Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

UNIT OPERASI (UO)

"FLOTASI"

OLEH:
KELOMPOK II

ANGGOTA:

FARRAH DIBBA 1110941007


ANNISA MAULIDYA 1210942003
RAHMAINI ADHA 1210942032
WILMON ZARLI 1210942034

DOSEN:
SLAMET RAHARJO DR.Eng

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik
(rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi
baku mutu limbah. Sebagai contoh, mari kita lihat Kota Jakarta. Jakarta
merupakan sebuah ibukota yang amat padat sehingga letak septic tank,
cubluk (balong), dan pembuangan sampah berdekatan dengan sumber
air tanah. Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai
kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik,
padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak
dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan
air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap. Pengolahan
Tahap Pertama (Primary Treatment) pada dasarnya masih memiliki
tujuan yang sama dengan pengolahan awal yaitu bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.
Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang
terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical
addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration. Pada
makalah ini akan dibahas mengenai flotasi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi tugas Unit Operasi;


2. Untuk mengetahui pengertian flotasi;
3. Untuk mengetahui metode flotasi;
4. Umtuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi flotasi;
5. Untuk mengetahui proses flotasi.
1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:


1. Apa itu flotasi?
2. Apa saja metode flotasi?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi flotasi?
4. Bagaimana proses flotasi?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Flotasi
2.1.1 Pengertian
Flotasi adalah suatu proses pegolahan air yang dipakai untuk pemisahan partikel
solid dan cairan dari fase cairan. Proses pemisahan dapat terjadi karena adanya
gelembung-gelembung halus yang terdapat pada fase cairan yang naik ke
permukaan air akan mengangkut partikel-partikel yang ada pada fase cairan
tersebut (Rich, 1961).

2.1.2 Metode Flotasi


Pemisahan secara flotasi tidak terlalu tergantung pada ukuran dan densitas relatif
partikel yang akan dipisahkan. Dua metode flotasi :
a. Metode flotasi udara tersuspensi (dispersed Air Flotation), dimana gelembung-
gelembung udara terbentuk akibat memasukkan fase gas melalui impeller
berputar atau melalui media berpori. Diameter gelembung sekitar 1.000 mikron
(μm). Metode ini sangat banyak digunakan dalam industri logam.
b. Metode Flotasi Udara Terlarut (Dissolved Air Flotation), dimana gelembung
merupakan hasil presipitasi gas dari suatu larutan yang lewat jenuh terhadap
gas. Ukuran gelembung rata-rata 70-90 mikron. Metode ini banyak digunakan
dalam pengolahan buangan industri.

Flotasi udara terlarut, terbagi 2:


a. Vacuum Flotation
Pertama kali buangan diaerasi pada tekanan atmosfer dalam waktu pendek.
Selanjutnya dalam keadaan vakum (mendekati 9 in.Hg) diaplikasikan
sehingga menimbulkan presipitasi udara terlarut dari larutan jenuh.
Kenyataan menunjukkan bahwa hanya jumlah udara terbatas yang dapat
dipresipitasikan dari suatu larutan jenuh pada tekanan 1 atm.
b. Pressure Flotation
Metode ini mencakup pelarutan udara pada tekananyang meninkat dan
kemudian diikuti oleh pelepasan udara pada tekanan atmosfer.
2.1.3 Kontak Gas dan Partikel

Mekanisme kontak antara gelembung gas dan partikel terapung dapat merupakan
salah satu tipe atau kedua tipe berikut:
a. Tipe yang terutama ditujukan pada materi flok dan meliputi pemerangkapan
gelembung-gelembung gas yang membesar dan naik kedalam struktur partikel
flok yang membesar. Disini ikatan antara gelembung dan partikel hanya
merupakan penangkapan secara fisik.
b. Tipe kedua adalah adhesi yang dihasilkan dari ikatan intramolekul yang terjadi
pada permukaan antara fase gas dan padat dan meningkatkan tegangan
permukaan. Tingkat dimana adhesi akan terjadi dapat diprediksi dari tegangan
permukaan pada sistem gas-cair-padat.
Kontak antara gelembung gas dan partikel di dalam suatu cairan membentuk fase
kontinu.

Gambar 2.1 Tegangan Permukaan Yang Terjadi Di Dalam Sistem Tiga Fase
Sudut yang terbentuk antara permukaan gas-cairan dan permukaan padat-cairan
pada titik dimana ketiga fase berkontak disebut sudut kontak alfa (α ). Secara
aljabar, kesetimbangan diekspresikan sebagai:
 GS   SL   GL cos 
Dimana: σGS = tegangan permukaan antara fase gas dan padat
σGS = tegangan permukaan antara fase padat dan cair
σGL = tegangan permukaan antara fase gas dan cair
Jika σGS sama atau kecil daripada σSL , sudut kontaknya bernilai nol atau tidak ada
karena film cairan menghalangi kontak antara fase cairan dan padat. Jika lebih
besar dari pada σSL, sudut kontaknya lebih besar dari nol dan gelembung gas dapat
terikat pada partikel padat. Kecendrungan pengikatan gelembung udara ke padat
dipengaruhi oleh sudut kontak (α).

Pemisahan partikel tersuspensi dengan flotasi tidak tergantung pada ukuran dan
densitas relatif partikel, tetapi tergantung pada struktur dan sifat permukaan
partikel serta jumlah udara yang digunakan dalam flotasi. Karenanya operasi flotasi
tidak dapat didesain berdasarkan persamaan matematis. Faktor yang sangat penting
dalam desain operasi flotasi adalah:

1. Konsentrasi padatan yang diolah


2. Jumlah udara yang digunakan
3. Overflow Rate
4. Waktu detensi, terutama dalam pemadatan bahan terapung.
Konsentrasi padatan dan jumlah udara yang digunakan dapat dikelompokkan ke
dalam satu rasio yang tak berdimensi dan dihubungkan dengan konsentrasi SS
effluen dan padatan terflotasi.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Flotasi

Faktor – faktor yang mempengaruhi flotasi adalah:


1. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang besar membuat partikel tersebut cenderung untuk
mengendap, sehingga susah untuk terflotasi. Ukuran partikel dalam flotasi
sangat menentukan apakah suatu mineral dapat mengapung atau tidak.
Dengan kata lain ukuran pertikel sangat menentukan apakah partikel
mineral dengan ukuran tertentu dapat menempel pada gelembung udara
yang akan naik keatas sampai kepermukaan busa atau buih. Ukuran
partikel yang optimum untuk mendapatkan pengapungan yang baik
tergantung pada sifat hidropobisitas dari partikel dan berat jenisnya.

Pada umumnya recovery tertinggi yang diperoleh ketika dimensi rata-rata


partikel mineral berkisar antara 20 sampai 100 μm. Hasil flotasi fluorite
dengan ukuran 50 - 100 μm mempunyai tingkat keterapungan
maksimum.
2. pH larutan
Partikel cenderung mudah mengendap pada pH yang tinggi, sehingga dia lebih
susah terflotasi.
3. Surfaktan
Fungsi surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen yang memiliki gugus
polar dan gugus nonpolar sekaligus. Kolektor akan mengubah sifat partkel
hidrofil menjadi hidrofob.
4. Bahan Kima lainnya misalnya koagulan
Penambahan koagulan dapat mengakibatkan ukuran partikel menjadi lebih
kecil.
5. Laju Udara
Laju udara berfungsi sebagai pengikat partikel yang memiliki sifat permukaan
hidrofobik, persen padatan. Untuk flotasi pada partikel kasar, dapat dilakukan
dengan persen padatan yang besar demikian juga sebaliknya. Besar laju
pengumpanan, berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggal.
6. Ukuran Gelembung Udara
Ukuran gelembung udara ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Konsentrasi pembuih
Secara teori semakin tinggi konsentrasi frother yang ditambahkan
kedalam slurry, maka akan semakin tinggi pula kemampuan antar
muka udara-air untuk menurunkan tegangan permukaan permukaan
air. Hal ini dapat mencegah penggabungan gelembung udara dan
menjaga agar gelembung udara dapat tersebar dalam ukuran kecil.
2. Kecepatan impeller
Deformasi ukuran gelembung udara meningkat ketika bergerak secara
turbulen. Semakin tinggi kecepatan impeller maka semakin tinggi pula
kecepatan turbulen suspensi yang berada didekat gelembung udara,
sehingga dapat dihasilkan gelembung udara yang berukuran kecil.
3. Kecepatan aliran udara
Secara teori, ukuran gelembung udara meningkat pada saat kecepatan
aliran udara yang masuk kedalam sel flotasi ditingkatkan.
7. Ketebalan Lapisan Buih
8. Penambahan Reagen Kimia
Dengan adanya perbedaan sifat permukaan hidrofobik dan hidrofilik perlu
adanya suatu reagen kimi untuk mengubah permukaan mineral. Reagen kimia
yang digunakan sebagai bahan bantu flotasi, karena mempengaruhi sifat
permukaan fase-fase yang terlibat adalah:
a. Frothers : senyawa alkohol, minyak pinus dan asam kresilat yang dapat
menurunkan tegangan permukaan antara gas dan cairan. Dengan
penambahan senyawa ini membentuk gelembung dan froth yang lebih stabil
pada permukaan cairan.
b. Collectors yang dapat:
- Menurunkan tegangan permukaan antara padat dan cair, atau
- Meningkatkan tegangan antara gas dan padat
Kedua hal diatas dapat meningkatkan sudut kontak α. Senyawa kimia yang
tergolong collectors adalah sabun, asam-asam lemak dan amina.
c. Activators merupakan kelompok senyawa kimia yang meningkatkan
pengaruh collectors.
d. Depressants mencegah flotasi dari fase-fase tertentu tanpa mencegah fase
yang diinginkan untuk terflotasi.
e. Promoters merupakan gabungan antara activators dan depressants.

2.1.5 Langkah-Langkah Flotasi

Adapun langkah- langkah dalam flotasi adalah sebagai berikut:


1. Liberasi, analisis pendahuluan
Agar mineral dapat terliberasi, maka perlu dilakukan crushing atau grinding
yang diteruskan dengan pengayakan atau classifiying. Ini dimaksudkan agar
ukuran butir mineral dapat seragam, sehingga proses akan lebih sukses atau
berhasil. Analisis pendahuluan dilakukan dengan menggunakan mikroskop,
sehingga dapat dilihat derajat liberasinya dan kadar dari mineral tersebut.
Diupayakan dalam tahap ini juga, dilakukan deslimming, sebab slime akan
mengganggu proses flotasi.

2. Conditioning
Conditioning membuat suatu pulp agar nantinya pulp tersebut dapat langsung
dilakukan flotasi. Preparasi ini sebaiknya disesuaikan dengan liberasi dalam
proses basah maka conditioning tidak mudah juga harus dilakukan pada proses
basah. Pada pengkondisian, reagen yang diberikan adalah modifier, colector dan
Frother.

3. Proses Flotasi
Proses ini ditandai dengan masuknya gelembung udara kedalam pulp.
Gelembung uadara diinjeksikan kedalam tangki untuk mengapungkan padatan
sehingga mudah disisihkan. Dengan adanya gaya dorong dari gelembung
tersebut, padatan yang berat jenisnya lebih tinggi dari air akan terdorong ke
permukaan. Demikia pula halnya pada padatan yang berat jenisnya lebih rendah
daripada air. Hal ini merupakan keunggulan dari teknik flotasi dibanding
pengendapan karena dengan flotasi partikel yang ringan dapat disisihkan dalam
waktu yang bersamaan.

Untuk hasil unit flotasi yang berhubungan dengan kualitas effluent dalam proses

pengapungan berhubungan dengan rasio udara atau solid ditetapkan pada massa

udara yang dilepas per massa solid dalam influent air buangan dapat dihitung :

A Sa.R  f .P 
   1
S Sa.Q  Pa 

Dengan :

Q = debit influent air buangan (gal/min)

R = debit resirkulasi air buangan (gal/min)

Sa = Konsentrasi minyak atau lemak atau solid air buangan (mg/l)

Hubungan antar rasio udara / solid dan kualitas effluent diperoleh pada grafik

dibawah:
Gambar 2.2 Hubungan antar rasio udara / solid dan kualitas effluent

Untuk mengetahui karakteristik unit flotasi yang akan di desain disesuaikan dengan

karakteristik air buangan, diperlukan tes laboratorium. Apabila menggunakan

sistem resirkulasi maka rasio udara/solid dapat dihitung :

A 1.3 Sa.R P - 1

S Sa.Q

Dengan :

R = Debit resirkulasi air buangan (gal/min)

P = Tekanan absolut (atm)

Q = Debit air buangan (gal/min)

Sa = Suspended solid influent (mg/l)

Surface area dapat dihitung :

QR
A
loading

Dengan :

A = surface area (ft2)

Q =debit air buangan (gal/min)


R = debit resirkulasi (gal/min)

2.1.6 Contoh Soal

Air buangan dengan debit 150 gal/min (0,57 m3/min) dengan temperatur 103oF

(39,4 oC). Konsentrasi minyak influent 120 mg/l dan konsentrasi yang diinginkan

20 mg/l. Hasil laboratorium diperoleh :

Dosis alum = 50 mg/l

Tekanan absolute = 60 lb/in2 (414 kPa/4,1 atm)

Produksi lumpur = 0,64 mg sludge/mg alum

Berat lumpur =3%

Diperoleh grafik pada tekanan 60 lb/in2.

40 – Surfase load Effluen Minyak


(gal/min.ft2) dan lemak (Mg/l)
Effluen minyak dan lemak

0,87 14,4
1,58 15
30 – 2,21 17,22
(mg/e)

3,0 25

20 –

10 –

1.0 2.0 3.0 4.0


0
Surface loading rate
(gal/min.ft2)
Hitung :

a. Debit Resirkulasi

b. Luas area unit flotasi

c. Jumlah lumpur yang dihasilkan

Jawaban :

Rasio udara / solid untuk effluent minyak dan lemak sebesar 20 mg/l dari grafik

adalah diperoleh :
A
= 0,03 lb air release / lb solids applied
S

Pada temperatur 103 oF (39,4 oC) daya larut udara dalam air sebesar 18,6 3g/l

dengan nilai f air buangan diasumsikan 0,85.

a. Debit Resirkulasi

(A/S) QSa
R =
Sa (FP / Pa - 1)

0,03 x 150 gal/min x 120 mg/l


R =
18,6 mg/l x (0,85 x 60 lb/in 2 / 14,7 lb/in 2 - 1)

540 gal/min
= = 11,76 gal/min = 53,45 l/min
45,93

b. Dari hasil lab. pada grafik diperoleh untuk effluen 20 mg/l, surface loading 2,6

gal/(min.ft2)

Q  R
A =
Loading

150 gal/min  11,76 gal/min


=
2,6 gal/min.ft 2

= 62,22 ft2

c. Jumlah lumpur yang dihasilkan

Lumpur minyak = (Sa – Se) x Q

= (120 – 20) mg/l x 150 gal/min

= 82 kg/day

Alum sludge = produksi sludge x dosis alum x Q

= 0,64 mg sludge/mg alum x 50 mg/l alum x 150 gal/min

= 26 kg/day

Total sludge = (82 + 26) kg/day

= 108 kg/day
Kriteria Perencanaan Flotasi

1. Disolved Air Flotation

Tekanan udara dalam tangki = 50 – 70 lb/in2 (3,4 – 4,8 atm)

Waktu detensi dalam tangki = 1 – 3 menit

Waktu detensi bak flotasi = 20 -30 menit

Surface loading = 1,5 – 4 gal/min ft2 (0,061 – 0,163

m3/min.m2)

2. Dispersed Air Floation

Tekanan udara = 20 – 50 lb/in (1,36 – 34 atm)

Ukuran gelembang udara = 30m – 120 m

Kec. Pencampuran udara – solid = 1 – 5 in/min (2,56 – 12,7 cm/min)


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Flotasi merupakan proses pemisahan mineral dari pengotornya


dengan cara pengapungan;
2. Pada flotasi ada dua metode yaitu Metode flotasi udara tersuspensi
(dispersed Air Flotation) dan Metode Flotasi Udara Terlarut (Dissolved Air
Flotation);
3. Dalam flotasi ada beberapa faktor yang mempengaruhi apakah laju
flotasi makin cepat atau lambat.

3.2 Saran

Saran yang dapat di berikan terhadap makalah ini adalah :


1. Sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
flotasi
2. Memperhatikan penggunaan surfaktan dan kecepatan impeller.
DAFTAR PUSTAKA

Hammer Mark, J. Water and Wastewater Technologi. John Wiley & Sons,
1977. Chapter 11

Metcalf & Eddy. Wastewater Treatment and Reuse, Fourth Edition. Mc-
Graw Hill Higher Education, 2003. Chapter 5.

Metcalf & Eddy. Wastewater Engineering : Treatment Disposal Reuse,


Second Edition. Tata Mc-Graw Hill Publishing Company LTD, New
Delhi, 1979

Anda mungkin juga menyukai