Anda di halaman 1dari 3

B01117120

Syahril Gunawan Bitu

Tugas Hukum Perburuhan


1. Apakah Omnibuslaw UU Cipta Lapangan Kerja mencover keseluruhan UU
Ketenagakerjaan yang lama
2. Mana yang lebih baik antara Omnibuslaw Cipta Lapangan Kerja dan UU
Ketenagakerjaan yang lama dan berikan alasannya

Perancangan omnibuslaw sebagai uu cipta lapangan kerja yang dianggap dapat


melindungi dan mensejahterakan buruh dengan meningkatkan investasi di negara ini yang
secara tidak langsung akan memberikan peningkatan lapangan kerja, sifat omnibuslawa
sendiri berlaku sebagai undang-undang payung karena mengatur secara keseluruhan dan
mempunyai kekuatan terhadap beberapa undang-undang, dalam rancangan undang-undang
ini terdapat beragam materi-materi perundang undangan berbeda dan memuat 11 kluster dan
18 sub kluster melingkupi lebih dari seribu pasal dan menyederhanakan lebih dari 70 undang-
undang.
Namun dalam perancangannya sendiri tidak melibatkan pihak buruh yang notabene
menurut mereka dirugikan apabila Undang-undang ini diterapkan. Omnibuslaw UU Cipta
lapangan kerja tidak mencover keseluruhan dari UU ketenagakerjaan karena pasal-pasal UU
ini tetap berlaku kecuali diatur dalam UU cipta lapangan kerja,
Memurut Said Iqbal Sekjen FSPI, terdapat 6 poin dalam Omnibus Law Cipta
Lapangan Kerja yang berpotensi merugikan buruh.
Ke-1. Dihapusnya upah minimum, karena menurutnya dengan memakai sistem pengupahan
perjam, otomatis upah minimum akan hilang.
Kendati ada pernyataan, buruh yang bekerja selama 40 jam perminggu tetap akan
mendapatkan upah minimum.
Menurut Said, ini hanya akal-akalan pemerintah saja, karena pengusaha akan dengan
mudah untuk menurunkan jam kerja buruh, agar syarat jam kerja minimum tak terpenuhi
sehingga upah minimum tidak wajib untuk dibayar.
"Belum lagi ketika buruh sakit, menjalankan ibadah sesuai agamanya, cuti melahirkan
upahnya tidak dibayar karena dianggap tidak bekerja" ujar Said.
Ke-2, apabila terjadi Pemutusan Hubungan Kerja(PHK), buruh tak akan lagi mendapat
pesangon sesuai Undang-Undang nomor 13 tahun 2003. Dengan besaran 9 bulan gaji, dapat
dikalikan 2 dalam kondisi PHK dalam keadaan tertentu. Tak hanya itu penghargaan masa
kerja maksimal 10 bulan upah atau 15 persen dari jumlah pesangon tearncam dihapus.
Ke-3, Masalah fkexibilitas pasar kerja atau memperluas outsoucing. Menurut Said ini artinya
tak ada lagi kepastian kerja dan pengangkatan sebagai pekerja tetap atau perjanjian kerja
waktu tidak tertentu. Outsourcing pun akan menjadi lebih luas tidak hanya di 5 jenis
pekerjaan seperti saat ini, yakni Cleaning service, keamanan, transportasi, catering, dan
pemborongan pertambangan.
Ke-4, Konon katanya Omnibus law, akan membuat Tenaga Kerja Asing yang tak memiliki
akan mudah masuk ke Indonesia. Padahal dalam UU lama ada batasan tertentu bagi TKA,
bisa masuk jika skill yang dimilikinya tak terdapat pada pekerja lokal.
Ke-5, Jaminan Sosial terancam hilang, karena upah perjam dianggap akan mengancam
keberadaan jaminan hari tua atau jaminan pensiun, alasan Said karena tak ada kepastian
kerja
Karena berpindah-pindah kerja dan tak dibayar dengan upah minimum maka sistem ini
berpotensi menghilangkan jaminan sosial tersebut.
Ke-6, Sanksi pidana bagi pengusaha yang melanggar hak-hak buruh terancam akan hilang.
Jadi bisa saja pengusaha sewenang-wenang terhadap buruh.
Ke enam hal tersebut, menurut saya merupakan asumsi yang diambil secara sepihak
oleh mereka yang mengatasnamakan buruh yang dibuat dengan pendekatan egosentris. Untuk
upah per jam misalnya artinya buruh dipacu untuk lebih produktif. Jika buruh berasumsi
bahwa hal itu akal-akalan pengusaha saja. Bagaimana jika asumsi itu dibalik, tuntutan itu bisa
jadi merupakan bentuk kemalasan buruh saja. Ingin bergaji seragam tanpa memperhatikan
produktivitas. Justru dengan upah perjam yang terjadi akan berkeadilan, lebih produktif ya
lebih banyak dapat upah.
Masalah pesangon ini memang menjadi momok menakutkan bagi pengusaha atau
siapapun investor yang berniat menanamkan modalnya secara langsung, melalui pendirian
pabrik misalnya. Karena masalah pesangon menjadi handycap yang besar bagi Indonesia
terutama bagi sektor padat karya. Justru lahirnya kontrak kerja tanpa jaminan diangkat
menjadi pegawai tetap karena masalah pesanhon yang besar dan rumit ini.. Sebetulnya
aturan kerja dengan flexibilitas jam kerja itu bisa membuat para pekerja lebih agile dalam
mencari kerja. Dan itu sudah mengadaptasi berbagai jemis pekerjaan baru yang lahir akibat
teknologi yang berkembang sangat pesat. Di jaman milenial ini para pekerja dipacu untuk
lebih kreatif dan innovatif, Paradigma lama terkait ketenagakerjaan harus segera ditinggalkan
jika tidak mau tergilas jaman.
Ombibus Law ini memberi ruang kemudahan bagi para investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.Jika investasi masuk, lapangan kerja menjadi lebih luas, kebutuhan
jumlah pekerja pun akan bertambah.
Bahkan mungkin pengusaha Indonesia lebih baik membuka pabriknya di luar negeri
saja yang aturan ketenagakerjaannya lebih rasional dan bersahabat., Omnibus law ini tak
berdiri sendiri, jika dilihat rangkaian kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah. Mulai dari
Kartu Pra Kerja, lantas perluasan Jaminan Pekerjaan tanpa menambah iuran. Itu merupakan
bagian dari rangkaian reformasi ketenagakerjaan, namun tetap pemerintah harus bekerja
keras untuk mensosialisasikan hal ini, kegaduhan bisa saja terjadi,
Dengan memberikan penjelasan secara detil pada para buruh tentunya kegaduhan
setidaknya bisa terhindarkan, ketidak jelasan informasi mengenai UU ini justru menimbulkan
berbagai perspektif yang dan argumentasi dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab
malah membuat kondisi makin tidak kondusif,. Berilah toleransi waktu yang cukup.Di dunia
ini kita tak bisa bersikap "pokoknya" flexibilitas itu diperlukan, buruh tak perlu juga merasa
dirinya paling benar. Terciptanya hubungan yang baik antara pengusaha sebagai pemberi
kerja dan buruh sebagai pekerja juga Pemerintah sebagai regulator tentunya akan
memberikan keuntungan bagi semua pihak.
Terlepas dari beberapa hal diatas untuk memutuskan mana yang labih baik saya
pribadi masih sulit memutuskan dari beberapa artikel dan referensi yang saya baca UU ini
dapat memberikan banyak manfaat, dan kebanyakan berita yang saya lihat lebih menonjolkan
sisi positifnya, namun selama perkuliahan yang berlangsung beberapa minggu ini banyak
dosen yang mengganggap Omnibuslaw UU Cipta Lapangan Kerja sebagai sebuah konsep
yang tidak matang dan terkesan mengesampingkan norma norma hokum di Indonesia, maka
dari itu dibutuhkan pengkajian lebih lanjut, kesulitan dalam mengakses informasi lengkap
mengenai Omnibuslaw juga mempersulit masyarakat untuk memahami UU yang dianggap
sebagai “niat baik” pemerintah dan dapat mensejahterahkan buruh.

Anda mungkin juga menyukai