dan merah, dengan
pembentukan sisik baru karena sisik sebelumnya terkelupas.
e. Kemungkinan terjadi kerontokan rambut.
f. Umumnya terjadi relaps.
g. Pengaruh sistemik : gagal jantung kongestif curah tinggi, ginekomastia,
hiperuresemia, dan gangguan suhu tubuh.

4. Komplikasi
Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder :
a. Abses.
b. Limfadenopati.
c. Hepatomegali.
d. Konjungtivitis.
e. Stomatitis.
5. Patofisiologi dan phatway
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum (lapisan
kulit yang paling luar) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler,
hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi
pembuluh darah kulit yang luas, sejumlah besar panas akan hilang jadi
dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama (pelepasan lapisan tanduk
dari permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu
cepat dan sel – sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan
kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus).
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik
dan imunologik (alergik), tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik.
Pada mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada
pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat
molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap
(hapten). Obat/metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu
dengan protein misalnya jaringan, serum / protein dari membran sel untuk
membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi
langsung sebagai antigen lengkap(Smeltzer, Suzanne C., 2011).
Pathway
Perluasan penyakit
Alergi obat IDIOPATIK Penyakit sistemik :
(psoriasi , D. Atopik, D. Seroboik
(penicillin,analgetik, limfoma
dll)

Dermatitis eksfoliatif

Non Imunologi Non Imunologi

Mengaktifkan sel T

Menginduksikan sel B

Produksi Ig E

Senitasi terhadap Alergen


Mengaktifkan Sel MAST

Pelepasan Histamin Sel2 dlm lapisan basal kulit


membagi diri terlalu cepat
Memacu sel Meker
Kebocoran kapiler Pelepasan stratum kornium
Merangsang serabut
saraf di epidermis Hipoproteinemia Dilatasi pembuluh Akumulasi sel basal
dan keseimbangan darah dlm tanduk dan penuruna
nitrogen (-) fungsi barier kulit
Sensasi gatal pada
kulit (pruritus) Peningkatan
Dehidrasi aliran darah ke
dermis Peradangan

Defisit Volume
Gangguan Gangguan LESI
Cairan
rasa pola istirahat
nyaman : tidur
Epidermis Tebal
Gatal
Perubahan penampilan diri skunder
akibat penyakit ERITEMA SKUAMA

Gangguan Integritas
Gangguan Citra Gangguan Rasa Kulit
Tubuh nyaman : Nyeri
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Brunner & Suddarth (2013), pemeriksaan diagnostic yang
dapatdilakukanadalah:
a. Biopsi kulit, sangat diperlukan dan harus dilakukan dalam 2 daerah yang
terpisah.
b. Hitung darah lengkap,profil kimia dan radiograf toraks dapat bermanfaat.
c. Pemeriksaan darah tepi untuk sel Sezary mungkin diperlukan.
d. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan eusinofilia pada dermatitis
exfoliativa oleh karena dermatitis atopik.
e. Gambaran lainnya adalah sedimen yang meningkat, turunnya albumin
serum dan globulin serum yang relatif meningkat, serta tanda disfungsi
kegagalan jantung dan intestinal (tidak spesifik).

7. Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Mansjoer, Arief. M (2013). Penatalaksanan medis
dermatitis eksfoliatif adalah sebagai berikut :
1. Diet tinggi protein.
2. Sistemik
 Golongan 1 : kortikosteroid (prednison 3-4x10mg).
Penyembuhan beberapa hari sampai beberapa minggu.
 Golongan 2 : kortikosteroid (prednison 4x10-15 mg). Bila
terjadi akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis,obat harus
dihentikan. Penyembuhan terjadi dalam beberapa minggu
sampai beberapa bulan.
3. Penyakit Leiner : kortikosteroid (prednison 3 x 1-2 mg ).
4. Sindrom Sezary : kortikosteroid (prednison 30 mg ) dan sitostatik
(klorambusil 2-6 mg ).
5. Topikal : salep lanolin 10%.
b. Keperawatan
Menurut Brunner & Sudarth (2013), penanganan dermatitis
eksfoliatif meliputi:
1. Rawat pasien dan lakukan tirah baring.
2. Pertahankan suhu ruangan yang nyaman karena control
termoregulasi pasien abnormal.
3. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit misalnya kehilangan
air dan protein dari permukaan kulit yang jumlahnya cukup banyak.
4. Lakukan pengkajian keperawatan untuk mendeteksi terjadinya
infeksi.
5. Berikan antibiotic yang diresepkan berdasarkan pada hasil
pemeriksaan kultur dan sensitivitas.
6. Amati tanda dan gejala gagal jantung kongestif.
7. Kaji terhadap hipotermia karena peningkatan aliran darah menjadi
dua kali lipat dengan meningkatnya air.
8. Berikan steroid parenteral atau oral yang diresepkan saat penyakit
tidak terkontrol dengan terapi yang lebih konservatif.
9. Nasihatkan untuk menghindari semua iritan, terutama obat-obatan
yang menjadi penyebab.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling sering
pada pria dengan rasio 2:1 sampai 4:1, dengan onset usia rata – rata > 45
tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan merah – merah seluruh tubuh,
bersisik dan gatal pada kulit.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya tubuhnya merah–merah, gatal–gatal, bersisik dan disertai
mengigil, panas, lemah, pembentukanskuamakulit.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah sebelumnya pasien menderita planus, psoriasis,
dermatitis seboroikdan dermatitis atopic, limfoma.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah ada riwayat keturunan dari salah satu anggota
keluarga yang menderita penyakit yang berhubungan dengan
gangguan kulit atau dermatitis eksfoliata.
4) Riwayat Psikososial
 Respon emosional pada penderita dermatitis eksfoliata, yaitu :
gelisah dan cemas.
 Pada pasien dermatitis eksfoliata hubungan dengan orang lain
terganngu, lebih sering menarik diri.
d. Pemeriksaan Fisik
2) Keadaan Umum : Lemah
3) Kesadaran : Composmentis
GCS : 4-5-6

4) Tanda-tanda Vital :
TD: Normal / meningkat sesuai usia (110/65-130/85 mmHg)
Nadi: normal / meningkat sesuai usia (60-100x/menit)
RR: normal (12-24x/menit)
Suhu: dapat meningkat dan menurun akibat dari termoregulasi suhu
yang abnormal
5) ADL
a) Nutrisi : Normal atau dapat terjadi penurunan nafsu makan.
b) Aktifitas : Aktivitas terganggu dengan terjadinya gatal-gatal,
atau bahkan karena nyeri.
c) Istirahat tidur:Gangguan kenyamanan secara umum, rasa gatal
dapat memempengaruhi dan mengganggu istirahat/ tidur.
d) Eliminasi: Pada umumnya normal tidak terdapat gangguan pada
proses eliminasi.
e) Personal hygiene :Umumnya pada tinea kapitis ini kebersihanya
buruk,lingkungan yang kotor dan panas.
6) Head to toe
a) Kepala : bilakulitkepalasudahterkenadapatterjadialopesia.
b) Mata : konjungtiva merah muda.
c) Telinga : simetris, tidak ada serumen.
d) Hidung : tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan.
e) Mulut: dapatjugalesiterdapat di mulutjikamengenai membrane
mukosaterutama yang disebabkanolehobat.
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, JVP, dan kelenjar
tiroid.
g) Thorax:
 Paru
Inspeksi :bentuk normal, pengembangan dada simetris,
tidak ada retraksi dinding dada, terdapat skuama pada
lapang dada.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : sonor seluruh lapang pandang.
Auskultasi : pernafasan vesikuler, tidak ada bunyi nafas
tambahan (whezzing atau ronkhi).
 Jantung
Inspeksi : tidak ada pulsasi ictus cordis
Palpasi : adanya ictus kordis (ICS 4/ICS5)
Perkusi : batas jantung kanan atas: ICS II LPS dextra,
batas jantung kanan bawah : ICS V LPS dextra, batas
jantung kiri atas: ICS II LMC sinistra, batas jantung kiri
bawah : ICS VI LAA sinistra.
Auskultasi : BJ 1 di ICS V dan BJ 2 di ICS II, bunyi
tunggal, adakah bunyi jantung abnormal.
h) Abdomen:
Inspeksi : terdapat skuama
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara perut tympani
i) Ekstremitas / integumen : kulit periorbital mengalami inflamasi
dan edema pada keadaan kronis, terjadi gangguan pigmentasi,
adanya eritema,pengelupasan kulit, sisik halus dan skuama. Pada
kuku dapat lepas.Pada dermatitis eksfoliatif skuama bisa
dijumpai pada seluruh permukaan kulit pada tubuh.
j) Genetalia : biasanya tidak ada kelainan genitalia

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguanintegritaskulitberhubungandenganeksfoliasi dan respon
peradangan.
b. Gangguan rasa nyaman :Gatalberhubungandengan pruritus.
c. Gangguan konsep diri : Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan diri sekunder akibat penyakit.

3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa/ Masalah Rencana Keperawatn
Kolaborasi NOC NIC
1 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan 1. Kaji adanya kemerahan.
berhubungan dengan tindakan 2. Ajarkan perawatan luka,
eksfoliasi / adanya lesi keperawatan termasuk tanda dan gejala
DS: Biasanya pasien diharapkan tidak infeksi pada keluarga
mengatakan gatal pada terjadi kerusakan pasien.
kulitnya integritas kulit, 3. Ajarkan anggota keluarga/
DO: pasien akan pemberi asuhan tentang
a. Gangguan pada memperoleh tanda kerusakan kulit,jika di
permukaan kulit kembali integritas perlukan.
(epidermis). kulit seperti hidrasi 4. Konsultasikan pada ahli gizi
b. Kerusakan pada yang baik; dan tentang makanan tinggi
lapisan kulit (dermis). penurunan protein, mineral, kalori dan
c. Eritema. inflamasi; dan vitamin.
d. Terdapat skuama. mengatakan gatal 5. Kolaborasi dengan dokter
berkurang, dengan yaitu pemberian
KH : kortikosteroid topical.
a. Pasien
menunjukkan
integritas
jaringan : kulit
dan membran
mukosa tidak
ada gangguan,
terbebas dari
adanya lesi.
b. Pasien /
keluarga
menunjukkan
rutinitas
perawatan kulit
yang optimal.

2 Gangguan rasa nyaman : Setelah dilakukan 1. Observasi TTV.


Gatal berhubungandengan tindakan 2. Kaji tingkat
pruritus. keperawatan ketidaknyamanan secara
DS : Biasanyapasien diharapkan nyeri komprehensif termasuk
mengatakan lukanya berkurang atau lokasi, karakteristik, durasi,
panas dan gatal. hilang, dengan KH frekwensi, kualitas dan
DO : : faktor presipitasi.
a. Gelisah. a. TTV pasien 3. Bantu pasien dan keluarga
b. Tingkah laku menunjukkan untuk melakukan teknik
mnggaruk garuk luka. dalam batasan distraksi.
yang normal. 4. Jelaskan bahwa menggaruk
b. Ekspresi wajah hanya akan menimbulkan
rileks. kulit lebih gatal.
c. Pruritus 5. Ajarkan menggunakan air
berkurang. hangat, tetapi tidak panas
untuk mandi.
6. Anjurkan agar pasien
menggunakan baju yang
longgar, tenunan yang tidak
terlalu rapat, kain yang
terbuat dari katun, dan tidak
kasar.
7. Kolaborasi dengan dokter
dalam obat-obatan untuk
meredakan rasa gatal.
3 Gangguan konsep diri : Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling
Citra tindakan percaya antara perawat dan
Tubuhberhubungandengan keperawatan klien.
perubahan penampilan diri diharapkan pasien 2. Dorong klien untuk
sekunder akibat penyakit. percaya dirinya menyatakan perasaanya,
DS: Biasanya pasien meningkat, dengan terutama cara ia merasakan
mengatakan malu dengan KH : sesuatu, berpikir, atau
dengan keadaan dirinya. a. Berpartisipasi memandang dirinya sendiri.
DO: dalam 3. Berikan reward positif
a. Pasien tampak menarik hubungan terhadap keberhsilan dan
diri. sosial. kelebihan klien.
b. Pasien tidak mau b. Menyatakan 4. Yakinkan klien bahwa klien
berinteraksi dengan dan mampu menghadapi situsi
orang lain. menunjukan apapun.
c. Cemas. peningkatan 5. Fasilitasi lingkungan dan
d. Pengungkapan diri konsep diri. aktivitas yang dapat
yang negatif. c. Bepikir positif meningkatkan harga diri.
terhadap 6. Anjurkan keluarga untuk
dirinya. memberikandorongan/duku
ngan pada klien.
7. Beri informasi yang dapat di
percaya dan menguatkan
informasi yang telah di
berikan.
8. Kaji kembali tanda dan
gejala gangguan harga diri,
gangguan citra tubuh, dan
perubahan penampilan
peran.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, A. 2010.DermatosisEritroskuamosa.Dalam :IlmuPenyakitKulit Dan


Kelamin. EdisiKelima. CetakanKetiga. Editor :Djuanda A, Hamzah
M, dkk.Jakarta: FakultasKedokteranUniversitas Indonesia.
Hal.197-200.

Sigurdsson V, Steegmans PH, van Vloten WA. 2011. The incidence of


erythroderma: a survey among all dermatologists in The
Netherlands. J Am AcadDermatol. 45(5): 675-8.

Wolff, K and Johnson, R.A. 2013. Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of
General Dermatology 6th Edition.New York : McGraw-Hill.

Zalman, S. Agus, MD. 2009. ICD: Idiopathic Erythroderma May Signal


Undiagnosed Cancer. Diaksestanggal 10 Januari 2011
(http://www.medpagetoday.com/erythroderma/)

Hidayat, A. 2009.Eritroderma.Diaksestanggal 10 Januari 2011


(http://hidayat2.wordpress.com/2009/07/05/askep-eritroderma/)

Lasimpala, N. 2011.Eritroderma.Makassar :UniversitasHasanudin.. (Online);


Diaksestanggal 10 Januari 2011
(http://www.scribd.com/doc/47726198/ERITRODERMA)

Bandyopadhyay, D., et al. 2010. Erythroderma.;.Dept. of Dermatology, R G


Kar Medical College, Calcutta, India.

Sanusi, H Umar, MD, et al. 20012. Erythroderma (Generalized Exfoliative


Dermatitis. (Online); Diaksestanggal 10 Januari 2011
(http://emedicine.medscape.com/article/762236-overview)

Smeltzer, Suzanne C. 2011. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah Brunner


&Suddarth.Edisi 8.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai